BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Idealnya pasar modal adalah merupakan wadah bagi terjadinya mekanisme transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya konflik kepentingan dan tidak transparannya laporan keuangan emiten. Ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, manajemen memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit (Utami, 2005). Istilah manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi, karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan. Manajemen laba merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Meutia, 2004).
1
Manajemen laba dapat mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias, yaitu laporan tersebut menggunakan metode-metode akuntansi tertentu sehingga menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor atau keinginan manajer. Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan (Iqbal, 2007). Kedua pihak tersebut berupaya untuk lebih mengutamakan kepentingannya masingmasing dari pada kepentingan perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab untuk mengoptimalkan laba para pemilik (prinsipal). Namun dilain pihak, manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba merupakan tindakan manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya (Scott, 2001). Utami (2005) melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba di beberapa negara dan Indonesia merupakan negara yang paling besar tingkat manajemen labanya. Adanya bukti empiris bahwa tingkat manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi dan tingkat proteksi terhadap investor yang rendah, menimbulkan pertanyaan
apakah
investor
mempertimbangkan
besaran
akrual
(proksi
manajemen laba) dalam menentukan tingkat imbal hasil saham yang
2
dipersyaratkan. Tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan adalah tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk mau menanamkan uangnya di perusahaan, dan dikenal dengan sebutan biaya modal ekuitas (Utami, 2005). Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Mekanisme GCG dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997 dalam Siswantaya, 2007). GCG merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masingmasing (Arifin, 2005). GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Hal tersebut berkaitan
erat
dengan
kepercayaan
baik
terhadap
perusahaan
yang
melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi adalah dengan cara menerapkan GCG. Bachtiar (2003) menyatakan GCG merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam membuat keputusan dan
3
menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung
jawab sosial perseroan terhadap
pihak
yang
berkepentingan
(stakeholders) secara konsisten. GCG tercipta apabila terjadi keseimbangan serta kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis. Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi. Menurut
Kaen, (2003), Shaw, (2003) GCG didasarkan kepada lima
konsep dasar yaitu: 1). Perlindungan hak pemegang saham, 2). Persamaan perlakuan pemegang saham, 3). Peranan stakeholders terkait dengan bisnis, 4). Keterbukaan dan 5).Transparansi, akuntabilitas dewan komisaris. Pengukuran kinerja suatu perusahaan
berorientasi pada GCG yang dipandang sebagai
pengembangan dari pengukuran kinerja yang seimbang. Selain itu kelima komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan (Midiastuti dan Machfoedz, 2003). Manajer berkewajiban untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Akan tetapi, informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini sering disebut sebagai
4
informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi dapat terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang saham, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008). Sedangkan bank sebagai suatu institusi yang begitu penting bagi perekonomian suatu negara dan sebagai fungsinya yang mencari laba yang tinggi dan untuk memberikan keuntungan maksimal kepada pemegang saham. Hal ini menjadi perhatian penulis karena sesuai dengan tujuan bank yang sudah dijelaskan diatas, GCG dan manajemen laba akan menjadi hal sangat mempengaruhi. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh GCG terhadap praktek manajemen laba pada bank yang terdaftar di BEI. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul “ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA BANK YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011)”. 1.2 Rumusan Masalah Dengan adanya implementasi GCG pada suatu perusahaan, terlebih perusahaan yang sudah listing di BEI, yang sudah tentu diwajibkan untuk melakukan implementasi GCG dan dikelilingi oleh regulasi yang ada dari lembaga-lembaga terkait, sudah seharusnya akan mempersempit praktek
5
manajemen laba pada perusahaan tersebut. Adanya fenomena gap dan research gap terhadap GCG dan manajemen laba ini yang merupakan alasan utama peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi GCG terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terlisting di BEI, dalam hal ini perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Masalah
diatas dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:
Apakah terdapat pengaruh GCG terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel bebas (independent) yaitu GCG terhadap variabel terikat (dependent) yaitu manajemen laba, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari GCG terhadap praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi investor, GCG dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dalam praktek manajemen laba. 2. Bagi peneliti dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam hal GCG dan manajemen laba.
6
3. Memberikan wacana alternatif bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi praktek manajemen laba dan mekanisme GCG. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan secara keseluruhan terbagi atas lima bab yang disusun sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang terjadinya langkah-langkah praktek manajemen laba yang menampilkan laporan keuangan secara tidak wajar dan cara pencegahannya dengan menerapkan GCG untuk meminimalisasi praktek
manajemen
laba
tersebut.
Sehingga penelitian ini ingin mengkaji pengaruh dari GCG terhadap praktek manajemen laba pada industri perbankan. Bab II
: Landasan Teori Pembahasan yang dilakukan dalam bab ini adalah menguraikan mengenai Agency Theory, penerapan Manajemen Laba serta pendekatan GCG agar laporan keuangan dapat dilaporkan secara wajar. Serta pada bab ini juga akan di uraikan mengenai kerangka berfikir dan perumusan hipotesis.
7
Bab III
: Metode Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penjabaran mengenai
penjelasan
metode
penelitian,
perspektif
penelitian, teknik pengumpulan data, dan rencana analisis data. Bab IV
: Analisis dan Pembahasan Diuraikan dalam bab ini, peneliti akan menyajikan sejumlah data hasil penelitian yang setelah dilakukan olah data dengan bantuan program SPSS v 17.00 dan kemudian akan diuraikan mengenai analisis pembahasan hasil penelitian secara keseluruhan dan pembuktian hasil penelitian ini akan menjawab rumusan hipotesis yang ada.
Bab V
: Kesimpulan dan Implikasi Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan pembahasan berdasarkan analisis, melalui analisis dari bab sebelumnya dan akan ditarik suatu kesimpulan mengenai pembuktian hipotesis yang ada, serta
saran
penelitian,
implikasi
manajerial
dan
keterbatasan penelitian yang ada sehingga penelitian yang akan datang dapat dilakukan lebih mendalam.
8