BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat persaingan ini terlihat dari gencarnya gula impor yang masuk ke dalam negeri. Konsumsi gula yang semakin meningkat dan tidak disertai dengan peningkatkan produksi mengakibatkan impor gula semakin meningkat (Suryantoro et al., 2013). Akibatnya gula produksi dalam negeri bersaing dengan gula impor yang harganya lebih murah. Harga jual gula dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula impor. Perbedaan harga jual antara gula dalam negeri dengan gula internasional dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perbandingan Harga Gula Internasional dengan Harga Gula Dalam Negeri
Tahun
Harga Gula InternasionalHGI[2] (Dollar Per Kg)
Harga Gula InternasionalHGI[2] (Rupiah Per Kg)
Harga Gula Dalam NegeriHGDN[1] [3] (Rupiah Per Kg)
Perbedaan HGI dengan HGDN (%)
[3] 2015 0,39 4.734 12.949,00 174,00 2014 0,36 4.730 11.782,75 149,12 2013 0,39 5.058 12.541,00 147,93 2012 0,48 6.244 11.961,42 91,57 2011 0,60 7.837 20.818,50 165,64 Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)[1], LIFFE (2016)[2], dan Kementerian Perdagangan (2015)[3] Data diolah
1
2
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa perbedaan yang cukup mencolok. Perbandingan ini diperoleh dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, dan London International Financial Futures and Options Exchange (LIFFE). Pada tabel tersebut terlihat pula bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara harga gula dalam negeri (HGDN) dengan harga gula internasional (HGI). Perbedaan yang tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 165,64%. Nilai kurs terhadap dollar yang digunakan adalah Rp 13.130,00. Proses bisnis yang kurang efektif dapat menyebabkan tingginya biaya produksi. Hal ini dapat berimbas kepada penetapan harga jual. Tingginya biaya terjadi pula pada Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo). Alasan PG Madukismo memiliki biaya produksi yang tinggi adalah masih adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah pada proses produksinya. Besar biaya produksi PG Madukismo dapat dilihat pada Tabel 1.2. Biaya produksi gula dalam negeri yang diwakili oleh biaya produksi PG Madukismo, apabila dibandingkan dengan harga gula internasional terjadi perbedaan yang cukup tipis. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Bahkan pada tahun 2012 terdapat perbedaan hampir setengahnya antara biaya produksi gula dengan harga gula internasional.
3
Tabel 1.2. Perbandingan Antara Biaya Produksi, Harga Gula Dalam Negeri, dan Harga Gula Internasional Biaya Produksi Gula Harga Gula Dalam Harga Gula Tahun PG Madukismo/ Kg[1] Negeri[2] [3] Internasional 2012 Rp6.605,62 Rp12.541,00 Rp6.284,40 2013 Rp10.704,06 Rp11.961,42 Rp5.388,00 2014 Rp4.388,99 Rp20.818,50 Rp4.694,40 2015 Rp3.536,6 Rp12.949,00 Rp4.734,00 [1] Sumber : Laporan Keuangan PT Madubaru , Badan Pusat Statistik (2016)[2], LIFFE (2016)[3], dan Kementerian Perdagangan (2015)[3]. Data diolah
Perusahaan saat ini harus menghadapi berbagai dinamika dalam dunia bisnis. Dinamika tersebut salah satunya adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemuasan kebutuhan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan melakukan operasi yang memiliki cost effectiveness atau keefektifan biaya. Perusahaan dapat melakukannya dengan cara menghasilkan keluaran yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan. Pola pikir itu disebut dengan customer value mindset yang melandasi prinsip keefektifan biaya (Mulyadi, 2007). Prinsip lain yang mendasari keefektifan biaya adalah continuous improvement mindset atau pola pikir perbaikan keberlanjutan. Pola pikir tersebut merupakan sebuah prinsip dimana perbaikan di seluruh aspek perusahaan secara berkelanjutan terjadi (Mulyadi, 2007). Perbaikan secara berkelanjutan tersebut dapat terlihat dari kualitas proses bisnis yang terus meningkat, kualitas keluaran yang semakin baik, atau waktu tunggu yang semakin berkurang. Ukuran dari keefektifan biaya dari proses produksi adalah cycle effectiveness (Mulyadi, 2007). Cycle effectiveness diperoleh dari perbandingan antara waktu pemprosesan (processing time) dengan cycle time. Persentase cycle
4
effectiveness
pada
kegiatan
produksi
yang
semakin
mendekati
100%
memperlihatkan bahwa kegiatan produksi mengonsumsi aktivitas tidak bernilai tambah semakin sedikit. Peneliti mengkaji cycle effectiveness pada perusahaan manufaktur sehingga istilah analisis yang digunakan adalah manufacturing cycle effectiveness (MCE). MCE (Kaplan, 1989 dalam Kaplan, 1998) berguna untuk mengevaluasi usaha suatu organisasi dalam menghilangkan waktu yang tidak bernilai tambah. Rasio yang dihasilkan dari perhitungan MCE menekankan pentingnya pengelolaan terhadap waktu dan peningkatan daya responsif terhadap pelanggan. Perusahaan saat ini perlu memiliki pandangan yang utuh dalam persaingan usaha. Pandangan ini dimulai dari mengetahui kondisi pasar hingga bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan biaya yang efektif. Perusahaan perlu meningkatkan MCE untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Perusahaan akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan laba yang meningkat apabila keunggulan tersebut dapat ditingkatkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, perusahaan perlu untuk meningkatkan MCE dari proses produksinya karena mempertimbangkan besarnya peran penilaian kinerja tersebut.
1.2. Rumusan Permasalahan Penelitian PT Madubaru adalah perusahaan yang berupaya menerapkan cost leadership dalam strategi bisnisnya (PT Madubaru, 2007). Perusahaan yang menggunakan strategi tersebut berusaha untuk menerapkan keefektifan biaya dalam setiap aspek operasi perusahaannya. PT Madubaru memiliki dua lini bisnis, yaitu
5
menghasilkan gula dan spiritus. Produk gula dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo) dan produk spiritus dihasilkan oleh Pabrik Spiritus Madukismo (PS Madukismo). Dalam menjalankan proses produksi gulanya, PG Madukismo masih mengalami kendala, yaitu adanya aktivitas tidak bernilai tambah. Secara umum jenis aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi terdiri atas aktivitas perpindahan, menunggu, dan pengerjaan kembali. Aktivitas tidak bernilai tambah tersebut terjadi pada tahapan aktivitas pengukuran berat tebu, pengiriman tebu, kristalisasi, dan berhenti giling. PG Madukismo hampir tiap bulannya mendapatkan retur untuk barang yang telah diserahkan kepada konsumen. Tabel 1.3 memperlihatkan retur gula yang terjadi pada PG Madukismo. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi retur sebanyak 26.169,5 Kg atau 1,01% dari penjualan gula kemasan pada tahun 2015. Distributor melakukan retur disebabkan oleh rupa gula yang berubah menjadi basah serta berat gula tidak sesuai dengan standar. Hal ini terlihat pada kutipan wawancara dengan Sugeng, Kepala Gudang Kemasan PG Madukismo berikut ini (Lampiran 2, T6;L29-L30). “Gula yang diretur biasanya adalah gula yang berubah menjadi basah atau kotor.”
6
Tabel 1.3. Retur Gula Tahun 2015 PG Madukismo Bulan Jumlah Retur (Kg) Januari 3.323 Februari 1.322 Maret 1.925 April 1.616 Mei 3.225 Juni 1.476 Juli 2.304 Agustus 3.610 September 2.712 Oktober 2.269 Nopember 802,5 Desember 1.585 26.169,5 Jumlah Retur (Kg) Sumber : Laporan Produksi Harian PG Madukismo Tahun 2015, data diolah
Efek yang terjadi dari retur adalah perusahaan perlu melakukan inspeksi atas barang yang diretur. Setelah melakukan inspeksi, perusahaan akan melakukan pemprosesan ulang untuk barang yang diretur. Akibatnya, perusahaan harus mengeluarkan
biaya
tambahan
untuk
pengolahan
ulang
dan
inspeksi.
Pemprosesan ulang tersebut merupakan aktivitas pengerjaan kembali. Aktivitas pengerjaan kembali yang lainnya adalah pada saat tahapan proses kristalisasi. Pada tahap tersebut terjadi pemprosesan ulang nira kental selama satu jam. Hal itu terjadi akibat adanya bahan baku yang tidak sesuai dengan standar yang ada. Proses kristalisasi menjadi lebih lama satu jam, seharusnya proses kristaliasi yang terjadi adalah lima jam. Apabila aktivitas pengerjaan kembali tersebut dibiarkan terus menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo.
7
Kendala lain yang terjadi adalah pabrik mengalami aktivitas menunggu, perpindahan, dan pengerjaan kembali. Aktivitas perpindahan terjadi pada aktivitas pengukuran berat tebu hingga pengiriman tebu. Lokasi pengukuran berat tebu terjadi pada jembatan timbang yang bertujuan untuk mengukur berat tebu dan memindahkan tebu dari truk menuju lori. Aktivitas tidak bernilai tambah lainnya adalah aktivitas menunggu. Aktivitas tersebut banyak terjadi pada saat proses produksi terjadi. Aktivitas menunggu tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan teknis, seperti ketel yang akan digunakan belum siap, ampas tebu tumpah, hingga pasokan tebu yang habis (Lampiran 3). Aktivitas lainnya yang terkait dengan proses produksi gula adalah aktivitas inspeksi. Aktivitas tersebut terkait dengan pemeriksaan kualitas gula serta limbah yang dihasilkan dari proses produksi gula. Aktivitas inspeksi terjadi secara terusmenerus dalam jangka waktu tertentu. Pada aktivitas inspeksi tersebut terdapat kendala, yaitu alat yang digunakan masih manual dan mengandalkan tenaga manusia. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat tersebut juga cukup lama, sehingga beberapa tes hasil dari pemeriksaan laboraturium tidak dapat diketahui saat itu juga. Faktor lingkungan eksternal dan internal dapat memengaruhi aktivitas produksi PG Madukismo. Faktor lingkungan internal yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan faktor yang berasal dari pihak internal PG Madukismo yang dapat memmengaruhi produksi. Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor di luar faktor lingkungan internal yang memengaruhi proses produksi. Contoh dari faktor eksternal adalah pasokan tebu untuk produksi
8
terbatas. Faktor eskternal tersebut menyebabkan PG Madukismo menerima tebu dengan kualitas apapun. Hal itu diungkapkan oleh Nur Zamzam, Kepala Bagian Tanaman. Berikut ini adalah pernyataan narasumber tersebut. (Lampiran 2, T3;L53-L57) “Akan tetapi PG Madukismo mau tidak mau menerima tebu yang berasal dari petani. Karena pabrik memiliki pasokan tebu yang terbatas. Sehingga pabrik tidak mungkin menolak tebu yang berasal dari petani. Hal ini mengakibatkan kualitas bahan baku menjadi menurun.”
Faktor lingkungan eksternal lainnya adalah berbagai tekanan yang berasal dari lingkungan eksternal pabrik. Faktor pertama yang berasal dari lingkungan eksternal adalah pasokan tebu yang terbatas. Hal tersebut menyebabkan pabrik menerima tebu dengan kualitas apapun. Faktor kedua adalah tekanan persaingan yang berasal dari produk subtitusi yang tinggi. Jumlah produk pengganti dari gula yang banyak mengakibatkan tekanan persaingan menjadi tinggi. Faktor ketiga adalah tingginya tekanan yang berasal dari pemasok karena perusahaan memiliki sumber bahan baku yang terbatas. Faktor keempat adalah tingginya tekanan yang berasal dari pelanggan, karena spesifikasi dari gula yang ada di Indonesia tidak terlalu banyak terdiferensiasi. Faktor kelima adalah tingginya tekanan persaingan yang berasal dari pesaing yang sudah ada. Biaya berpindah yang rendah dan produk gula yang tidak terdiferensiasi menyebabkan tekanan yang terjadi begitu tinggi. Berbagai kendala yang telah dibahas sebelumnya membuat pabrik harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Pada sisi lain, kendala tersebut dapat memengaruhi tingkat MCE atas suatu proses produksi. Pengaruh tersebut terjadi
9
karena adanya komponen faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Apabila hal itu dibiarkan terus-menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai MCE.
1.3. Pertanyaan Penelitian Berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang penulis uraikan berdasarkan latar belakang sebelumnya. a.
Bagaimana siklus kegiatan produksi gula PG Madukismo?
b.
Apa saja aktivitas bernilai tambah serta tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo?
c.
Bagaimana tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo?
d.
Apabila MCE ditingkatkan, bagaimana imbasnya terhadap biaya produksi gula PG Madukismo?
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Proses produksi gula merupakan fokus utama dalam analisis MCE produksi gula pada PG Madukismo bukan produksi spiritus yang merupakan produk turunan dari pengolahan gula. Proses produksi dimulai dari persiapan bahan baku hingga memperoleh barang jadi yang berupa gula pasir. Penelitian ini menggunakan analisis nilai proses yang berfokus kepada pengurangan biaya, bukan pembebanan biaya.
10
1.5. Tujuan Penelitian Berikut ini adalah tujuan penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup sebelumnya. a.
Untuk menganalisis siklus produksi gula PG Madukismo
b.
Untuk menganalisis aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo.
c.
Untuk menganalisis tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo.
d.
Untuk menentukan imbasnya kepada biaya produksi apabila MCE ditingkatkan.
1.6. Kontribusi Penelitian Berikut ini adalah kontribusi penelitian yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. a.
Kontribusi teori Pada penelitian-penelitian terdahulu belum memasukkan komponen lingkungan eksternal yang terkait dengan analisis MCE. Faktor-faktor yang memengaruhi MCE tidak dijelaskan secara terperinci. Sudut pandang lingkungan eksternal dapat memberikan pandangan yang lebih luas bagi teori yang terkait dengan MCE.
b.
Kontribusi praktik Penelitian ini dapat memberikan saran atas praktik proses produksi gula PG Madukismo, sehingga PG Madukismo dapat melakukan praktik proses produksi gulanya secara lebih baik.
11
1.7. Sistematika Penulisan Tesis Berikut ini adalah sistematika penulisan tesis yang dilakukan oleh penulis. Bab I
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian
Bab II
Bab ini membahas mengenai mengenai landasan teori yang berkaitan dengan MCE.
Bab III
Bab ini membahas teknik pengambilan data serta cara analisis yang digunakan oleh peneliti .
Bab IV
Bab ini membahas mengenai hasil observasi serta hasil analisis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Bab V
Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan guna memperbaiki proses produksi serta sistem yang terkait dengan proses produksi gula yang ada.