BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh
TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10 tahun terakhir. Tanggal 12 Agustus 2002, 30 anggota Brimob menyerang asrama TNI di cibinong, Bogor; 29 September 2002, Prajurit TNI Linud 100/Prajurit Setia, Binjai, Sumatera Utara, menyerang Polres Langkat dan Kantor Brimob Binjai; 4 Maret 2003, Puluhan TNI-AU menyerbu Polsek Makasar, Jakarta Timur; 9 Desember 2006, Anggota Yonif 744/Satya Yudha Bhakti Atambua, Belu, NTT, bentrok dengan aparat Polres Belu; 2 Febuari 2008, Ratusan prajurit Yonif 731/Kabaresi menyerang kompleks Kantor Polres Maluku Tengah; 22 April 2012, Brimob Polda Gorontalo menangkap 2 orang dan menembak 4 anggota TNI dalam suatu operasi; bentrok antara TNI dan Polri yang terbaru terjadi pada tanggal 7 Maret 2013, Kantor Polres Ogan Komering Ulu (OKU) dibakar dan dirusak oleh 95 prajurit TNI Yonarmed 15/76 Martapura. Sebanyak tujuh orang terluka dalam kejadian ini (Media Indonesia, 9/3/2013).
1
Konflik TNI dan Polri diawali sejak era reformasi ketika kedua institusi tersebut dipisahkan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang menyebabkan perhatian negara lebih besar terhadap Polri daripada TNI. Kemudian adanya mispersepsi terkait pembagian ruang tugas, TNI bertugas menjaga keamanan dalam negeri bila ada ancaman dari luar atau gerakan separatis, dan Polri bertugas melayani masyarakat dan menegakkan hukum (Koran Sindo, 9/3/2013). Sebelumnya di era Orde Baru, TNI dan Polri berada dalam satu institusi yang sama, yaitu ABRI. Benturan yang ada pada keduanya dapat langsung diselesaikan, karena masih adanya perasaan satu korps (Espirit de Corps). Namun, hari ini perasaan tersebut sudah hilang tak bersisa. Benturan sekecil apapun dapat menjadi pemicu timbulnya konflik yang lebih besar, dampaknya perusakan fasilitas publik dan perorangan, melayangnya nyawa, hingga membuat ketakutan dan kecemasan di tengah masyarakat (Media Indonesia, 9/3/2013). Peristiwa penyerangan Mapolres OKU oleh TNI
pun banyak mendapat
liputan media, pasalnya TNI dan Polri seharusnya menjaga kemananan negeri ini, namun keduanya saling baku tembak hingga menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman bagi masyarakat. Selain itu peristiwa ini juga memiliki nilai berita konflik, akibat/dampak, aktual, informasi, dan orang penting (lembaga penting). Menurut luwi Ishwara (2005, 53), Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layak berita (newsworthy). Peristiwa-peristiwa yang 2
memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan lainnya. Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja. Peristiwa penyerangan Mapolres OKU oleh TNI Yonarmed 15/76 Martapura layak disebut berita dibandingkan peristiwa sehari-hari antar aparat (Eriyanto, 2002:107). Media memiliki kekuatan di dalam mengkonstruksi sebuah realitas. Media bisa mengkonstruksi realitas menurut sudut pandangnya sendiri melalui simbol, tanda, dan bahasa. Berita-berita penyerangan Mapolres OKU oleh TNI Yonarmed 15/76 Martapura ini pun dikonstruksi berbeda oleh dua media yang berbeda. Eriyanto (2002, 19) mengatakan bahwa fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas bersifat subjektif. Realitas hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Berdasarkan
uraian di atas, menarik untuk diteliti bagaimana media
mengkonstruksi atau membingkai berita mengenai konflik TNI dan Polri, terkait kasus penyerangan Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh aparat TNI Artileri Medan 15/76 Martapura. Untuk itu, penelitian difokuskan pada pemberitaan diharian Kompas dan Tempo periode 8 Maret 2013 hingga 14 Maret 2013.
3
Surat kabar Kompas dan Tempo dipilih karena keduanya merupakan surat kabar harian umum yang terbit setiap hari dan dibaca oleh khalayak umum. Kompas adalah harian umum nasional yang memiliki oplah terbesar tahun 2012, sebanyak 500.000 eksemplar yang merupakan tiras terbesar di Indonesia (Database DialiesJakarta). Selain itu Kompas
juga dikenal sebagai koran yang memiliki gaya
penulisan yang penuh kehati-hatian, dan cenderung konservatif. Sedangkan, menurut Harijanti (2012: 69) koran Tempo dipilih karena dinilai kritis dan merupakan surat kabar yang independen. Koran Tempo memberitakan sebuah peristiwa dengan ringkas, padat, dan jelas sesuai 5W + 1H. Sedangkan pemilihan artikel berita periode 8Maret - 14Maret 2013 merupakan masa-masa pasca kejadian dimana kedua media tersebut saling menindak lanjuti kasus tersebut. Setiap harinya Kompas dan Tempo memuat berita tentang penyerangan TNI terhadap Polri di Mapolres OKU. Untuk
mengungkap
bagaimana
surat
kabar
Kompas
dan
Tempo
mengkonstruksi pemberitaan TNI dan polri dalam kasus penyerangan dan pembakaran Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh aparat TNI Artileri Medan 15/76 Martapura, maka digunakan teknik analisis framing. Media disini sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas, dan titik persoalan dari analisis framing adalah konstruksi media atas suatu realitas. Menurut Eriyanto dalam Sobur (2009: 162), framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan 4
menulis berita. Melalui framing khalayak dapat mengetahui bagaimana pesan itu dimaknai sehingga bisa ditafsirkan. Framing juga bisa mengkaji bagaimana teks media ditampilkan ke khalayak, menentukan bagaimana realitas ditampilkan atau hadir di hadapan khalayak. Melalui framing penulis ingin mengetahui bagaimana realitas kasus penyerangan Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU) oleh TNI ini ditampilkan leh media ke khalayak. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
framing Robert N. Entman,
karena model ini melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada define problems (pendefinisia masalah), diagnose cause (memperkirakan masaah atau sumber masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. (Eriyanto, 2002: 186-189) Berangkat dari hal-hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana media membingkai pemberitaan kasus penyerangan dan pembakaran Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh
5
aparat TNI Artileri Medan 15/76
Martapura dikonstruksikan dalam surat kabar
Kompas dan Tempo. 1.2
Rumusan Masalah Kasus penyerangan Mapolres OKU oleh TNI menarik untuk diteliti. Hal ini
dikarenakan pada setiap media nasional memberitakan peristiwa tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah Bagaimana surat kabar Kompas dan Tempo mengkonstruksi pemberitaan kasus penyerangan Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh aparat TNI Artileri Medan 15/76 Martapura? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi pembingkaian
berita penyerangan Markas Polres Ogan Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh aparat TNI Artileri Medan 15/76 Martapura di surat kabar Kompas dan Tempo. 1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi
khususnya yang berkaitan dengan pengembangan studi analisis framing selanjutnya. 6
1.4.2
Manfaat Praktis
1.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat,
mahasiswa maupun praktisi media massa. Menjadi sebuah pengembangan akan pembingkaian berita yang dilakukan oleh media khususnya surat kabar, sehingga dapat memberikan wawasan baru kepada masyarakat dalam memahami teks berita di surat kabar. 2.
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan
membuat
penelitian
serupa
mengenai
framing.
Sekaligus
memberi
pengetahuan tentang bagaimana peristiwa disajikan dan dikemas menjadi sebuah berita. 1.5
Batasan Penelitian Karena penelitian ini cukup luas, maka penulis memberi batasan hanya pada artikel berita terkait dengan kasus penyerangan Mapolres OKU oleh TNI dalam harian Kompas dan Tempo periode 8Maret – 14Maret 2013.
7