BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Undang-Undang no. 3 tahun 1998 pasal 1b tentang Wajib Daftar Perusahaan). Perusahaan didalam menjalankan kegiatannya tidak hanya merujuk pada profit oriented tetapi perusahaan mempunyai sasaran yang merupakan tujuan didirikannya perusahaan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Fachruddin, 2011) atau meningkatkan kekayaan pemegang saham perusahaan (Immanuela, 2014) melalui peningkatan kinerja perusahaan maupun nilai perusahaan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Arsa, 2015). Kinerja perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset,
ekuitas, maupun hutang (Fachrudin, 2011). Penilaian
terhadap kinerja perusahaan (firm performance) dimaksudkan untuk menilai dan mengevaluasi tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran para pemegang saham. Pengukuran kinerja perusahaan merupakan
1
2
suatu perhitungan tingkat efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai hasil yang optimal (Sudiyatno, 2010). Sebuah perusahaan dikatakan lebih efisien menggunakan modalnya daripada perusahaan lain apabila mampu menunjukkan rasio profitabilitas yang lebih tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2012). Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka para investor pun semakin mengharapkan return yang besar dari investasi yang dilakukannya, sehingga nilai perusahaan semakin baik di mata investor (Lestari, 2013). Pentingnya penilaian kinerja perusahaan dilakukan agar dapat memanfaatkan keunggulannya dan sebaliknya akan memperbaiki kelemahannya (Kosasih dan Soewedo, 2007). Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut (Arsa, 2015). Profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis
(business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan usaha (Simanjuntak, 2011). Return On Assets (ROA) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total aset. Semakin besar
3
ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar (Priharyanto, 2009). Berikut ini data empiris nilai rata-rata dari Return On Assets pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Tabel 1.1 Rata-rata ROA pada perusahaan Go Public non keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014 Variabel
2011
2012
2013
2014
Kinerja Perusahaan (ROA)
7,55%
7,71%
6,78%
6,27%
Sumber : BEI, data diolah Berdasarkan Tabel 1.1, dapat terlihat rata-rata ROA perusahaan go public non keuangan tahun 2011 sampai dengan 2014 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2012 ROA mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 dari 7,55% menjadi 7,71%. Namun, pada tahun 2013 terjadi penurunan ROA yaitu sekitar 11,99 persen dari 7,71% menjadi 6,78%, pada tahun 2014 kembali terjadi penurunan ROA yaitu sekitar 7,60 persen dari 6,78% menjadi 6,27%. Penurunan ROA akan menciptakan persepsi negatif pemegang saham terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang menunjukkan kinerja yang menurun terus menerus dikhawatirkan perusahaaan mengalami kondisi financial distress yang berujung pada kebangkrutan usaha. Financial distress adalah istilah di perusahaan keuangan yang digunakan untuk menunjukkan kondisi ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius, sehingga perusahaan tidak lagi dapat memenuhi janji-janji yang disepakati dengan kreditor (Ross, 2008 dalam Randis dan Fitriany,
4
2014). Kim dan Lee (2003) dalam Randis dan Fitriany (2014) menyatakan bahwa konflik keagenan menjadi salah satu faktor penting yang mengakibatkan kinerja perusahaan menurun kemudian jatuh pada situasi financial distress. Myers (1977) dalam Hardiningsih (2009) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan hubungan yang rawan konflik. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan sebuah hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal (pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agen. Manajer perusahaan merupakan agen dari pemegang saham (Jensen, 1986). Konflik keagenan timbul karena adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan dalam perusahaan. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen (Antonia, 2008). Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan tingkat kemakmurannya, sedangkan bagi pemegang saham, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak investor (Agustiningsih, 2009).
5
Upaya untuk mengatasi permasalahan keagenan ini akan menimbulkan konsekuensi biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost) (Mai, 2010). Agency cost adalah biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan (konflik) antara manajer dengan pemegang saham. Biaya ini ditanggung oleh pemegang saham (prinsipal) dengan maksud agar manajer mau melaksanakan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Immanuela, 2014). Jensen (1986) menyatakan bahwa konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer muncul ketika perusahaan menghasilkan aliran kas bebas (free cash flow) yang cukup besar. Dengan adanya aliran kas bebas yang cukup besar akan memunculkan tindakan opportunistic manajer yang cenderung merugikan pemegang saham atau dengan kata lain memaksimalkan hasrat (kepentingan) manajer dengan menahan ataupun menggunakan aliran kas bebas (free cash flow) tersebut. Jensen (1986) menyatakan bahwa penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan menjadi alternatif untuk mengatasi tindakan opportunistic manajer. Penggunaaan hutang dalam struktur modal perusahaan akan memunculkan kewajiban bagi manajer untuk mengembalikan dana atas penggunaan hutang ditambah beban bunga yang harus dibayarkan secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang (Meythi, 2005). Kewajiban
manajer
untuk
mengembalikan
hutang
mengakibatkan
menurunnya jumlah aliran kas bebas (free cash flow) dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Selain
6
itu, penggunaan hutang digunakan sebagai perangkat monitoring yang akan mendisplinkan tindakan manajer untuk selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pemegang hutang. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan hutang pada struktur modal perusahaan dapat mengurangi biaya keagenan (agency cost). Selain itu, penggunaan hutang memberikan suntikan dana bagi perusahaan sehingga diharapkan akan meningkatkan kegiatan operasional perusahaan yang berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Trade-off theory menjelaskan bahwa dalam menentukan struktur modal perusahaan mengacu pada suatu pemikiran bahwa perusahaan harus memilih berapa jumlah pendanaan yang berasal dari hutang dan berapa yang dari ekuitas yang akan digunakan untuk menyeimbangkan antara cost benefits keduanya (Randis dan Fitriany, 2014). Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang (Hidayati, 2010). Beban bunga berfungsi mengurangi jumlah pembayaran pajak yang seharusnya apabila perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya sehingga meningkatkan perolehan laba dan meningkatkan return yang diharapkan. Penggunaan hutang dalam struktur modal juga memiliki dampak buruk. Kesuma (2009) menyatakan bahwa kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban tetap yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Hal itu juga berarti akan meningkatkan risiko finansial, yaitu risiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran-angsuran
7
hutangnya. Dengan demikian akan menciptakan kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan (financial distress). Jensen dan Meckling (1976) dalam Sheisarvian (2015) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi salah satu mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris) (Sunarto, 2004). Kepemilikan manajerial akan mengurangi kesempatan manajer untuk bertindak negatif dan merugikan kepentingan pemegang saham dikarenakan selain berperan sebagai manajer tetapi juga berperan sebagai pemegang saham (Rizqia dkk, 2013). Dengan adanya peran ganda tersebut maka manajer tidak menginginkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena dia akan memperoleh dampak ganda dari kejadian tersebut. Sebagai manajer, dia akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham dia akan kehilangan return atau bahkan kehilangan investasinya (Widarjo, 2010). Perusahaan dengan kepemilikan manajerial berbeda dengan perusahaan yang tanpa kepemilikan manajerial. Perbedaannya terletak pada kualitas pengambilan keputusan oleh manajer serta aktivitas manajer dalam operasi perusahaan. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus bertindak sebagai pemegang saham tentu akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan perusahaan. Setiap keputusan yang diambilnya akan berpengaruh
8
pada kinerja perusahaan dan juga memberikan konsekuensi, baik positif maupun negatif, bagi dirinya (Sugiarto, 2011). Kepemilikan saham oleh pihak manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan menggunakan hutang secara optimal sehingga meminimumkan biaya keagenan (agency cost) (Sheisarvian, 2015), sehingga meningkatkan perolehan laba yang berarti meningkatkan return dan kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Mahardhika, 2015). Apabila perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam menggunakan aset yang ada diperusahaan tersebut. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan (Suharli, 2006 dalam Hidayati, 2010). Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Muliati, 2011). Perusahaan yang memiliki ukuran besar cenderung menarik perhatian dan kemungkinan berada dalam observasi publik yang lebih besar, sehingga perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi agency cost (Randis dan Fitriany, 2014). Weston dan Brigham
9
(2000) dalam Mahardhika (2015) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang besar dan mapan (stabil) akan lebih mudah untuk ke pasar modal. Semakin mudah perusahaan memperoleh dana dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan akan memiliki kemampuan meningkatkan produktifitas sehingga meningkatkan profit perusahaan dimasa yang akan datang. Beberapa penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, diantaranya: Kamaliah, dkk (2009), Fachruddin (2011), Immanuela (2014), Randis dan Fitriany (2014) serta Bonatua, dkk (2015). Berikut ini menunjukkan research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sebagai berikut: Tabel 1.2 Research Gap Penelitian Terdahulu Variabel Independen
Struktur Modal Kepemilikan Manajerial Ukuran Perusahaan Agency Cost
Variabel Dependen
Kinerja Perusahaan
Kamaliah, dkk (2009)
Fachrudin (2011)
Immanuela (2014)
Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Berpengaruh Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh Berpengaruh
Randis dan Fitriany (2014) Tidak Financial Financial Distress Distress Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh
Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal Berdasarkan pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa masih hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Dengan
Bonatua, dkk (2015)
Berpengaruh
10
adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini maka peneliti tertarik untuk mengujinya kembali. Dalam penelitian terdahulu ditemukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Kamaliah, dkk, 2009; Immanuela, 2014, Bonatua, dkk, 2015). Begitu pula ketika Randis dan Fitriany (2014) menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang mengalami financial distress, menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost. Sedangkan Fachruddin (2011) menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost. Hasil penelitian Fachruddin (2011) didukung oleh penelitian Randis dan Fitriany (2014) ketika menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Kepemilikan manajerial dalam penelitian Immanuela (2014) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan Randis dan Fitriany (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan yang mengalami financial distress maupun tidak. Ukuran perusahaan dalam penelitian Kamaliah, dkk (2009) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan Fachruddin (2011), Immanuela (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Begitu pula Randis dan Fitriany (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan yang mengalami financial distress maupun tidak.
11
Agency cost dalam Immanuela (2014) menunjukkan hasil berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Begitu pula ketika Randis dan Fitriany (2014) menguji pengaruh agency cost terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan yang mengalami financial distress, menunjukkan bahwa agency cost berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan Fachruddin (2011) menyatakan bahwa agency cost tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian Fachruddin (2011) didukung oleh penelitian Randis dan Fitriany (2014) ketika menguji pengaruh agency cost terhadap kinerja perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian maka perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari Randis dan Fitriany (2014) tentang analisis pengaruh struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai variabel intervening pada perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak. Selain itu, struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan memiliki peran penting dalam agency cost yang pada akhirnya dapat memaksimalkan kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai variabel intervening. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit tahun 20112014 dari perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. Pada penelitian sebelumnya menggunakan
12
sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010, sedangkan pada penelitian ini periode pemilihan sampel yaitu tahun 2011-2014. Periode 2011-2014 dipilih karena merupakan periode yang belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis serta memberikan gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan variabel kontrol (profitability dan growth) yang diduga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan pada penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol tersebut. Berdasarkan uraian permasalahan dan adanya perbedaan hasil penelitian tersebut mendorong peneliti untuk menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN UKURAN
PERUSAHAAN
DENGAN
AGENCY
COST
TERHADAP SEBAGAI
KINERJA
PERUSAHAAN
VARIABEL
INTERVENING:
PERBANDINGAN PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS DAN TIDAK (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014)”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat dua permasalahan. Permasalahan pertama adanya fenomena gap yang dapat dilihat pada Gambar 1.1 diatas dapat disimpulkan research problem dalam penelitian ini bahwa kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets saat mengalami penurunan pada tahun 2013 dan tahun 2014. Permasalahan yang kedua yaitu masih adanya inkonsistensi dari penelitian terdahulu
13
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka peniliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 4. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 7. Apakah agency cost berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 8. Apakah
struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui
agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 9. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014?
14
10. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 20112014. 3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 4. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 5. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 6. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 20112014.
15
7. Untuk menganalisis pengaruh agency cost terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 8. Untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 9. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 10. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 1.3.2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi terkait dengan permasalahan mengenai struktur modal, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, agency cost dan kinerja perusahaan. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat dijadikan sebagai input informasi terkait dengan pengambilan keputusan di dalam investasi sehingga investor dapat mengambil keputusan secara efektif dan efesien.
16
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi maupun acuan bagi mahasiswa maupun pembaca untuk melakukan penelitian di waktu yang akan datang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam bab ini membahas variabel penelitian dan definisi operasional. Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan dalam penelitian ini merupakan hubungan kausal yaitu sebab akibat, diamana ada variabel eksogen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada lima variabel yang terdiri dari dua variabel endogen, tiga variabel eksogen. Variabel endogennya yaitu kinerja perusahaan dan agency cost. Variabel eksogennya yaitu struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugyiono, 2010). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dua jenis variabel, yaitu variabel endogen (terikat) dan variabel eksogen (bebas).
68
69
3.1.1.1. Variabel Endogen (Variabel Terikat) Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju kearah variabel tersebut. Variabel yang mancangkup di dalamnya adalah mencangkup variabel perantara dan tergantung/terikat. Variabel perantara endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel perantara adalah Kebijakan Hutang (Z). Sedangkan variabel tergantung/terikat mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya, yang dijadikan variabel tergantung/terikat adalah nilai perusahaan (Y), (Kusumajaya, 2011). 3.1.1.2. Variabel Eksogen (Variabel Bebas) Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran (Kusumajaya, 2011). Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel eksogen adalah: Struktur Modal (X1), Kepemilikan Manajerial (X2), dan Ukuran Perusahaan (X3). 3.1.2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Definisi operasional dapat didasarkan pada satu atau lebih sumber atau referensi, dengan disertai alasan yang mendasari penggunaan definisi dimaksud. Setelah didefinisikan, variabel penelitian harus dapat diukur menurut kaidah atau ukuran yang lazim diterima secara akademis.
70
3.1.2.1. Variabel Dependen 3.1.2.1.1. Kinerja Perusahaan Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
memperlihatkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan
keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang (Fachrudin, 2011). Kinerja perusahaan dapat diukur dengan rasio profitabilitas yaitu ROA (Return on Assets) yang merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total aset yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan (Ang, 1997). Satuan pengukuran ROA adalah dalam persentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Ang, 1997) :
Kinerja Perusahaan (ROA) =
Laba bersih setelah pajak Total Aset
x 100% ........................ (1)
3.1.2.2. Variabel Independen 3.1.2.2.1. Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2012). Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan long term debts (LTD). Long term debts merupakan rasio antara total hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya (Dewi, 2011). LTD dihitung dengan membagi total hutang jangka panjang (long term debt) dibagi dengan total aset (total assets). Satuan
71
pengukuran LTD adalah dalam persentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Margaretha dan Ramadhan, 2010): Struktur Modal (LTD) =
Total Hutang Jangka Panjang Total Aset
x 100% ......................... (1)
3.1.2.2.2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris) (Sunarto, 2004). Kepemilikan manajerial dihitung dengan menggunakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan termasuk dewan direksi seperti direktur perusahaan dan juga oleh dewan komisaris suatu perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial dapat dirumuskan sebagai berikut (Apriada, 2013) :
Kepemilikan Manajerial (MOWN) =
Kepemilikan Saham Manajemen Total Saham Beredar
x 100% . (2)
3.1.2.2.3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Mahardika, 2015). Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Fidyati, 2003 dalam Mahardika, 2015). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan melalui logaritma natural dari total aset (Tittman dan Wessels, 1988
72
dalam Nuraini, 2010). Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Chasanah, 2008) : Ukuran Perusahaan (SIZE) = LnTotalAset ................................................. (3) 3.1.2.3. Variabel Intervening 3.1.2.3.1. Agency Cost Variabel intervening yaitu variabel yang menghubungkan pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel intervening dalam penelitian termasuk dalam variabel endogen. Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu agency cost. Agency cost atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan (konflik) antara manajer dengan pemegang saham. Biaya ini ditanggung oleh pemilik perusahaan (prinsipal) dengan maksud agar manajer mau melaksanakan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik (Immanuela, 2014). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa agency cost merupakan jumlah dari bonding cost, monitoring cost, dan residual loss. Agency cost dalam penelitian ini diproksikan melalui operating expense to sales ratio. Agency cost dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Zhang dan Li, 2008):
Agency Cost (AC) =
Biaya Operasional Penjualan Bersih
............................................................... (5)
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja perusahaan, struktur modal,
73
kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan serta agency cost dapat diringkas pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No 1
2
3
Nama Variabel
Definisi Variabel
Kinerja Perusahaan (Y)
Kinerja perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang (Fachrudin, 2011). Kinerja perusahaan dapat diproksikan dengan Return on Assets (ROA)
Struktur Modal (X1)
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2012). Struktur modal perusahaan dapat diproksikan dengan LTD (Long term debts)
Kepemilikan Kepemilikan Manajerial manajerial adalah (X2) pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan
Indikator Laba bersih setelah pajak
ROA =
LTD =
Total Aset
Sumber x 100%
Total Hutang Jangka Panjang Total Aset
x 100%
.
MOWN
=
Kepemilikan Saham Manajemen Total Saham Beredar
x 100%
Ang, 1997
Margaretha dan Ramadhan, 2010
Apriada, 2013
74
No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Komisaris) (Sunarto, 2004).
4
Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih (Mahardika, 2015). Ukuran dapat diproksikan dengan logaritma natural total asset.
5
Agency Cost Agency cost atau (Z) biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan (konflik) antara manajer dengan pemegang saham. Biaya ini ditanggung oleh pemilik perusahaan (prinsipal) dengan maksud agar manajer mau melaksanakan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik (Immanuela, 2014).
SIZE = LnTotalAset
AC =
Biaya Operasional Penjualan Bersih
Chasanah, 2008
x 100%
Zhang dan Li, 2008
75
3.2. Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel 3.2.1. Objek Penelitian dan Unit Sampel Objek dalam penelitian ini adalah pada perusahaan go public non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyediakan laporan keuangan pada periode 2011 – 2014. Unit sampel adalah sasaran berupa data kuantitatif maupun pendapat / opini yang diperlukan dalam pengolahan data di objek penelitian yang sudah dipilih sesuai dengan topik penelitian. Unit sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan periode tahun 2011–2014 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. 3.2.2. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014. Jumlah populasi sebanyak 522 perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling jenis judgement sampling yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan (Ferdinand, 2006 dalam Kusumajaya, 2011). Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
76
1) Perusahaan go public yang terdaftar di BEI dan konsisten mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2011-2014. 2) Perusahaan go public yang menyajikan laporan keuangan dalam rupiah selama periode pengamatan. 3) Bukan merupakan perusahaan sektor finance (bank, asuransi, dan badan keuangan lainnya). Hal ini dikarenakan perusahaan jenis keuangan dan perbankan memiliki regulasi mengenai kebijakan pendanaan yang berbeda (Jensen dan Meckling, dalam Sugiarto, 2011) 4) Perusahaan go public yang menyajikan laporan keuangan dari tahun 2011-2014 dalam rupiah 5) Perusahaan memiliki data kepemilikan manajerial dari tahun 2011-2014 yang dipublikasikan. 6) Laporan keuangan perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama tahun 2011-2014. Karena saldo laba yang negatif sebagai penyebut menjadi tidak bermakna (Subekti, 2000) dalam Sugiarto (2011). Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 3.2 berikut ini :
77
Tabel 3.2 Proses Pengambilan Sampel Kriteria
Jumlah
Perusahaan go public yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.
427
Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut di BEI selama tahun 2011-2014.
(22)
Bukan merupakan perusahaan sektor finance (bank, asuransi, dan badan keuangan lainnya).
(68)
Perusahaan go public yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam rupiah
(67)
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap mengenai kepemilikan manajerial dari tahun 2011-2014.
(185)
Perusahaan mengalami kerugian selama tahun 2011-2014.
(24)
Jumlah sampel yang digunakan
61
Tahun Pengamatan tahun 2011-2014
4
Jumlah sampel gabungan selama 4 tahun (2011-2014)
244
Sumber : BEI, data diolah Berdasarkan kriteria sampel tersebut, maka pada penelitian ini sampel yang memenuhi syarat adalah sebanyak 61 perusahaan dengan periode waktu tahun 2011 sampai dengan 2014 maka jumlah data dalam penelitian ini sebesar 244 data. Adapun 61 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Sampel Perusahaan Go Public Non Keuangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode ACES ALDO ALMI APLN ASII AUTO BHIT BTON CSAP CTRA
Nama Perusahaan Ace Hardware Indonesia Tbk. Alkindo Naratama Tbk Alumindo Light Metal Industry Tbk. Agung Podomoro Land Tbk. Astra International Tbk. Astra Otoparts Tbk. MNC Investama Tbk. Betonjaya Manunggal Tbk. Catur Sentosa Adiprana Tbk. Ciputra Development Tbk.
78
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Kode CTTH DGIK DILD DSFI ERAA GEMA GGRM GJTL GOLD ICON INDF INDS JKON JTPE KAEF LAMI LION LTLS MBTO MITI MKPI MLPL MTDL MTLA NIPS PANR PICO POOL PRAS PTBA PUDP PWON PYFA RALS RDTX SDMU SHID SKLT SMRA SRAJ SRSN STTP TBLA TCID TLKM TMAS TOTL ULTJ UNTR WEHA WIKA
Nama Perusahaan Citatah Tbk. Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. Intiland Development Tbk. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. Erajaya Swasembada Tbk. Gema Grahasarana Tbk. Gudang Garam Tbk. Gajah Tunggal Tbk. Golden Retailindo Tbk. Island Concepts Indonesia Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Indospring Tbk. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. Kimia Farma (Persero) Tbk. Lamicitra Nusantara Tbk. Lion Metal Works Tbk. Lautan Luas Tbk. Mustika Ratu Tbk. Mitra Investindo Tbk. Metropolitan Kentjana Tbk. Multipolar Tbk. Metrodata Electronics Tbk. Metropolitan Land Tbk. Nipress Tbk. Panorama Sentrawisata Tbk. Pelangi Indah Canindo Tbk. Pool Advista Indonesia Tbk. Prima Alloy Steel Universal Tbk. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Pudjiadi Prestige Tbk. Pakuwon Jati Tbk. Pyridam Farma Tbk. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Roda Vivatex Tbk. Sidomulyo Selaras Tbk. Hotel Sahid Jaya International Tbk. Sekar Laut Tbk. Summarecon Agung Tbk. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. Indo Acidatama Tbk. Siantar Top Tbk. Tunas Baru Lampung Tbk. Mandom Indonesia Tbk. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. Total Bangun Persada Tbk. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. United Tractors Tbk. Panorama Transportasi Tbk. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sumber : IDX 2011-2014 (data diolah)
79
Kemudian membagi data perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak, dengan menggunakan analisis diskriminan Altman (1995). Ramadhani dan Lukviarman (2009) dalam Randis dan Fitriany (2014) menyatakan bahwa model Altman (1995) merupakan prekditor terbaik dalam mengukur kinerja kebangkrutan dan risiko obligasi yang tidak stagnan atau tetap, melainkan berkembang dari waktu ke waktu seiring dari kondisi perusahaan dan kondisi dimana metode tersebut diterapkan (dapat diterapkan pada semua perusahaan seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang). Z-score dihitung menggunakan model Altman dengan rumus sebagai berikut : Z = 6,56 WC/TA + 3,26 RE/TA + 6,72 EBIT/TA + 1,05 MVE/BVD Keterangan : Z
= Indeks Kebangkrutan
WC
= Working Capital
TA
= Total Assets
RE
= Retained Earning
EBIT = Earning Before Interest and Tax MVE = Market Value of Equity BVE
= Book Value of Debts Dimana Z-score>2,6 mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mempunyai
masalah keuangan atau dapat disebut dalam kondisi sehat. 1,1
80
serius dan cenderung mengarah pada kebangkrutan (financial distress). Pada penelitian ini fokus membandingkan perusahaan yang benar-benar mengalami kebangkrutan (financial distress) dan tidak, sehingga mengelompokkan kondisi perusahaan menjadi dua kelompok, yaitu financial distress dan tidak (perusahaan keadaan sehat dan grey area). 3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data Data berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif (Sugiyono, 2010). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang dijadikan berbentuk angka. Data kuantiatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan auditan perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun 2011-2014. Menurut sumbernya, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder eksternal, yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari sumbernya, tetapi diperoleh dalam bentuk jadi yang dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan oleh pihak lain di luar perusahaan yang bersangkutan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi-publikasi perusahaan berupa laporan keuangan auditan perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun 2011-2014
81
3.3.2. Sumber Data Adapun sumber data dari penelitian ini adalah laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Sumber data lain juga penulis dapatkan dari website resmi saham ok dalam memilih sampel yang sesuai kriteria dan yahoo finance untuk melihat harga saham perusahaan maupun harga saham pasar. 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan go public yang dipublikasikan oleh BEI melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) untuk periode tahun 2011-2014. 3.5. Metode Analisis Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian terlihat bahwa hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan hubungan kausal kompleks dan berjenjang. Hubungan ini melibatkan variabel endogen yaitu agency cost dan kinerja perusahaan; variabel eksogen yaitu struktur modal, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Permasalahan yang memiliki karakteristik hubungan berjenjang dan jenis variabel semacam ini memerlukan teknik analisis yang dapat menggunakan persamaan silmutanus dengan teknik estimasi path analysis (Hair, dkk, 2006 dalam Kusumajaya, 2011). Program aplikasi SPSS (Stastical Product and Service Solutions) versi 20 digunakan untuk membantu dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian.
82
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis jalur (path analysis) yang digunakan untuk menganalisis uji hipotesis penelitian. Analisis dan pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan agency cost sebagai variabel intervening. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini: Z = α+β1X1 + β3X2 + β5X3 + ε1 ............................................................................ (1) Y = α +β2X1 + β4X2 + β6X3 + β7Z + ε2 ................................................................. (2) Keterangan : X1 = struktur modal (LTD) X2 = kepemilikan manajerial (MOWN) X3 = ukuran perusahaan (SIZE) Z = agency cost (AC) Y = kinerja perusahaan (ROA) α = konstan β1-6 = koefisien regresi standardized ε1-2 = error of term (variabel pengganggu) 3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif
merupakan
alat
statistik
yang
berfungsi
untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai minimum, nilai
83
maksimum, mean dan standar deviasi. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. 3.5.2. Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik adalah suatu pengujian hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian yang menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak atau tidak untuk dilakukan ke pengujian selanjutnya (Ghozali, 2011). Adapun penyimpangan asumsi klasik ada empat : uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. 3.5.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Untuk menguji normalitas, peneliti akan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, maka data berdistribusi normal, jika p value < α maka data tidak berdistribusi normal. 3.5.2.2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi dan menunjukkan kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off bagi angka tolerance adalah sebesar 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10, artinya bahwa semua variabel yang akan dimasukkan dalam perhitungan
84
model regresi harus mempunyai tolerance di atas 0,10. Jika lebih rendah dari dari 0,10 maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan hasil perhitungan nilai VIF, jika memiliki nilai VIF kurang dari 10, maka tidak mempunyai persoalan multikolinieritas (Ghozali, 2011). 3.5.2.3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan metode uji park. Uji park mengusulkan untuk meregresi nilai logaritma natural residual yang dikuadratkan terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi
terjadi
heteroskedastisitas.
Kriteria
tidak
terjadi
problem
heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%,
sehingga
disimpulkan
model
regresi
tidak
mengandung
adanya
heteroskedastisitas. 3.5.2.4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Untuk menguji autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Run Test. Uji ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05. Apabila p value > α, maka tidak terjadi autokorelasi, jika p value < α maka terjadi autokorelasi.
85
3.5.3. Uji Hipotesis 3.5.3.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini. 1) Menentukan Hipotesis. H0 : b1 = b2 = b3 ..................................................................... (1) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 .................................................................. (2) 2) Menghitung Fhitung. Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini. 1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan. 2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.
86
3.5.3.2. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Pengujian Koefisien Determinasi (uji R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2 . 3.5.3.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini. 1) Menentukan Hipotesis. H0 : b1 = b2 = b3 ......... = 0 ........................................................... (1) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ......... ≠ 0 ............................................................. (2) 2) Menghitung Fhitung.
87
Kriteria penyimpulannya adalah sebagai berikut ini. 1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5% (p < α), berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5% (p > α), berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 3.5.3.4. Analisis Jalur (Path Analysis) Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode Analisis Jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, digunakan untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya dan untuk menguji pengaruh variabel intervening di dalam model penelitian (Ghozali, 2011). Path analysis dapat dilakukan dengan dua cara pengujian menggunakan program SPSS 20, yaitu dengan: 1) Meregresikan model penelitian lalu menghitung pengaruh tidak langsung dengan Sobel test lalu membandingkannya dengan ttabel (Ghozali, 2011), dan 2) menggunakan metode Bootsrap Script (Ghozali, 2011). Path analysis memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar variabel yang dapat digambarkan dengan gambar berikut ini:
88
Gambar 3.1 Diagram Jalur (Path Diagram) p4 Struktur Modal (X1)
H 4
p1 1
H H
p8 Kepemilikan Manajerial (X2) Ukuran Perusahaan (X3)
p9 p2 10 9
2
2
Agency Cost (Z)
H
p7
H 7
Kinerja Perusahaan (Y)
H H
1
p3
0
p5
e2
8
p2
p6
e1
3
H H
H
6 5
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar variabel berdasarkan pada teori. Anak panah menunjukkan hubungan antar variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi prioritas hubungan kausal variabel yang dekat ke sebelah kiri. Setiap nilai p menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Berdasarkan gambar model jalur diajukan hubungan berdasarkan teori bahwa: 1) Struktur Modal mempunyai hubungan langsung dengan Kinerja Perusahaan (p4). Namun demikian Struktur Modal juga mempunyai hubungan tidak langsung dengan Kinerja Perusahaan yaitu dari Struktur Modal ke Agency Cost (p1) baru kemudian ke Kinerja Perusahaan (p7). Total pengaruh hubungan dari Struktur Modal ke Kinerja Perusahaan (korelasi antara Struktur Modal dan Kinerja Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung Struktur Modal ke Kinerja Perusahaan (koefisien path atau regresi p4) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari Struktur Modal ke Agency Cost yaitu p1
89
dikalikan dengan koefisien path dari Agency Cost ke Kinerja Perusahaan yaitu p7. Pengaruh langsung
= p4
Pengaruh tidak langsung LTD ke agency cost
= p1 x p7
Total pengaruh (korelasi LTD ke agency cost)
= p4 + (p1 x p7)
2) Kepemilikan Manajerial mempunyai hubungan langsung dengan Kinerja Perusahaan (p5). Namun demikian Kepemilikan Manajerial juga mempunyai hubungan tidak langsung dengan Kinerja Perusahaan yaitu dari Kepemilikan Manajerial ke Agency Cost (p2) baru kemudian ke Kinerja Perusahaan (p7). Total pengaruh hubungan dari Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Perusahaan (korelasi antara Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung Kepemilikan Manajerial ke Kinerja Perusahaan (koefisien path atau regresi p5) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari Kepemilikan Manajerial ke Agency Cost yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari Agency Cost ke Kinerja Perusahaan yaitu p7. Pengaruh langsung
= p5
Pengaruh tidak langsung MOWN ke agency cost
= p2 x p7
Total pengaruh (korelasi MOWN ke agency cost)
= p5 + (p2 x p7)
3) Ukuran Perusahaan mempunyai hubungan langsung dengan Kinerja Perusahaan (p6). Namun demikian Ukuran Perusahaan juga mempunyai hubungan tidak langsung dengan Kinerja Perusahaan yaitu dari Ukuran Perusahaan ke Agency Cost (p3) baru kemudian ke Kinerja Perusahaan (p7). Total pengaruh hubungan dari Ukuran Perusahaan ke Kinerja Perusahaan
90
(korelasi antara Ukuran Perusahaan dan Kinerja Perusahaan) sama dengan pengaruh langsung Ukuran Perusahaan ke Kinerja Perusahaan (koefisien path atau regresi p6) ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien path dari Ukuran Perusahaan ke Agency Cost yaitu p3 dikalikan dengan koefisien path dari Agency Cost ke Kinerja Perusahaan yaitu p7. Pengaruh langsung
= p6
Pengaruh tidak langsung SIZE ke agency cost
= p3 x p7
Total pengaruh (korelasi SIZE ke agency cost)
= p6 + (p3 x p7)
Untuk menentukan signifikan atau tidaknya besar nilai pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh perkalian koefisien (p1 x p7); (p2 x p7) dan (p3 x p7), maka peneliti mengujinya dengan Sobel Test yang ditunjukkan sebagai berikut: 1. Hitung standard error dari koefisien indirect effect (Sp1p7). Sp1p7 = √ (p72.Sp12 + p12.Sp72 + Sp12.Sp72) ................................. (1) Kemudian berdasarkan hasil Sp1p7 tersebut dapat dihitung nilai t statistik pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut. p1p7
t = Sp1p7 ........................................................................................ (2) Dari hasil thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan ttabel (signifikansi 0,05). Apabila hasil thitung lebih besar dari ttabel, maka nilai koefisien mediasi adalah signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi dalam penelitian ini, sebaliknya jika lebih kecil maka tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi dalam penelitian. 2. Hitung standard error dari koefisien indirect effect (Sp3p7). Sp3p7 = √ (p72.Sp22 + p22.Sp72 + Sp22.Sp72) ................................. (1)
91
Kemudian berdasarkan hasil Sp2p7 tersebut dapat dihitung nilai t statistik pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut. p2p7
t = Sp2p7 ........................................................................................ (2) Dari hasil thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan ttabel (signifikansi 0,05). Apabila hasil thitung lebih besar dari ttabel, maka nilai koefisien mediasi adalah signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi dalam penelitian ini, sebaliknya jika lebih kecil maka tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi dalam penelitian. 3. Hitung standard error dari koefisien indirect effect (Sp5p7). Sp5p7 = √ (p72.Sp32 + p32.Sp72 + Sp32.Sp72) ................................. (1) Kemudian berdasarkan hasil Sp5p7 tersebut dapat dihitung nilai t statistik pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut. p3p7
t = Sp3p7 .......................................................................................... (2)
Dari hasil thitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan ttabel (signifikansi 0,05). Apabila hasil thitung lebih besar dari ttabel, maka nilai koefisien mediasi adalah signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi dalam penelitian ini, sebaliknya jika lebih kecil maka tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh mediasi dalam penelitian.