1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesatnya menyebabkan perubahan yang mendasar pada berbagai aspek kehidupan manusia. Diantaranya dapat kita rasakan dengan teknologi informasi adalah kecepatan penyampaian informasi. Aplikasi teknologi informasi yang terus berkembang memungkinkan seseorang menerima informasi lebih cepat. Bagi suatu institusi kecepatan distribusi informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi ini merupakan peluang yang menarik. Di era globalisasi seperti saat ini informasi memegang peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Manusia selalu membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya. Dalam perkembangannya, kebutuhan pengguna akan informasi juga akan berubah-ubah baik dari segi keragaman isi maupun akses terhadap informasi tersebut (Darsono, 2004). Teknologi informasi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan,
pengumpulan,
pengolahan,
penyimpanan,
penyebaran,
dan
penyajian informasi. Teknologi ini merupakan hasil perpaduan dari dua teknologi yang sebelumnya dikembangkan secara terpisah, yaitu komputer untuk data (digital) dan komunikasi untuk suara (analog) (Kementrian Riset dan Teknologi, 2006). Perkembangan teknologi informasi di belahan dunia telah mengubah cara
2
orang dalam bekerja, belajar, berinteraksi dan berkomunikasi. Peran teknologi informasi menjadi kian besar dan nyata dalam era modern saat ini, karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi atau masyarakat berpengetahuan. Termasuk dalam bidang perpustakaan, perkembangan teknologi informasi memberikan kesempatan yang semakin luas untuk dimanfaatkan dalam mendukung proses layanan informasi pada perpustakaan. Penggunaan internet dalam dunia perpustakaan yang semakin meluas, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memungkinkan diselenggarakannya proses layanan informasi yang efektif dan efisien pada perpustakaan. Perpustakaan sebagai sebuah institusi yang terkait langsung dengan informasi, tentu saja tidak boleh ketinggalan dalam pemanfaatan teknologi informasi.
Teknologi
informasi
memiliki
kemampuan
untuk
membantu
perpustakaan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada para pengguna, memperluas keterjangkauan kinerja dan memberikan pelayanan yang lebih cepat dan tepat. Dalam konteks penerapan teknologi informasi pada pengembangan perpustakaan, maka diperlukan “kesiapan”, yang disebut dengan e-readiness. (UN Global E-government Readiness Report, 2005). Secara sederhana, e-readiness dapat diartikan sebagai kesiapan dalam mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam konteks tertentu (Wahyudi, 2008). Perkembangan sistem informasi yang demikian pesat seperti sekarang ini menuntut suatu lembaga perpustakaan untuk meningkatkan sistem layanan informasi yang baik sehingga mampu melayani pemustaka secara cepat dan tepat. Dengan dilatarbelakangi oleh perkembangan teknologi informasi maka suatu
3
lembaga perpustakaan harus memiliki sistem pelayanan yang sejalan dengan perkembangan era teknologi informasi, dengan kata lain perpustakaan hendaknya memiliki sistem informasi modern yang dapat diakses oleh para masyarakat pengguna kapan pun dan di manapun. Perpustakaan menyadari bahwa keterlibatan teknologi informasi telah menjelma menjadi kebutuhan yang harus dimiliki dan dimanfaatkan oleh pengelola perpustakaan untuk meningkatkan kualitas kinerja perpustakaan. Meskipun sudah banyak isu pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digital, akan tetapi dalam pelaksanaan di perpustakaan tidak dimbangi dengan kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia dan kemampuan masyarakat pengguna untuk memanfaatkan teknologi informasi, sehingga tidak berjalan sesuai dengan harapan yang akan dituju. Isu mutaakhir perkembangan perpustakaan sampai saat ini masih merupakan fenomena yang belum bisa terselesaikan. Pergerakan ke arah perpustakaan berbasis teknologi informasi dan digital memang menarik, karena memaksa pihak pengelola perpustakaan untuk menerimanya supaya bisa mempermudah kinerja. Akan tetapi berat untuk diterapkan karena masyarakat belum sepenuhnya dapat menyerap konsep perkembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi. Sementara itu di sisi lain pustakawan harus menyesuaikan diri menuju budaya teknologi informasi. Pengembangan perpustakaan merupakan suatu keharusan untuk memasuki era perpustakaan berbasis teknologi informasi dan digital, hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk mencapainya. Belum selesai pustakawan menyamakan persepsi tentang teknologi informasi dan belum semua pustakawan memahami komputer dan internet, sekarang dituntut
4
memahami perpustakaan berbasis teknologi informasi. Berpikir maju menuju perpustakaan berbasis teknologi informasi merupakan faktor pendukung untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Kemudian parameter untuk perkembangan perpustakaan bisa dilihat dari kesiapan perpustakaan itu sendiri, sehingga pergeseran atau perubahan menuju perpustakaan berbasis teknologi informasi merupakan perkembangan yang tidak dapat dikesampingkan lagi. Bagi setiap organisasi termasuk lembaga perpustakaan, teknologi informasi merupakan aset berharga dan memainkan peranan yang besar dalam membantu perpustakaan untuk melakukan proses temu kembali informasi yang menjadi jembatan antara pihak perpustakaan dan masyarakat pengguna. Oleh karena itu pihak perpustakaan harus menyadari bahwa pengelolaan yang baik terhadap penerapan teknologi informasi akan dapat berefek pada pengembangan perpustakaan yang maju. Karena begitu pentingnya peran teknologi informasi pada perpustakaan, maka perpustakaan harus memiliki kesiapan dalam penerapan teknologi informasi. Untuk mengetahui kesiapan perpustakaan dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi, maka perlu dilakukan penilaian kesiapan dalam implementasi teknologi informasi (e readiness) pada perpustakaan. Yang mana hasil penilaian inilah yang dapat menentukan seberapa besar kesiapan perpustakaan dalam penerapan teknologi informasi. Berdasarkan latar belakang masalah maka pada penelitian ini akan membahas tentang ereadiness pada perpustakaan. Alasan peneliti menggunakan ereadiness, karena e-readiness merupakan metode untuk mengukur kualitas infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi. Sedangkan model yang
5
digunakan dalam penelitian ini adalah model penilaian Mutula dan Brakel, peneliti mengadopsi model ini karena perpustakaan sebagai tempat penyimpanan dan layanan informasi maka ada kesesuaian dalam hal akses informasi. Kemudian penilaian dilakukan dengan jalan melakukan inventarisasi terhadap indikatorindikator
yang mempengaruhi pengembangan
teknologi
informasi
pada
perpustakaan. Fokus penelitian ini akan menilai tingkat kesiapan Badan Perpustakaan Dan
Arsip
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
(BPAD
DIY),
dalam
mengimplementasikan teknologi informasi dengan menggunakan tools dari penelitian Mutula dan Brakel, dikarenakan kesamaan dalam hal akses terhadap informasi. Dimana penelitian Mutula dan Brakel dimulai dengan mempelajari konsep dari studi Computer System Policy Project (CSPP), Centre for International Development (CID) di universitas Harvard, Economist Intelligence Unit (EIU) and IBM Program, United Nation Development Programme, United Nation Conference on Trade and Development, McConnell International (MI). Dengan mempelajari studi tersebut, Mutula dan Brakel membentuk new ereadiness dengan memasukkan beberapa indikator dari studi-studi tersebut dan juga membuat komponen baru yang dapat menilai kesiapan dalam hal akses informasi di suatu enterprise. Pada penelitian Mutula dan Brakel terdapat lima segmen kesiapan yang terbagi menjadi 112 komponen penilaian. Kemudian dalam penelitian ini indikator akan disesuaikan dengan kondisi Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY).
6
1.2 Rumusan Masalah 1) Sejauh mana kesiapan (e readiness) Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) untuk implementasi teknologi informasi? 2) Faktor-faktor apa saja yang dapat diduga mempengaruhi kesiapan tersebut?
1.3 Keaslian Penelitian Pada tahun 2008, telah diadakan penelitian dengan tema e-readiness yang dilakukan oleh mahasiswa Magister Teknologi Informasi konsentrasi Chief Information Officer. Penelitian pertama dilakukan oleh Wahyudi untuk mengukur tingkat kesiapan di lembaga-lembaga terkait sebagai penyelenggara layanan DIY Learning Gateway. kemudian penelitian kedua dilakukan oleh Farista untuk menilai e-readiness pemerintah dan masyarakat Lombok Timur yang merupakan prasyarat keberhasilan implementasi
egovernment. Kedua penelitian ini
menggunakan framework dari e-readiness assessment tool yang dikembangkan oleh Center for International Development (CID) pada Universitas Harvard (CID, 2009), namun framework yang ada dimodifikasi untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dan penelitian ke tiga dilakukan oleh Vinsensius Triadi Wanggo (2009) untuk pengukuran e-readiness universitas nusa cendana kupang. Penelitian ini menggunakan framework yang sama untuk mengukur e-readiness Universitas Nusa Cendana Kupang, yang disesuaikan dengan lingkungan perguruan tinggi setempat.
7
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Menggambarkan kondisi yang ada di Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) terkait kesiapan dalam penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas layanan. b. Menjadi acuan bagi pimpinan Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) dalam menyusun strategi serta langkah-langkah yang perlu diambil ketika mengimplementasikan teknologi informasi.
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a. Mengukur tingkat kesiapan Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) dalam implementasi teknologi informasi. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dihadapi oleh Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) dalam implementasi teknologi informasi.