BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara
dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab, dan sumber pendapatan (Olson, 2003). Pernikahan merupakan penyatuan pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing berdasarkan latar belakang budaya serta pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada penyatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru. Perbedaan-perbedaan yang ada perlu disesuaikan satu sama lain untuk membentuk sistem baru bagi keluarga (Santrock, 2002). Didalam pernikahan setiap pasangan suami istri umumnya menginginkan untuk tinggal bersama dalam satu rumah, namun ada beberapa keluarga yang tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena berbagai alasa, yang salah satunya adalah alasan pekerjaan. Pasangan yang menjalani long distance relationship (LDR) tentu saja menghadapi masalah yang berbeda dengan pasangan suami istri yang tinggal bersama. Lebih utama pada masalah komunikasi antar pasangan dibandingkan dengan pasangan yang tinggal serumah. Di Amerika Serikat, LDR meningkat sebanyak 23% dalam rentang waktu lima tahun, dari tahun 2000 - 2005 (Guldner, 2003 & Jimenez, 2010). Hal tersebut
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
diperkuat data yang dikemukakan The center for the study of long distance relationships dalam Jacobson (2012) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2005, 3,5 juta masyarakat Amerika menjalani pernikahan jarak jauh, selanjutnya pada tahun 2011, hubungan jarak jauh meningkat menjadi 7,2 juta orang. Pada individu yang masih berpacaran, dilaporkan pada tahun 2005 sebanyak 4,5 juta orang, dan meningkat pesat pada tahun 2011, yaitu menjadi 10 juta orang. LDR dapat terjadi baik pada pasangan yang sudah menikah,maupun yang belum menikah, dimana hubungan semacam ini terjadikarena beberapa penyebab, salah satunya karena alasan pekerjaan. LDR yang seringkali dijalani oleh karyawan dikarenakanperusahaan menugaskan karyawannyake luar kota bahkan ke luar negeri, sehingga memaksa karyawan tersebut harus tinggal jauh dari orang-orang terdekat (istri/suami, pasangan, anak). Banyak karyawan yang tidak mungkin membawa istri dan keluarga karena lokasi bekerja yang tidak memungkinkan untuk membawa keluarga. Kondisi karyawan yang menjalani LDR sendiri terbilang tidak mudah. Beberapa penelitian tentang LDR menyebutkan, bahwa hubungan semacam ini sebenarnya bisa memberikan dampak negatif terhadap kondisi psikologis seseorang. Beberapa hasil penelitian menyebutkan, hubungan LDR sangat rawanakan konflik, serta dapat memicu stres baik secara biologis maupun psikologis (Purba & Siregar, 2006). LDR juga menimbulkan kecemasan yang tinggi pada individu yang menjalaninya, dan terbukti dapat mengurangi kepuasan seksual yang berdampak pada keharmonisan hubungan (Cameron & Ross, 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Khusus bagi orang yang bekerja, LDR dapat memaksa pasangan menjalani dualcarreer yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi hubungan itu sendiri, maka diperlukan alat komunikasi seperti Video chat untuk menjaga hubungan antar pasangan LDR (Neustaedter & Greenberg, 2011). Penelitian mengenai long distance relationship juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Jimenez (2010) melakukan penelitian berjudul The regulation of psychological inlong-distance relationships. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ditemukan kecemasan yang terbilang tinggi pada individu yang menjalani LDR, hal tersebut berdampak kurang baik terhadap kepuasan hubungan.Adapun prediktor yang palingberpengaruh membuat kecemasan yaitu karena kurangnya kepuasandalam hubungan seksual yang berdampak pada kepuasan hubunganpada pasangan yang menjalani LDR. Intimacy adalah suatu proses dan pengalaman yang merupakan hasil dari pengungkapan topik mengenai intimacy yang dilakukan pasangan dalam berbagi kedekatan, yaitu meliputi perasaan yang dekat, keterbukaan, memiliki teman, menunjukan kasih sayang, berbagi ide, mendiskusikan berbagai hal yang terjadi setiap hari, dan saling berbagi mengenai hobi ataupun aktivitas mereka masingmasing (Schaefer & Olson, 1981). Faktor-faktor yang mempengaruhi intimacy terdiri darisikap saling terbuka, kecocokan pribadi, dan penyesuaian diri dengan pasangan (Atwater, 1983). Pada pasangan LDR yang menikah intimacy merupakan suatu tantangan, karena frekuensi untuk bertemu sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan pandangan Erickson (Papalia, Old & Feldman, 2008) bahwa intimacy yang dibawa sejak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
masa awal pernikahan memberikan kemampuan mendasar untuk dapat menghadapi tantangan selanjutnya. Jika pasangan berhasil melewati tahap pertama dengan baik, maka kemungkinan mereka akan melewati tahap berikutnya dengan mulus pula. Sedangkan menurut (Stafford, 2005) menjalani hubungan pernikahan jarak jauh, terutama yang berbeda negara tentulah tidak mudah, karena pasangan terpisahkan oleh jarak yang sangat jauh dan akan kesulitan untuk saling mengunjungi karena akan memerlukan biaya yang besar, secara otomatis intensitas bertemu langsung untuk memenuhi kebutuhan emosional berkurang. Komunikasi tatap muka secara langsung yang intensif diperlukan untuk pendalaman karakter masing-masing pasangan, serta percakapan kecil sehari-hari dibutuhkan untuk kelangsungan sebuah hubungan. Pasangan LDR cenderung dilanda stres, depresi, dan feeling blue karena banyak kebutuhan emosional yang tidak tercapai. Pada saat mengalami masalah atau melewati masa-masa sulit, peran pasangan juga amat penting karena dapat mengurangi rasa sedih, menghindarkan dari perasaan putus asa, dan membantu proses pemulihan ke arah kondisi semula. Faktor yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah faktor penyesuaian pernikahan yang terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul (Anjani & Suryanto, 2006). Adaptasi dan keintiman dibutuhkan bagi pasangan yang sudah menikah, namun ketidakhadiran pasangan saat yang dibutuhkan dapat menimbulkan konflik pada pasangan tersebut karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, adaptasi dan intimacy sangat dibutuhkan bagi pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh. Dalam hubungan pernikahan jarak jauh adaptasi yang diperlukan adalah usaha untuk melakukan penyesuaian diri terhadap pernikahan tersebut. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor intimacy, dimana pasangan sedang melalui masa adaptasi, adaptasi disini lebih ditekankan pada pentingnya berkomunikasi secara efektif, yaitu kemampuan untuk mendengarkan secara aktif dan memberikan respon dengan cara yang tidak mengadili. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya dan penerimaan pada pasangan (Atwater, 1983). Dalam perkembangan psikososial mengenai intimacy ini, intimacy dapat terjalin karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu gaya kelekatan dengan orang tua (attachment style with parents), keterbukaan diri (selfdisclosure), kecocokan pribadi, dan penyesuaian diri antara individu dengan pasangannya (Duffy & Atwater, 2005). Intimacy dalam pernikahan ini juga dapat memiliki makna yang berbeda bagi pria dan wanita, hal tersebut disebabkan oleh pengalaman dan implikasi dari pernikahan yang mungkin berbeda bagi istri maupun suami.Thompson & Walker, (Santrock, 2002). Hal ini umumnya tepat dalam mengekspresikan intimacy dan dalam pekerjaan rumah tangga.Wanita lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
ekspresif dan berperasaan sehingga lebih menunjukkan kebutuhan yang berhubungan dengan emosi (emotional intimacy), sedangkan pria lebih menggambarkan keinginan yang berhubungan dengan seksual (sexual intimacy) (Stahmann, Young & Grover, 2004). Kehidupan pernikahan seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak orang yang merasa gagal dalam menjalani pernikahannya. Pada umumnya, bayangan akan kebahagiaan yang harmonis dan mesra dalam sebuah pernikahan segera sirna di masa awal pernikahan, seiring munculnya perbedaan-perbedaan dan ketidaksesuaian di antara pasangan suami istri. Cepat atau lambat, perbedaan dan proses penyesuaian ini akan menyebabkan munculnya konflik di dalam kehidupan pernikahan. Pada dasarnya, konflik yang muncul akibat proses penyesuaian diri antara pasangan suami istri adalah hal yang sangat wajar. Konflik yang tidak segera diatasi dengan baik dapat menimbulkan masalah yang berbahaya bagi pernikahan. Selama tahun pertama dan kedua pernikahan pasangan suami-istri biasanya harus melakukan penyesuaian satu sama lain, terhadap anggota keluarga masing-masing dan teman-teman. Masalah penyesuaian yang paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap pasangannya (Hurlock, 2006). Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Istilah ”penyesuaian” mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian seorang individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat (Hurlock, 2006). Individu menyesuaikan kepribadian yang dimiliki dalam bertingkahlaku sesuai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
dengan norma di masyarakat. Salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya (Kartono, 2007). Purnomo (Natalia dan Iriani, 2002) menyatakan bahwa penyesuaian diri pada laki-laki dan perempuan sebetulnya sama saja, tetapi ada anggapan bahwa perempuan lebih banyak menyesuaikan diri dengan peranannya dalam pernikahan. Setelah menikah perempuan akan berperan sebagai istri, ibu, bahkan wanita bekerja. Istri juga memegang peranan yang lebih besar dalam urusan rumah tangga. Pernyataan ini didukung pula oleh Horsey (1996) yang mengatakan bahwa peranan perempuan dalam pernikahan sangat kuat karena secara tradisional perempuan banyak mengambil peran dalam rumah, terlebih lagi para istri cenderung mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk mempunyai hubungan
yang
baik
dengan
keluarga
suaminya
sebagaimana
mereka
berhubungan baik dengan keluarganya sendiri. Salah satu faktor yang diungkapkan oleh Kartono (2007) tentang penyesuaian diri pada pernikahan adalah faktor psikologis, yaitu berupa: pengalaman, trauma, situasi dan kesulitan belajar, kebiasaan, penentuan diri (self determinant), frustrasi, konflik dan saat-saat kritis, selain hal tersebut, juga terdapat kondisi lingkungan dan alam sekitar, misalnya keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan teman-teman. Powell (Santrock, 2010) mengemukakan bahwa adaptasi yang normal adalah ketika individu mampu untuk menemukan kemampuan dan menemukan keseimbangan antara kerja, cinta, dan bermain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Keberhasilan adaptasi ini akan menentukan kesejahteraan dalam pernikahan jarak jauh dan yang pada akhirnya akan menentukan kepuasan serta kebahagiaan hidup. Berdasarkan beberapa uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh penyesuaian diri terhadap intimacy. Penulis ingin melihat konsistensi hasilpenelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penyesuaian diri dengan intimacy, hal-hal apa yang mendukung dan menghambat penyesuaian diri dengan intimacy, selain itu peneliti ingin memperkaya penelitian mengenai intimacy dalam LDR. Sepanjang yang peneliti ketahui masih sangat sedikit penelitian mengenai variabel intimacy pada pasangan LDR yang dibahas dalam konteks psikologi sosial.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas peneliti mencoba
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, yaitu : ’’Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penyesuaian diri terhadap intimacy pada pasangan suami - istri yang menjalani pernikahan jarak jauh?”
1.3.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan melihat Seberapa besar ’’Pengaruh penyesuaian diri terhadap intimacy pada pasangan suami - istri yang menjalani pernikahan jarak jauh”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1.4.1. Manfaat teoritis
Untuk pasangan suami - istri yang menjalani pernikahan jarak jauh, harus memiliki komitmen yang kuat, agar proses penyesuaian diri dan intimacy nya berjalan baik dan hubungannya tetap harmonis.
Bagi masyarakat, penelitian ini berguna untuk menyadari bahwa pentingnya penyesuaian diri dan intimacy yang tinggi didalam pernikahan, agar saling percaya satu sama lain dan dapat menghadapi permasalahan bersama sehingga pernikahannya tetap langgeng.
Untuk menambah khasanah dalam pembelajaran mengenai pengaruh antara penyesuaian diri terhadap intimacy pada pasangan suami - istri yang menjalani pernikahan jarak jauh dan untuk memberi sumbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang psikologi sosial.
1.4.2. Manfaat praktis Peneliti berharap pada penelitian ini dapat memberi masukan terhadap kajian psikologi mengenai masalah penyesuaian diri dan intimacy, serta dapat menjadi bahan acuan bagi para psikolog dalam memberikan saran dan masukan bagi yang mengalaminya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/