BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi fokus terhadap suatu proses pembangunan terus menerus yang dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat dengan memperbaiki dan menambah segala sesuatu menjadi lebih baik sehingga masyarakat dapat keluar dari kemiskinan. Proses pembangunan yang dilakukan terus menerus bersifat dinamis yang mencerminkan terobosan baru demi tercapainya harapan akan meningkatnya pendapatan riil sehingga masyarakat menjadi makmur. Kegagalan konsep lama di dalam menjelaskan alasan-alasan yang menyebabkan pembangunan ekonomi suatu negara tidak tercapai. Konsep pembangunan kemudian mengalami pergeseran dengan memasukkan peran institusi
di
dalamnya.
Menurut
Arsyad
(2010:11)
mendefinisikan
Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan multidimensional yang ditandai dengan proses transformasi struktural yang mencerminkan hubungan antar berbagai proses perubahan di suatu negara. Proses transformasi struktural tercermin dari perubahan struktur ekonomi yang terlihat dari perubahan kontribusi sektoral dari pendapatan nasional. Dalam proses transformasi struktural tersebut terdapat proses akumulasi yang di dalamnya terdapat unsur modal sosial, meliputi partisipasi dalam suatu jejaring, reciprocity (hubungan timbal balik), trust (saling percaya), norma sosial,
1
nilai-nilai, koordinasi dan polarisasi sosial. Adanya modal sosial tersebut memiliki peran dalam menentukan hubungan dan kualitas hidup masyarakat. Modal sosial menjadi masalah penting karena usaha ekonomi akan sukses tidak hanya berbekal modal finansial semata, namun juga perlu adanya dukungan sumber daya manusia, dan modal sosial merupakan salah satu unsurnya. Modal sosial berkaitan erat dengan persoalan hubungan sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat dalam membangun hubungan tersebut akan terbentuk kerja sama sehingga suatu tujuan mudah dicapai. Di samping itu orang yang melakukan hubungan melalui serangkaian jaringan yang memiliki kesamaan dalam nilai dan norma dengan anggota lain dalam jaringan tersebut, yang kemudian dianggap sebagai modal sosial (Field, 2010:1). Menurut Putnam, (1993:169) mendefinisikan modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial yang di dalamnya mencakup kepercayaan, norma, jaringan, yang dapat memperbaiki efesiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Definisi modal sosial tersebut, di atas modal sosial memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya pada tataran mikroekonomi modal sosial dapat memperbaiki sistem kerja pasar, sedangkan pada tataran makroekonomi modal sosial mencakup institusi, kerangka hukum, dan peraturan pemerintah di dalam mengorganisir produksi mempengaruhi kinerja ekonomi makro (Arsyad, 2010:14). Agar modal sosial tumbuh baik dibutuhkan adanya saling berbagi (share values) serta pengorganisasian peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust) dan common sense tentang tanggung jawab bersama
2
sehingga masyarakat menjadi lebih dari sekerdar kumpulan individu belaka (Syahyuti, 2010:33). Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms), jejaring (networks), yang mampu menggerakkan partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sistem ekonomi Islam, merupakan sistem ekonomi baru yang dibangun atas dasar nilai dan norma yang diajarkan agama Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagi manusia termasuk aturan dalam melakukan aktivitas ekonomi. Beberapa aturan tersebut ada yang bersifat permanen dan terdapat pula yang bersifat kontekstual sesuai situasi dan kondisi (Misanam, dkk. 2011:13). Tujuan dari ekonomi Islam adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat (falah), melalui tatanan kehidupan yang baik dan terhormat (Misanam, dkk. 2011:54). Konsep falah merujuk pada kebahagiaan spiritual, moral dan sosial ekonomi. Dalam ranah mikro merujuk kepada situasi di dalamnya seseorang individu dicukupi kebutuhan dasar yang baik, serta menikmati kebebasan dan waktu luang yang diperlukan untuk meningkatkan mutu spiritual dan moral, sedangkan dalam ranah makro mengandung arti masyarakat yang egalitarian dan bahagia dengan lingkungan yang bersih terbebas dari keinginan serta dengan kesempatan bagi warga untuk memajukan diri dalam bidang sosial, politik, budaya, ekonomi maupun agama (Chaudhry, 2012:31).
3
Keberhasilan sistem ekonomi Islam terletak pada sejauhmana keseimbangan antara kebutuhan material dan modal sosial. Ekonomi Islam tidak melupakan ciri pokok kemajuan manusia yang bergantung pada sejauh mana koordinasi aspek moral dan material dalam kehidupan manusia. Apabila aspek moral dipisahkan dari perkembangan ekonomi, maka akan hilangkan kontrol yang berfungsi menjaga sistem sosial (Rahman, 1995:13). Islam memiliki landasan kuat untuk membangun masyarakat yang committed terhadap modal sosial. Menurut Ahmad (2012:95), Islam memiliki komitmen terhadap kontrak sosial dan norma yang telah disepakati bersama dan bangunan masyarakat Muslim ciri dasarnya adalah ta’awun (tolong menolong),
takaful
(saling
menanggung),
dan
tadhomun
(memiliki
solidaritas). Bila dicermati, banyak sekali ayat Al-Quran yang membahas ibadah mahdhah seperti shalat berjamaah, zakat, qurban, puasa, haji, maupun muamallah seperti silaturahim, anjuran mengucapkan salam, menjenguk orang sakit dan seterusnya yang pada hakikatnya menjunjung tinggi dan sekaligus merupakan instrumen modal sosial. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10: Artinya: Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Kementerian Agama RI, 2010:554). Dalam firman Allah yang lain yaitu Q.S. Al-Baqarah:134
4
Artinya: “ …. bagi apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Kementerian Agama RI, 2010:20). Q.S. Al-Anfal ayat 27 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui (Kementerian Agama RI, 2010:180). Firman Allah tersebut menjelaskan bahwa nilai dan norma dalam alQur’an yang merupakan salah satu instrumen modal sosial mempunyai keterkaitan dengan kesejahteraan individu, masyarakat secara keseluruhan. Nilai dan norma tersebut merupakan salah satu alasan dari keinginan manusia dalam seluruh aktivitas kehidupan, yang harus diperjuangkan untuk mencapai falah (Basyir, dkk, 1992:11). Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan adalah besar kecilnya tingkat pendapatan, yang dikur dengan besar kecilnya tingkat upah atau gaji yang diperoleh setiap individu (Samuelson dan Nordhaus, 2003:264). Di samping itu ukuran lain adalah besar kecilnya modal sosial yang dimiliki setiap individu (Fukuyama, 2000). Misalnya orang yang sering silaturrahmi akan memiliki jaringan yang kuat, sehingga memudahkan individu tersebut untuk memperoleh informasi tentang pekerjaan dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan timbulnya kepercayaan, sehingga apabila individu berperilaku jujur dan dapat dipercaya, maka individu tersebut
akan dengan mudah mendapat kepercayaan dari
5
orang lain. Munculnya trust membuat setiap individu menjadi lebih produktif, efektif dan efisien serta biaya transaksi (Arsyad, 2010:493). Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Indonesia, sehingga di dalam menjalankan setiap aktivitas ekonomi tidak terlepas dari ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai dalam agama merupakan sandaran terakhir yang berfungsi mengabsahkan sikap yang dipilih ketika berlangsung hubungan seseorang dangan orang lain. Pemahaman seseorang terhadap pengetahuan keagamaan yang dimilikinya, akan memiliki pengaruh yang besar dalam mengaktifkan bagian-bagian sosial ekonomi (Koentjaraningrat, 1976:44). Menurut data BPS Kota Mataram (2014:217 dan 277), jumlah penduduk Kota Mataram 450.950 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk yang berbeda-beda, sedangkan segi keberagamaan mayoritas penduduk Kota Mataram beragama Islam, yang mencapai jumlah 236.808 jiwa (78,60%), penganut Hindu 52.578 jiwa (17,45%), Kristen 4.346 jiwa (1,44%), Budha 4.197 jiwa (1,39%) dan Khatolik 3.344 (1,10%). Data di atas, memberikan gambaran bagaimana pengaruh ajaranajaran agama yang dapat menjadi acuan utama dalam pembangunan ekonomi terutama di dalam pembentukan keputusan. Namun demikian pengaruh agama tersebut tidak bersifat statis, tetapi akan terus mengalami perubahan dan perkembangan, baik karena pengaruh internal maupun pengaruh eksternal kehidupan kota yang memang dinamikanya semakin tinggi. Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang memiliki penduduk yang padat yaitu 1.130.365
6
juta jiwa, yang mana dalam mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, tidak terlepas dari berbagai hambatan salah satunya adalah bidang ketenagakerjaan, terutama mengenai tingkat distribusi pendapatan yang tidak merata. Kecamatan Keruak merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur, yang dibagi menjadi empat desa yaitu Desa Tanjung Luar, Desa Pijot, Desa Selebung Ketangga dan Desa Sepit. Pada umumnya penduduk masyarakat di Kecamatan Keruak bermata pencaharian petani dan buruh tani, dan sebagian besar daerahnya merupakan lahan kering yang membutuhkan sistem pengairan dan irigasi yang lebih baik. Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi. Desa Sepit merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Keruak. Desa Sepit merupakan desa yang luas wilayahnya paling luas di Kecamatan Keruak dan memiliki penduduk yang padat serta kehidupan masyarakat yang masih tergolong miskin. Dari jumlah penduduk 3.935 jiwa yang berjumlah 1.448 KK terdapat 814 KK penduduk miskin, angka tersebut tergolong tinggi. Berikut ini disajikan data jumlah penduduk Desa Sepit tahun 2014. Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Desa Sepit Tahun 2014. Jml LakiRumah Pend. Perempuan No Dusun Pend. laki Tangga Miskin (org) (jiwa) (org) (KK) (KK) 1 Sepit 1172 593 579 438 255 2 Sepit Utara 409 209 200 138 83 3 Tengeh 550 263 287 192 109 4 Lokon 759 420 339 226 128 5 Liqa’ul Amal 384 181 203 158 92 6 Kebun Jeruk 438 207 231 169 96 7 Gerumpung 223 115 108 127 81 Jumlah 3935 1988 1947 1448 814 Sumber: Profil Desa Sepit 2014. 7
Secara umum penduduk masyarakat Desa Sepit bermata pencaharian petani dan buruh tani, dan sebagian besar daerahnya merupakan lahan kering yang membutuhkan sistem pengairan dan irigasi yang lebih baik. Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat Desa Sepit kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan lain-lain. Di samping itu lapangan pekerjaan di sektor pertanian yang semakin sempit karena berbagai faktor menyebabkan terjadinya kesulitan di dalam memperoleh pekerjaan dan kesediaan lapangan kerja tidak dibarengi dengan tingkat penyerapan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan antara buruh tani di dalam memperoleh pekerjaan. Dengan demikian penting kiranya modal sosial Islam agar buruh tani dapat bersaing secara sehat di dalam memperoleh pekerjaan. Masyarakat desa Sepit dalam menjalankan kehidupan, mereka selalu berpegang pada nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga jika ada individu yang menjalankan prektek keagaamaan (misalnya cara sholat) yang berbeda maka individu tersebut akan dikucilkan. Di samping itu masyarakat desa Sepit merupakan penganut Nahdlatul Wathan (NW), yang kuat dan fanatik sehingga jika ada nilai atau norma yang berbeda apalagi melanggar aturan organisasi NW maka jelas nilai dan norma tersebut tidak dapat diterima di masyarakat. Masyarakat Desa Sepit yang mayoritas merupakan penganut NW yang fanatik, tidak terlepas dari pengaruh sosial ekonomi, terutama perkembangan teknologi yang semakin maju. Kondisi tersebut menyebabkan modal sosial Islam (nilai dan norma dalam Islam) di dalam masyarakat Desa Sepit mulai
8
lentur dan tidak kokoh. Dengan demikian masyarakat Desa Sepit belum optimal menjadikan nilai-nilai dan norma Islam, yang merupakan unsur pembentuk modal sosial Islam berbagai aspek kehidupan salah satunya dalam bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi.
1.2 Perumusan Masalah Islam sebagai salah satu agama yang telah disempurnakan, memberikan pedoman di dalam seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik bersifat spiritual maupun material dan dalam berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pedoman kehidupan tersebut yaitu al-Qur’an hayaitu sebagai khalifah di muka bumi. Sehubungan dengan hal tersebut al-Qur’an tidak hanya mengajarkan tentang tingkah laku moral tetapi mencakup norma-norma yang mengatur tatanan kehidupan tersebut sehingga dapat berjalan dengan seimbang (Basyir, dkk, 1992:11). Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, demikian pula dengan masyarakat Desa Sepit yang beragama Islam, namun penduduk Desa Sepit yang mayoritas Islam dan penganut fanatik NW mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, tidak hanya disebabkan oleh matapencaharian mayoritas penduduk sebagai petani dan buruh tani, akan tetapi disebabkan juga kesempatan kerja yang tinggi, tidak sebanding dengan rata-rata pendapatan masyarakat Desa Sepit dikarenakan kurang optimalnya penerapan modal sosial Islam (nilai dan norma yang diajarkan Islam) dalam bekerja. Berdasarkan uraian permasalah
9
tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Apa saja unsur-unsur yang merupakan pembentuk modal sosial dalam Islam? 2. Bagaimana pengaruh jam kerja, pendidikan, modal sosial Islam (amanah, professional, tolong menolong, dan persaudaraan) terhadap pendapatan buruh tani di Desa Sepit?
1.3 Keaslian Penelitian Islam yang memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dengan sistem-sistem yang tengah berjalan. Ia memiliki akar dari syariat yang merupakan pembentuk pandangan dunia sekaligus sasaran dan strategi yang berbeda dari sistem kapitalisme. (Chapra, 2000:7). Tujuan dari syariat tersebut adalah maqashid asy-syariah yang meliputi antara lain seperti yang dikutip dari Imam Ghazali yaitu iman, kehidupan akal, keturunan, harta benda (Chapra, 2000:8). Iman merupakan tujuan pertama dari setiap aktivitas ekonomi, karena dengan iman akan terbentuk hubungan-hubungan kemanusiaan yang memungkinkan umat manusia untuk beinteraksi satu sama lain. Iman juga merupakan suatu filter atau penyaring moral dalam menjalankan fungsi ekonomi misalnya alokasi dan distribusi terhadap sumber daya, yang didasarkan pada kehendak persaudaraan, persatuan dan keadilan sosial. Di samping itu tujuan yang lain (akal, keturunan, harta benda) berhubungan erat
10
dengan kehidupan manusia itu sendiri, dengan memperkaya (akal, keturunan, harta benda) maka kehidupan dunia dan akhirat akan tercapai. Permasalahan yang sering dihadapi dunia modern saat ini adalah menciptakan kehidupan yang serba berkecukupan, dengan income yang besar serta kehidupan yang gemerlapan (Nabahan, 2000:74). Permasalahan tersebut adalah hal yang objektif dan tidak dapat disangkal, akan tetapi pengembangan dan pembangunan ekonomi bukanlah hanya sebatas kenaikan pendapatan akan tetapi lebih terhadap perkembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia serta mengontrol sumber daya alam yang lebih baik. Dengan modal skill dan modal sosial masyarakat dapat mengoptimalkan keuntungan, sistem administrasi, biaya transaksi. Dengan demikian kesejahteraan akan tercipta dengan sendirinya (Nabahan, 2000:75). Berdasarkan uraian di atas penting kiranya aspek-aspek sosial misalnya modal sosial, terutama yang berdasarkan prinsip Islam dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Berikut ini ringkasan literatur
yang menunjukkan pentingnya modal sosial sebagai
sarana pembangunan dan pengembangan masyarakat.
11
Tabel 1.2 Ringkasan Literatur Nama, Tahun, judul Rofik dan Asyhabuddin 2005 Nilai-Nilai Dasar Islam Sebagai Modal Sosial Dalam Perkembangan Masyarakat Abidin Djainal 2010 Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil
Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi nilai-nilai dalam Islam yang merupakan modal social
Membuktikan hubungan yang signifikan antara modal sosial dengan peningkatan pendapatan dan dan kontribusi modal sosial dalam peningkatan pendapatan Mit Witjaksono (1) Untuk mengetahui 2010 dinamika Modal Sosial Dalam Dinamika perkembangan SILOW Perkembangan Sentra Industri secara konseptual dan Logam Waru Sidoarjo teoritis. dan (2) Untuk menganalisis keberadaan dan peran modal sosial dalam dinamika perkembangan SILOW Otniel Pontoh Bertujuan mendapatkan 2010 gambaran tentang
Alat Analisis Kualitatif, dengan pendekatan kepustakaan
Hasil Penelitian Ditemukan beberapa nilai dasar yang merupakan unsur pembentuk modal sosial dalam Islam seperti Ummah Wahidah, Ukhuwah, Ta'awun, Ihsan dan kepemimpinan
Regresi berganda Y = β0 + β1 JK + β2 MS+ ε.
Hasil penelitian menunjukkan kenaikansatu unit indeks modal sosial akan menaikkan 0,229 indeks tingkat keuntungan UKM; sedangkan kenaikan satu unit modal fisik akan menaikkan hanya 0,106 indeks keuntungan UKM yang jauh lebih rendah dibandingkan perubahan yang diakibatkan modal sosial
Alat analisis paradigma kualitatifinterpretif, strategi studi kasus
Berdasarkan hasil rekonstruksi secara analitis ditemukan bahwa secara struktural dan kognitif keberadaan dan peran modal sosial memberi sumbangan signifikan terhadap perkembangan SILOW
Pendekatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kajian kualitatif dan sosial budaya terhadap nilai dan norma,
12
Nama, Tahun, judul Identifikasi Dan Analisis Modal Sosial Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Desa Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara
Tujuan Penelitian Alat Analisis identifikasi dan analisis studi kasus modal sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan
Hasil Penelitian kepercayaan lokal, sistem produksi dan reproduksi serta politik lokal diketahui bahwa masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara masih merupakan masyarakat dengan karakter modal sosial terikat (social capital bonding) Habibi Zaman Riawan Ahmad Tujuan penelitian Analisis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal 2012 adalah untuk interaktif dari sosial memiliki keterkaitan yang kuat dalam Membangun Ekonomi Pesantren mengetahui sajauhmana Miles dan pengembangan pondok pesantren Wali Songo (Analisis Modal Sosial Pondok pengembangan Huberman Ngabar. Modal sosial tersebut berupa, jaringan, Pesantren Wali Songo Ngabar). ekonomi peasntren tingkat kepercayaan. Di samping itu terdapat memiliki keterkaitan pula nilai-nilai Islam yang dijadikan sebagai dengan modal sosial. instrumen modal sosial seperti ukhuwah islamiyah, kesederhanaan, tanggung jawab, tolong menolong, memiliki solidaritas dan saling menanggung Erwin Thobias, A.K. Tungka, Untuk mengetahui dan Analisis Hasil penelitian sebagai beikut : nilai rs = 0,89 dan J.J. Rogahang menganalisa pengaruh Spearman rank yang artinya hubungan antara modal sosial dan 2013 modal sosial terhadap prilaku kewirausahaan sangat tinggi. Dari uji Pengaruh Modal Sosial prilaku kewirausahaan signifikansi pada tingkat α =0,05 diperoleh Terhadap Prilaku dan berapa besar thitung =16,56 > ttabel 3,7 artinya H0 ditolak Kewirausahaan (Suatu Studi pengaruh faktor dan HI diterima. Hasil analisis diperoleh nilai Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil tersebut. koefisien determinasi (rs2) sebesar 0,7921. Hal Menengah Di Kecamatan ini berarti besanya sumbangan atau proporsi Kabaruan Kabupaten Kepulauan varabel modal sosial (x) sebesar 79% sedangkan Talaud) sisanya 21% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak ada dalam model
13
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain: 1. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif, yaitu mendiskripsikan nilai dan norma dalam Islam yang merupakan unsur pembentuk modal sosial Islam, yang kemudian membuktikan secara kuantitatif. 2. Penelitian ini diadakan di Desa Sepit Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur dan waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2015. 3. Mengangkat modal sosial Islam (nilai dan norma Islam) sebagai variabel dalam penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian Ada pun yang menjadi tujuan dalam penetian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh modal sosial Islam terhadap tingkat pendapatan buruh tani di desa Sepit? 1. Mendeskripsikan nilai dan norma yang merupakan unsur pembentuk modal sosial dalam Islam? 2. Bagaimana pengaruh jam kerja, pendidikan, modal sosial Islam (amanah, professional, tolong menolong, dan persaudaraan) terhadap pendapatan buruh tani di Desa Sepit?
14
1.5 Manfaat Penelitian Ada pun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi strata dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan atau bahan informasi untuk penelitian yang serupa. 3. Secara teoritis sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Desa Sepit dalam mengambil kebijakan, dan memasukkan unsur modal sosial Islam dalam kebijakan tersebut sehingga tercipta masyarakat yang religius dan Islami.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Empiris Rofik dan Asyhabuddin (2005) meneliti Nilai-Nilai Dasar Islam Sebagai Modal Sosial Dalam Perkembangan Masyarakat. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi nilai-nilai dalam Islam yang merupakan modal sosial. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, dengan teknik pengumpulan data adalah purpose sampling. Alat analisis yang digunakan adalah paradigma kualitatifinterpretif, strategi studi kasus, dan wawancara naratif diterapkan dalam penelitian ini di dalam merekonstruksi secara konseptual dan teoritis keberadaan dan peran modal sosial dalam konteks Nilai-Nilai Dasar Islam Sebagai Modal Sosial Dalam Perkembangan Masyarakat. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa di dalam agama Islam terdapat beberapa nilai-nilai Islam yang merupakan modal sosial seperti
Ummah
Wahidah,
Ukhuwah,
Ta'awun,
Ihsan
dan
kepemimpinan bisa menjadi modal sosial yang mampu menggerakkan kaum muslim untuk berjuang bersama menyelesaikan problem mereka dan memenuhi kebutuhan mereka. Abidin (2010) meneliti Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil. Ada pun tujuan penelitian ini adalah membuktikan atau menguji secara statistik, apakah ada hubungan yang signifikan antara
16
modal sosial dengan peningkatan pendapatan dan bagaimana pengaruh modal manusia dan modal fisik, serta perbandingannya terhadap kontribusi modal sosial dalam peningkatan pendapatan. Studi ini menggunakan metode kuantitatif dengan Alat Analisis “regresi linear ganda” (multiple regression). Variabel pendapatan di dalam penelitian ini merupakan fungsi dari Modal fisik, modal sosial dan modal manusia. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan modal sosial akan menaikkan tingkat keuntungan UKM, demikian juga dengan kenaikan modal fisik akan menaikkan keuntungan UKM akan tetapi lebih rendah dibandingkan perubahan yang diakibatkan modal sosial. Jadi modal sosial mempunyai kontribusi lebih besar dibandingkan modal fisik dalam memengaruhi keuntungan UKM. Witjaksono (2010) meneliti Modal Sosial Dalam Dinamika Perkembangan Sentra Industri Logam Waru Sidoarjo. Tujuan penelitian untuk (1) Untuk mengetahui dinamika perkembangan SILOW
secara
konseptual
dan
teoritis
dapat
direkonstruksi
berdasarkan penuturan pelaku sejarah. dan (2) Untuk menganalisis keberadaan dan peran modal sosial dalam dinamika perkembangan SILOW
dapat
direkonstruksi
secara
konseptual
dan
teoritis
berdasarkan penuturan pelaku usaha. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah purpose sampling. Alat analisis yang
17
digunakan adalah paradigma kualitatif-interpretif, strategi studi kasus, dan wawancara naratif. Berdasarkan hasil rekonstruksi secara analitis ditemukan bahwa secara struktural dan kognitif keberadaan dan peran modal sosial memberi sumbangan signifikan terhadap perkembangan SILOW dalam lima fase: perintisan pande besi, sentra pande besi, sentra industri logam (SILOW), SILOW-Sinergi I, dan SILOWSinergi II. Secara kronologis dan konfiguratif dinamika perkembangan SILOW sejak pande besi hingga ASPILOW dapat dipetakan ke dalam lima fase, masing-masing memiliki latar dan karakteristik berbeda: (1) Rintisan Sentra Pande Besi (1939-950), (2) Sentra Pande Besi Waru (1950-1977), (3) Sentra Industri Logam Waru (SILOW) (1978-1994), (4) SILOW-Sinergi I (1994-2006), dan (5) SILOW-Sinergi II (Mulai 2006). Pontoh (2010) meneliti Identifikasi Dan Analisis Modal Sosial Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Desa Gangga Dua Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini memaparkan hasil dari suatu penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran tentang identifikasi dan analisis modal sosial dalam rangka pemberdayaan masyarakat nelayan. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan metode eksploratif dan deskriptif. Analisis data dilakukan dengan pendekatan interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kajian sosial budaya terhadap nilai dan norma, kepercayaan lokal, sistem produksi dan
18
reproduksi serta politik lokal diketahui bahwa masyarakat nelayan di Desa Gangga Dua, Kabupaten Minahasa Utara masih merupakan masyarakat dengan karakter modal sosial terikat (social capital bonding). Tipologi modal sosial ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma dari aspek ekonomi yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini berdampak pada struktur sosial yang terbentuk dalam kehidupan ekonomi masyarakat nelayan yang ada pada saat ini menjadi lebih berorientasi pada hubungan antar anggota dalam satu kelompok terutama dalam aspek ekonomi. Ahmad (2012) meneliti Membangun Ekonomi Pesantren (Analisis Modal Sosial Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar). Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui
sajauhmana
pengembangan ekonomi peasntren memiliki keterkaitan dengan modal sosial. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data purpose sampling, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial memiliki keterkaitan yang kuat dalam pengembangan pondok pesantren Wali Songo Ngabar. Modal sosial tersebut berupa, jaringan, tingkat kepercayaan. Di samping itu terdapat pula nilai-nilai Islam yang dijadikan sebagai instrumen modal sosial seperti ukhuwah islamiyah,
19
kesederhanaan,
tanggung
jawab,
tolong
menolong,
memiliki
solidaritas dan saling menanggung. Thobias, A.K. Tungka, dan J.J. Rogahang (2013) meneliti Penelitian Pengaruh Modal Sosial Terhadap Prilaku Kewirausahaan (Suatu Studi Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh modal sosial terhadap prilaku kewirausahaan dan berapa besar pengaruh faktor tersebut. Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis spearman rank dengan sampel yang terdiri dari 74 responden. Modal sosial berperan besar bagi pengusaha mikro kecil menengah yang ada di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud dalam membentuk prilaku kewirausahaan mereka. Indikator modal sosial yang paling berpengaruh adalah keyakinan dalam lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya dan diikuti oleh indikator sistem kepercayaan dan idiologi.
2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Definisi Modal Sosial Modal sosial dapat didefinisikan sebagai modal hubungan sosial yang jika diperlukan akan memberikan dukungan-dukungan yang bermanfaat, hal tersebut dapat berupa jaringan yang tahan lamayang dapat berupa hubungan timbal balik yang bersifat terorganisir (Bourdieu, 1997: 509).
20
Berbeda
dengan
Bourdieu,
Coleman
(1994:300)
mendefinisikan modal sosial lebih luas seperangkat sumber daya pada hubungan keluarga, dalam suatu organisisi. Hubungan tersebut akan menghasilkan norma dan jaringan sosial yang bermanfaat bagi pembangunan ekonomi. Menurut Fukuyama (2000) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai informal atau normanorma yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok
masyarakat
yang
memungkinkan
terjadinya
kerjasama di antara mereka. Hal yang menjadi kunci dalam bekerjasama satu sama lain yaitu kepercayaan, sehingga apabila
anggota
kelompok
mengharapkan
orang
lain
berperilaku jujur dan dapat dipercaya, maka mereka akan mempercayai dan berkenan untuk bekerjasama dengan yang lainnya. Munculnya trust membuat suatu kelompok atau organisasi dapat berjalan lebih efisien. 2.2.2 Dimensi Modal Sosial Dalam Ekonomi Modal sosial berbeda dengan (human capital) baik secara definisi serta terminologinya. Bentuk dari human capital merupakan sebuah dimensi yang merujuk kepada pendidikan dan keterampilan pada manusia. Human capital secara konvensional merupaka sesuatu yang diperoleh dari pendidikan pada universitas, jenjang pendidikan, pelatihan dan sebagainya yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas,
21
sedangkan modal sosial merupakan kapabilitas yang lahir dari kepercayaan masyarakat umum atau kelompok kelompok kecil, untuk menunjang peroses kehidupan baik ekonomi maupun non ekonomi (Fukuyama, 2002:19). Modal sosial di dalam aspek ekonomi merupakan aktifitas non pasar yang berimplikasi langsung terhadap proses ekonomi yakni peningkatnya income real. Bank Dunia (2000) meyakini modal sosial adalah sebagai sesuatu yang merujuk kedimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu sebagai perekat yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Norma norma yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat berperan serta dalam proses ekonomi, aspek kepercayaan mendasari terciptanya sebuah sistem ekonomi yang kokoh, kepercayaan (trust) merupakan hal mendasar dalam ekonomi, paling sederhana kita bisa melihat proses transaksi terjadi bukan semata mata kita butuh akan barang tersebut akan tetapi ada hal yang lebih dalam dimana kita percaya bahwa barang yang dijajakan merupakan barang yang sesuai dengan yang dikatakan oleh penjual.
22
Pembangunan ekonomi yang hanya mengacu pada peningkatan
pendapatan
akan
menyebabkan
terjadinya
degradasi moral yang berdampak terjadinya kegagalan pasar (market failure). Market failure terjadi karena adanya degradasi moral dalam proses ekonomi, dimana terdapat ketidak jujuran dalam pelaksanaan implmentasi ekonomi sehingga menutupi informasi yang sebenarnya, ketidak terbukaan atas informasi ini menjadikan kecurangan ekonomi paling kecil dilihat ialah pengelabuan harga, bobot timbangan. Kejatuhan moral inilah yang disebut (moral hazard), dari kejatuhan moral ini menggiring para ekonom melakukan kejahatan ekonomi (economic crime) Ahmad (2012:48). 2.2.3 Pembentuk Modal Sosial Berdasarkan beberapa definisi modal sosial tersebut di atas dapat dikemukakan unsur-unsur pembentuk modal sosial antara lain: 1. Partisipasi dalam suatu jejaring Modal sosial muncul dengan jaringan yang terbentuk oleh individu-individu yang berinteraksi di dalam suatu masyarakat dalam suatu ikatan yang kuat. Pendekatan jaringan modal sosial yang relevan dilakukan dengan dua alasan sebagai berikut. Pertama, pemeriksaan terhadap aktivitas asosiasi organisasi di masyarakat dapat memudahkan dalam menyingkirkan kesulitan yang timbul
23
dari dinamika perubahan potensial karena adanya unsur kepercayaan dan amanah. Kedua, jalur sebab akibat dari aktivitas asosiasi melalui manfaat politik dan ekonomi dapat dilakukan melalui kepercayaan dan sikap amanah. Artinya, modal sosial dapat terbentuk akibat aktivitas asosiasi yang dilakukan antar individu dalam suatu komunitas. 2. Reciprocity (Hubungan timbal balik) Salah satu eksternalitas yang dihasilkan oleh interaksi sosial adalah pengetahuan tentang perilaku ekonomi agen yang lainnya. Pengetahuan yang lebih tentang perilaku individu membuat kita lebih mudah dalam mendeteksi adanya sikap oportunisme. Kemungkinan tejadinya perilaku oportunisme di satu “pasar” dapat berujung pada dikeluarkannya orang tersebut dari transaksi yang lainnya juga (Mawardi, 2007:7). 3. Trust (Saling Percaya) Kepercayaan adalah efek samping dari dari norma sosial kooperatif seperti tolong menolong. Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam berproduksi karena dapat mengurangi biaya transaksi. Jenis kepercayaan yang diperlukan untuk meningkatkan produksi didasarkan atas dua sumber, yaitu percaya dapat didasarkan atas hubungan timbal balik dan maksimalisasi kepentingan pribadi yang
24
sudah jelas atau yang didasarkan atas motivasi prososial (Fukuyama, 2002:68). 4. Norma Sosial Norma sosial adalah seperangkat aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat, baik aturan tersebut bersifat formal maupun informal aturan-aturan tersebut terbentuk karena kebiasaan, moral dan adat istiadat yang berlaku (Soekanto, 1990:219). 5. Nilai-nilai Nilai merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat kepad segala sesuatu yang terbukti mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama. Nilai-nila tersebut yang menghasilkan modal sosial tentunya mencakup nilai-nilai, seperti berkata jujur, menunaikan kewajiban, dan taat pada asas timbal balik (Hendropuspito, 1989: 203). Menurut Weber (2005:13) dalam bukunya Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism
perilaku
religius
seseorang
akan
dapat
membentuk pribadi yang lebih bermoral dan bermartabat. 6. Koordinasi Modal sosial dapat terwujud di dalam suatu kelompok masyarakat, meskipun bentuknya berbeda dan bergantung
pada
besar
kecilnya
suatu
kelompok
masyarakat tersebut. Dalam pembentukannya, modal sosial
25
tidak selalu dikatakan sebagai hal yang baik dan selalu menguntungkan bagi masyarakat, yang terpenting adalah adanya koordinasi di dalam kelompok tersebut. Suatu kelompok tetap dapat terbentuk meskipun tidak terdapat modal sosial, namun dengan adaya mekanisme koordinasi, seperti kontrak, hirarki, konstitusi dan sistem hukum. 2.2.4 Modal Sosial Dalam Islam Modal sosial dalam Islam didefinisikan sebagai aturanaturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist yang dijadikan acuan dalam membuat norma-norma, sehingga terbentuk kemaslahatan ummah dan setiap individu dapat bergerak secara kolektif (Rofik dan Asyhabuddin, 2005:181). Menurut Ahmad (2012:47) modal sosial Islam bermakna penerapan atau pelaksanaan ajaran Islam yang berupa nilai dan norma yang mampu mendorong setiap individu untuk bekerja sama sehingga terciptanya kohesi sosial. Menurut
Siddiqi (1991;54) mendefinisikan modal
sosial Islam lebih umum yaitu merupakan organisasi kolektif yang didalamnya terdapat nilai dan norma. Nilai dan norma tersebut merupakan perwujudan dari kewajiban sosial (lebih mementingkan kelompok dengan individu). Jika terdapat orang yang melanggar nilai dan norma tersebut maka maka akan tercipta kehidupan yang tidak seimbang yang berakibat dengan
26
segala jenis ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat (Siddiqi, 1991:33) Modal sosial dalam Islam merujuk pada penguatan persaudaraan.
Konsep
persaudaraan
menggambarkan
kedekatan dan keeratan hubungan yang dibangun oleh Islam bagi pemeluknya. Dengan adanya hubungan tersebut akan mendorong saling kasih sayang dan saling tolong menolong satu sama lain. Berikut pernyataan Tantawi yang dikutip Ahmad (2012:43) “Sesungguhnya kaum beriman itu bersaudara dalam agama dan keyakinannya. Nilai yang menyatukan mereka adalah satu, yakni keimanan, persaudaraannya begitu erat seperti persaudaraan yang disatukan oleh nasab. Sebagaimana halnya persaudaraan atas dasar keturunan yang penuh kedekatan, cinta, kasih sayang, dan tolong menolong dalam kebaikan, menolak keburukan, maka demikian pula persaudaraan atas dasar agama, juga menyeru kepada kelembutan dan saling nasihat menasihati”. 2.2.5 Pembentuk Modal Sosial Dalam Islam Ada pun nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan pembentuk modal sosial dalam Islam antara lain: 1. Ummah Wahidah (Persatuan Umat) Konsep ummah wahidah merupakan konsep yang didasarkan pada kesadaran normatif bahwa umat islam adalah satu karena memiliki sistem keyakinan normatif yang sama. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam Islam yaitu kemaslahatan umat manusia dan keutuhan sosial. Karena kedua hal ini akan mampu
27
memberikan dasar pemikiran yang strartegis bagi dinamika kehidupan manusia. Karena Allah sudah menugaskan kekhalifahan itu ke pundak manusia dengan konsep khalifahfil ardl. Oleh sebab itu seluruh aspek kehidupan manusia baik tentang keselamatan, kesejahteraannya menjadi tanggung jawab bersama dan tidak bersifat individual (Rofik dan Asyhabuddin, 2005:183). Hal tersebut ditegaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 213. Artinya: Manusia itu adalah umat yang satu (Karena timbul perselisihan antar umat manusia) (Kementerian Agama RI, 2010:33). Ayat
tersebut
di
atas
sangat
menekankan
pentingnya persatuan, karena dengan persatuan berbagai permasalahan dapat diselesaikan dengan mudah, dengan persatuan juga akan mampu terbentuknya masyarakat yang rukun dan damai, misalnya tingginya solidaritas dan musyawarah dan mufakat. 2. Ukhuwah (Persaudaraan) Islam mengajarkan kita bahwa manusia pada hakikatnya adalah bersaudara, persaudaraan tersebut tidak memandang suku, ras bahasa, agama, budaya dan lain-lain. Jadi tidak ada alasan apapun untuk kita saling membeci, berkelahi antar sesama manusia. Allah berfirman Q.S. AlHujurat ayat 10.
28
Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Kementerian Agama RI, 2010:516). Konsep
persaudaraan
antar
muslim
tersebut
merupakan nilai yang mampu menciptakan rasa saling percaya antara satu muslim dengan lainnya. Sesama saudara tidak saling mengkhianati. Konsep ini membuat muslim merasa memiliki ikatan dengan sesama muslim lain. la juga mampu menumbuhkan rasa percaya dari seorang muslim terhadap muslim lainnya. 3. Ta’awun (Tolong Menolong) Tolong menolong merupakan kewajiban bagi setiap manusia, dengan tolong menolong kita akan dapat membantu orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orangpun akan menolong kita. Dengan tolong menolong kita akan dapat membina hubungan baik dengan semua orang. Dengan tolong menolong kita dapat memupuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar teman, antar rekan kerja. Rasulullah bersabda:
ﻋَﻦْ اﻟﻨﱡ ْﻌﻤَﺎنِ ﺑْﻦِ ﺑَﺸِ ْﯿ ِﺮ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻَ ﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠ َﻢ ِﻣ ْﺜ ُﻞ ُاﻟﻤُﺆْ ِﻣﻨِﯿْﻦَ ﻓِﻰ ﺗَﻮَ ا ِد ِھ ْﻢ َوﺗَﺮَ اﺣِ ِﻤ ِﮭ ْﻢ وَ ﺗَﻌَﺎطُﻔِ ِﮭ ْﻢ ِﻣ ْﺜ ُﻞ اﻟْﺠَ َﺴ ِﺪ إذا ا ْﺷﺘَﻜَﻰ ِﻣ ْﻨﮫ .ﺮ وَ اﻟْﺤَ ﻤﻰ ِ َﻋﻀُﻮﱞ ﻧُﺪَاﻋِﻰ ﻟَﮫُ ﺳَﺎﻧِ ُﺮ اﻟْﺠَ َﺴ ِﺪ ﺑِﺎﻟ ّﺴ ْﮭ
29
Artinya: Diriwayatkan dari Annu’man bin Basyir bahwa Rasulullah SAW bersabda: perumpamaan orang-orang yang beriman dalam kecintaan, keramahan, dan kelembutan adalah seperti satu sosok tubuh, bila salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh merasakan sush tidur dan panas (Khan, 1997:298). Hadist tersebut di atas memerintahkan para muslim untuk saling menolong. Ajaran saling menolong ini merupakan norma yang mampu menggerakkan umat Islam untuk bergerak bersama secara kolektif memberi perhatian dan dukungan untuk meringankan beban penderitaan saudaranya. Karena ta'awan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam membina masyarakat, kehidupan umat dan individu. Oleh sebab itu ia merupakan aktivitas yang paling utama di sisi Allah. 4. Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi Secara bahasa Ihsan memiliki arti yang sama dengan fi'lul khair yang berarti berbuat kebaikan, kedermawanan dan kemurahan hati. Sementara secara istilah ihsan adalah ikhlas dan berbuat sebaik mungkin, yaitu mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah (Rofik dan Asyhabuddin, 2005:185). Allah berfirman Q. S. Al-Furqan ayat 57.
30
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya (Kementerian Agama RI, 2010:365). Di samping itu Islam memerintahkan tidak hanya semata-mata memerintahkan untuk bekerja, akan tetapi bekerja dangan baik, yaitu bekerja dengan penuh ketekunan
dan
kesungguhan
(Qardhawi,
2001:160).
Bahkan al-qur’an tidak hanya menganjurkan untuk berbuat baik (amal shaleh) untuk kepentingan diri sendiri akan tetapi
juga
memperhatikan
kepentingan
orang lain
(kesalehan sosial) (Qardhawi, 2001:162). 5. Kepemimpinan Setiap muslim, apapun posisinya adalah pemimpin yang
harus
bertanggungjawab
terhadap
apa
yang
diamanahkan kepadanya. Berdasar pada ajaran ini, maka seorang muslim akan memiliki rasa percaya terhadap saudaranya sesama muslim. Karena mereka percaya bahwa apapun yang diamanahkannya kepada saudara mereka sesama muslim pastilah akan dijaganya karena amanah tersebut akan dimintai pertanggung-jawabamya oleh Allah kelak di hari pembalasan. Allah Berfirman Al Imran ayat 118.
31
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya (Kementerian Agama RI, 2010: 65). 6. Silaturrahmi Silaturrahmi
bermakna
saling
mengunjungi,
merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah, bila dikaitkan dengan usaha, maka silaturrahmai merupakan modal untuk memperkuat ikatan bisnis sehingga terbentuk jaringan-jaringan
yang
kuat.
Silaturrami
juga
akan
memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi terkait peluang, tantangan, hambatan dan kelemahan yang dimiliki. Rasulullah bersabda:
ُ َﺳ ِﻤﻌْﺖُ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَ ﻠّﻰ ﷲ: َﺲ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚِ رَ ﺿِ ﻲَ ﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ ﻗَﺎل ِ َﻋَﻦْ اَﻧ ﻣَﻦْ َﺳ ّﺮهُ أَنْ ﯾَ ْﺒ ُﺴﻂَ ﻟَﮫُ رِزْ ﻗَﺔُ أَوْ ﯾَ ْﻨ َﺴﺄ َ ﻟَﮫُ ﻓِﻰ اﺛﺮه: ﯾَﻘُﻮْ ُل.َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠ ﱠ َﻢ .ﻓَ ْﻠﯿَﺼِ ﻞْ رَ ﺣْ ﻤَﮫ Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia Berkata aku mendengar Rasulullah bersabda siapa yang senang dilapangkan baginya rizkinya atau dipanjangkan baginya umurnya maka sambunglah hubungan kekeluargaan (Khan, 1997:297).
32
Hadist di atas apabila dicermati dengan seksama, sangatlah logis. Orang yang selalu silaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha atau berbisnis. Selain itu, dengan banyak teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula telah berusaha meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal ini karena ia telah melakukan salah satu perintahnya, yakni menghubungkan silaturahmi (Baqi, 2010:756). Individu yang selalu memperbanyak silaturahmi akan memberikan banyak peluang dalam
berusaha,
sehingga akan terbuka pintu rezeki baginya. Misalnya suatu ketika ia ditimpa suatu kesusahan atau berada dalam kesulitan, ia akan mendapatkan bantuan dan pertolongan dari relasinya. 7. Bertanggungjawab Manusia
sebagai
makhluk
individual
artinya
manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (keseimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai penciptanya). Tanggung jawab
manusia
intensitasnya
terhadap
apabila
ia
dirinya memiliki
akan
lebih
kesadaran
kuat yang
mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga
33
muncul sebagai akibat dari keyakinannya terhadap suatu nilai. Sedangkan dalam konteks sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai nilai selera sendiri. Nilai nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggung jawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disepakati bersama. Allah SWT berfirman dalam surat al-Muddassir ayat 38 Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (Kementerian Agama RI, 2010:576). Ayat tersebut sangatlah jelas mengatakan bahwa setiap orang haruslah bertanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan.
Pertanggungjawaban
tersebut
merupakan
konsekuensi logis dari kebebasan memilih yang telah dianugrahkan sewajarnya
Allah termasuk
kepada
manusia.
dalam
Maka,
menjalankan
sudah
kegiatan
muamalah mestilah harus bertanggungjawab. 8. Profesional Profesional merupakan unsur pembentuk modal sosial yang berlandaskan pada keahlian dan intelektualitas terhadap suatu bidang pekerjaan, artinya setiap orang melakukan sesuatu atau pekerjaan sesuai dengan cara dan keahlian, pendidikan, dan keterampilan yang dimilikinya. Firman Allah surat al-Isra’ ayat 84
34
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (Kementerian Agama RI, 2010:290). Ayat tersebut menjelaskan betapa pentingnya profesional
dalam
membentuk
modal
sosial
Islam.
Profesional
harus
dilandasi
dengan
sikap
jujur,
bertanggungjawab, dan amanah. 9. Kesederhanaan Islam
menekankan
prinsip
kesederhanaan,
sehubungan dengan usaha individu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesederhanaan menekankan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh barang atau harta akan tetapi juga oleh hubungan dengan masyarakat. Dengan demikian, dalam Islam kepentingan yang bersikap kepentingan masyarakat lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raaf ayat 31
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Kementerian Agama RI, 2010:154).
35
Dalam Islam ada larangan hidup boros dan bermewah-mewahan sehingga harta terbuang sia-sia dan hanya tinggal sedikit didermakan. Orang yang boros dan hidup mewah disebut sebagai saudara setan. Allah SWT memerintahkan agar seseorang bersikap
sederhana di
dalam kehidupannya, Dia mencela sikap kikir dan melarang sikap boros, yaitu tidak boleh bersikap pelit dan menahan harta dan tidak memberikannya kepada seorangpun. Demikian
pula
tidak
boleh
berlebihan
dalam
membelanjakan harta, sehingga melebihi kemampuan orang, dan pengeluarannya melebihi penghasilannya. Akibat sikap kikir, orang menjadi sasaran celaan, cercaan dan pengacuhan. Sedangkan sikap berlebihan mengulurkan bantuan di atas kemampuan dapat membangkrutkan orang sehingga tidak memiliki apa-apa lagi bahkan bisa terlilit hutang dan menjadi seperti hasir, yaitu sebuah hewan tunggangan yang tidak mampu lagi berjalan. 10. Tolong menolong Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Antara seorang dengan yang lain tentu saling membutuhkan dan dari situ timbul kesadaran untuk saling bantu-membantu
dan
tolong-menolong.
Tidak
mungkin seseorang dapat bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Tolong menolong merupakan kewajiban
36
bagi setiap manusia, dengan tolong menolong kita akan dapat membantu orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orang pun akan menolong kita. Dengan tolong menolong kita akan dapat membina hubungan baik dengan semua orang. Dengan tolong menolong kita dapat memupuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar teman, antar rekan kerja. Singkat kata tolong menolong adalah sifat hidup bagi setiap orang (Baqi, 2010:763). Rasulullah bersabda:
ُﻋَﻦْ اَﺑِﻲْ ﻣُﻮْ ﺳَﻰ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ َرﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻَ ﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟُﻤْﺆْ ﻣِﻦ .ﻀﮫُ ﺑَﻌْﻀَﺎ ُ ﻟِ ْﻠﻤُﺆْ ﻣِﻦِ ﻛَﺎ ْﻟﺒُ ْﻨﯿَﺎنِ ﯾَ ُﺸ ﱡﺪ ﺑَ ْﻌ Artinya: Diriwayatkan dari Abu Musa bahwa rasulullah SAW bersabda: orang yang beriman terhadap orang yang beriman yang lain tak ubahnya seperti bangunan yang saling menguatkan (Khan:1997:298). Menolong orang lain kita akan mendapatkan kepuasan yang lebih, kebahagiaan yang tidak terkira, juga ada rasa bahwa kita ini ada dan diperlukan oleh orang lain. Rasa bahwa kita ini berguna bagi orang lain, juga dengan keinginan menolong orang lain, pasti ada orang yang ingin menolong kita. Hal ini dapat dianalogikan misalnya jika kita menolong A belum tentu A yang akan menolong kita, bisa saja B yang menolong kita. Dengan menolong orang lain sebenarnya kita menolong diri sendiri, itu yang kita yakini dalam agama kita, jadi janganlah sungkan menolong
37
orang lain. Dengan menolong orang lain hidup kita akan terasa bermakna, jauh dari kehampaan hidup. 11. Menghargai waktu (disiplin) Islam
mengajarkan
kepada
umatnya
agar
menggunakan waktunya sebaik mungkin artinya waktu yang ada harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat termasuk dalam bekerja. Allah SWT berfirman surat alAshr ayat 1-3.
Artinya: Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Kementerian Agama RI, 2010:601). Ayat tersebut menunjukkan betapa pentingnya menghargai waktu. Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Dengan demikian sifat disiplin berpengaruh dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan
pribadi,
bermasyarakat,
berbangsa
maupun kehidupan bernegara.
38
Hafidhuddin (2003:36) menjelaskan lebih spesifik yang berkaitan nilai-nilai dalam Islam yang merupakan instrumen modal sosial. Ada pun nilai tersebut antara lain: 1. Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam (Qhardawi, 2003:293). Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Firman Allah at-Taubah: 119. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (Kementerian Agama RI, 2010:206). Sifat siddiq merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh Nabi dan Rasul. Sebagai umat Islam wajib setiap individu untuk berlaku jujur. Orang yang memiliki kepribadian yang jujur, masuk dalam kategori orang yang pantas diberi amanah karena orang semacam ini memegang teguh terhadap setiap apa yang ia yakini dan menjalankan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. 2. Istiqomah, artinya konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Allah berfirman Q.S. Fushilat ayat 30.
39
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu" (Kementerian Agama RI, 2010:480). Sifat istiqomah akan melahirkan jiwa yang kuat sehingga
dalam
menjalani
kehidupan
tidak
mudah
menyerah. Misalnya, interaksi yang kuat dengan Allah dalam bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan lainlain. Semua proses itu akan menumbuhkembangkan suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasi dengan baik. 3. Fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Firman Allah dalam Surat Yunus ayat 100.
Artinya: Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-
40
orang yang tidak mempergunakan akalnya (Kementerian Agama RI, 2010:220). Sifat fathanah dapat dipandang sebagai strategi hidup
setiap
muslim.
Seorang
muslim
harus
mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan Allah SWT untuk mencapai Sang Khaliq. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan pada manusia adalah akal atau kecerdasan (intelektualitas). Dalam pandangan Islam, akal (kecerdasan) merupakan salah satu aspek kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal, manusia dapat mendesain ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. 4. Amanah,
berarti
memiliki
tanggung
jawab
dalam
melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal (Qhardawi,
2003:297).
Allah
Berfirman
Q.S.
An-
Nissa’ayat 58. Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
41
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Kementerian Agama RI, 2010:87). Sifat amanah atau saling percaya antar individuindividu dalam masyarkat akan mampu membentuk hubungan
interaksi
sosial
dan
komunikasi
sosial,
disebabkan tidak adanya rasa iri dan dengki serta buruk sangka dalam masyarakan dengan demikian akan tercipta masyarakat yang aman dan tentram. 5. Tabliq, berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan kita sehari-hari. Allah berfirman Q. S. An-Nahl ayat 125.
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Kementerian Agama RI, 2010:281). Dalam firman-Nya yang lain Q.S Azariyat ayat 55 Artinya: Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman (Kementerian Agama RI, 2010:523).
42
Dengan demikian sifat Tabliq yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat.
2.2.6 Konsep Pendapatan Konsep pendapatan berasal dari interaksi antara rumah tangga dengan perusahaan
yang mana
rumah tangga
menyerahkan faktor produksi kepada perusahaan, yang oleh perusahaan diberikan imbalan berupa upah. Di sisi lain perusahaan memberikan barang dan jasa kepada rumah tangga. Sebagai gantinya rumah tangga memberika uang kepada perusahaan atas pembelian barang dan jasa tersebut. Dengan demikan perekonomian akan berjalan dalam keadaan seimbang (Mangkoesoebroto dan Algifari, 1988:2). Secara teoritis garis kemiskinan dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pedapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut pendekatan pendapatan, merupakan pendekatan yang paling praktis digunakan sebagai tolak ukur tingkat
kemiskinan
baik
kemiskinan
absolut
maupun
kemiskinan relatif. (Sumodiningrat, 1998:26). Besar kecilnya tingkat pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. 43
Dengan kata lain semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan, berarti semakin kurang sejahtera rumah tangga
yang
bersangkutan. Sebaliknya, semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka rumah tangga tersebut semakin sejahtera (Gilarso, 1992:62). Pada tingkat pendapatan yang dibelanjakan atau pendapatan disposibel yang sangat rendah pengeluaran rumah tangga adalah lebih besar dari pendapatannya. Ini berarti pengeluaran konsumsi bukan saja dibiayai oleh pendapatannya tetapi juga dari sumber-sumber lain seperti dari tabungan yang dibuat pada masa lalu, dengan menjual harta kekayaannya, atau dari meminjam. Keadaan dimana terdapat kelebihan pengeluaran
jika
dibandingkan
dengan
pendapatan
ini
dinamakan saving. (Sukirno, 2012:108). Permasalahan
utama
dalam
pendapatan
adalah
ketimpangan dalam pembagian pendapatan. Secara umum ketimpangan
yang
terjadi
terhadap
pendapatan
dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu: (1) pembagian pendapatan antar golongan (ketimpangan relatif), (2) pembagian pendapatan antar daerah kota dengan desa (ketimpangan urban-rural), (3) pembagian pendapatan antar daerah (ketimpangan regional) (Wie, dkk. 1989:9). Kesenjangan pendapatan tersebut meliputi (a) tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian pendapatan, (b) sedang, bila
44
40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12% hingga 17% bagian pendapatan, (c) rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro, 2010: 85). Al-Qur’an mengistilahkan pendapatan, yaitu al-ajr yang berarti imbalan atau hasil kerja. Para pekerja berhak mengetahui upah atau imbalan jasa yang akan diperoleh atas sebuah pekerjaan
kapan diserahterimakan serta bagaimana
transaksinya. Dengan demikian akan mengecilkan peluang bagi pemberi kerja untuk melakukan manipulasi (Kementerian Agama RI, 2010:182). Keterbukaan dalam soal pengupahan akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Bagi pemberi kerja dapat mengatur berapa dana yang harus disediakan dan bagi pekerja dapat memprediksikan berapa upah yang akan diterima. Dengan demikian tercipta keadilan dan sukarela antara pemberi kerja dan pekerja. Rasulullah bersabda:
َﻋﻦْ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﷲِ اِ ْﺑﻦِ ُﻋ َﻤﺮْ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎل رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻَ ﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠ َﻢ .ُاُ ْﻋﻄُﻮْ ااﻷَﺟِ ْﯿﺮَ أَﺟْ ﺮَ هُ ﻗَ ْﺒﻞَ أَنْ ﯾَﺠِ ﻒَ ُﻋﺮَ ﻗُﮫ Artinya: Tunaikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering (Khan, 1997:78). 2.2.7 Modal Sosial Islam Dalam Dimensi Pendapatan Modal sosial dalam Islam yang dimaksudkan adalah sifat dan tingkah laku yang baik, jujur, simpatik, bekerjasama,
45
pendekatan yang berprikemanusiaan dan ikhlas mementingkan orang lain dan menjaga hak orang lain merupakan asas dasar dari modal sosial (Siddiqi, 1991:68). Masyarakat yang kaku tidak akan mengalami ketegangan dan perselisihan, sehingga sendi-sendi
kehidupan
berjalan
dengan
seimbang
dan
faktor
yang
berkeadilan. Modal
sosial
Islam
merupakan
mempengaruhi terbentuknya pendapatan, lebih dalam melihat ranah ekonomi dapat disimpulkan ekonomi bekerja diranah kehidupan masyarakat yang paling mendasar dari kehidupan bermasyarakat itu sendiri sehingga proses interaksi sosial merupakan
variabel
non-ekonomi
namun
berimplikasi
terhadap berbagai variabel murni ekonomi. Secara umum modal sosial Islam dapat berbentuk petolongan yang tanpa memikirkan kepentingan pribadi dan bekerja sama dengan masyarakat. Kedua bentuk modal sosial tersebut akan mampu mendorong tingkat pendapatan, sebagai akaibat dari sifat tingkah laku yang baik (Siddiq: 1991:71). Bentuk-bentuk modal sosial Islam tersebut di atas bepengaruh terhadap tingkat pendapatan, juga berpengaruh terhadap perncanaan jangka panjang yaitu individu dapat mengambil keputusan yang lebih baik, keputusan yang lebih baik tersebut akan menjadi penentu besar kecilnya keuntungan dan stabilitas ekonomi suatu perusahaan atau masyarakat
46
(Siddiqi, 1991:72). Modal sosial Islam merupakan variabel mempunyai kapasitas produktif yang sama seperti modalmodal berbentuk fisik yang dapat memberikan keuntungan mencapai
tujuan-tujuan
dari
masyarakat
(Qardhawi,
2001:166). Secara empiris kita dapat melihat bahwa modal sosial Islam merupakan asset untuk dapat digunakan dan diatur penggunaannya
melalui
struktur
sosial
dan
tepat
penggunaannya dalam proses ekonomi, dari perspektif ini merupakan
kemampuan
dari
masyarakat
mengelolah
penggunaan modal sosial dalam proses kegiatan hal inilah disebut sebagai “kesalehan sosial”(PSPI, 1997:13). Dampak dari modal sosial Islam terhadap pendapatan terjadi secara tidak langsung, yang mana modal sosial Islam terlebih dahulu di dalam masyarakat akan membentuk sebuah tatanan kesamaan paradigma tentang penglolaan sumber daya produksi dalam kegiatan ekonomi. Setelah itu proses produksi yang berjalan akan mendorong terciptanya pendapatan, kerangka kerja modal sosial dalam proses produksi. 2.2.8
Konsep Jam Kerja Jam kerja berkaitan erat dengan waktu tertentu yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. Jam kerja harus tegas dan jelas dalam menyatakan kapan suatu pekerjaan akan dimulai dan kapan pula berakhir. Ada pekerjaan yang dapat
47
diselesaikan dalam waktu singkat, sedang dan ada pula dalam kurun waktu yang lama. Perbedaan jam kerja akan memunculkan istilah pekerjaan harian, mingguan, bulanan, tahunan, pekerja tetap, tidak tetap, dan pekerja lepas (Kementerian Agama RI, 2010:173). Jam
kerja
yang
disepakati
bersama
dengan
mempertimbangkan jenis pekerjaan, hasil pekerjaan yang terukur dan adanya upah yang jelas. Dalam banyak hal dibolehkan melakukan tawar-menawar menyangkut waktu penyelesaian, sampai pada titik kesepakatan dan terjadi ijabkabul antara pemberi kerja dan pekerja. Peristiwa yang demikian ini dikisahkan dalam al-Qur’an surat al-Qasas ayat 27, ketika Nabi Syu’aib melakukan perjanjian dengan pemuda bernama Musa yang berkaitan dengan waktu mengembalakan hewan selama delapan tahun. Berikut kutipan ayat tersebut: Artinya: Berkatalah dia (Syu'aib): Sesungguhnya Aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik (Kementerian Agama RI, 2010:388). Menurut konsep ekonomi konvensional jam kerja berkaitan dengan konsep penawaran tenaga kerja yaitu 48
hubungan antara jam kerja dan tingkat upah. Misalkan seseorang akan memasuki pasar kerja jika upah yang ditawarkan melebihi dari upah reservasi (ŵ). Pada tingkat upah diatas upah reservasi, kurva penawaran tenaga kerja memiliki slope positif sampai pada titik tertentu. Keadaan selanjutnya akan berubah jika seseorang kesejahteraannya sudah baik atau mempunyai suatu keahlian yang lebih dan jumlah jam kerja yang ditawarkan semakin berkurang pada saat upah meningkat yang mengakibatkan slope kurva penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Kondisi ini disebut penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang (backward bending labour supply curve) (Simanjuntak, 1985). 2.2.9 Konsep Pendidikan Menurut konsep ketenagakerjaan pendidikan, fungsi pendidikan memiliki dua dimensi penting yaitu dimensi kuantitatif
yaitu
meliputi
kemampuan
sistem/institusi
pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik atau untuk mengisi lowongan kerja yang tersedia dan dimensi kualitatif yaitu penghasilan tenaga kerja terdidik yang selanjutnya dapat dibentuk menjadi tenaga penggerak pembangunan (Ananta, 1993: 73). Pendidikan akan mempengaruhi kemampuan dan keahlian seseorang dan juga meningkatkan aspirasi dan harapan
seseorang
akan
memperoleh
penghasilan
dan
kehidupan yang lebih baik.
49
Guy (1981) yang menyatakan bahwa pendidikan yang ditamatkan dapat menetukan usaha ekonomi produktif dan dapat berpengaruh terhadap penghasilan keluarga. Fungsi pertama sistem pendidikan adalah sebagai pemasok tenaga kerja terdidik memiliki arti penting dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja terampil dan terlatih dalam berbagai jenis pekerjaan. Sedangkan fungsi kedua yaitu dalam menghasilkan lulusan yang dapat berfungsi sebagai penggerak pembangunan. Fungsi ini memandang lapangan kerja dari sudut yang lebih luas. Tidak saja terbatas dari segi lapangan kerja formal tetapi juga informal.
2.3 Definisi Operasional Variabel 1. Pendapatan merupakan jumlah upah yang diterima buruh tani dalam bekerja selama satu minggu. 2. Jam kerja menyangkut jumlah waktu kerja buruh tani selama satu minggu. 3. Pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh oleh buruh tani yang ada di Desa Sepit. 4. Modal sosial Islam berkaitan erat nilai dan norma yang ada dalam ajaran Islam misalnya amanah, profesional, tolong menolong, dan persaudaraan.
50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian
kuantitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, yang sering digunakan untuk meneliti populasi dan sampel dalam jumlah tertentu. Teknik yang digunakan misalnya random, pengumpulan data dengan menggunakan instrument penelitian dan analisis yang bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis (Sugiyono, 2014:16). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan format deskriptif. Tujuanya adalah untuk menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi dan situasi yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2013:44). Menurut Nazir (2005: 54) penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah yang generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari secara mendalam yang menghasilkan kesimpulan (Sugiyono, 2010:61). Populasi dalam
51
penelitian ini adalah warga Desa Sepit yaitu Dusun Sepit, Sepit Utara, Lokon, Tengeh, Liqa’ul Amal, Kebon Jeruk, dan Gerumpung. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:62). Ada pun sampel dalam penelitian ini yaitu Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal. Dalam penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Solvin (Bungin, 2005:268) yaitu sebagai berikut: n
N 1 ne 2
…………..……………. (3.1)
Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Tingkat kelonggaran atau ketelitian
3.3 Teknik Sampling Subjek dalam penelitian ini adalah buruh tani yang berada di Desa Sepit Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Dalam penentuan jumlah responden penelitian ini peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling. Teknik Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan dan pemilihan sampel yang dilakukan secara acak dari berbagai responden yang ada (Nazir, 2005:279). Selain menggunakan teknik Simple Random Sampling dalam menentukan responden dalam penelitian ini juga menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003: 61). Teknik purposive sampling juga dapat didefinisikan teknik yang digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan peneliti 52
dari pada sifat populasi yang diteliti dalam menentukan sampel (Bungin, 2013:125). Purposive sampling dilakukan dengan memilih secara cermat dan teliti responden yang menjadi subjek penelitian dan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soeratno dan Arsyad, 1995:119). Purposive sampling dilakukan dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Adapun jumlah responden yang akan diambil yaitu 100 orang, hal ini diharapkan dapat mewakili responden yang lain. Adapun responden akan diambil dari dua dusun yaitu Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan. 2. Angket merupakan pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi objek penelitian. 3. Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan responden. 4. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari instansi yang terkait dengan penelitian.
53
5. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca dari berbagai literatur atau sumber yang ada hubungan dengan penelitian.
3.5 Sumber Data Data merupakan keterangan tentang objek penelitian yang didapatkan seorang peneliti di lapangan. Data tersebut dapat berupa informasi yang diperoleh dari responden yang menjadi sampel peneltian (Bungin, 2013:129). Data dapat pula didefinisikan sebagai salah satu alat ukuran untuk mengambil suatu tindakan atau keputusan (Soeratno danArsyad, 1995:69). Berdasarkan pengertian data, dalam penelitian ini data yang diperlukan oleh peneliti yaitu: 1. Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden baik berupa kuantitatif maupun kualitatif misalnya data tentang pendapatan, jenis pekerjaan, jam kerja,upah dan lain-lain. 2. Data sekunder yaitu data yang diambil peneliti dari instansiinstansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan misalnya Badan Pusat Statistik.
3.6 Prosedur Analisis Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana naik turunnya variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai
54
faktor prediktor dinaik atau diturunkan nilainya (Sugiyono, 203: 250). Mengikuti model persamaan regresi Djainal Abidin (2010), maka model peneilitian dalam studi ini adalah: Yi = β0 + β1 JKi + β2 Pddkni + β3 Amnh + β4 Prfesonl + β5 TM + β6 Prsudran + ε …….………………….. (3.2) Dimana : Yi β0 β1, β2 dan β3 JK Pddkn Amnh Prfesonl TM Prsudran
= Pendapatan = Konstanta = Koefesien regresi = Jam kerja = Pendidikan = Dummy modal sosial Islam amanah = Dummy modal sosial Islam profesional = Dummy modal sosial Islam tolong menolong = Dummy modal sosial Islam persaudaraan
Uji Kriteria Statistik 1. Uji Parsial (Uji t) a. Rumusan hipotesis H0 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel independen jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) secara individu terhadap pendapatan. Ha : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel independen jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) secara individu terhadap pendapatan. b. Level of signifikan Level of signifikan adalah 5%.
55
c. Uji statistik Uji statistik secara parsial didapat dengan menggunakan rumus (Wirawan, 2002: 304) ti
bi βi S bi
……….……………………….. (3.3)
Keterangan: Bi = Koefesien regresi parsial yang ke – i dari regresi sampel β = Koefesien parsial yang ke – i dari regresi populasi Sb = Kesalahan standar (standar eror) koefesien regresi sampel d. Kesimpulan Jika H0 diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara farsial variabel independen jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) terhadap pendapatan. 2. Uji Serentak (Uji F) a. Rumusan hipotesis H0 : β1 = β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel independen jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) secara bersama-sama terhadap pendapatan. Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel independen jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) secara bersama-sama terhadap pendapatan. b. Level of signifikan Level of signifikan adalah 5%.
56
c. Uji statistik Uji statistik secara simultan didapat dengan menggunakan rumus (Wirawan, 2002: 304)
Fo
R 2 /(k 1) (1 R 2 )/(n k)
…………………………………(3.4)
Keterangan: R2 = Koefesien determinasi k = Banyaknya variabel dalam model regresi n = Ukuran sampel d. Kesimpulan Jika Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara farsial antara variabel jam kerja, pendidikan dan modal sosial Islam (amanah, profesional, tolong menolong dan persaudaraan) terhadap pendapatan.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan pra uji yang dilaksanakan sebelum uji regresi berganda dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan data yang diperoleh dilapangan memenuhi syarat ekonometrika
seperti
multikolinieritas,
autokorelasi
dan
heteroskedastisitas. Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci dari permasalahan ekonometrika tersebut: 1. Koefesien Determinasi (R2) Koefesien determinasi (adjusted R2) berfungsi
untuk
mengukur kemempuan model dengan melihat seberapa besar
57
variabel independen mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel independen antara 0 dan 1 (Widarjono, 2013:24). 2. Autokorelasi Otokorelasi adalah hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang. Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan oleh J. Durbin dan G. Watson (Somodiningrat, 2007: 213). 3. Heteroskedastisitas Merupakan suatu kasus dimana seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau tidak konstan (Widarjono, 2013:115). Untuk mendetaksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji white, dengan rumus: (Somodiningrat, 2007: 247). 4. Multikolinieritas Multikoleniaritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan liner diantara variabel bebas dalam model regresi. Multikolenieritas disebabkan oleh sifat yang terkandung dalam kebanyakan variabel ekonomi yang berubah bersama-sama sepanjang waktu dan penggunaan nilai lag (Widarjono, 2013:101).
58
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Giografis Desa Sepit adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Desa Sepit terbagi menjadi 6 (enam) dusun yaitu: Dusun Sepit, Dusun Sepit Utara, Dusun Tengeh, Dusun Liqa’ul Amal, dan Dusun Kebon Jeruk. Ada pun letak Desa Sepit secara giografis yaitu: Sebelah Utara
: Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat
Sebelah Selatan : Desa Senyiur dan Desa Batu Putik Sebelah Barat
: Desa Lingsar
Sebelah Timur
: Desa Mendane dan Desa Pematung
4.1.2 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Sepit menurut hasil observasi pada bulan Juni 2014 adalah 3.875 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 1.356 KK. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk Desa Sepit Tahun 2014:
59
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Sepit Tahun 2014 No Dusun Laki-Laki Perempuan Total (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 1 Sepit 593 579 1172 2 Sepit Utara 209 200 409 3 Tengeh 263 287 550 4 Lokon 420 339 759 5 Liqa’ul Amal 181 203 384 6 Kebun Jeruk 207 231 438 7 Gerumpung 115 108 223 Jumlah 1.988 1.947 3.935 (orang) (orang) (orang) Jumlah KK 1.448 KK Sumber: Profil Desa Sepit tahun 2014
RT (KK) 438 138 192 226 158 169 127 1.448 (KK)
Berdasarkan tabel 4.1 di Desa Sepit terdapat tujuh dusun yaitu Sepit, Sepit Utara, Tengeh, Lokon, Liqa’ul Amal, Kebon Jeruk dan Gerumpung. Dari ketujuh dusun tersebut Dusun Sepit merupakan dusun yang paling padat jumlah penduduknya yaitu 1172 jiwa, sedangkan Dusun Gerumpung merupakan dusun yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu 223 jiwa. Dari ketujuh dusun tersebut yang diambil sebagai objek penelitian adalah Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal. Ada pun alasan pengambilan dua dusun tersebut adalah supaya mempermudah interaksi dan komunikasi antara responden dan peneliti sehingga informasi yang di peroleh lebih objektif. Jumlah penduduk yang ada di Dusun Tengeh adalah 550 jiwa dan jumlah penduduk di Dusun Liqa’ul Amal adalah 384 jiwa. Sedangkan jumlah KK adalah 192 KK di Dusun Tengeh dan 158 KK di Dusun Liqa’ul Amal.
60
4.1.3 Iklim dan Mata Pencaharian Pada umumnya Desa Sepit beriklim tropis dan mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan ini mengakibatkan penduduk Desa Sepit umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian yang bersifat lahan kering, hal ini mengakibatkan hanya satu jenis tanaman yang bisa ditanam baik pada musim penghujan maupun kemarau. Berikut ini disajikan data jumlah petani dan buruh tani di Desa Sepit tahun 2014. Tabel 4.2 Jumlah Petani dan Buruh Tani Penduduk Desa Sepit Tahun 2014 No Dusun Petani Buruh Tani (KK) (orang) 1 Sepit 316 94 2 Sepit Utara 101 86 3 Tengeh 104 93 4 Lokon 147 72 5 Liqa’ul Amal 112 96 6 Kebun Jeruk 123 48 7 Gerumpung 98 35 Jumlah 1.001 524 Sumber: Profil Desa Sepit tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dari ketujuh dusun yang ada di Desa Sepit terdapat dua dusun yaitu Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal yang memiliki buruh tani paling banyak yaitu dari 104 petani (KK) yang ada di Dusun Tengeh terdapat 93 (orang) berprofesi sebagai buruh tani, sedangkan Dusun Liqa’ul Amal dari 112 petani (KK) yang berprofesi sebagai buruh tani 96 (orang), artinya mata pencaharian masyarakat
61
Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal sebagai buruh tani sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. 4.1.4 Karateristik Responden Karakteristik responden yang terdapat di Desa Sepit antara lain: a. Karakteristik Umur Buruh tani di Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal umumnya terdiri dari pemuda dan orang dewasa yang berumur 10 hingga 57 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.3 Umur Penduduk Desa Sepit yang Masuk Usia Kerja Tahun 2014 Usia (tahun) N Dusun 1015202741≥ o 14 19 26 40 56 57 1 2 3 4
Sepit 127 129 123 Sepit Utara 40 47 46 Tengeh 59 79 63 Lokon 75 82 78 Liqa’ul 5 48 38 36 Amal Kebun 6 40 43 73 Jeruk 7 Gerumpung 36 30 38 Jumlah 425 448 457 Sumber: Profil Desa Sepit tahun 2014
Ket
270 90 120 160
302 91 70 117
115 47 28 40
1066 361 419 552
78
48
40
288
88
92
27
363
71 877
60 780
45 342
280 3329
b. Karakteristik Pendidikan Rata-rata buruh tani di Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal Desa Sepit umumnya tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, sedangkan jenjang pendidikan
62
yang umumnya ditempuh yaitu SD dan MTs. Berikut data tentang usia rata-rata penduduk Desa Sepit memasuki usia kerja. Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sepit yang Memasuki Usia Kerja Tahun 2014 Usia (tahun) No Dusun 00- 04- 07- 13- 1619 ≥ 03 06 12 15 18 1 Sepit 73 95 134 65 62 743 2 Sepit Utara 40 38 41 31 36 223 3 Tengeh 37 38 68 33 37 337 4 Lokon 74 64 83 60 64 414 Liqa’ul 5 38 39 30 24 209 44 Amal Kebun 6 35 27 45 20 27 284 Jeruk 7 Gerumpung 25 18 31 16 28 105 Jumlah 322 319 446 255 278 2315 Sumber: Profil Desa Sepit tahun 2014 c. Karakteristik Ekonomi Buruh tani yang ada di Desa Sepit umumnya adalah mereka yang miskin, tidak memiliki tanah, tidak memiliki keahlian dan yang tidak memiliki penghasian tetap. Disamping itu buruh tani Desa Sepit terutama Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal, umumnya perempuan dengan segala status sosial ekonomi dan mayoritas berasal dari golongan tidak mampu.
4.2 Deskripsi Modal Sosial Dalam Islam Berikut ini adalah nilai dan norma dalam Islam yang merupakan unsur pembentuk modal sosial Islam antara lain: 63
Ket 1172 409 550 759 384 438 223 3935
1. Amanah (dapat dipercaya) Amanah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa seorang buruh tani di dalam bekerja memiliki kepercayaan terhadap majikan misalnya buruh tani percaya kepada majikan bahwa majikan akan membayar upah mereka meskipun upah tersebut dapat diterima dalam jangka waktu beberapa hari setelah bekerja dan upah tersebut dapat berupa uang atau barang. Di samping itu amanah juga bermaksud bahwa buruh tani harus jujur dalam bekerja, dan menjaga segala bentuk kepercayaan majikan kepadanya. 2. Profesional Profesional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa buruh tani harus bekerja dengan tekun serta tidak bermalasmalasan dalam bekerja dan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target atau jumlah (luas lahan yang harus diselesaikan) yang ditentukan oleh majikan. Profesional juga berarti bahwa buruh tani harus disiplin dalam bekerja artinya ketika waktu bekerja harus bekerja dan ketika istirahat harus istirahat. 3. Tolong menolong Tolong menolong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa buruh tani harus dapat berkerjasama dengan majikan, misalnya ketika pekerjaan tinggal sedikit sementara jam kerja sudah selesai, kemudian majikan meminta tolong agar pekerjaan
64
diselesaikan sehingga majikan mampu menghemat biaya. Selain itu buruh tani harus mengerti kondisi dan situasi majikan, yang mana ketika majikan tidak mampu membayar upah dengan berupa uang maka buruh tani harus mau menerima upah dalam bentuk barang. 4. Persaudaraan Persaudaraan lebih mengacu pada bagaimana membina hubungan antara sesama manusia salah satunya adalah bagaimana menyambung hubungan silaturrahmi. Silaturrahmi akan mempu memudahkan
buruh
tani
untuk
berkoordinasi,
sehingga
memperoleh informasi tentang pekerjaan. Di samping itu silaturrahmi akan mampu menambah jaringan antar sesama buruh tani. Individu yang selalu memperbanyak silaturahmi akan memberikan banyak peluang dalam berusaha, sehingga akan terbuka pintu rezeki baginya. Misalnya suatu ketika ia ditimpa suatu kesusahan atau berada dalam kesulitan, ia akan mendapatkan bantuan dan pertolongan dari relasinya.
4.3 Deskripsi Data Berikut ini merupakan tabel data hasil penelitian yang berfungsi menjelaskan hasil penelitian secara umum.
65
Tabel 4.5 Data Pendapatan, Jam Kerja, Pendidikan, Dummy Amanah, Dummy Professional, Dummy Tolong Menolong dan Dummy Persaudaraan Pndptn JK Pnddkn D. D. D Tlng D Amnh Profesionl Mnlng Prsaudran Mean 161800.0 34.80 Median 152500.0 30.00 Maximum 200000.0 60.00 Minimum 100000.0 10.00 Std. Dev. 30463.76 16.80 Skewness -0.288242 0.009 Kurtosis 2.051692 1.84 Sumber: Lampiran 3 (diolah)
3.30 0.00 12.00 0.00 3.82 0.45 1.55
0.740 1.00 1.00 0.00 0.44 -1.094 2.19
0.46 0.00 1.00 0.00 0.50 0.16 1.02
0.85 1.00 1.00 0.00 0.35 -1.96 4.84
1. Data pendapatan Rata-rata pendapatan masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal, Rp. 161.800 untuk setiap minggunya dengan pendapatan maksimum Rp. 200.000 dan pendapatan minimum Rp. 100.000 per minggu. Ada pun standar deviasi Rp. 30.463,76 dan skewness yaitu -0,28 yang menunjukkan bahwa nilai mean lebih kecil dari median sehingga data memiliki kecondongan kekiri, sedangkan nilai kurtosis 2,05 menunjukkan tingkat keruncingan berbentuk tumpul. 2. Data jam kerja Rata-rata jam kerja masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal adalah 34,80 jam untuk setiap minggunya dengan jam kerja maksimum 60 jam per minggu dan jam kerja minimum adalah 10 jam per minggu, sedangkan standar deviasi 16.80 dan skewness yaitu 0.009 yang menunjukkan bahwa nilai mean > median sehingga data memiliki distribusi
66
0.50 0.50 1.00 0.00 0.50 0.00 1.00
kecondongan kekanan. Nilai kurtosis 1.84 menunjukkan tingkat keruncingan bersifat tumpul. 3. Data pendidikan Rata-rata pendidikan masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal, hanya mencapai 6 tahun atau hanya lulus Sekolah Dasar (SD) sedangkan pendidikan tertinggi buruh tani adalah 12 tahun atau hanya lulus SMA, dan pendidikan terendah adalah buruh tani tidak memiliki pendidikan. Rata-rata tahun sekolah (standar deviasi) yaitu 3 tahun dan skewness yaitu 0.45 yang menunjukkan bahwa nilai mean > median sehingga data memiliki distribusi kecondongan kekanan. Nilai kurtosis 1.55 menunjukkan tingkat keruncingan bersifat tumpul. 4. Data dummy amanah Rata-rata masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal memiliki sifat amanah yang tinggi yaitu 0,74 yang mana dummy amanah sama dengan 1 jika terdapat saling percaya antara majikan dengan buruh tani dalam bekerja dan dummy amanah sama dengan 0, jika responden tidak saling percaya antara majikan dengan buruh tani dalam bekerja. Ada pun standar deviasi 0.44 dan skewness yaitu -1.09 yang menunjukkan bahwa nilai mean lebih kecil dari median sehingga data memiliki kecondongan kekiri, sedangkan nilai kurtosis 2.19 menunjukkan tingkat keruncingan berbentuk tumpul.
67
5. Data dummy profesional Rata-rata masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal memiliki jiwa professional yang tinggi yaitu 0,46 yang mana dummy profesional sama dengan 1 jika buruh tani bekerja tepat waktu dan tekun dan dummy profesional sama dengan 0, jika buruh tani tidak bekerja tepat waktu dan tekun. Ada pun standar deviasi 0.50 dan skewness yaitu 0.16 yang menunjukkan bahwa nilai mean lebih kecil dari median sehingga data memiliki kecondongan kekiri, sedangkan nilai kurtosis 1.02 menunjukkan tingkat keruncingan berbentuk tumpul. 6. Data dummy tolong menolong Rata-rata masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal memiliki saling tolong menolong yaitu 0,85 yang mana dummy tolong menolong sama dengan 1 jika buruh tani mau dibayar selain dengan uang dan menambah jam kerja dan dummy tolong menolong sama dengan 0, jika responden tidak mau dibayar selain dengan uang dan menambah jam kerja. Ada pun standar deviasi 0.35 dan skewness yaitu -1.96 yang menunjukkan bahwa nilai mean lebih kecil dari median sehingga data memiliki kecondongan kekiri, sedangkan nilai kurtosis 4.84 menunjukkan tingkat keruncingan berbentuk tumpul. 7. Data dummy persaudaraan Rata-rata masyarakat desa Sepit Dusun Tengeh dan Dusun Liqa’ul Amal memiliki semangat persaudaraan yang tinggi yaitu
68
0,50 yang mana dummy persaudaraan sama dengan 1 jika buruh mempunyai jaringan dalam mencari pekerjaan dan dummy persaudaraan sama dengan 0, jika buruh tani tidak mempunyai jaringan dalam mencari pekerjaan. Ada pun standar deviasi 0.50 dan skewness yaitu 0.001 yang menunjukkan bahwa nilai mean lebih kecil dari median sehingga data memiliki kecondongan kekiri, sedangkan nilai kurtosis 1.00 menunjukkan tingkat keruncingan berbentuk tumpul.
4.4 Analisis Data Suatu data akan dapat dianalisis dengan menggunakan regresi berganda apabila data memenuhi beberapa persyaratan seperti uji multikolinieritas, heteroskedastitas dan autokorelasi atau yang dikenal dengan istilah dalam ekonomi uji asumsi klasik. 4.4.1 Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik merupakan uji yang dilakukan secara ekonometrik untuk melihat seperti hubungan antar variabel, faktor-faktor pengganggu dan lain-lain. Ada pun uji asumsi klasik yang dilakukan antara lain: 1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas merupakan uji asumsi klasik untuk melihat keterkaitan antar variabel. Berikut ini hasil uji multikolinieritas dengan softwere eviews 4.0.
69
Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas Regresi Berganda Variabel Amnh Pend Pndptn JK TM D. Amnh 1 -0.097 0.730 0.497 0.708 Pnddkn -0.097 1 0.021 -0.154 0.011 Pndpatn 0.730 0.021 1 0.560 0.694 JK 0.497 -0.154 0.560 1 0.438 D. Tlng Mnlng 0.708 0.011 0.694 0.438 1 D. Profsionl 0.501 0.006 0.855 0.557 0.387 D. Prsaudaran 0.501 0.031 0.821 0.490 0.420 Sumber: Lampiran 5 (diolah)
Prof 0.501 0.006 0.75 0.557 0.387 1 0.842
Berdasarkan data tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antar variabel independen dengan variabel dependen. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas, karena tidak terdapat angka diatas 0,95 persen. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah variabel pengganggu bersifat konstan atau tidak. Berikut adalah hasil dari pengujian heretoskedastisitas menggunakan uji White. Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas Regresi Berganda White Heteroskedasticity Test: 3.848 Probability 0.000611 F-statistic 25.282 Probability 0.001392 Obs*R-squared Sumber: Lampiran 6 (diolah) Berdasarkan tabel 4.8 yang merupakan hasil pengolahan dengan menggunaka softwere eviews 4.0 menunjukkan bahwa Nilai Obs*R-squared pada hasil di atas adalah 25.282 dan nilai probabilitasnya adalah
70
Prs 0.501 0.031 0.821 0.490 0.420 0.842 1
0.001392 artinya lebih kecil dari α 5 persen, maka dapat disimpulkan bahwa data bersifat heteroskedastitas. 3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi berfungsi untuk melihat hubungan antar residual satu observasi dengan residul observasi lainnya. Berikut hasil uji otokorelasi dengan menggunakan softwere eviews 4.0. Tabel 4.8 Uji Autokorelasi Regresi Berganda 0.003 Mean dpndnt var R-squared -0.084 S.D. dpndnt var Adjusted R-s 9232.087 Akaike info critrin S.E. of reg 7.760 Schwarz criterion Sum squared Log likelihood -1050.222 F-statistic 1.980 Prob(F-statistic) Durbin-W Sumber: Lampiran 7 (diolah)
-1.440 8864.791 21.184 21.418 0.034 0.999
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai DW 2.192 dengan probabilitas 0,999, artinya bahwa model terbebas dari masalah otokorelasi. 4.4.2 Uji Statistik Berdasarkan dari hasil uji asumsi klasik tersebut di atas, maka data peneliti dalam penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis regresi berganda. Berikut ini merupakan hasil analisis regresi berganda:
71
Variabel K** C SE K** JK SE K** Penddkn SE K** MSI SE K** Amnh SE K** Profsionl SE Tlng K** Mnlng SE K** Prsaudarn SE
Tabel 4.9 Uji Regresi Berganda Regresi 1 Regresi 2 Regresi 3 Regresi 4 Regresi 5 109977.3** 120923.2** 10865.4** 116796.1** 111922.2** (5174.623) (3305.152) (3964.035) (3666.906) (3243.452) 383.6803** 8.812403 157.4996 154.3916 -28.9713 (138.7856) (90.20071) (94.52221) (98.06244) (80.30919) 693.0124 459.8044 88.33283 444.0185 77.07895 (507.6851) (315.5473) (345.8718) (357.0197) (280.202) 46991.79** (5453.754) 28320.45** 28048.3** (3260.832) (3723.921) 39338.38** 42383.73** (3016.264) (2584.065) 33965.15** 36629.58** (4167.639) (3325.326) 37006.26** 34820.16** (3080.732) (3276.695) Sumber: Lampiran 4 (diolah) Keterangan: K** = Koefesien dengan α 5% dan signifikan SE = Standar Eror
Regresi 6 112286.5** (2840.741) -670.6347 (70.92885) 169.5593 (247.8973) 13128.66** (3230.298) 30170.26** (3606.629) 25463.52** (3719.131) 12100.46** (3472.83)
1. Uji t Uji pengaruh jam kerja (X1) terhadap pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X1 (Jam kerja) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kenaikan pendapatan pada setiap uji regresi kecuali pada regresi pertama berpengaruh positif yaitu sebesar 2,7% dari pendapatan. Uji pengaruh pendidikan (X2) terhadap Pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X2 (Pendidikan)
memiliki
pengaruh
tidak
signifikan
terhadap pendapatan pada setiap uji regresi.
72
Uji pengaruh modal sosial Islam (amanah, professional, tolong
menolong
dan
persaudaraan)
terhadap
pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi modal sosial Islam (amanah, professional, tolong menolong dan
persaudaraan)
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap pendapatan yaitu 8,6% pada regresi pertama. Uji
pengaruh
dummy
amanah
(X3)
terhadap
pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X3 (dummy
amanah)
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap pendapatan yaitu sebesar 8,6% pada regresi kedua, 7,5% pada regresi keempat dan 4,0% pada uji regresi keenam. Uji pengaruh dummy professional (X4) terhadap pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X4 (dummy profesional) memiliki pengaruh signifikan terhadap kenaikan pendapatan pada setiap uji regresi, yaitu 13,0% dan 16,4% pada regresi kedua dan kelima sedangkan regresi keenam 8,3%.
73
Uji pengaruh dummy tolong menolong (X5) terhadap Pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X5 (dummy
tolong
menolong)
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap pendapatan yaitu sebesar 8,1%, 11,0% dan 6,8% pada masing-masing uji regresi ketiga, kelima dan keenam. Uji pengaruh dummy persaudaraan (X6) terhadap pendapatan (Y) Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X6 (dummy persaudaraan) memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu 12,0% pada regresi ketiga, 10,6% untuk regresi keempat dan 3,4% pada regresi keenam. 2. Uji F Berdasarkan hasil analisis data koefesien regresi X1 (jam kerja), X2 (pendidikan), X3 (dummy amanah), X4 (dummy profesional), X5 (dummy tolong menolong), X6 (dummy persaudaraan) dan modal sosial Islam memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan. Artinya apabila keenam dari koefesien regresi tersebut diuji secara serentak maka keenamnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendapatan.
74
3. Uji R2 Uji
R2
dilakukan
untuk
melihat
variasi
variabel
independen mampu menjelaskan variabel dependen. Hasil estimasi didapatkan sebesar 61%, 91%, 85%, 82%, 81%, dan 88%, untuk setiap uji regresi, yang mana variabel dependen (pendapatan) mampu dijelaskan oleh variabel independen (jam kerja, pendidikan, dummy amanah, dummy professional, dummy tolong menolong, dummy persaudaraan, dan modal sosial Islam).
4.5 Pembahasan Analisis regresi berfungsi untuk membuat persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi besar kecilnya tingkat pendapatan buruh tani. Berdasarkan dari hasil uji regresi yang dilakukan sebanyak enam kali, maka dihasilkan beberapa persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pendapatan buruh tani. Keenam persamaan regresi tersebut di atas maka persamaan regresi yang lebih efesien digunakan untuk menguji tingkat pendapatan buruh tani adalah persamaan regresi keenam, yaitu sebagai berikut: Pendapatan = 112.286,5 – 670,63 JK – 169,55 Pnd + 13.128,66 A (2.840,74) (709,28) (247,89) (3.230,29) + 30.170,26 Pro + 25.463,52 TM + 12.100,46 Prs (3.606,62) (3.719,13) (3.472,83) Catatan: Dalam kurung adalah standar eror
75
Konstanta sebesar 112.286,5 berarti bahwa ketika jam kerja, pendidikan, dummy amanah, dummy professional, dummy tolong menolong dan dummy persaudaraan dengan 0 maka pendapatan ratarata buruh tani adalah sebesar Rp. 112.286, yang mana nilai statistik dan probabilitas menunjukkan bahwa nilai konstanta signifikan. Variabel jam kerja tidak signifikan mempengaruhi pendapatan, yang berarti tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan, disebabkan karena kebanyakan buruh tani memiliki modal sosial Islam artinya tambahan jam kerja yang diminta majikan hanya merupakan salah satu bentuk budaya gotong royong. Hal ini berbanding terbalik dengan teori yaitu semakin tinggi jam kerja, maka tingkat pendapatan semakin tinggi. Variabel
pendidikan
tidak
signifikan
mempengaruhi
pendapatan, yang berarti tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan, disebabkan karena kebanyakan buruh tani tidak berpendidikan. Hal ini berbanding terbalik dengan teori yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tingkat pendapatan semakin tinggi. Koefisien regresi dummy amanah sebesar 13.128,66 artinya terdapat perbedaan terhadap tingkat pendapatan sebesar Rp. 13. 128 antara buruh tani yang mempunyai modal sosial Islam sifat amanah dengan buruh tani yang tidak modal sosial Islam sifat amanah. Koefisien regresi dummy profesional sebesar 30.170,26 yang artinya terdapat perbedaan terhadap tingkat pendapatan sebesar
76
Rp. 30. 170 antara buruh tani yang mempunyai modal sosial Islam profesional dengan buruh tani yang tidak modal sosial Islam profesional dalam bekerja. Koefisien regresi dummy tolong menolong sebesar 25.463,52 artinya terdapat perbedaan terhadap tingkat pendapatan sebesar Rp. 25.463 antara buruh tani yang mempunyai modal sosial Islam sifat tolong menolong dengan buruh tani yang tidak mempunyai modal sosial Islam tolong menolong. Nilai koefisien regresi dummy persaudaraan sebesar 12.100, 46 yang menunjukkan terdapat perbedaan terhadap tingkat pendapatan sebesar Rp. 12.100 antara buruh tani yang mempunyai modal sosial Islam persaudaraan dengan buruh tani yang tidak modal sosial Islam persaudaraan.
77