1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah sebuah ajaran moral yang memperhatikan
perbedaan
tingkat manusia dan memperlakukannya sesuai dengan tingkatannya masingmasing. Yang lemah mengetahui kewajiban dan haknya, dan yang kuat tidak akan berlaku sewenang-wenang terhadap yang lemah karena sadar akan kekuasaan Allah yang memberi tugas kepadanya untuk menjaga masyarakat muslim dan mewujudkan keadilan.1 Karena ibadah mencakup wujud syukur kita kepada Allah atas berbagai nikmat yang banyak dan beragam, maka untuk itulah bentuk ibadah dijadikan beragam pula, kalau anda mengetahui bahwa Allah telah melimpahkan nikmat pendengaran, penglihatan, kesehatan dan juga nikmat yang terbesar yaitu MengetahuiNya Yang Maha Agung, maka hendaklah anda mengetahui juga bahwa beragamnya bentuk ibadah seperti Puasa, Sholat, Zakat, Haji dan lainnya diwajibkan agar bentuk syukur kita juga beragam sebagaimana nikmatNya yang beragam pula. Oleh karena itu tidak dapat kita katakan bahwa segala bentuk syukur telah sepadan dengan segala nikmat, karena nikmat itu
1
Dr. Muhammad bin Ahmad As-Shahih, Managemen Islam Harta kekayaan,(Solo:Era Intermedia, 2002), hlm. 18
2
sungguh sangat banyak dan tidak terhingga sementara ibadah-ibadah yang kita kerjakan sangat sedikit dan terbatas2 Saling mengasihi dan menyayangi adalah akhlak mulia yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memudahkannya menjalani hidup dalam cinta dan persaudaraan serta menjadikan kebersamaan, yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Karena itu mempunyai dampak yang berarti untuk membantu manusia dalam memerangi sifat individualis dan suka memiliki harta yang bertentangan dengan sifat sosial yang berlandaskan pada cinta pengorbanan dan saling memberi. Sejak masa yang lama manusia telah mengetahui fenomena ini. Kami yakin, bahwa fenomena ini adalah peninggalan risalah-risalah terdahulu. Adapun risalah yang turun dari langit bertujuan untuk membahagiakan manusia. Semua agama samawi yang dibawa oleh para nabi dan rasul menyeru manusia agar menghiasi dirinya dengan sifat mulia. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada para nabi, semenjak Adam a.s. sampai Muhammad Saw. Mereka menegaskan akan pentingnya sifat-sifat mulia, baik seruan itu datang dari Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, atau Muhammad Saw.
Syekh Ali Ahmad Al Jarjawi, Indahnya Syari’at Islam, (Jakarta:Gema Insani, 2006),Cet.1, hlm. 171 2
3
Allah Mengisahkan para nabi dalam firmanNya,
Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,(AlAnbiya’:73)3
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(Al-Bayinah:5)4 Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim. Zakat memiliki hikmah yang dikategorikan dalam dua dimensi: dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dalam kerangka ini, zakat menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari rasa kepedulian sosial (ibadah sosial). Dan bisa dikatakan, seseorang yang melaksanakan zakat 3 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Cv Asy Syifa’, 2000), Hlm.713 4 Ibid, Hlm. 1408
4
dapat mempererat hubungannya kepada Allah (Hablun min Allah) dan hubungan kepada sesama manusia (Hablun minannas). Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah SWT adalah inti dari ibadah zakat. Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai pemenuhan kewajiban seorang muslim. Penunaian kewajiban zakat adalah urusan kepada Allah (Vertikal). Apabila seorang mukmin telah melaksanakan zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan kewajibannya disisi Allah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana yang Allah telah janjikan.5Orang yang mengerjakan sesuatu (berolahraga, melukis, music dan lain-lain) karena jabatan atau profesinya, bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu pencarian. Demikian disebutkan dalam Ensiklopedia Indonesia Pada zaman sekarang ini orang mendapatkan uang dari pekerjaan dan profesinya. Jadi pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain, seperti seorang dokter yang mengadakan praktik, pengacara, seniman, penjahit dan lain-lain. Kedua, pekerjaan yang dikerjakan untuk orang (pihak) lain dengan imbalan mendapatkan upah atau honorarium, seperti pegawai (negeri atau swasta).
5
Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008), Cet 1,Hlm.1
5
Kedua macam pekerjaan tersebut jelas menghasilkan uang sebagai harta kekayaan. Dengan demikian, apakah wajib dikeluarkan zakat penghasilan itu?6 Pengembangan jenis-jenis harta yang wajib dizakatkan telah dilakukan dan telah mulai terlihat kesadaran pada sebagian masyarakat yang memiliki jenis usaha selain yang disebut dalam fiqih-fiqih klasik untuk membayar zakatnya. Kemajuan dan pengembangan ini, selayaknya diiringi pula dengan pengembangan di bidang pendayagunaan zakat, terutama cara pendistribusiannya kepada para mustahiq. Teknik dan manajemennya harus telah mulai dikaji dan diperhatikan mana yang lebih sesuai untuk saat ini. Perubahan ini sangat penting mengingat adanya tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan zakat ( pengumpulan, pembagian, dan pengelola ), ketiganya harus berjalan seiring sejalan, agar eksistensi dan pengelolaan zakat semakin hari semakin baik dan zakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 7 Uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menjadikan judul skripsi ini, “PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL” ( Studi Analisis di Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara). Sehingga maksud judul tersebut diatas dapat dipahami sebagai upaya untuk mengkaji pengelolaan zakat profesi PNS oleh BAZ Kabupaten Jepara.
6 M. Ali Hasan, Zakat dan infak salah satu solusi mengatasi problema sosial di indonesia,(jakarta: Kencana Prenada Media Group),Cet.2, Hlm. 73 7 Isnaini, Op.Cit,Hlm. 9
6
B. Perumusan Masalah Agar dalam bahasan proposal ini tidak melebar, maka dipandang perlu bagi penulis untuk menentukan rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah : 1. Bagaimana Pengelolaan Zakat menurut UU? 2. Bagaimana Pengelolaan Zakat profesi di BAZNAS Kabupaten Jepara? 3. Bagaimana Pandangan Pegawai Negeri Sipil terhadap Pengelolaan Zakat Profesi di BAZNAS Kabupaten Jepara ? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. 1.
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan UU dalam pengelolaan zakat b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan zakat profesi di BAZNAS kab. Jepara. c. Untuk mengetahui Pandangan Pegawai Negeri Sipil terhadap pengelolaan zakat profesi di BAZNAS Kab.Jepara
2.
Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu zakat tentang pengelolaan zakat terutama zakat profesi Pegawai Negeri Sipil yang dikelola oleh Badan Amil Zakat
7
Kabupaten
Jepara
implementasinya
terhadap
perkembangan
kehidupan masyarakat sekarang. 3.
Manfaat Praktis 1. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang di peroleh. 2. Memberi jawaban atas permasalahan yang di teliti. 3. Guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar S1.
D. Penegasan Istilah Untuk menghindari perbedaan dalam pemahaman terhadap judul dalam penelitian ini, maka perlu kiranya dijelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi Analisis di Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara) Pengelolaan : Proses, cara, perbuatan mengelola atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.8 Zakat
: Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama islam dan diberikan kepada golongan yang
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), Hlm.534
8
berhak menerimanya (fakir miskin) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’9 Profesi
: Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.10
PNS
: Unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, undang-undang dasar tahun 1945, negara, dan pemerintah
menyelenggarakan
tugas
pemerintah
dan
pembangunan.11 E. Kajian Pustaka 1. Deskripsi Pustaka Dalam penelitian yang penulis lakukan agar mendapatkan data – data yang lengkap sebagai bahan penelitian maka penulis terlebih dahulu mencari bahan yang berhubungan dengan permasalahan yang di bahas sebagai bahan pertimbangan dan acuan dasar, untuk itu penulis mencari permasalahan yang berkaitan dalam al quran, al hadis, kitab – kitab fiqh, kamus agama, kamus besar bahasa Indonesia, buku – buku (agama dan umum), dan dokumen lain. Sehingga dalam penulisan tersebut dapat menyimpulkan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Nukthoh Arfawie kurde. dalam bukunya yang berjudul Memungut Zakat dan Infaq profesi oleh pemerintah daerah yang menguraikan
9
Ibid, Hlm. 1279 Ibid, Hlm. 897 11 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009), Cet.6, hlm. 343 10
9
tentang strategi dan teknik pengumpulan zakat pegawai negeri sipil dan pegawai perusahaan daerah. Penelitian yang di lakukan oleh Sa’idatun Ni’mah, dalam skripsinya yang berjudul Zakat sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial (studi kasus Badan Amil Zakat
Kabupaten.
Jepara
),
(
Universitas
Islam
Nahdlatul
Ulama’)UNISNU Jepara 2011, yang didalamnya membahas mengenai zakat secara umum dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fitriyani, dalam skripsinya yang berjudul Problematika Zakat Profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (Studi analisis di Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara ), ( Universitas Islam Nahdlatul Ulama’) UNISNU Jepara 2012, yang didalamnya membahas mengenai permasalahan dalam zakat profesi bagi pegawai negeri sipil. F . Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif yaitu: penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan statistik atau cara kuantifikasi lainnya.12 Agar penulis ini dapat memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah, maka peneliti menggunakan berbagai metode di antaranya adalah:
12
Hlm. 6
Lexy j. moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012)
10
Beberapa hal yang peneliti kemukakan terkait dengan metodologi penelitian yang di gunakan adalah: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah field research yaitu jenis penelitian dalam metode pendekatan ini, penelitian di lakukan dalam situasi alamiah akan tetapi di dahului oleh semacam inervens (campur tangan) dari pihak peneliti.13 Dalam hal ini peneliti ingin meneliti tentang pengelolaan zakat profesi pegawai negeri sipil studi analisis di Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara yang berlokasi di Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 40 Jepara 59411 Selain jenis penelitian tersebut, penulis juga menggunakan Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan data-data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan untuk menyajikan landasan teori yakni dengan menganalisa dari literatur-literatur yang berkaitan dengan zakat profesi khususnya bagi pegawai negeri sipil sebagai pelengkap dan penunjang dalam memudahkan penelitian ini. 2. Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara Adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung antara si penanya yang disebut
Anslemm Strauss, et. al, Dasar – Dasar Peneliian Kualtiatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Hlm. 54 13
11
pewawancara dengan si penjawab yang disebut responden atau informan.14 Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang halhal
yang
tidak
dapat
diperoleh
lewat
pengamatan.15pelaksanaan
wawancara tidak hanya dilakukan sekali,namun berulang kali dengan intensitas tinggi. b) Observasi Yaitu sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain16. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri,
kemudian
mencatat
perilaku
dan
kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.17metode ini digunakan untuk mengetahui pengelolaan zakat profesi bagi pegawai negeri sipil Kabupaten. Jepara. c) Dokumentasi Metode ini untuk mendapatkan data-data tertulis seperti data tentang BAZDA, mulai dari identitas, susunan organisasi, susunan pengurus, laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang berkaitan, penulis 14 Agung Triharyanto, et. al, Kamus Sosiologi, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2012), cet.1, Hlm. 284 15 Burhan Ash Shofa, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Rineka Cipta,2007)Hlm. 59 16 Sugiono. Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009) Hlm. 203 17 Lexy j. Moleong, Loc, Cit., Hlm. 269
12
menggunakan metode dokumentasi sebagai sarana untuk melengkapi data yang diperoleh dari obsevasi dan wawancara. 3. Metode Analisa Data Analisa data kualitatif (seiddel, 1998) prosesnya berjalan sebagai berikut : 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya. 3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.18 Analisa data yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase hanya merupakan satu langkah awal saja dari keseluruhan proses analisis. Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran, kualitas.19 Jadi dalam pembahasan skripsi ini adalah membahas tentang pengelolaan dengan berdasarkan pengamatan, wawancara, dokumentasi, kemudian dianalisa dengan teori atau aturan dalam perundangan yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan apakah pengelolaannya sudah sesuai dengan aturan yang ada. 18 19
Ibid, hlm. 248 Suharsini Arikunto, Manajemen penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.10, Hlm. 269
13
G. Sistematika Penulisan Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai judul ini, berikut adalah pokok – pokok dari isi penulis: 1. Bagian awal berisi halaman judul, abstrak, nota persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi. 2. Bagian isi Bagian isi terdiri dari beberapa bab yaitu: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah, C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Penegasan Istilah E. Kajian Pustaka F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan. BAB II Landasan Teori Tinjauan Umum: A. Pengertian Zakat B. Dasar Hukum Zakat,danSejarah Pensyari’atan Zakat
14
C. Syarat Wajib Zakat D. Macam-macam Zakat E. Hikmah Zakat BAB III Objek Kajian A. Sejarah BAZNAS B. Program Kerja dan Kinerja BAZ C. Struktur Organisasi D. Proses Pelaksanaan Zakat Profesi E. Data tentang orang atau lembaga yang melaksanakan zakat mal di BAZDA F. Proses pelaksanaan pengelolaan zakat profesi di BAZDA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang: A. Analisis tentang praktik pelaksanaan zakat mal ( analisis sistem pelaksanaannya, analisis tentang pengalokasiannya, analisis tentang solusi dalam pengalokasiannya) B. Implementasi pelaksanaan pengelolaan zakat profesi pegawai negeri sipil oleh Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara.
15
C. Analisa pandangan Pegawai Negeri Sipil terhadap pengelolaan zakat profesi pegawai negeri sipil di Badan Amil Zakat Kabupaten Jepara. BAB V Penutup Berisi tentang A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Kata penutup.
16