Laporan Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Setiap perusahaan berlomba untuk terus menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Ada tiga hal yang menjadi persaingan, yaitu harga, mutu, dan layanan. Harga seringkali ditentukan oleh biaya, dan biaya adalah hasil penentuan serta pemilihan proses produksi perusahaan. Salah satu komponen biaya produksi yang tinggi ialah barang, baik barang langsung maupun barang tidak langsung. Ini termasuk pada manajemen barang atau material, yang lebih khusus lagi manajemen persediaaan. Dalam banyak hal, barang ini diperoleh dari tempat yang jauh, bahkan di impor dari negara lain. Di samping itu, penggunaan seringkali tidak teratur, baik
Universitas Mercu Buana
Page 1
Laporan Tugas Akhir
frekuensi maupun jumlah dan jenisnya, sehinnga sebelum digunakan perlu di simpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan barang. Barang persediaan (inventory) adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain. Tidak peduli perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biasanya biaya yang paling besar adalah nilai persediaan dan biaya penyimpanannya. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk menperoleh laba (profit oriented), meskipun dalam dunia usaha ada juga perusahaan yang nirlaba (non profit oriented). Laba yang maksimal dapat dipakai dengan pengolaaan usaha yang dilakukan secara efisien dan efektif. Suatu perusahaan pada umumnya melakukan aktivitas mengubah input menjadi output melalui proses dan disertai perubahan-perubahan yang tidak menentu dari lingkungan eksternal perusahaan. Kontinuitas jalannya proses produksi dalam perusahaan sangat penting, maka masalah pengendalian persediaan bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan, karena pengendalian bahan baku merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan operasi produksi perusahaan, di samping didukung oleh beberapa faktor lainnya kebijakan pengendalian yang sebaiknya dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang efektif dan efisien sangat tergantung pada kondisi dan jenis permintaan yang dihadapi. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap perusahaan yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang
Universitas Mercu Buana
Page 2
Laporan Tugas Akhir
merupakan output dari setiap perusahan. Produksi dalam sebuah organisasi perusahaan merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lainnya. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar diperoleh produk-produku berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keingian pasar itu, dengan biaya serendah mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menhilangkan pemborosan (Waste) yang terjadi dalam proses produksi yang efesien dan berkualitas dengan becirikan dari produk yang memenuhi spesifikasi desain yang telah ditetapkan berdasrkan keinginan pasar, di distribusikan ke konsumen melalui bagian pemasaran selanjutnya yang akan bertanggung jawab langsung kepada konsumen. Suatu sistem yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan bahan baku untuk produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau sistem perencanaan kebutuhan material. Sistem ini diguanakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang bersifat defendent terhadap penyelesaian produk akhir. Dengan sistem MRP, dapat diketahui jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk di masa yang kan datang sehingga perusahaan dapat mengoptimumkan persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah persediaan tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit. Berkaitan dengan investasi, investasi bahan bahan baku yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya biaya-biaya yang seharusnya tidak terjadi, misalnya biaya penyimpanan bahan baku, biaya kerusakan bahan baku selama penyimpanan dan keusanagan bahan baku. Namun sebaliknya, investasi bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan terganggunya kelancaran
Universitas Mercu Buana
Page 3
Laporan Tugas Akhir
proses akibat kekurangan bahan baku untuk diproses. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi rencana produksi tepat waktu. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian menyangkut masalah persediaan bahan baku, terutama akan mengulas tentang Material Requirement Planning (MRP). Adapun hasil penelitian dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Perencanaan Kebutuhan Material Pembuatan Produk Obat Betamin, Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) Di PT. SAMCO FARMA”.
1.2.
Perumusan Masalah Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan
sistem Perencanaan Kebutuhan Material yang mana dapat memberikan biaya total optimal pada pembuatan Obat Betamin.
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu : 1.
Melakukan penerapan dengan sistem Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) pada produk obat Betamin pada PT. Samco Farma
2.
Menentukan
biaya
optimal
dengan
menggunakan
metode
Material
Requirement Planning (MRP) berdasarkan perbedaan yang didapat dari 5 metode ukuran Lot.
Universitas Mercu Buana
Page 4
Laporan Tugas Akhir
1.4.
Pembatasan Masalah Dalam batasan masalah ini perlu ditetapkan batasan-batasan dan asumsi agar langkah-langkah pemecahan permasalahan tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1.
Jadwal induk produksi didasarkan pada hasil peramalan perusahaan.
2.
Yang dianalisa dalam penelitian ini adalah Bahan Baku Material Pembuatan Obat Betamin.
3.
Perhitungan setiap material dimulai dari level 0.
4.
Sekali pesan sekali terima.
5.
Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
6.
Tidak menganalisa penjadwalan.
7.
Tidak menganalisa persediaan pengaman.
1.5.
Metodologi Penelitian Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1.
Studi Lapangan Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lapangan.
2.
Studi Pustaka Membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam memecahkan masalah.
Universitas Mercu Buana
Page 5
Laporan Tugas Akhir
3.
Mengadakan wawancara dengan karyawan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
1.6.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian yang akan dilakukan, penulis berpedoman pada kriteria penyusunan laporan dan membaginya dalam enam bab yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu dengan format sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menerangkan secara singkat tentang teori-teori yang berhubungan dan berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir dalam proses pemecahan masalah penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini tentang metodologi penilitian dan kerangka pemikiran yang dilakukan dengan penelitian untuk tugas akhir dan berisi tahapan pemecahan masalah yang menguraikan
secara
garis
besar
langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
memecahkan masalah.
Universitas Mercu Buana
Page 6
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini akan membahas tentang data yang digunakan yaitu data bahan baku, jumlah persedian dan biaya pembelian.
BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini berisikan mengenai analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya yang berdasarkan landasan teori yang digunakan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa dan penelitian secara menyeluruh serta diberikan juga saran-saran, baik untuk pihak perusahaan maupun pengembangan penelitian selanjutnya.
Universitas Mercu Buana
Page 7
Laporan Tugas Akhir
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru.
Universitas Mercu Buana
Page 8
Laporan Tugas Akhir
Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti: keuangan, personalia, dll. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam system produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu. 2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen structural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional system produksi itu. Komponen atau elemen structural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lainlain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari: supervise, perencanaan,
Universitas Mercu Buana
Page 9
Laporan Tugas Akhir
pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 Alur Proses Sistem Produksi Dari gambar 2.1 tampak bahwa elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah : masukan, proses, dan keluaran, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Beberapa contoh sistem produksi dapat dilihat dalam tabel 2.1
Universitas Mercu Buana
Page 10
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.1 Contoh-contoh Sistem Produksi No Sistem
Masukan
1
Resepsionis,
Hotel
Keluaran
Laundry,
Bell-boy, Jasa staf,
peralatan menyenangkan,
perlengkapan & energi 2
Rumah Sakit
Dokter,
perawat,
menginap,
layanan kepuasan,
layanan pencucian.
karyawan, Pelayanan medik bagi pasien
fasilitas gedung dan peralatan medik, laboratorium, modal, energi, informasi, manajerial, dll 3
Universitas
Dosen,
asisten,
mahasiswa, Pelayanan
akademik
karyawan, fasilitas gedung dan mahasiswa
bagi untuk
peralatan kuliah, perpustakaan, menghasilkan Sarjana (S1), laboratorium, modal, energi, Magister (S2), Doktor (S3), informasi, manajerial, dll 4
Restoran
Tukang masak, penerima tamu, Makanan, bahan makanan, peralatan
5
Manufaktur
dll
Karyawan,
fasilitas
layanan
yang
menyenangkan, kepuasan
gedung Barang jadi, dl
dan peralatan pabrik, material, modal,
energi,
informasi,
manajerial, dll
Universitas Mercu Buana
Page 11
Laporan Tugas Akhir
2.1.1 Sistem Produksi dalam Kegiatan Menghasilkan Produk yang Berupa Barang Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada. Kegiatan Menghasilkan Produk yang Berupa Barang, terdapat tiga macam proses yaitu: 1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process) Di mana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memperhatikan urutan-urutan kegiatan atau raouting dalam menghasilkan produk, tersebut serta arus bahan dalam proses telah distandarisasi. 2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System) Di mana kegiatan produksi dilakukan tidak standar, tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat luwes (flexsible) untuk dapat dipergunakan bagi menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran. 3. Proses Produksi yang Bersifat Proyek Di mana kegiatan produksi dilakukan pada tempat dan waktu yang berbedabeda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan di tempat atau lokasi di mana proyek tersebut dilaksanakan pada saat yang direncanakan.
2.1.2 Sistem Produksi Menurut Jenis Produksinya Sistem Produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efisien, efektif, dan produktif, atau optimal. Jumlah jenis sitem produksi
Universitas Mercu Buana
Page 12
Laporan Tugas Akhir
sangat banyak. Sistem produksi yang tepat bagi suatu industri akan sangt tergantung pada jenis industrinya. Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut: 1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesanan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa). 2. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya. 3. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modulmodul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa di rakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik mobil dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis, AC, audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi. Komponen-komponen tersebut telah isiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang. 4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah pesanan konsumen diterima.
Universitas Mercu Buana
Page 13
Laporan Tugas Akhir
Berdasarkan
ukuran
jumlah
produk
yang
dihasilkan,
produksi
dapat
dikelompokan menjadi: 1. produksi proyek, biasanya jumlah unit yang diproduksi satu dengan jumlah operasi banyak dan melibatkan banyak sumber daya; 2. produksi batch, bila jumlah unit yang diproduksi berukuran sedang, biasanya perusahaan memproduksi banyak jenis produk; 3. produksi missal, bila jumlah unit yang diproduksi sangat besar, jenis yang diproduksi perusahaan umumnya lebih sedikit dibandingkan batch.
Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan fasilitas produksi), produksi dikelompokan menjadi: 1. produksi flow shop, 2. produksi fleksibel (flexsibel manufacturing systems), 3. produksi job shop, biasanya untuk volume produksi batch, 4. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi massal.
Sistem produksi mana yang digunakan harus memperhatikan jenis-jenis produksi sebagaimana telah diklasifikasikan tersebut. Secara umum, system produksi yang digunakan oleh mayoritas industri manufaktur dapat dilihat pada tabel 2.2
Universitas Mercu Buana
Page 14
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.2 Sistem Produksi Berdasarkan Jenis Produksi Engineering to
Made to
Asembly to
Made to
Order
Order
Order
Stock
F
F
Mjo
Mjo
Jenis Produksi Proyek
P
FMS
F
Job Shop
Pmo
Flow Shop (Batch Kecil) Flow Shop (Batch Besar)
Jom
Kontinyu
Keterangan:
P atau p*
: Sistem Produksi Proyek
F atau f
: Flexsibel Control System
M atau m
: Sistem MRP
J atau j
: Sistem Just in Time
O atau o
: Optimized Production Technology
C atau c
: Countinuous Process Control System
*: Huruf besar kesesuaian tinggi, huruf kecil rendah
Universitas Mercu Buana
Page 15
Laporan Tugas Akhir
2.1.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan teknologi canggih pada akhir-akhir ini, dan adanya peningkatan kebutuhan dan keinginan manusia baik dalam jumlah, variasi macamnya dan tingkat mutunya. Perkembangan ini menimbulkan tantangan untuk memenuhinya dengan meningkatkan kemampuan menyediakan atau menghasilkan. Peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia merupakan usaha yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan kebutuhan-kebutuhan tersebut secara efektif dan efesien. Untuk mencapai efektivitas pengendalian produksi dan persediaan harus mengenal teknik kuantitatif/perhitungannya. Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material ke dalam, di dalam, dan keluar pabrik sehingga keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian produksi dimaksudkan mendayakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Yang dimaksud sumber daya mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan bahan baku. Kendala yang dihadapi mencakup ketersediaan sumber daya, waktu pengiriman produk, kebijaksanaan manajemen, tenaga kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perencanaan dan pengendalian produksi mengevaluasi perkembangan permintaan konsumen, posisi modal, kapasitas produksi, tenaga
kerja
dan
lain
sebagainya.
Evaluasi
faktor-faktor
tersebut
harus
mempertimbangkan kondisi saat ini dan masa yang akan datang.
Universitas Mercu Buana
Page 16
Laporan Tugas Akhir
2.1.4 Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Dalam Aktivitas Produksi Pada dasarnya fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi adalah : (Hendra Kusuma 2001: 2) 1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. 2. Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu. 3. Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik penentuan pasanan,
serta
memonitor
tingkat
persediaan
produk
jadi
setiap
saat,
membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencanan produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode. 2.1.5 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi Hubungan pengendalian produksi terhadap keseluruhan organisasi manufaktur yang terutama ialah sebagai alat pengendalian aliran informasi. Pengendalian produksi sendiri berkaitan erat dengan fungsi-fungsi di luarnya sehingga komponen di dalam pengendalian produksi memiliki interaksi aliran yang sangat rumit, Interaksi ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.2. Harus diperhatikan bahwa keputusan dalam satu komponen misalnya penjadwalan, akan memiliki dampak terhadap komponenkomponen yang lainnya. Sebagai contoh, satu cara untuk mencegah keterlambatan produksi karena kekurangan bahan adalah dengan meningkatkan persediaan bahan.
Universitas Mercu Buana
Page 17
Laporan Tugas Akhir
Peningkatan persediaan bahan ini mungkin akan menyederhanakan kegiatan penjadwalan tetapi mengakibatkan biaya persediaan menjadi meningkat.
Gambar 2.2 Sistem Operasi Pengendalian Produksi Kegiatan pengendalian produksi merupakan suatu system dan harus dilihat secara menyeluruh. Tindakan menekan waktu menganggur tenaga kerja dan mesin, menekan persediaan, atau menekan keterlambatan pengiriman tidaklah selalu bijaksana. Tujuan pengendalian produksi adalah tujuan keseluruhan organisasi. Keputusan yang menyangkut penjualan, produksi, persediaan, dan keuangan lebik baik dicari tingkat optimalitasnya. Peramalan kebutuhan merupakan titik awal kegiatan pengendalian produksi. Untuk setiap kelas produk atau jasa, masa datang harus dapat diramalkan. Peramalan
Universitas Mercu Buana
Page 18
Laporan Tugas Akhir
dilakukan dalam satu jangka waktu perencanaan yang sering disebut horison perencanaan. Pada perusahaan tertentu horison perencanaan dapat mencakup jangka waktu antara satu sampai dua tahun mendatang. Tanpa peramalan yang akurat tidaklah mungkin melakukan perencanaan kapasitas jangka panjang. Perencanaan kapasitas merupakan langkah kedua dalam pengendalian produksi. Pada tahap ini direncanakan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut, jumlah jam lembur yang dijadwalkan, dan jumlah persediaan sehingga permintaan konsumen dapat dipenuhi secara efisien. Salah satu perhatian perencanaan kapasitas adalah persediaan yang akan dipertahankan. Rencana persediaan yang sering digunakan oleh perusahaan yang menghadapi permintaan musiman adalah dengan cara memproduksi lebih banyak dari kebutuhan pada saat permintaan rendah di mana kelebihannya kemudian disimpan, pada saat permintaan melonjat maka kebutuhan tersebut akan dapat terpenuhi dari produk simpanan. Aktivitas lainnya yang dipengaruhi oleh perencanaan kapasitas adalah rencana kebutuhan jangka pendek yang disebut jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi dibuat tanpa mempertimbangkan situasi pabrik. Jika tenaga kerja absen atau mesin rusak maka jadwal tersebut harus diubah. Jika bahan baku itu tidak memnuhi persyaratan, atau peralatan tidak dapat digunakan, jadwal itu pun harus disesuaikan. Dengan demikian kegiatan pengendalian produksi merupakan rantai kegiatan yang saling berkaitan. Keputusan-keputusan yang dibuat akan berbeda dari segi horison waktu dan derajat akurasi. Walaupun demikian keputusan-keputusan tersebut harus mengacu pada tujuan yang akan dicapai, yaitu mendayagunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
Universitas Mercu Buana
Page 19
Laporan Tugas Akhir
2.2 Persediaan Persediaan adalah aktiva yang meliputi barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode yang normal, atau persediaan barangbarang yang masih dalam pengerjaan proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan serta barang-barang jadi atau setengah jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen dari pelanggan setiap waktu.(Assuari,1994) Alasan adanya persediaan adalah : 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi, untuk meyakinkan suatu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari unit lainnya. Persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasar.
Universitas Mercu Buana
Page 20
Laporan Tugas Akhir
4. Merpertahankan stabilitas opersi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberi pelayanan (service) kepada pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan tetap terjadinya barang tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan di dalam persediaan yang digunakan dalam perusahaan. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolongkan menurut jenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing barangnya dalam suatu periode yang bersangkutan. Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibebankan pada aktivitas yang terjadi dalam perode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu perusahaan secara layak. Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan kerena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produksi, karena faktor waktu antara produksi dapat
dihilangkan
sama
sekali
ataupun
diminimumkan.
Persediaan
dapat
diminimumkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang lebik baik, serta organisasi bagian produksi yang lebih efesien.
Universitas Mercu Buana
Page 21
Laporan Tugas Akhir
Pada dasarnya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang dan menyampaikannya kepada konsumen.
2.2.1 Jenis-Jenis Persediaan
2.2.1.1 Persediaan Menurut Fungsinya
1.
Batch Stock/Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan kerena kita membeli dan membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu.
Keuntungannya:
a)
Potongan harga pada harga pembelian.
b)
Efisiensi produksi.
c)
Penghematan biaya angkutan.
2.
Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.
Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
Universitas Mercu Buana
Page 22
Laporan Tugas Akhir
2.2.1.2 Persediaan Menurut Jenis dan Posisi Barang
Di
samping
perbedaan
menurut
fungsi,
persediaan
itu
dapat
pula
dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu : (Sofjan Assauri 1999: 171-172)
a) Persediaan bahan baku (raw material stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, bahan baku mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari pemasok atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. b) Persediaan bagian produk yang dibeli (purchased parts/components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung digabungkan dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. c) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. d) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiaptiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
Universitas Mercu Buana
Page 23
Laporan Tugas Akhir
e) Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain.
2.2.2 Macam-macam Biaya Persediaan. Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena kebanyakan modal usaha perusahaan berasal dari persediaan. Pada perusahaan industri, persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (raw material), barang dalam proses(work in process), maupun barang jadi (finished good). Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Dengan kata lain, total cost yang berhubungan dengan persediaan dapat minimal. Perhitungan total cost pesediaan secara keseluruhan dipengaruhi olaeh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan seperti :
1.
Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c) Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya
biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break diamana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian
Universitas Mercu Buana
Page 24
Laporan Tugas Akhir
tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per-unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan.
2.
Biaya Pengadaan (Procurement Cost) Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya
pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
Biaya Pembuatan (Setup Cost = k) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan
produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya. Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan (procurement cost).
Universitas Mercu Buana
Page 25
Laporan Tugas Akhir
3.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost = h)
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi :
Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal) Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal
perusahaan mempunyai ongkos (expence) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
Biaya Gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya
gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa, maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena
beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasenya.
Biaya Kadaluwarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan
teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
Universitas Mercu Buana
Page 26
Laporan Tugas Akhir
Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada,
baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling. Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya: Rp/unit/tahun). 4.
Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p) Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi
keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :
Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi
permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.
Universitas Mercu Buana
Page 27
Laporan Tugas Akhir
Waktu pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/satuan waktu.
Biaya pengadaan darurat Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang
biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/setiap kali kekurangan. Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan (opportunity cost).Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan actual yang dihitung secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel (incremental cost), sedangkan biaya yang bersifat fixed seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan. 2.3 Material Requirement Planning Dalam sebuah pabrik selalu terjadi proses transformasi. Dimulai dari bahan baku sebagai input diproses menjadi produk sebagai outputnya. Proses transformasi tersebut, membentuk sebuah system produksi yang mencakup empat unsur pengaturan, yaitu:
Universitas Mercu Buana
Page 28
Laporan Tugas Akhir
1.
pengaturan material
2.
pengaturan sumber daya material
3.
pengaturan modal dan
4.
pengaturan mesin Pengaturan material mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem
persediaan sekaligus sistem informasinya, agar dicapai sistem pengadaan material tepat waktu, tepat jumlah, tepat bahan, dan tepat harga. Ide dasar dari konsep Material Requirement Planning (MRP) sudah berkembang lama dan telah banyak digunakan dalam penyelesaian proyek industri, mulai dari pembangunan rumah sederhana hingga gedung pencakar langit. Bahan yang tepat, pada saat yang tepat adalah filosofi yang digunakan dalam berbagai macam proyek tersebut.
MRP digunakan untuk mengelola persediaan, terutama untuk produk-produk yang dependent. MRP menguraikan suatu produk secara hierarki mulai dari komponen dasar, subassembly, sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian, akan barang jadi dapat diuraikan menjadi kebutuhan sub-sub assembly hingga kebutuhan komponen dasar. Struktur hierarki pembuatan suatu produk disebut Bagan Bahan (Bill of Material (BOM).
Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) mengakui hubungan (relationship) antara permintaan (demand) untuk produk akhir dan komponen-komponen yang digunakan untuk membuatnya. Hubungan tersebut digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas yang harus diproduksi untuk setiap produk akhir, komponen, dan sub-rakitan
Universitas Mercu Buana
Page 29
Laporan Tugas Akhir
dalam satu periode. Pertanyaan dasar yang perlu dijadikan perhatian dalam merencanakan kebutuhan material adalah :
1. Kapan barang jadi akan diproduksi. 2. Komponen atau sub item apa yang dibutuhkan. 3. Berapa banyak komponen yang masih tersedia (inventory) 4. Berapa banyak komponen yang masih harus dipenuhi (kekurangan persediaan). 5. Berapa unit produk minimum yang harus dimiliki perusahaan. 6. Kapan harus dilakukan pemesanan (berkaitan dengan lead time).
MRP berfungsi untuk mengendalikan persediaan agar tetap berada pada tingkat minimum dan tetap dapat memenuhi permintaan pada saat dibutuhkan. MRP juga dapat menentukan dengan tepat jadwal pembuatan item-item pembentuk produk dilakukan. 2.3.1 Pengertian MRP MRP adalah suatu konsep dalam manajemen produksi untuk perencanaan kebutuhan material yang berisikan prosedur dan aturan yang logis serta teknik pencatatan yang akurat, sehingga material yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. MRP juga sangat berperan sebagai pengendali dan penjadwalan persediaan. Komputer dan perkembangannya memungkinkan semua perhitungan itu menjadi lebih cepat dan tepat. Konsekuensi dari metoda tradisional adalah seringkali barang yang dipesan belum merupakan kebutuhan, sehingga penyimpanannya memerlukan waktu cukup lama dan ongkos simpan yang cukup besar.
Universitas Mercu Buana
Page 30
Laporan Tugas Akhir
Sementara itu MRP mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1.
Perhatian terhadap kapan dibutuhkan Integrasi pemikiran antara fungsi pengawasan produksi dan manajemen persediaan mengakibatkan pergeseran perhatian terhadap kapan dibutuhkan ketimbang perhatian langsung terhadap kapan melakukan pemesanan. Jika manajer operasi memiliki informasi tanggal permintaan, maka pemesanan dan penjadwalan komponen untuk merakit produk merupakan masalah kapan dibutuhkan.
2.
Perhatian terhadap prioritas pemesanan Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memiliki prioritas yang sama. Produk yang satu lebih penting jika dibandingkan dengan produk yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya penjadwalan untuk memenuhi prioritas pesanan.
3.
Penundaan pengiriman permintaan Konsekuensi dari prioritas pesanan menghasilkan konsep penundaan pengiriman yaitu menunda produksi atau pesanan terhadap item yang telah dijadwalkan, untuk memaksimumkan keseluruhan operasi.
4.
Fungsi integrasi Pengawasan produksi dan manajemen persediaan dipandang sebagai fungsi yang terintegrasi
Universitas Mercu Buana
Page 31
Laporan Tugas Akhir
2.3.2 Tujuan MRP Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu : 1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Jadwal Induk Produksi. 2. Menentukan kebutuhan minimal untuk setiap item Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi
Universitas Mercu Buana
Page 32
Laporan Tugas Akhir
untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan.
Tujuan Material Requirement Planning (MRP) secara umum adalah : 1. Meminimalkan persediaan Dengan telah ditentukannya jumlah dan waktu suatu komponen yang diperlukan, maka pembelian hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. 2. Mengurangi resiko keterlambatan pengiriman dan produksi Dengan diperhatikannya lead time untuk setiap komponen akan memperkecil resiko tidak tersedianya komponen yang akan diproses serta dapat mengganggu proses produksi. 3. Komitmen yang realistis Dengan dapat dipenuhinya jadwal produksi sesuai waktunya, komitmen terhadap pengiriman barang akan lebih realistis sehingga akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4. Meningkatkan efisiensi Dengan lebih baiknya perencanaan dalam hal jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang, maka akan meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.
Universitas Mercu Buana
Page 33
Laporan Tugas Akhir
2.3.3
Syarat Pendahuluan Sistem MRP Agar sistem Material Requirement Planning (MRP) dapat diterapkan mencapai
hasil yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Harus ada jadwal induk produksi (Master Production Schedule) suatu pernyataan yang menentukan jumlah hasil akhir yang akan diproduksi, serta kapan diproduksi. 2. Nomor-nomor dari persediaan harus ditetapkan dan harus unik (jangan sampai keliru dengan item lainnya). 3. Tersedianya catatan mengenai status dari semua item yang dikendalikan dengan sistem Material Requirement Planning (MRP). 4. Lead time bagi semua item sudah diketahui. 5. Tanggal yang dicantumkan dalam jadwal itu benar-benar menunjukan tanggal fabrikasi akan dilaksanakan. 1. Jumlah item yang disebutkan untuk Material Requirement Planning (MRP) harus sama dengan yang akan dipakai untuk fabrikasi.
2.3.4
Masukan dan Keluaran Proses MRP Untuk melakukan proses MRP, diperlukan tiga masukan utama yaitu : 1. Jadwal Induk Produksi (JIP) 2. Struktur Produk 3. Catatan Status Persediaan
Universitas Mercu Buana
Page 34
Laporan Tugas Akhir
Gambar 2.3 Skema masukan proses MRP 2.3.4.1 Jadwal Induk Produksi Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horizon perencanaan. Jadwal induk produksi merupakan optimasi ongkos dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia dalam ramalan permintaan untuk mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi dan persediaan. 2.3.4.2 Struktur Produk (Product Structure Record & Bill of Material) Setiap item dan komponen produk harus memiliki identifikasi yang jelas dan unik sehingga berguna pada saat komputerisasi. Hal ini dilakukan dengan membuat struktur produk dan bill of material tiap produk. Struktur produk berisi informasi mengenai hubungan antar komponen dalam perakitan. Informasi ini penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Lebih jauh lagi,
Universitas Mercu Buana
Page 35
Laporan Tugas Akhir
struktur produk juga mengandung informasi tentang semua item, seperti nomor item, serta jumlah yang dibutuhkan pada tiap tahapan perakitan. Struktur produk ini dibagi menjadi beberapa level/tingkatan. Level 0 (nol) ialah tinkatan produk akhir. Level di bawahnya (level 1) merupakan sub assembly yang jika dirakit akan menjadi produk akhir. Level di bawahnya lagi (level 2) merupakan tingkatan sub-sub assembly yang membentuk sub assembly jika dirakit. Untuk kemudahan kodifikasi, item komponen yang sama sebaiknya ditempatkan pada level yang sama. Ini berarti bahwa item komponen yang berada di level yang lebih tinggi harus diturunkan ke level terendah dimana komponen tersebut digunakan. 2.3.4.3 Status Persediaan Sistem MRP didasarkan atas keakuratan data status persediaan yang dimiliki sehinnga keputusan untuk membuat atau memesan barang pada suatu saat dapat dilakukan dengan sebaik-baikya. Untuk itu tingkat persediaan komponen dan material harus selalu diamati. Jika terjadi perbedaan antara tingkat persediaan akktual dengan data persediaan dalam sistem computer maka data persediaan dalam sistem komputer tersebut harus segera dimutakirkan. MRP tidak mungkin dijalankan tanpa adanya catatan. Selain itu masukan lain yang harus diperhatikan adalah pesanan komponen dari perusahaan lain yang membutuhkan dan peramalan atas item yang tidak bergantungan. Sementara itu keluaran dari MRP secara garis besar terdiri dari : Catatan tentang pesanan yang harus dikerjakan atau direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier Indikasi untuk penjadwalan ulang atau pembatalan produksi
Universitas Mercu Buana
Page 36
Laporan Tugas Akhir
Indikasi pembatalan pesanan Informasi keadaan persediaan
Gambar 2.4 Skema Keluaran MRP 2.3.5 Prosedur Sistem MRP Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu persatu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah prosedur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Proses Netting, yaitu penentuan kebutuhan bersih. 2. Proses Lotting, yaitu penentuan besarnya pesanan. 3. Proses Offseting, yaitu penentuan saat pemesanan atau pembuatan komponen atau bahan. 4. Proses Explosion, yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah.
Universitas Mercu Buana
Page 37
Laporan Tugas Akhir
PERENCANAAN KEBUTHAN MATERIAL (MRP)
NETTING Perhitungan kebutuhan bersih
Ada perubahan
PELAKSANAAN MRP
EKSPLODING Ulangi untuk level berikutnya
LOTTING Besarnya ukuran pesanan
Level akhir
OFFSETTING Waktu pesanan barang
Gambar 2.5 Langkah Dasar Proses MRP
2.3.5.1 Proses Netting Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Masukan yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah : a.
Kebutuhan kotor (yaitu jumlah produk akhir yang akan dikonsumsi) untuk tiap periode selama periode perencanaan.
b.
Rencana penerimaan dari subkontraktor selama periode perencanaan.
c.
Tingkat persediaan yang dimiliki pada awal periode perencanaan. Berikut contoh perhitungan kebutuhan bersih.
Universitas Mercu Buana
Page 38
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.3. Contoh Perhitungan Netting Periode
1
Kebutuhan Kotor
2
3
20
Jadwal Penerimaan
4
5
25
6
7
30
28
8
Total 103
40
40
Persediaan di Tangan : 25
25
5
45
20
20
-10
-38
Kebutuhan Bersih
0
0
0
0
0
10
28
-38
-38 38
2.3.5.2 Proses Lotting Proses lotting ialah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. Proses lotting erat hubungannya dengan penentuan jumlah komponen/ item yang harus dipesan/disediakan. Proses lotting sendiri amat penting dalam rencana kebutuhan bahan. Penggunaan dan pemilihan teknik yang tepat sangat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan bahan. Ukuran lot berarti jumlah item yang harus dipesan/dibuat, dikaitkan dengan besarnya ongkos-ongkos persediaan, seperti ongkos pengadaan barang (ongkos set up), ongkos simpan, biaya modal, serta harga barang itu sendiri. Dengan memperhatikan ongkos-ongkos tersebut maka ukuran lot ideal agar ongkos total persediaan minimal. Berikut ini contoh penentuan ukuran lot lot-for-lot (jumlah yang dipesan hanya sebesar jumlah yang dibutuhkan).
Universitas Mercu Buana
Page 39
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.4. Contoh Perhitungan Lotting Periode
1
2
3
4
5
6
7
Kebutuhan Bersih
0
0
0
0
0
10
28
38
10
28
38
Ukuran Lot
8
Total
2.3.5.3 Proses Offsetting Proses ini ditujukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Rencana pemesanan dilakukan pada saat material dibutuhkan dikurangi dengan waktu ancang. Berikut ini contoh offsetting dengan waktu ancang dua periode. Tabel 2.5. Contoh Perhitungan Offsetting Periode
1
2
3
4
5
Ukuran Lot Rencana Pemesanan
10
28
6
7
10
28
8
Total 38 38
2.3.5.4 Proses Explosion Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam proses explosion ini data terstruktur produk dan bill of material Memegang peran penting karena menentukan arah explosion item komponen. Proses explosion dilakukan dengan menggunakan persamaan (3). Di bawah ini memberikan gambaran proses explosion yang terjadi pada tiga tingkat.
Universitas Mercu Buana
Page 40
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.6. Contoh Perhitungan Explosion
Periode Kebutuhan Kotor
Item A – Tingkat 1 – waktu ancang 2 Periode 1 2 3 4 5 6 7 20
Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 25
25
0
25
15
8
Total
10
95
20 5
25
Renc. Pemesanan
20 0
0
25
15
-25
-40
-40
-50
10
-50 50
Item B – Tingkat 2 (1/1) – waktu ancang 1 Periode Periode
1
2
Kebutuhan Kotor
3
4
5
25
15
5
-10
6
7
8
Total
10
50
Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 30
30
30
Renc. Pemesanan
10
-10
-20
-20
-20
10
-20 20
Item C – Tingkat 3 (2/1) – waktu ancang 2 Periode Periode
1
2
Kebutuhan Kotor
3
4
20
5
6
7
8
20
Total 40
Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : 10
10
Renc. Pemesanan
10
Universitas Mercu Buana
10
-10 20
-10
-30
-30
-30
-30
-30 30
Page 41
Laporan Tugas Akhir
2.3.6 Ukuran Lot Perkembangan
sekarang
telah
dirangsang
oleh
munculnya
sistem
Perencanaan Kebutuhan Material yang mengungkapkan permintaan untuk barang persediaan dengan cara rangkaian waktu yang pasti dengan menghitung dimensi waktu untuk kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Pendekatan-pendekatan yang paling banyak dikenal untuk ukuran lot adalah sebagai berikut : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) 2. Economic Order Quantity (EOQ) 3. Lot For Lot (LFL) 4. Fixed Period Requirement (FPR) 5. Period Order Quantity (POQ) 6. Least Unit Cost (LUC) 7. Least Total Cost (LTC) 8. Part Period Balancing (PPB) 9. Wagner Within (WW)
Dua dari teknik tersebut diatas adalah berorientasi pada permintaan, sedangkan yang lainnya disebut teknik-teknik ukuran lot yang diskrit. Sebab teknik-teknik tersebut menghasilkan sejumlah pesanan yang sama dengan kebutuhan bersih dalam jumlah yang tepat pada perioda perencanaan yang berhubungan. Ukuran-ukuran lot yang bersifat diskrit tidak menghasilkan sisa persediaan dalam arti jumlah persediaan yang disimpan tidak akan cukup untuk memenuhi
Universitas Mercu Buana
Page 42
Laporan Tugas Akhir
kebutuhan perioda yang akan datang secara cepat. Pemilihan teknik-teknik tersebut diatas adalah dengan biaya penyimpanan. Teknik ukuran lot dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu statis dan dinamis. Dikatakan statis bila jumlah pesanan yang dihitung hanya satu kali, sesuai dengan jadwal perencanaan pesanan. Dikatakan dinamis bila jumlah pesanan yang dihitung berulang-ulang mengikuti situasi. Gambar dibawah ini memperhatikan hubungan antara ukuran lot dengan biaya total yang dikeluarkan.
Minimum Total Cost Biaya Total Ongkos
Biaya Penyimpanan
Biaya Pemesanan
Q
Kuantitas Pesanan
Gambar 2.6. Hubungan antara Ukuran Lot dan Biaya Persediaan
Universitas Mercu Buana
Page 43
Laporan Tugas Akhir
Dalam penelitian ini yang akan dianalisa adalah biaya total yang dikeluarkan dari masing-masing penggunaan teknik penentuan ukuran lot, yang terdiri dari : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) 2. Lot For Lot (LFL) 3. Economic Order Quantity (EOQ) 4. Fixed Period Requirement (FPR) 5. Least Unit Cost (LUC) Berikut ini contoh data kebutuhan bersih selama 9 periode yang digunakan untuk menunjukkan hasil dalam memenuhi kebutuhan bersih. 2.3.6.1. Fixed Order Quantity (FOQ) FOQ merupakan teknik perhitungan inventory yang ditentukan pada faktor memperhatikan kapasitas yang tersedia dari proses maupun fasilitas. Metode ini berprinsip pada order quantity tetap dengan interval waktu yang berbeda. Tabel 2.7. Contoh Fixed Order Quantity Perioda
1
2
Kebutuhan Bersih
35
15
Jumlah Pesan
70
Sediaan
35
3 0
4
5
6
7
8
9
35
30
10
15
30
30
70 20
20
55
Misalkan biaya pemesanan
= $ 50 sekali pesan
Biaya penyimpanan
= $ 0.20 / unit
Jadi
=3
: Biaya pemesanan
X $ 50
70 25
0
40
200 210
10
220
= $ 150
Biaya penyimpanan = 220 X $ 0.20 = $
Universitas Mercu Buana
15
Total
44 +
Page 44
Laporan Tugas Akhir
Total biaya
= $ 194
2.3.6.2. Lot For Lot (LFL) Pemesanan lot for lot adalah pendekatan yang paling mudah dari semua ukuran lot. Jumlah yang dipesan besarnya sama dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu perioda. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya digunakan untuk jenis barang yang mahal. Metode ini cocok untuk produk yang bersifat perishable goods , misalnya produk-produk makanan dan cocok untuk jenis inventory dengan biaya setup kecil , biaya simpan sangat besar, untuk produk dengan demand yang discontinous. Tabel 2.8. Contoh Lot For Lot Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total
Kebutuhan Bersih
30
20
0
35
0
25
10
15
30
165
Jumlah Pesan
30
20
0
35
0
25
10
15
30
165
Sediaan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Biaya pemesanan
=7
X $ 50
= $ 350
Biaya penyimpanan = 0
=$
0
Total biaya
= $ 350
+
2.3.6.3 Economic Order Quantity (EOQ) EOQ merupakan perbaikan dari system FOQ yang turut memperhatikan faktor intern seperti kapasitas dari proses dan fasilitas. Asumsi yang digunakan adalah permintaan bersifat steady state dan continue. Perhitungan EOQ diformulasikan sebagai berikut : (Referensi Teguh Baroto, 2002)
Universitas Mercu Buana
Page 45
Laporan Tugas Akhir
Dimana : A = Order Cost D = Demand rata-rata per horison H = Holding Cost
(Referensi Arman Hakim Nasution, 2006) Dimana : D = Demand rata-rata per horison k = Order Cost h = Holding Cost Contoh soal: Sebuah perusahaan susu mempunyai Demand rata-rata per horison = 500 setiap kali pemesanan perusahaan tersebut membutuhkakn biaya Rp 125.000 dan untuk biaya penyimpanannya Rp 50.000/periode. Berapa quantitas pemesanan yang harus dilakukan perusahaan susu tersebut, dan berapa jumlah total biayanya (biaya pemesanan + penyimpanan)? Jawab. Dik
Dimana : A = Order Cost = Rp.125.000 D = Demand rata-rata per horison = 500 H = Holding Cost = Rp.50.000/periode
Dit
- Q dan biaya total?
EOQ
2 AD H
EOQ
2 x500 x125000 50 50.000
Universitas Mercu Buana
Page 46
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.9. Contoh Economic Order Quantity Perioda
1
2
Kebutuhan Bersih
30
10
Jumlah Pesan
50
Sediaan
20
Biaya pemesanan
=3
10
3
10
4
6
7
8
9
Total
30
25
15
10
30
150
50
50
30
X Rp.125.000
5
30
55
174 40
30
0
225
= Rp.375.000
Biaya penyimpanan = 225 X Rp.50.000
= Rp.11.250.000
Total biaya
= Rp.11.625.000
+
2.3.6.4 Fixed Period Requirement (FPR) Konsep ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah yang dipesan berfariasi. Jumlah yang dipesan merupakan jumlah dari permintaan pada periode-periode yang tercakup. Misalnya jika kebutuhan bersih dua perioda telah ditetapkan, teknik ini dapat memasukkan pesanan perioda lainnya, kecuali saat kebutuhan bersih dalam suatu perioda yang ditentukan sama dengan nol dapat memajukan interval pemesanan.
Tabel 2.10.Contoh Fixed Period Requirement Perioda
1
2
Kebutuhan Bersih
35
10
Jumlah Pesan
45
Sediaan
10
Universitas Mercu Buana
0
3
0
4
6
7
8
9
Total
40
20
5
10
30
150
40
25
0
5
5
0
40 0
30
150 0
45
Page 47
Laporan Tugas Akhir
Biaya pemesanan
=4
X $ 100
= $ 400
Biaya penyimpanan = 45 X $ 0.2
= $ 10.8
Total biaya
= $ 410.8
+
2.3.6.5 Perhitungan Menggunakan Metode Ongkos Unit Terkecil ( LUC ) Teknik
ini
mempunyai
ukuran
kwantitas
pemesanan
dan
interval
pemesanannya dapat bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kwantitas pemesanan (lot size) ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah ukuran lot di suatu periode sebaiknya sama dengan kebutuhan bersih atau bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit + ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih. Contoh soal: - Ongkos pengadaan = Rp. 100 - Ongkos simpan
= Rp. 1 per unit per periode
Universitas Mercu Buana
Page 48
Laporan Tugas Akhir
Tabel 2.11.Teknik Perhitungan LUC Ongkos Simpan untuk Per Lot unit 0 0 40 0.67 100 1.11 130 1.30
Kebutuhan Bersih (Rt)
Periode Penyimpanan
Bakal Lot Size
1 2 3 4
20 40 30 10
0 1 2 3
20 60 90 100
4 5 6 7
10 40 30 35
0 1 2 3
10 50 80 115
0 40 100 205
7 8 9
35 20 40
0 1 2
35 55 95
0 20 100
Periode (t)
5.00 1.67 1.11 1.00
Ongkos Per Unit (Rp) 5.00 2.33 2.22 2.30
0 0.80 1.25 1.78
10.00 2.00 1.25 0.87
10.00 2.80 2.50 2.65
0 0.36 1.05
2.86 1.82 1.05
2.86 2.18 2.11
Ongkos Pengadaan Per Unit
Tabel 2.12.Contoh Least Unit Cost Perioda
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total
Kebutuhan Bersih
20
40
30
10
40
30
35
20
40
265
Rencana Pemesanan
90
80
Biaya pemesanan
=3
Biaya penyimpanan
= 265 X Rp 1
Total biaya
Universitas Mercu Buana
95
265
X Rp 100 = Rp 300 = Rp 265 + = Rp 565
Page 49
Laporan Tugas Akhir
2.3.7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesulitan dalam Penerapan (MRP)
Ada beberapa faktor yang menyulitkan praktisi dalam menerapkan sistem MRP. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Struktur Produk Struktur produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada bila kita ingin menerapkan sistem MRP, tetapi struktur produk yang rumit dan banyak tingkat (multi level) akan membuat perhitungan semakin kompleks, terutama dalam proses eksplosion. 2. Ukuran Lot Beberapa teknik ukuran lot yang bisa dipakai adalah teknik FPR, L-4-L, FOQ, EOQ dan LUC. Teknik-teknik tersebut akan memberikan hasil yang berbeda dalam ongkos total persediaannya, tetapi yang banyak dipakai karena sederhana adalah teknik L-4-L. 3. Lead Time Berubah ubah Lead time akan mempengaruhi proses offsetting, sehingga jika lead time berubah-ubah, maka offsetting akan berubah juga. Jika offsetting sering berubah, maka kegiatan produksi akan tidak dapat terjadwal dengan baik.
Universitas Mercu Buana
Page 50
Laporan Tugas Akhir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Menentukan Topik Penelitian yang dilakukan ini, mempunyai tujuan untuk merencanakan dan mengendalikan tingkat persediaan bahan baku pada PT. SAMCO FARMA dengan menggunakan pendekatan metode MRP untuk menentukan biaya total yang optimal. Penulis hanya akan meneliti masalah persediaan bahan baku pada satu jenis yaitu Produk Obat Betamin.
3.2
Penelitian Pendahuluan Pada tahap ini merupakan tahap awal dalam metode penelitian, dimana pada
tahap ini dilakukan studi lapangan yang berguna untuk mengetahui hal-hal yang perlu diamati dan masalah yang terjadi di perusahaan. Dengan melakukan studi ini,
Universitas Mercu Buana
Page 51
Laporan Tugas Akhir
diharapkan penulis dapat memperoleh data-data atau informasi yang dibutuhkan untuk tahap-tahap berikutnya serta memperoleh gambaran perusahaan secara keseluruhan. 3.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Melalukan Penerapan dengan sistem Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) pada produk obat Betamin di PT. Samco Farma 2. Menentukan biaya optimal dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) berdasarkan perbedaan yang didapat dari 5 metode ukuran lot.
3.4
Studi Lapangan Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pengumpulan data serta
permasalahan yang ada pada Perencanaan Kebutuhan Material di PT. SAMCO FARMA.
3.5
Studi Pustaka Studi pustaka adalah suatu langkah mempelajari dan membaca buku-buku
referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam memecahkan masalah serta mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
3.6
Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini akan membahas tentang data yang digunakan yaitu data bahan
baku, jumlah persedian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Pengumpulan data
Universitas Mercu Buana
Page 52
Laporan Tugas Akhir
dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung di perusahaan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan teori-teori yang didapat pada buku-buku dan jurnal yang menjadi referensi.
3.6.1
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini. Data-data dan informasi yang dikumpulkan untuk menunjang pengolahan data adalah sebagai berikut : 1.
Data sejarah perusahaan, struktur organisasi dan data umum lainnya.
2.
Data-data yang berhubungan dengan persediaan bahan baku utama.
3.
Data-data biaya, : Biaya bahan baku Biaya pemesanan (setup cost) Biaya penyimpanan (holding cost)
4.
3.6.2
Proses produksi
Pengolahan Data Setelah
data-data
yang
diperlukan
terkumpul,
selanjutnya
dilakukan
pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menentukan biaya pemesanan untuk masing-masing metode untuk selanjutnya dibandingkan.
Universitas Mercu Buana
Page 53
Laporan Tugas Akhir
2. Menentukan
biaya penyimpanan untuk masing-masing metode untuk
selanjutnya dibandingkan. 3. Menentukan biaya total untuk masing-masing metode untuk selanjutnya dibandingkan. 4. Menggunakan metode lot sizing yaitu :
Fixed Order Quantity (FOQ)
Lot For Lot (LFL)
Economic Order Quantity (EOQ)
Fixed Period Requirement (FPR)
Least Unit Cost (LUC)
3.7 Analisa Hasil Pada tahap ini dilakukan analisa berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya yang berdasarkan landasan teori yang digunakan.
3.8 Kesimpulan dan Saran Hasil dari analisa dan penelitian secara menyeluruh diatas, maka dapat disusun kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai solusi atau langkah pemecahan masalah
untuk melakukan pengembangan baik untuk pihak perusahaan maupun
pengembangan penelitian selanjutnya. Pemecahan masalah tersebut secara sistematis dapat diilustrasikan dalam gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian, berikut ini :
Universitas Mercu Buana
Page 54
Laporan Tugas Akhir
Identifikasi masalah
Tujuan penelitian
Pengumpulan data
Data lapangan
Data teoritis
Pengolahan data
Analisa data
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 3-1. Flow Cart Metodologi Penelitian
Universitas Mercu Buana
Page 55
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (SK Menkes RI No. 245/Menkes/SK/1990) yang dimaksus industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk (berupa obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Proses pembuatan meliputi seluruh rangkaian kegiatan menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengolahan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi dan kemudian didistribusikan., sedangkan industri bahan baku adalah industri bahan baku yang diproduksi oleh suatu industri dimana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan oleh proses pembuatan obat.
Universitas Mercu Buana
Page 56
Laporan Tugas Akhir
Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Mentri Kesehatan. Perusahaan farmasi yang memproduksi obat wajib menerapkan CPOB yang menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa obat yang dihasillkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai maksud pengguanaannya. 4.1.2. Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan Bapak Amantius adalah seorang pemegang saham dan dewan dereksi PT. SAMCO FARMA tertarik pada bidang obat karena sedikit banyak mengetahui tentang obat baik yang berupa ramuan rempah-rempah (tradisional) maupun yang berbentuk pil atau kapsul (modern). Kemudian beliau membuat toko obat ( HIDUP ABADI ) yang menjual berbagai macam obat, baik yang diproduksi oleh pabrik indonesia maupun yang impor langsung dari luar negeri, khususnya Hongkong. Permintaan akan obat yang diimpor ternyata terus meningkat, sehingga timbul ide untuk memproduksi sendiri obat tersebut denan maksud mempeoleh keuntungan yang lebih besar. Motivasi untuk mendirikan pabrik ini lebih diperkuat lagi dengan keadaan pada masa itu dimana pemerintah memberikan berbagai kemudahan untuk menarik dan menghimpun penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing (masa peraliahan dari orde lama menjadi orde baru). Kemudahan yang diberikan oleh pemeritah untuk merangsang masuknya modal asing maupu modal dalam negeri antara lain:
Kedatangan mesin dari luar negeri yang tidak dikenai pajak
Proses mengimpor barang dari luar negeri tidak dikenai pajak.
Universitas Mercu Buana
Page 57
Laporan Tugas Akhir
Khusus masalah pajak, ada yang disebut dengan ”Tax Holiday” yang berarti untuk setiap pabrik yang baru beroperasi dibebaskan dari pajak selama kurang lebih 3 tahun sejak dimulainya operasi pabrik itu. Disamping hal-hal tersebut diatas, keinginan untuk memproduksi obat tersebut juga didorong dengan keluarnya peraturan baru dari pemerintah untuk tidak memberi izin impor obat dalam bentuk barang/jasa mulai tahun 1977. Setelah dipertimbangkan baik buruknya, maka diputuskan untuk mendirikan pabrik yang memproduksi obat yang diimpor tersebut dibawah lisinsi dari perusahaan”First Samwood, Hongkong”. Hal ini dilakukan karena pada waktu itu perusahaan sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang proses produksi obat. Setelah keinginan tersebut disepakati oleh PT. First Samwood Hongkong maka mulailah mengumpulkan modal yang dibutuhkan untuk pendirian bangunan pabrik maupun pembelian mesin pabrik. Karena modal yang dibutuhkan banyak maka dicari lokasi pabrik yang sekiranya memenuhi persyaratan (sesuai undang-undang) :
Harga tanah murah
Tidak terlalu jauh dari jakarta (strategis)
Sumber air yang baik, karena dalam produksi obat atau farmasi air merupakan faktor penting.
Membantu program pemerintah didalam hal hal penyebaran industri luar jakarta
Membantu pemerintah dalm hal penganguran.
Universitas Mercu Buana
Page 58
Laporan Tugas Akhir
Dan lokasi yang memenuhi persyaratan tersebut adalah kota Tangerang. Pada tahun 1973 pabrik PT. SAMCO FARMA yang terletak dijalan Gatot Subroto Km 1.2 No 27 Tangerang mulai dibangun diatas tanah seluas 1 hektar. Dan selesai pada tahun 1974. setelah pembangunan pabrik selesai, maka mulailah didatangkan mesin-mesin yang dibutuhkan. Setelah itu dilakukan uji coba dibawah naungan atau bimbingan dari PT. First Samwood Hongkong. Pada tahun 1975 oerusahaan memulai produksi komersialnya (berarti produk yang dihasilkan dapat dijual kepada konsumen karena telah memenuhi standar yang telah
ditentukan),
sesuai
dengan
surat
izin
Departemen
Kesehatan
No.
3492/D/SK/PAB/75, yang dikeluarkan oleh direktorat pemeriksaan obat dan makanan (Dirjen POM). Surat izin tersebut merupakan surat izin yang diberikan untuk mendirikan industri farmasi. Produk pertama dari PT. SAMCO FARMA adalah obat cacing, karena proses pembuatannya sangat mudah. Jumlah karyawan termasuk pimpinan perusahaan pada masa itu hanya 10 orang. Perusahaan Samco Farma berbentuk perseroan terbatas, berdasarkan akte Notaris Soetomo Ramelan,SH No 1 tanggal 1 Desember 1972, Jakarta. PT. SAMCO FARMA dipimpin oleh Dewan Direksi yang terdiri dari direktur utama yang sekaligus sebagai pemegang saham, serta dibantu oleh tiga orang direktur. PT. SAMCO FARMA terus berkembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah produk obatobatan yang dihasilkan/diproduksi. Sampai saat ini PT.SAMCO FARMA sudah menghasilkan kurang lebih 100 jenis/macam obat-obatan, baik yang diproduksi sendiri maupun diproduksi dibawah lisensi dari PT. First Samwood Hongkong. Dengan
Universitas Mercu Buana
Page 59
Laporan Tugas Akhir
semakin berkembangnya pabrik, maka diperlukan modal tambahan. Pada tahun 1978 Pabrik PT. SAMCO FARMA mengadakan penambahan modal perusahaan.
5.1.3
Struktur Organisasi PT. Samco Farma Semacam struktural, PT. Samco Farma dipimpin oleh Dewan Direksi yang
terdiri dari seorang Presiden Direktur dan dibantu oleh tiga orang direktur diantaranya: 1. Direktur Keuangan Direktur keuangan membawahi departemen purchasing dan departemen keuangan. 2. Direktur Pabrik Direktur pabrik membawahi departemen pengawasan mutu, departemen produksi, departemen personalia atau umum, dan departemen teknik mesin 3. Direktur Marketing Direktur marketing membawahi departemen marketing, dan departemen marketing membawahi dua divisi yaitu, divisi detail dan divisi pabrik besar farmasi. Untuk menjalankan kegiatan operasional produksi, departemen produksi membawahi 5 divisi yaitu: a) Divisi Gudang b) Divisi Produksi Padat c) Divisi Produksi Cair d) Divisi Tradisional
Universitas Mercu Buana
Page 60
Laporan Tugas Akhir
e) Divisi Pengemasan Disamping itu divisi detail membawahi administrasi dan sales..
4.1.3.
Penjelasan Produk Obat Betamin Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet juga biasa dibuat dengan penambahan zat warna, dan zat pemberi rasa. Kebanyakan tablet digunkan pada pemberian obat-obatan oral, karena merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistemik. Vitamin B1 merupakan senyawa yang mempunyai khasiat secara fundamental berhubungan langsung dengan metabolisme kabohidrat dan dapat juga digunakan untuk difensiensi Vitamin B1 dalam dosis tertentu, Vitamin B1 merupakan suatu senyawa yang sangat sering digunakan dalam melakukan proses terapi pengobatan sehingga harus diperhatikan secra khusus dalam memformulasikan menjadi bentuk sediaan yang stabil, aman serta praktis untuk digunakan. Khasiat yang di hasilkan oleh obat betamin ialah kekurangan vitamin B1, ganguan urat saraf, nyeri urat saraf, radang urat saraf, gangguan fungsi jantung, beri-beri, rematik sendi dan otot, nyeri otot, sciatica, letih setelah bekerja keras, kurang nafsu makan, berat badan menurun. Produk Betamin yang diproduksi oleh PT. Samco Farma mempunyai 2 kemasan yaitu kemasan botol atau 100 drag/butir tablet dan kemasan toples atau 2000 drag/butir tablet, semua kemasan tersebut diproduksi dalam bentuk batch. Data tersebut berdasarkan keterangan dari kepala bagian produksi PT. Samco Farma.
Universitas Mercu Buana
Page 61
Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.1. Produk Betamin
4.1.4. Data Permintaan Konsumen Pengumpulan data permintaan konsumen sudah diketahui dari departemen marketing PT Samco Farma. Berikut adalah data permintaan Obat Betamin tahun 2009 dapat di lihat dari tabel berikut ini : Tabel 4.1. Data Permintaan Produk Obat Betamin Tahun 2009 Permintaan No.
Periode/Bulan
Tahun
(Batch)
1
Januari
2009
30
2
Februari
2009
25
3
Maret
2009
24
4
April
2009
32
5
Mei
2009
20
Universitas Mercu Buana
Page 62
Laporan Tugas Akhir
6
Juni
2009
25
7
Juli
2009
25
8
Agustus
2009
10
9
September
2009
10
10
Oktober
2009
10
11
November
2009
15
12
Desember
2009
10
Total
236
sumber data perusahaan
4.1.5. Data Perencanaan Kebutuhan Material 4.1.5.1. Data Struktur Produk (Bill of Material) Salah satu data yang dibutuhkan untuk Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) adalah harus mengetahui komponen-komponen atau struktur produk pada Obat Betamin: Tabel 4.2. Data Struktur Produk Obat Betamin Lead Time No
Nama Bahan Baku
Level
Satuan
(Bulan)
1
1 Batch Obat Betamin
0
Kg
-
2
Vitamin B1
1
Kg
1
Universitas Mercu Buana
Page 63
Laporan Tugas Akhir
3
Laktosa
1
Kg
1
4
Starch
1
Kg
1
5
Mg Stearat
1
Kg
1
Tabel 4.3. Struktur Produk Komposisi (Kg) dalam 1 Batch Produk Vitamin B1
Laktosa
Strach
Mg Stearat
30
30
10
6
Obat Betamin
4.1.5.2. Biaya-biaya dalam Persediaan Untuk menentukan ukuran lot yang tepat dan waktu yang tepat serta mempunyai biaya yang rendah. Oleh sebab itu biaya-biaya persediaan timbul akibat beroperasinya sistem persediaan dalam proses produksi. Biaya-biaya persediaan itu meliputi :
Tabel 4.4. Biaya Bahan Baku Vitamin B1 No
Nama Biaya
1.
Biaya Pemesanan
2.
Biaya Penyimpanan
3.
Harga/Kg
Universitas Mercu Buana
Biaya Rp
205.000 0.5%
Rp
230.000
Page 64
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.5. Biaya Bahan Baku Laktosa No
Nama Biaya
1.
Biaya Pemesanan
2.
Biaya Penyimpanan
3.
Harga/Kg
Biaya Rp
180.000 0.5%
Rp
28.000
Tabel 4.6. Biaya Bahan Baku Starch No
Nama Biaya
1.
Biaya Pemesanan
2.
Biaya Penyimpanan
3.
Harga/Kg
Biaya Rp
170.000 0.5%
Rp
7.000
Tabel 4.7. Biaya Bahan Baku Mg Stearat No
Nama Biaya
1.
Biaya Pemesanan
2.
Biaya Penyimpanan
3.
Harga/Kg
Universitas Mercu Buana
Biaya Rp
155.000 0.5%
Rp
33.000
Page 65
Laporan Tugas Akhir
4.1.5.3. Struktur Biaya Untuk menentukan ukuran lot perlu diketahui harga dari setiap item per unit, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dibawah ini dijelaskan tabel data struktur biaya dari setiap bahan baku. Tabel 4.8. Struktur Biaya Bahan Baku Harga/Kg
Ongkos Sekali Pesan
Ongkos Simpan (Kg/tahun)
No.
Bahan Baku
1.
Vitamin B1
Rp
230.000
Rp
205.000
Rp
1.150
2.
Laktosa
Rp
28.000
Rp
180.000
Rp
140
3.
Starch
Rp
7.000
Rp
170.000
Rp
35
4.
Mg Stearat
Rp
33.000
Rp
155.000
Rp
165
4.1.5.4. Proses Produksi Tahapan proses produksi pembuatan obat betamin ialah sebagai berikut : o Tahapan pertama Bahan baku datang dari suplier, dimasukan kedalam karantina untuk diadakan pemeriksaan kualitas. Jika bahan baku tersebut lolos pemeriksaan maka bahan baku tersebut masuk ke gudang bahan baku, jika tidak lolos pemeriksaan maka bahan baku ditolak dan dikembalikan ke pemasok.
Universitas Mercu Buana
Page 66
Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.2 Bahan Baku Pembuatan Obat Betamin o Tahapan kedua Setelah lolos dari pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian laboraturium, bahan baku dibawah ke proses penimbangan untuk menentukan komposisi yang terdapat dalam masing-masing formula yang sudah ditentukan oleh bagian produksi dan bagian laboraturium.
Gambar 4.3 Proses Penimbangan Bahan Baku
Universitas Mercu Buana
Page 67
Laporan Tugas Akhir
o Tahapan ketiga Setelah bahan baku ditimbang sesuai dengan formulanya, bahan baku yang sudah ditimbang tersebut dicampur kedalam mesin pencampuran.
Gambar 4.4 Mesin Pencampuran o Tahapan keempat Setelah bahan baku tercampur, lalu bahan baku tersebut dimasukan kedalam mesin granulasi untuk dihaluskan.
Universitas Mercu Buana
Page 68
Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.5. Mesin Granulasi o Tahapan kelima Dan setelah bahan baku tersebut halus, bahan baku tersebut dimasukan kemsin pengeringan, dikeringkan agar mudah untuk dicetak.
Gambar 4.6. Mesin Pengeringan
Universitas Mercu Buana
Page 69
Laporan Tugas Akhir
o Tahapan keenam Setelah bahan baku dihaluskan dan dikeringkan, lalu dibawa ke proses selanjutnya yaitu pencetakan tablet. Dan setelah obat selesai dicetak bagian quality control memeriksa kadar air, kerapuhan, panjang dan lebar tablet, dengan mengambil sampel dalam tablet tersebut.
Gambar 4.7 Proses Pencetakan Obat Tablet o Tahapan ketujuh Setelah tablet tersebut dinyatakan lulus pemeriksaan kualitas dari laboraturium, maka tablet tersebut dilanjutkan ke proses penyalutan yaitu pemberian rasa/gula agar obat tidak terlalu pahit disebut salut dasar, dan salut warna untuk merubah tampilan agar lebih menarik.
Universitas Mercu Buana
Page 70
Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.8 Proses Penyalutan o Tahapan kedelapan Tahapan selanjutnya ialah penyetripan atau packing primer, ditahapan ini tablet obat yang sudah jadi dimasukan kedalam botol atau distrip dengan alumunium poil untuk kapsul.
Gambar 4.9 Proses Packing Primer
Universitas Mercu Buana
Page 71
Laporan Tugas Akhir
o Tahapan kesembilan Setelah melalui proses penyetripan atau packing primer, tahapan selanjutnya ialah pengemasan atau packing sekunder. Di proses ini dilakukan pemasangan etiket, plastik, folding box, dan dus untuk dikemas, dan melalui proses selanjutnya. o Tahapan kesepuluh Produk obat yang sudah dikemas, dikarantina terlebih dahulu untuk dilakukan proses pemeriksaan oleh bagian quality control, dengan memeriksa kebocoran strip atau robek dan lain-lain. Setelah itu produk jadi yang sudah lulus pemeriksaan di simpan di gudang produk jadi dan siap untuk dikirim ke distributor.
Universitas Mercu Buana
Page 72
Laporan Tugas Akhir
Gambar 4.10 Bagan Alir Proses Produksi Produk Obat Betamin
Universitas Mercu Buana
Page 73
Laporan Tugas Akhir
4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Perencanaan Kebutuhan Material Berdasarkan MRP MRP mempunyai elemen-elemen atau bagian yang mempengaruhi perhitungan adalah : Jadwal Induk Produksi (Master Production Shedule), Status Persediaan dan Spesifikasi Produk (Bill of Material). 4.2.1.1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) Data MPS ini didapat dari bagian divisi produksi sebagai rencana kerja tahun 2009, dan datanya sebagai berikut: Tabel 4.9. Jadwal Induk Produksi (MPS) Total Permintaan No.
Periode/Bulan
Tahun
(Batch)
1
Januari
2009
30
2
Februari
2009
25
3
Maret
2009
24
4
April
2009
32
5
Mei
2009
20
6
Juni
2009
25
7
Juli
2009
25
8
Agustus
2009
10
9
September
2009
10
10
Oktober
2009
10
Universitas Mercu Buana
Page 74
Laporan Tugas Akhir
11
November
2009
15
12
Desember
2009
10
Total
236
sumber data perusahaan
4.2.1.2. Status Persediaan Catatan status persediaan menyimpan informasi yang lengkap tentang keadaan persediaan. Berikut ini ialah tabel status persediaan bahan baku untuk produk obat betamin pada akhir desember 2008: Tabel 4.10. Status Persediaan Jumlah
± Jumlah Persediaan
No
Nama Persediaan
Persediaan
Satuan
Dalam (Batch)
1
Vitamin B1
663
Kg
22
2
Laktosa
1214
Kg
40
3
Starch
979
Kg
98
4
Mg Stearat
514
Kg
86
4.2.1.3. Struktur Produk (Bill of Material) Data BOM ini adalah spesifikasi produk yang saling berhubungan untuk perencanaan bahan dan dapat dilihat pada point 4.1.5.1. Dari data diatas (data persediaan, MPS, BOM kemudian dilakukan perencanaan kebutuhan bahan dengan menggunakan sistem MRP dan memiliki empat langkah utama
Universitas Mercu Buana
Page 75
Laporan Tugas Akhir
yang harus iterapkan satu per satu pada periode perencanaan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah : a) Perhitungan kebutuhan bersih (Netting), dimana dilakukan dengan mengacu pada Master Production Schedule. b) Penentuan ukuran lot pemesanan (Lotting), dimana dilakukan dengan metode Lot For Lot dan Economic Order Quantity. Metode ini digunakan dengan mengacu pada kebutuhan bersih (Netting) setiap menentukan ukuran lot. c) Penentuan rencana pemesanan (Offsetting), dimana dilakukan dengan mengacu pada ukuran lot yang akan dipesan dengan memperhitungkan pula lead time yang dimiliki setiap bahan baku. d) Perhitungan komponen dibawah level (Exploding), dimana perhitungan ini dilakukan dengan melanjutkan perhitungan pada produk (level 0) atau bahan (level 1) ke level selanjutnya.
4.2.2. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Produk Obat Betamin 4.2.2.1. Perhitungan Menggunakan Metode Lot For Lot ( LFL ) Teknik ini adalah teknik lot sizing yang paling sederhana dan paling mudah dimengerti. Pada teknik ini pemenuhan kebutuhan bersih dilakukan disetiap perioda yang dibutuhkan, sedangkan besar ukuran pemesanan adalah sama dengan kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada perioda yang bersangkutan. Pendekatan ini
Universitas Mercu Buana
Page 76
Laporan Tugas Akhir
memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya untuk “ purchase item “ yang mahal dan setiap item dengan tingkat permintaan yang tidak berkesinambungan tingggi. Perhitungan Persediaan di dapat dari ( Rencana Pemesanan + Persediaan ) – ( Kebutuhan Bersih ) Biaya Pemesanan = ( Berapa kali Rencana Pemesanan ) x ( Biaya Pemesanan ) Biaya Penyimpanan = ( Total Persediaan Bahan Baku yang disimpan ) x ( Biaya Penyimpanan ) Biaya Total = ( Biaya Pemesanan ) + ( Biaya Penyimpanan )
Universitas Mercu Buana
Page 77
Laporan Tugas Akhir Tabel 4.11. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Vitamin B1 dengan Metode Lot For Lot MRP Vitamin B1 Lead Time : 1 Persediaan : 663 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : Lot For Lot
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 900 750 720 960 600 750 750 300 300 300 450 300 7080 663 900 237
0 237 750
0 750 720
0 720 960
0 960 600
0 600 750
0 0 750 750 750 300
Biaya Pemesanan
: 12 x Rp 205.000
= Rp 2.460.000
Biaya Penyimpanan
: 663 x 1.150
= Rp
Biaya Total
: Rp 2.460.000 + 762.450
= Rp 3.222.450
Universitas Mercu Buana
0 300 300
762.450
page 78
0 300 300
0 300 450
0 450 300
0 300
663 6417 6417
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.12. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Laktosa dengan Metode Lot For Lot MRP Laktosa Lead Time : 1 Persediaan : 1214 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : Lot For Lot
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 900 750 720 960 600 750 750 300 300 300 450 300 7080 1214 900 0
314 0 436
0 436 720
0 720 960
0 960 600
0 600 750
0 0 750 750 750 300
0 300 300
Biaya Pemesanan
: 11 x Rp 180.000
= Rp 1.980.000
Biaya Penyimpanan
: 1528 x 140
= Rp
Biaya Total
: Rp 1.980.000 + 213.920
= Rp 2.193.920
Universitas Mercu Buana
213.920
page 79
0 300 300
0 300 450
0 450 300
0 300
1528 5866 5866
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.13. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Starch dengan Metode Lot For Lot MRP Starch Lead Time : 1 Persediaan : 979 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : Lot For Lot
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 300 250 240 320 200 250 250 100 100 100 150 100 2360 979 0
679 0 0
429 0 0
189 0 131
0 131 200
0 200 250
0 0 250 250 250 100
0 100 100
Biaya Pemesanan
: 9 x Rp 170.000
= Rp 1.530.000
Biaya Penyimpanan
: 2276 x 35
= Rp
Biaya Total
: Rp 1.530.000 + 79.660
= Rp 1.609.660
Universitas Mercu Buana
79.660
page 80
0 100 100
0 100 150
0 150 100
0 100
2276 1381 1381
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.14. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Mg Stearat dengan Metode Lot For Lot MRP Mg Stearat Lead Time : 1 Persediaan : 514 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : Lot For Lot
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 180 150 144 192 120 150 150 60 60 60 90 60 1416 514 0
334 0 0
184 0 0
40 0 152
0 152 120
0 120 150
0 0 150 150 150 60
0 60 60
Biaya Pemesanan
: 9 x Rp 155.000
= Rp 1.395.000
Biaya Penyimpanan
: 1072 x 165
= Rp
Biaya Total
: Rp 1.395.000 + 176.880
= Rp 1.571.880
Universitas Mercu Buana
176.880
page 81
0 60 60
0 60 90
0 90 60
0 60
1072 902 902
Laporan Tugas Akhir
4.2.2.2 Perhtiungan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ ) Penentuan nilai Q berdasarkan rumusan pada bab landasan teori, maka di dapat nilai Q sebagai berikut : Q
2. A.D H
2.(230.000).(7080) 1.589 1.150
Untuk Laktosa, , Starch dan Mg Stearat, perhitungannya sama dengan cara yang di atas. Biaya Pemesanan = ( Berapa kali pemesanan ) x ( Biaya Pemesanan ) Biaya Penyimpanan = ( Total Persediaan Bahan Baku yang disimpan ) x ( Biaya simpan ) Biaya Total = ( Biaya Pemesanan ) + ( Biaya Penyimpanan )
Universitas Mercu Buana
page 82
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.15. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Vitamin B1 dengan Metode EOQ MRP Vitamin B1 Lead Time : 1 Persediaan : 663 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April 900 750 720 960 663 900 1589
1352 -602
602 118 1589
1471 -511
Mei 600
Juni 750
Lot Size : Metode : EOQ
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember 750 300 300 300 450 300
511 1500 750 0 89 -750 0 300 1589 1589
1289 -989
989 -689
Biaya Pemesanan
: 5 x Rp 205.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 11583 x Rp 1.150
= Rp 13.320.450
Biaya Total
: Rp 1.025.000 + Rp 13.320.450
= Rp 14.345.450
Universitas Mercu Buana
page 83
1.025.000
689 -239
239 61 1589
1528
Total 7080 11583 -3212 7945
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.16. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Laktosa dengan Metode EOQ MRP Laktosa Lead Time : 1 Persediaan : 1214 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April 900 750 720 960 1214
4581
3831
900 4267
-3831
-3111
Mei 600
3111
Juni 750
2151 1551 801 -2151 1551 -801 -51
Lot Size : Metode : EOQ
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember 750 300 300 300 450 300 51
4018
3718
3418
2968
249 4267
-3718
-3418
-2968
-2668
Biaya Pemesanan
: 2 x Rp 180.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 34081 x Rp 140
= Rp 4.771.340
Biaya Total
: Rp 360.000 + Rp 4.771.340
= Rp 5.131.340
Universitas Mercu Buana
page 84
360.000
2668
Total 7080 34081 24019 8534
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.17. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Starch dengan Metode EOQ MRP Starch Lead Time : 1 Persediaan : 979 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April 300 250 240 320
979
5467
5217
300
-5217
-4977
4977
4657 -4657 4457
Lot Size : Metode : EOQ
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember 250 100 100 100 150 100
Mei 200
Juni 250
4457 4207
4207 3957 3957 3857
3857
3757
3657
3507
-3757
-3657
-3507
-3407
4788
52103 45657 4788
Biaya Pemesanan
: 1 x Rp 170.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 52103 x Rp 35
= Rp 1.823.605
Biaya Total
: Rp 170.000 + Rp 1.823.605
= Rp 1.993.605
Universitas Mercu Buana
3407
Total 2360
page 85
170.000
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.18. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Mg Stearat dengan Metode EOQ MRP Mg Stearat Lead Time : 1 Persediaan : 514 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April 180 150 144 192 514
1965
1815
180 1631
-1815
-1671
Mei 120
Juni 150
Lot Size : Metode : EOQ
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember 150 60 60 60 90 60
1671
1479 1359 1209 1059 -1479 1359 1209 1059 -999
999
939
879
789
-939
-879
-789
-729
Biaya Pemesanan
: 1 x Rp 155.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 15406 x Rp 165
= Rp 2.541.990
Biaya Total
: Rp 155.000 + Rp 2.541.990
= Rp 2.696.990
Universitas Mercu Buana
page 86
155.000
729
Total 1416 15406 12927 1631
Laporan Tugas Akhir
4.2.2.3 Perhitungan Menggunakan Metode Fixed Period Requirement ( FPR ) Metode ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval konstan tetapi jumlah yang dipesan bervariasi. Jumlah yang dipesan merupakan penjumlahan dari pada permintaan pada periode-periode yang tercakup.
Perhitungan Persediaan di dapat dari ( Rencana Pemesanan + Persediaan ) – ( Kebutuhan Bersih ) Biaya Pemesanan = ( Berapa kali Rencana Pemesanan ) x ( Biaya Pemesanan ) Biaya Penyimpanan = ( Total Persediaan Bahan Baku yang disimpan ) x ( Biaya Penyimpanan ) Biaya Total = ( Biaya Pemesanan ) + ( Biaya Penyimpanan )
Universitas Mercu Buana
page 87
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.19. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Vitamin B1 dengan Metode FPR MRP Vitamin B1 Lead Time : 1 Persediaan : 663 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April Mei 900 750 720 960 600 663 900 987
750 0
0 720 1680
960 0
0 600 1350
750 0
Juni 750
Lot Size : Metode : FPR
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember Total 750 300 300 300 450 300 7080
0 300 750 0 1050
0 300 600
300 0
Biaya Pemesanan
: 6 x Rp 205.000
= Rp 1.230.000
Biaya Penyimpanan
: 4023 x Rp 1.150
= Rp 4.626.450
Biaya Total
: Rp 1.230.000 + Rp 4.626.450
= Rp 5.856.450
Universitas Mercu Buana
page 88
0 450 750
300 0
0
4023 2820 6417
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.20. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Laktosa dengan Metode FPR MRP Laktosa Lead Time : 1 Persediaan : 1214 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April Mei 900 750 720 960 600 1214 900 436
750 0
0 720 1680
960 0
0 600 1350
750 0
Juni 750
Lot Size : Metode : FPR
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember Total 750 300 300 300 450 300 7080
0 300 750 0 1050
0 300 600
300 0
Biaya Pemesanan
: 6 x Rp 180.000
= Rp 1.080.000
Biaya Penyimpanan
: 4574 x Rp 140
= Rp
Biaya Total
: Rp 1.080.000 + Rp 640.360
= Rp 1.720.360
Universitas Mercu Buana
page 89
640.360
0 450 750
300 0
0
4574 2820 5866
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.21. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Starch dengan Metode FPR MRP Starch Lead Time : 1 Persediaan : 979 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : FOQ
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 300 250 240 320 200 250 250 100 100 100 150 100 2360 979 300 0
679 -429
429 240 560
320 0
0 200 450
250 0
0 100 250 0 350
0 100 200
100 0
Biaya Pemesanan
: 5 x Rp 170.000
= Rp
850.000
Biaya Penyimpanan
: 2951 x Rp 35
= Rp
103.285
Biaya Total
: Rp 850.000 + Rp 103.285
= Rp
953.285
Universitas Mercu Buana
page 90
0 150 250
100 0
0
2957 511 1810
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.22. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Mg Stearat dengan Metode FPR MRP Mg Stearat Lead Time : 1 Persediaan : 514 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : FPR
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 180 150 144 192 120 150 150 60 60 60 90 60 1416
514 180
334 -184
0
184 144 336
192 0
0 120
150 0
270
0 150 210
60 0
0 60
60 0
120
150
Biaya Pemesanan
: 4 x Rp 155.000
= Rp
620.000
Biaya Penyimpanan
: 1554 x Rp 165
= Rp
256.410
Biaya Total
: Rp 620.000 + Rp 256.410
= Rp
876.410
Universitas Mercu Buana
page 91
0 90
60 0
0
1554 380 1086
Laporan Tugas Akhir
4.2.2.4 Perhitungan Menggunakan Metode Fixed Order Quantity ( FOQ ) Dalam memecahkan metode ini penulis menggunakan intuisi, karena sesuai dengan teori yang ada bahwa metode ini tidak memperlihatkan kapasitas produksi, fasilitas, jumlah dan metode ini berprinsip pada order quantity tetap dengan interval waktu yang berubah. Dimana dalam penentuan rencana pemesanan ditetapkan berdasarkan pengalaman yang telah ada dan intuisi.
Perhitungan Persediaan di dapat dari ( Rencana Pemesanan + Persediaan ) – ( Kebutuhan Bersih ) Biaya Pemesanan = ( Berapa kali Rencana Pemesanan ) x ( Biaya Pemesanan ) Biaya Penyimpanan = ( Total Persediaan Bahan Baku yang disimpan ) x ( Biaya Penyimpanan ) Biaya Total = ( Biaya Pemesanan ) + ( Biaya Penyimpanan )
Universitas Mercu Buana
page 92
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.23. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Vitamin B1 dengan Metode FOQ
Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
MRP Vitamin B1 Lead Time : 1 Lot Size : Persediaan : 663 Metode : FOQ 2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 900
750
720
960
600
750
750
300
300
300
450
300
7080
663
1047
297
861
1185
585
1119 369
69
1053
753
303
3
900
-297
423
99
-585
165
-369
231
-753
-303
-3
8307 1461
1284
1284
1284
1284
-69
1284
6420
Biaya Pemesanan
: 5 x Rp 155.000
= Rp
775.000
Biaya Penyimpanan
: 8307 x Rp 1.150
= Rp
9.553.050
Biaya Total
: Rp 775.000 + Rp 9.553.050
= Rp 10.328.050
Universitas Mercu Buana
page 93
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.24. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Laktosa dengan Metode FOQ MRP Laktosa Lead Time : 1 Persediaan : 1214 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April Mei 900 750 720 960 600
Juni 750
1214
1489
739
19
234
809
59
900
-739
-19
941
366
-59
691
1175
1175
1175
1175
Lot Size : Metode : FOQ
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember Total 750 300 300 300 450 300 7080
484 184
184
1059
759
309
116
-759
-309
-9
1175
: 5 x Rp 180.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 7367 x Rp 140
= Rp 1.031.380
Biaya Total
: Rp 900.000 + Rp 1.031.380
= Rp 1.931.380
page 94
7367 36 5875
Biaya Pemesanan
Universitas Mercu Buana
9
900.000
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.25. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Starch dengan Metode FOQ MRP Starch Lead Time : 1 Persediaan : 979 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : FOQ
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 300 250 240 320 200 250 250 100 100 100 150 100 2360
979 300
679 -429
429 -189
189 131
152 48
235 15
283
283
283
268 -18
18 82
201 -101
101 -1
283
283
Biaya Pemesanan
: 5 x Rp 170.000
= Rp
850.000
Biaya Penyimpanan
: 3420 x Rp 35
= Rp
119.700
Biaya Total
: Rp 850.000 + Rp 119.700
= Rp
969.700
Universitas Mercu Buana
1 149
page 95
134 -34
34
3420 -347 1415
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.26. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Mg Stearat dengan Metode FOQ MRP Mg Stearat Lead Time : 1 Persediaan : 514 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Lot Size : Metode : FOQ
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 180 150 144 192 120 150 150 60 60 60 90 60 1416
514 180
515 -365
181
365 -221
221 -29
29 91
90 60
121 152 29 -92
181
181
181
92 -32
32 28 181
Biaya Pemesanan
: 5 x Rp 155.000
= Rp
775.000
Biaya Penyimpanan
: 2350 x Rp 165
= Rp
387.750
: Rp 775.000 + Rp 387.750
= Rp 1.162.750
Biaya Total
Universitas Mercu Buana
page 96
153 -63
63 -3
3
2350 -597 905
Laporan Tugas Akhir 4.2.2.5. Perhitungan Menggunakan Metode Ongkos Unit Terkecil ( LUC ) Teknik ini mempunyai ukuran kwantitas pemesanan dan interval pemesanannya dapat bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kwantitas pemesanan (lot size) ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah ukuran lot di suatu periode sebaiknya sama dengan kebutuhan bersih atau
bagaimana kalau ditambah
dengan periode-periode berikutnya. Keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit + ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih.
Perhitungan Persediaan di dapat dari ( Rencana Pemesanan + Persediaan ) – ( Kebutuhan Bersih ) Biaya Pemesanan = ( Berapa kali Rencana Pemesanan ) x ( Biaya Pemesanan ) Biaya Penyimpanan = ( Total Persediaan Bahan Baku yang disimpan ) x ( Biaya Penyimpanan ) Biaya Total = ( Biaya Pemesanan ) + ( Biaya Penyimpanan )
Universitas Mercu Buana
page 97
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.27. Teknik Perhitungan LUC Pada Bahan Baku Vitamin B1 Kebutuhan Bersih
Periode Penyimpanan
Bakal Lot Size
Januari
237
0
237
0
0
864.98
864.98
Februari
750
1
987
750
0.76
207.70
208.46
Maret
720
2
1707
2190
1.28
120.09
121.38
April
960
3
2667
5070
1.90
76.87
78.77
April
960
0
960
0
0
213.54
213.54
Mei
600
1
1560
600
0.38
131.41
131.79
Juni
750
2
2310
2100
0.91
88.74
89.65
Juli
750
3
3060
4350
1.42
66.99
68.42
Juli Agustus September Oktober
750 300 300 300
0 1 2 3
750 1050 1350 1650
0 300 900 1800
0 0.29 0.67 1.09
273.33 195.24 151.85 124.24
273.33 195.52 152.52 125.33
Oktober November Desember
300 450 300
0 1 2
450 900 1200
0 450 1050
0 0.50 0.88
455.56 227.78 170.83
455.56 228.28 171.71
Bulan
Universitas Mercu Buana
Ongkos Simpan untuk Lot
Per unit
page 98
Ongkos Pengadaan Per Unit
Ongkos Per Unit (Rp)
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.28. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Vitamin B1 dengan Metode LUC MRP Vitamin B1 Lead Time : 1 Persediaan : 663 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April 900 750 720 960
663
2430
1680
960
0
900
-1680
-960
0
600
2667
Mei 600
Juni 750
Lot Size : Metode : LUC
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember 750 300 300 300 450 300
2460 1710 960 1710 -960 660
660
360
60
870
-360
-60
390
-570
3060
1200
Biaya Pemesanan
: 3 x Rp 205.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 13383 x Rp 1.150
= Rp 15.390.450
Biaya Total
: Rp 615.000 + Rp 15.390.450
= Rp 16.005.450
Universitas Mercu Buana
page 99
615.000
570
Total 7080
13383 -5970 6927
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.29. Teknik Perhitungan LUC Pada Bahan Baku Laktosa Kebutuhan Bersih
Periode Penyimpanan
Bakal Lot Size
0
0
0
0
0
0.00
0.00
Februari
436
1
436
436
1.00
412.84
413.84
Maret
720
2
1156
1876
1.62
155.71
157.33
April
960
3
2116
4756
2.25
85.07
87.31
April
960
0
960
0
0
187.50
187.50
Mei
600
1
1560
600
0.38
115.38
115.77
Juni
750
2
2310
2100
0.91
77.92
78.83
Juli
750
3
3060
4350
1.42
58.82
60.25
Juli Agustus September Oktober
750 300 300 300
0 1 2 3
750 1050 1350 1650
0 300 900 1800
0 0.29 0.67 1.09
240.00 171.43 133.33 109.09
240.00 171.71 134.00 110.18
Oktober November Desember
300 450 300
0 1 2
450 900 1200
0 450 1050
0 0.50 0.88
400.00 200.00 150.00
400.00 200.50 150.88
Bulan Januari
Universitas Mercu Buana
Ongkos Simpan untuk Lot
Per unit
page 100
Ongkos Pengadaan Per Unit
Ongkos Per Unit (Rp)
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.30. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Laktosa dengan Metode LUC MRP Laktosa Lead Time : 1 Persediaan : 1214 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
Des'08 Januari Februari Maret April
Lot Size : Metode : LUC
Mei
Juni
2009 Juli Agustus September Oktober November Desember
750
Total
900
750
720
960
600
750
300
300
300
450
300
7080
1214
314
1994
1274
314
1288
988
688
238
1376
16702
900
436
-1274
-314
286
3088 2338 1588 2338 1588 1288
-988
-688
-238
62
-7932
1200
6376
2116
3060
Biaya Pemesanan
: 3 x Rp 180.000
= Rp
Biaya Penyimpanan
: 16702 x Rp 140
= Rp 2.338.280
Biaya Total
: Rp 540.000 + Rp 2.338.280
= Rp 2.878.280
Universitas Mercu Buana
page 101
540.000
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.31. Teknik Perhitungan LUC Pada Bahan Baku Starch Kebutuhan Bersih
Periode Penyimpanan
Bakal Lot Size
Januari
0
0
0
0
Februari
0
1
0
Maret
0
2
April
131
April
Ongkos Pengadaan Per Unit
Ongkos Per Unit (Rp)
0
0.00
0.00
0
0.00
0.00
0.00
0
0
0.00
0.00
0.00
3
131
393
3.00
1374.05
1377.05
131
0
131
0
0
1374.05
1374.05
Mei
200
1
331
200
0.60
543.81
544.41
Juni
250
2
581
700
1.20
309.81
311.02
Juli
250
3
831
1450
1.74
216.61
218.35
Juli Agustus September Oktober
250 100 100 100
0 1 2 3
250 350 450 550
0 100 300 600
0 0.29 0.67 1.09
720.00 514.29 400.00 327.27
720.00 514.57 400.67 328.36
Oktober November Desember
100 150 100
0 1 2
150 300 400
0 150 350
0 0.50 0.88
1200.00 600.00 450.00
1200.00 600.50 450.88
Bulan
Universitas Mercu Buana
Ongkos Simpan untuk Lot
Per unit
page 102
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.32. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Starch dengan Metode LUC MRP Starch Lead Time : 1 Persediaan : 1958 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan
Lot Size : Metode : LUC
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 300 250 240 320 200 250 250 100 100 100 150 100 2360 979
679
Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
429
189
889
131 831
-689
689 439
439 189 189 -89
89
628
528
378
11 550
-528
-378
-278
Biaya Pemesanan
: 2 x Rp 170.000
= Rp
340.000
Biaya Penyimpanan
: 6383 x Rp 35
= Rp
223.405
Biaya Total
: Rp 340.000 + Rp 223.405
= Rp
563.405
Universitas Mercu Buana
page 103
278
6383 2448 1381
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.33. Teknik Perhitungan LUC Pada Bahan Baku Mg Stearat Kebutuhan Bersih
Periode Penyimpanan
Bakal Lot Size
Januari
0
0
0
0
0
0.00
0.00
Februari
0
1
0
0
0.00
0.00
0.00
Maret
0
2
0
0
0.00
0.00
0.00
April
152
3
152
456
3.00
1184.21
1187.21
April
152
0
152
0
0
1184.21
1184.21
Mei
120
1
272
120
0.44
661.76
662.21
Juni
150
2
422
420
1.00
426.54
427.54
Juli
150
3
572
870
1.52
314.69
316.21
Juli Agustus September Oktober
150 60 60 60
0 1 2 3
150 210 270 330
0 60 180 360
0 0.29 0.67 1.09
1200.00 857.14 666.67 545.45
1200.00 857.43 667.33 546.55
Oktober November Desember
60 90 60
0 1 2
90 180 240
0 90 210
0 0.50 0.88
2000.00 1000.00 750.00
2000.00 1000.50 750.88
Bulan
Universitas Mercu Buana
Ongkos Simpan untuk Lot
Per unit
page 104
Ongkos Pengadaan Per Unit
Ongkos Per Unit (Rp)
Laporan Tugas Akhir
Tabel 4.34. Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Mg Stearat dengan Metode LUC MRP Mg Stearat Lead Time : 1 Persediaan : 514 Tahun Bulan Kebutuhan Kotor Rencana Penerimaan Persediaan
Lot Size : Metode : LUC
2009 Des'08 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 180 150 144 192 120 150 150 60 60 60 90 60 1416 514
334
Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan
184
40
460
152 572
-340
340 190
190
40
350
290
230
140
-40
20 330
-290
-230
-140
-80
Biaya Pemesanan
: 2 x Rp 155.000
= Rp
310.000
Biaya Penyimpanan
: 3192 x Rp 165
= Rp
526.680
Biaya Total
: Rp 310.000 + Rp 526.680
= Rp
836.680
Universitas Mercu Buana
page 105
80
3192 1138 902
Laporan Tugas Akhir
BAB V ANALISA HASIL
Pada bab
sebelumnya
telah
dilakukan
pengolahan
data-data
yang
dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. 5.1. Analisa Data Pemakaian Bahan Baku Data pemakaian Bahan Baku Obat Betamin di PT. Samco Farma bersifat stokastik. Dimana dalam pemakaian tiap bahan baku yang berfluktuasi. Selain itu, PT. Samco Farma dalam berproduksi bersifat “ Made to Order “, yaitu memproduksi sesuai dengan customer order atau pesanan pelanggan. Sehingga pemakaian bahan baku sulit dipastikan tergantung jumlah pesanan yang diterima. Berdasarkan ukuran jumlah produk yang dihasilkan PT. Samco Farma produksi dalam jumlah “ Batch “. Berdasarkan cara memproduksinya PT. Samco Farma dapat dianalisa sebagai berikut:
Universitas Mercu Buana
page 106
Laporan Tugas Akhir
Tabel 5.1 Analisa Sistem Produksi Berdasarkan Jenis Produksi PT. Samco Farma
Jenis Produksi
Engineering to
Made to
Asembly to
Made to
Order
Order
Order
Stock
F
F
Mjo
Mjo
Proyek
P
FMS
F
Job Shop
Pmo PT.
Flow Shop (Batch
Samco
Kecil)
Farma
Flow Shop (Batch Besar)
Jom
Kontinyu
Keterangan:
P atau p*
: Sistem Produksi Proyek
F atau f
: Flexsibel Control System
M atau m
: Sistem MRP
J atau j
: Sistem Just in Time
O atau o
: Optimized Production Technology
C atau c
: Countinuous Process Control System
*: Huruf besar kesesuaian tinggi, huruf kecil rendah 5.2. Analisa Perencanaan dan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) memerlukan inputan yaitu Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), Status Persediaan dan Struktur
Universitas Mercu Buana
page 107
Laporan Tugas Akhir
Produk (Bill of Material). Adapun perhitungan dari Perencanaan dan Kebutuhan Material (lihat pada point 4.2.2). Model persediaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah : 1. LFL ( Lot For Lot ) 2. EOQ ( Economic Order Quantity ) 3. FPR ( Fixed Periode Requirement ) 4. FOQ ( Fixed Order Quantity ) 5. LUC ( Least Unit Cost ) Tabel 5.2. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan Lot For Lot Nama Bahan Baku
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Total
Vitamin B1
Rp
2.460.000
Rp
762.450
Rp
3.222.450
Laktosa
Rp
1.980.000
Rp
213.920
Rp
2.593.900
Starch
Rp
1.530.000
Rp
79.660
Rp
1.609.660
Mg Stearat
Rp
1.395.000
Rp
176.880
Rp
1.571.880
Tabel 5.3. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan Economic Order Quantity Nama Bahan Baku
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Total
Vitamin B1
Rp
1.025.000
Rp
13.320.450
Rp
14.34.450
Laktosa
Rp
360.000
Rp
4.771.340
Rp 5.1314.340
Starch
Rp
170.000
Rp
1.823.605
Rp
1.993.605
Mg Stearat
Rp
155.000
Rp
2.541.990
Rp
2.696.990
Tabel 5.4. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan
Universitas Mercu Buana
page 108
Laporan Tugas Akhir
Fixed Periode Requirement Nama Bahan Baku
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Total
Vitamin B1
Rp
1.230.000
Rp
4.626.450
Rp 5.856.450
Laktosa
Rp
1.080.000
Rp
640.360
Rp 1.720.360
Starch
Rp
850.000
Rp
103.285
Rp
953.285
Mg Stearat
Rp
620.000
Rp
256.410
Rp
876.410
Tabel 5.5. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan Fixed Order Quantity Nama Bahan Baku
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Total
Vitamin B1
Rp
775.000
Rp
9.553.050
Rp 10.328.050
Laktosa
Rp
900.000
Rp
1.031.380
Rp 1.931.380
Starch
Rp
850.000
Rp
119.700
Rp
Mg Stearat
Rp
775.000
Rp
387.750
Rp 1.162.750
969.700
Tabel 5.6. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan Least Unit Cost Nama Bahan Baku
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Total
Vitamin B1
Rp
615.000
Rp 15.390.450
Rp 16.005.450
Laktosa
Rp
540.000
Rp
2.338.280
Rp 2.878.280
Starch
Rp
340.000
Rp
223.405
Rp
563.405
Mg Stearat
Rp
310.000
Rp
526.680
Rp
836.680
Universitas Mercu Buana
page 109
Laporan Tugas Akhir
Tabel 5.7. Biaya Total Dari Kelima Metode Lot Sizing Biaya Total Material Tipe Lot Sizing
Laktosa
Starch
Mg Stearat
3.222.450
Rp 2.193.920
Rp 1.609.660
Rp 1.571.880
Rp
Rp 14.345.450
Rp 5.131.340
Rp 1.993.605
Rp 2.696.990
Rp 24.167.385
Rp
5.856.450
Rp 1.720.360
Rp
953.285
Rp
Rp
Fixed Order Quantity
Rp 10.328.050
Rp 1.931.380
Rp
969.700
Rp 1.162.750
Rp 14.391.880
Least Unit Cost
Rp 16.005.450
Rp 2.878.280
Rp
563.405
Rp
836.680
Rp 20.283.815
Metode Perusahaan Saat Ini
Rp 7.085.850
Rp 2.375.880
Rp
607.645
Rp 1.128.860
Rp 11.198.235
Lot For Lot Economic Order Quantity Fixed Periode Requirement
Vitamin B1 Rp
876.410
Jumlah Biaya Total 8.597.910
9.406.505
Dari hasil perhitungan tabel di atas, Metode yang menghasilkan jumlah Biaya Total Optimal adalah Metode Lot For Lot dengan nilai Rp 8.597.910. Dan perbandingan Jumlah Biaya Total Sistem Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) lebih kecil dibandingkan dengan Metode yang digunakan Perusahaan saat ini.
Universitas Mercu Buana
page 110
Laporan Tugas Akhir
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Penulisan Tugas Akhir ini, diakhiri dengan memberikan kesimpulan tentang pengolahan data dan analisa yang telah di bahas sebelumnya mengenai Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) pada Produk Obat Betamin. 6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat Penulis ambil, yaitu : 1. Dari hasil perhitungan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP), Metode Lot For Lot merupakan metode yang menghasilkan Biaya Total yang Optimal dibandingkan dengan Metode Lot Sizing yang lain. 2. Dari biaya total yang optimal dipilih metode Lot For Lot, sedangkan berdasarkan biaya yang optimal dari masing-masing bahan baku atau material ialah sebagai berikut :
Vitamin B1 mengunakan metode Lot For Lot dengan biaya total material sebesar Rp 3.222.450
Universitas Mercu Buana
page 111
Laporan Tugas Akhir
Laktosa mengunakan metode Fixed Periode Requirement dengan biaya total material sebesar Rp 1.720.360
Starch mengunakan metode Least Unit Cost dengan biaya total material sebesar Rp 563.405
Mg Stearat mengunakan metode Least Unit Cost dengan biaya total material sebesar Rp 836.680
3. Dari analisa yang dilakukan oleh penulis dengan Metode Lot For Lot, perusahaan dapat menghemat biaya total pemesanan dan penyimpanan sebesar 23% dari metode yang dilakukan perusahaan saat ini.
6.2
SARAN Berikut ini beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan
menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki sistem persediaan yang lebih baik lagi di perusahaan dan untuk kelancaran proses produksi : 1. Dengan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP), dapat dilakukan rencana pesan bahan baku secara optimal dan dapat memperkecil biaya pemesanan terhadap bahan baku untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum. 2. Perusahaan sebaiknya menggunakan sistem MRP, karena dengan menggunakan sistem MRP Perusahaan dapat menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia untuk memenuhi permintaan produk dari pelanggan.
Universitas Mercu Buana
page 112
Laporan Tugas Akhir 3. Pada metode MRP, waktu pengadaan material sangat tergantung pada lead time sehingga apabila lead time tidak pasti, penggunaan MRP akan menyebabkan terjadinya kekurangan material produksi.
Universitas Mercu Buana
page 113
Laporan Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
1. Baroto, Teguh. Edisi Ke-1 (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Galia Indonesia, Jakarta. 2. Hakim.N.Arman.2006. Manajemen Industri. ANDI Yogyakarta 3. Kusuma, Hendra. Edisi Ke-2 (2001). Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi. ANDI Yogyakarta. 4. Assuary, Sopyan.“Manajemen Produksi dan Operasi”, Salemba Empat, Jakarta, 1994. 5. Kholil, Muhammad. 2007. Modul Kuliah Planning and Production Control. Universitas Mercu Buana. Jakarta. 6. Harlina, Erin Mielia. 2009. TA, Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing pada Bahan Baku Baja di PT. Timah Industri (PT. Timah Tbk). Jakarta. 7. Ginting, Rosnani. 2007.“ Sistem Produksi”. Graha Ilmu Yogyakarta. 8. Gasversz, Vincent. 2005.“ Production planning and inventory control; berdasarkan pendekatan sistem terintegrasi MRPII dan JIT menuju MANUFAKTURING 21 ”, PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
Universitas Mercu Buana
page 114
Laporan Tugas Akhir
LAMPIRAN
Universitas Mercu Buana
page 115
Laporan Tugas Akhir Lampiran 1
Universitas Mercu Buana
page 116
Laporan Tugas Akhir
Universitas Mercu Buana
Page 117