BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi
demokratis
(utamanya
dalam
pendidikan
dan
praktek
berkewarganegaraan), dan perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Persaingan di dunia global menuntut perubahan pendidikan perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global. Adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi kini tidak hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga mampu berfikir kritis menerapkan keilmuannya di kehidupan masyarakat yang berbudaya (kompeten dan relevan) dan perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam menerima tenaga kerja, yaitu persyaratan softskills yang dominan disamping hardskillsnya (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). UNESCO (1998) juga menjelaskan bahwa untuk melaksanakan perubahan besar di pendidikan tinggi berlandaskan kepada learning to know, learning to do, learning to live together (with others), dan learning to be serta belajar sepanjang hayat (learning throughout life) (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Proses pembelajaran pendidikan tinggi secara umum berpusat pada dosen (Teacher-Centered) dengan penyampaian secara tatap muka dan searah. Pada saat
1
Universitas Sumatera Utara
2
mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, mahasiswa kesulitan mengikuti atau menangkap makna esensi materi pembelajaran, sehingga kegiatannya sebatas membuat catatan yang kebenarannya diragukan. Pola proses pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini efektivitasnya rendah dan tidak dapat menumbuhkembangkan proses partisipasi aktif dalam pembelajaran (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Intensitas pembelajaran mahasiswa umumnya meningkat pada saat-saat akhir mendekati ujian tetapi tidak efektif. Akibatnya materi dan proses pembelajaran sangat sulit untuk diases. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Perbaikan pola pembelajaran ini telah banyak dilakukan dengan kombinasi lecturing, tanya-jawab, dan pemberian tugas, yang semuanya dilakukan berdasarkan pengalaman mengajar dosen dan bersifat trial-error. Keluaran proses pembelajaran tetap tidak dapat diases, serta memerlukan waktu lama pelaksanaan perbaikannya (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Mengacu pada permasalahan pendidikan tersebut usaha yang dilakukan adalah dengan perubahan situasi belajar oleh dosen melalui pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar dan peningkatan pelayanan mengajar (Suhardan, Suharto, dkk, 2013). Pola pembelajaran di perguruan tinggi dikaji kemudian dilakukan perubahan dalam proses dan materi pembelajaran di perguruan tinggi agar tidak lagi berbentuk Teacher-Centered Content-Oriented (TCCO), tetapi diganti dengan menggunakan prinsip Student-Centered Learning (SCL) yang disesuaikan dengan keadaan perguruan tingginya (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
3
Perubahan pendidikan juga terjadi pada pendidikan kedokteran dimana berdarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), area kompetensi kedua yaitu mawas diri dan pengembangan diri bahwa pendidikan kedokteran harus menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning) meliputi belajar mandiri, berfikir kritis, umpan balik secara konstruktif dan refleksi diri. Dasar-dasar keterampilan belajar yang harus dimiliki mahasiswa kedokteran meliputi pengenalan gaya belajar (learning style), pencarian literatur (literature searching), penelusuran sumber belajar secara kritis, mendengar aktif (active listening), membaca efektif (effective reading), konsentrasi dan memori (consentration and memory), manajemen waktu (time management), membuat catatan kuliah (note taking), dan persiapan ujian (test preparation) (SKDI, 2012). Berdasarkan kompetensi dokter tersebut kurikulum pendidikan kedokteran harus dilaksanakan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan pendekatan/strategi
SPICES
(Student-centred,
Problem-based,
Integrated,
Community-based, Elective, Systematic/Structured) agar menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer (SPPDI, 2012). Pembelajaran Student Centered memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) sebagai pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dapat menggerakkan mahasiswa belajar secara berkelompok untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok terdiri atas beberapa orang mahasiswa dengan kemampuan akademik
Universitas Sumatera Utara
4
yang beragam. Metode ini sangat terstruktur dalam pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang dihasilkan ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya perlu mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen (Direktorat Akademik & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Salah satu pembelajaran kooperatif adalah group investigation dapat membuat mahasiswa untuk berpikir secara kritis, aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Model ini tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi, seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan sehingga diharapkan akan meningkatkan hasil belajar mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran (Lie, 2010, dalam Setiawan, Murti & Suriyasa, 2013). Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadyah Sumatera Utara (FK UMSU) adalah Fakultas Kedokteran yang baru menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dalam metode belajarnya hybrid dengan menggabungkan metode belajar konvensional dan metode belajar inovatif. Metode inovatif yang digunakan yaitu PBL (Problem Based Learning) dalam bentuk diskusi kelompok kelas tutorial. Mahasiswa semester II merupakan mahasiswa baru yang umumnya terbiasa menggunakan metode konvensional di SMA dan belum terbiasa menggunakan metode belajar baru berbasis inovatif seperti metode pembelajaran kooperatif group investigation sehingga diharapkan setelah belajar dengan menggunakan metode ini dapat berimplikasi positif terhadap hasil belajar. Dari uraian-uraian penelitian di atas, peneliti tertarik meneliti tentang “Perbedaan hasil belajar mahasiswa semester II dengan menggunakan metode
Universitas Sumatera Utara
5
pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran kooperatif group investigation pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014”.
B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian yaitu “Apakah ada perbedaan hasil belajar mahasiswa semester II dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran kooperatif group investigation pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014?”
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Menganalisa perbedaan hasil belajar mahasiswa semester II sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014. 2. Tujuan khusus a.
Mengetahui karakteristik demografi responden pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada mahasiswa semester II pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014.
b.
Mengetahui kategori nilai hasil belajar mahasiswa semester II pada kelompok kontrol pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014.
c.
Mengetahui kategori nilai hasil belajar mahasiswa semester II pada kelompok eksperimen pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
6
d.
Menganalisa perbedaan hasil belajar mahasiswa semester II sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014.
e.
Menganalisa perbedaan hasil belajar mahasiswa semester II sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen pada Blok Metabolisme dan Nutrisi di Fakultas Kedokteran UMSU tahun 2014.
D. Manfaat penelitian 1. Praktik pendidikan a. Bagi mahasiswa, metode pembelajaran kooperatif group investigation memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan aktivitas yang tinggi baik secara fisik, mental, emosi maupun sosialnya. b. Bagi dosen pengajar, penelitian sebagai referensi untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik gaya belajar mahasiswa, sehingga dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar mahasiswa. c. Bagi institusi pendidikan, metode pembelajaran kooperatif group investigation diharapkan dapat berimplikasi positif terhadap kualitas pembelajaran dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar sehingga mampu memperbaiki mutu lulusan institusi. 2. Penelitian pendidikan Sebagai khasanah pengetahuan bagi para pembaca dan bahan referensi bagi para peneliti yang lain dalam melakukan penelitian sejenis atau sebagai penelitian lanjutan.
Universitas Sumatera Utara