BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu : 1) letak hutan mangrove yang terbatas pada tempattempat tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan mangrove yang berbeda dengan ekosistem lainnya, 3) Hutan mangrove memiliki potensi yang bernilai tinggi (Harahab, 2010). Mangrove merupakan hutan yang berada di perbatasan antara daratan daerah tropis dan daratan daerah sub-tropis. Hutan mangrove merupakan hutan yang memiliki fungsi sebagai tempat pengendalian laju polusi dan erosi, tempat berkembangbiak berbagai jenis organisme yang secara ekologi dan ekonomi bernilai tinggi seperti kepiting, udang, kerang, dan ikan (Haines-Young dan Potschin, 2011). Keadaan struktur vegetasi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan fungsi dan manfaat ekosistem hutan mangrove , misalnya berdasarkan serasah, jenis, tegakan maupun sistem perakarannya. Struktur dan komposisi ekosistem mangrove dapat diestimasi dengan melakukan analisis vegetasi, hal tersebut dapat pula dijadikan dasar memperkirakan daya dukung hutan mangrove terhadap biota disekitarnya (Harahab,2010) Sekalipun luas hutan mangrove hanya 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia, keberadaan hutan mangrove merupakan kawasan penyangga (buffer) yang sangat penting. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi yang sangat 1
2
kompleks antara lain sebagai peredam gelombang laut dan badai, pelinding pantai dari peristiwa abrasi yang disebabkan oleh gelombang, penahan lumpur dan penjerat sedimen, pengghasil detritus, sebagai tempat berlindung, mencari makan, serta tempat memijah berbagai spesies biota perairan payau, dapat pula di manfaatkan bagi manusia sebagai tempat rekreasi, dan penghasil kayu, selain itu hutan mangrove merupakan habitat satwa liar seperti burung, buaya, monyet, dan ular serta menjadi biofilter pencemaran dan mencegah terjadinya intrusi garam ke kawasan darat (Kordi,2012). Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu kabupaten kepulauan memiliki kawasan hutan mangrove yang tumbuh secara alami.Adanya pertambahan jumlah penduduk dapat menyebabkan terjadinya tekanan terhadap ekosistem mangrove, selain itu Kabupaten Biak Numfor belum ada kebijakan pengelolaan hutan mangrove.Hutan mangrove yang terdapat pada kabupaten ini dibiarkan begitu saja sementara hutan mangrove merupakan ekosistem yang memiliki potensi yang sangat besar yang apabila dimanfaatkan secara benar berdasarkan potensi dan keberkelanjutannya dapat menjadi sumber pemasukan untuk pemerintah daerah maupun masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji potensi ekosistem hutan mangrove sehingga dapat dijadikan dasar pemikiran untuk pengembangan rencana pengelolaan kawasan hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Biak Numfor.
3
1.2 Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Kawasan mangrove merupakan kawasan yang memiliki potensi besar baik dari segi ekologi maupun bagi masyarakat. Potensi sumberdaya alam perlu di kelola dengan baik agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan kelestarian alam. Mengingat potensinya yang sangat besar sementara keberadaan hutan mangrove yang semakin lama semakin berkurang akibat Kampungkan pemenuhan kebutuhan. Sejauh ini bentuk pemanfaatan oleh masyarakat ini pada umumnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi atau diambil kayunya untuk digunakan keperluan sehari-hari. Masyarakat yang berada di sekitar hutan mangrove belum benar-benar menyadari potensi lain dari ekosistem hutan mangrove. Masyarakat merupakan pihak yang menerima manfaat langsung dan juga berperan penting dalam usaha pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Upaya pemanfaatan potensi yang terdapat pada ekosistem hutan mangrove hendaknya dilakukan dengan memperhatikan aspek ekologi sehingga dalam pemanfaatannya dapat dilakukan secara optimal dan tetap menjaga kelestarian fungsi dan keberadaan kawasan mangrove tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pemahaman masyarakat serta bentuk partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem mangrove serta mengenani potensi kawasan mangrove agar dapat diketahui potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelajutan dengan mempertimbangkan keseimbangan berdasarkan daya dukung kawasan mangrove yang terdapat di Kabupaten Biak Numfor. Kabupaten Biak Numfor belum ada kebijakan pengelolaan hutan mangrove. Hutan mangrove yang terdapat pada kabupaten ini dibiarkan begitu saja sementara
4
hutan mangrove merupakan ekosistem yang memiliki potensi yang sangat besar yang apabila dimanfaatkan secara benar berdasarkan potensinya dapat menjadi sumber pemasukan untuk pemerintah daerah maupun masyarakat yang tinggal di sekitarnya namun pemanfaatan tersebut harus tetap mempertimbangkan kelestariannya agar dapat terus dimanfaatkan secara bekelanjutan.Penelitian ini dilakukan untu mengkaji potensi ekosistem hutan mangrove sehingga dapat dijadikan dasar pemikiran untuk pengembangan rencana pengelolaan kawasan hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini di pertanyakan hal-hal sebagai berikut berikut: 1) Bagaimana potensi ekosistem hutan mangrove berdasarkan kondisi ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian? 2) Bagaimana pemahaman, pemanfaatan dan peran serta masyarakat dalam melestarikan ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian? 3) Bagaimana pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang dapat diterapkan berdasarkan hasil kajian potensi ekosistem hutan mangrove? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Mengkaji kondisi ekosistem hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri. 2) Mengkaji pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pelestarian kawasan hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri 3) Merumuskan alternatif strategi pengelolaan hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri.
5
1.4 Manfaat penelitian 1) Sebagai sumber informasi mengenai kondisi ekosistem hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri 2) Mempelajari pemahaman masyarakat mengenai hutan mangrove serta usaha yang dilakukan masyarakat untuk melestarikan keberadaan hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri 3) Menjadi masukan kepada pemerintah daerah atau stakeholder mengenai sterategi pengelolaan pesisir khususnya untuk pengelolaan hutan mangrove di Kampung Sopendo dan Kampung Insiri. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kajian potensi ekosistem hutan mangrove sudah banyak dilakukan di Indonesia sebelumnya.Penelitian mengenai potensi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengelolaan yang berkelanjutan sehingga dapat mensejahterakan masyarakat namun tetap menjaga kelestarian ekosistemnya.Beberapa penelitian yang mengkaji mengenai potensi hutan mangrove
dan
arahan
pengelolaannya
antaralain
oleh
Pariyono
(2006),Rachmawani (2007), Ningsih (2008) dan Pentury (2009). Secara umum keempat penelitian tersebut mengkaji tentang potensi hutan mangrove berdasarkan struktur vegetasi dan bentuk pengelolaan hutan mangrove di wilayah penelitian. Penelitian Pariyono (2006) mengkaji potensi kawasan mangrove dan menganalisis strategi alternatif untuk pelestarian hutan mangrove dari pendekatan ekologi, Ningsih (2008) mendekripsikan dan membandingkan kondisi hutan
6
mangrove sebagi dasar untuk menyusun perencanaan starategi pengelolaan mangrove. Racmawani (2007) mengkaji mengenai masalah pemanfaatan potensi sebagai dasar untuk mengajukan alternatif pengelolaan ekosistem mangrove dan Pentury (2009) mengkaji mengenai kondisi ekologi hutan mangrove sebagai penyedia pangan bagi masyarakat serta nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove. Penelitian tentang potensi ekosistem hutan mangrove yang akan dilaksanakan di Kabupaten Biak Numfor dapat dikatakan penelitian yang baru pada lokasi tersebut. Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penilitian yang menggabungkan aspek abiotik (kimia-fisika), aspek biotik (vegetasi mangrove) dan aspek sosial (masyarakat). Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan metode pengumpulan data dari observasi partisipatif, pengukuran langsung di lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi. Observasi dan pengukuran lapangan ini akan menghasilkan data jenis dan kondisi ekosistem hutan mangrove, sedangkan hasil wawancara dan studi dokumentasi diperlukan untuk keperluan perumusan strategipengelolaan lingkungan.Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya
yaitu
pada
lokasi
dan
waktu
penelitian.
Tabel 1. 1Keaslian Penelitian No 1.
2.
3
Peneliti Pentury
Rachmawani
Pariyono
Tahun 2009
2007
2006
Lokasi Teluk Dalam Ambon
Tarakan, Kalimantan Timur
Desa Panggung, Bulakbaru, Tanggultlare, Kabupaten Jepara
Tujuan Mengkaji mengenai kondisi ekologi hutan mangrove sebagai penyedia pangan bagi masyarakat serta nilai ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove a. Mengetahun masalah dan pemanfaatan ekosistem hutan mangrove b.Merumuskan alternative mengelolaan hutan mangrove a. Menganalisis kondisi sumberdaya hutan mangrove di Desa Panggung, Bulakbaru, dan Tanggultlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.
a.
b.
a. b.
a.
b.
Hasil Terdapat 14 spesies dari 7 Famili dengan INP tumbuhan mangrove kategori pohon Bruguiera cylindrical sebesar 113, 7 %, untyk kategori sapihan dan anakan jenis Sonneratia alba sebesar 79, 731% dan 70,674% Total manfaat langsung pangan sebesar 36.900.000/Ha/Tahun, non-pangan sebesar 6. 235.000/Ha/Tahun dan manfaat total 2.875.975.000/Tahun dari total mangrove Teluk Dalam Ambon seluas 36 Ha Penyebab utama terjadinya degradasi yaitu sedimentasi di muara sungai dan genangan air tawar yang tinggi Alternative pengelolaan berdasarkan analisis MCDM diperoleh bahwa program rehabilotasi kawasan hutan mangrobe merupakan alternative utama dengan nilai keputusan 0,525bdan laternatif ke dua yaitu pengelolaan DAS dengan nilai keputusan 0,418 Di desa Panggung, Bulakbaru dan Tanggultlare ditemukan 4 jenis mangrove antara lainAvicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata dan Rhizophora stylosa. Dari hasil analisa vegetasi, di desa Tanggultlare speciesRhizophora apiculatamendominasi ranking teratas dengan nilai INP 146,19 , di desa Bulakbaru speciesRhizophora mucronatamendominasi dengan nilai INP 7
b. Menilai secara ekonomi manfaat langsung dari sumber daya hutan mangrove di desa Panggung, Bulakbaru dan Tanggultlare c. Menganalisis strategi alternatif dalam pelestarian areal mangrove ditinjau dari pendekatan ekologi di desa Panggung, Bulakbaru dan Tanggultlare.
114,.06, dan di desa Panggung mangrove hanya ditemukan sedikit sekali di daerah dekat muara yaitu jenis Rhizophora mucronata, Rhizophoraapiculata dan Rhizophora stylosa. c. Terjadi degradasi lingkungan antar lain dalam bentuk abrasi dan akresi yang mengakibatkan perubahan garis pantai yang di Desa Tanggultlare, Desa Bulakbaru, dan Desa Panggung. Pengaruh faktor manusia sangat berperan dalam hal ini karena kegiatan perusakan ekosistem mangrove guna perluasan tambak . d. Nilai ekonomi dari manfaat langsung hutan mangrove sebagai kayu bakar dilihat dari beberapa faktor seperti biaya pengadaan rata-rata Rp. 59.620 /m3/tahun, pendapatan ratarata Rp. 5.440.000/tahun, umur rata-rata 45 tahun, Pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan mangrove sebagai kayu bakar. e. Strategi pengelolaan kawasan mangrove yang mempunyai kemungkinan besar untuk diterapkan, dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatkan peran pemerintah melalui kegiatan sosialisasi, pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat. b. Peraturan yang tegas terhadap aktivitas konversi kawasan mangrove menjadi kawasan tambak. c. Memelihara dan mengembangkan potensi mangrove yang tersedia sebagai dasar untuk mengelola kawasan tambak maupun non tambak. d. Meningkatkan pendidikan non formal masyarakat untuk 8
4
Sri Susanti Ningsih
2008
Desa-desa yang memilki hutan mangrove di wilayah kabupaten Deli Serdang
a. Mendeskripsikan dan membandingkan kondisi hutan mangrove yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang b. Menginformasikan strategi pengelolaan mangrove di wilayah Kabupaten Deli Serdang
a. b.
c. d.
e. f.
meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove. Vegetasi hutan mangrove yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang telah mengalami kerusakan Jenis vegetasi yang mendominasi hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang adalah Avicennia marina diikuiti oleh Excoecaria agllocha dan Avicennia alba. Keanekaragaman jenis vegetasi hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang tergolong rendah Luas penutupan yajuk tertinggi terdapat pada hutan mangrove Desa Karang Gading (78,99%0 dan yang terendah terdapat di Desa Rugemuk (26,43%) dan Desa Paluh Sibaji (20,58%) Ketebalan vegetasi mangrove yang baik terdapat di Desa Paluh Kurau dan Desa Tanjung Rejo. Salinitas tanah pada Desa Denai kuala, Desa Rugemuk, Desa Sei Tuan, Desa Bagan Serdang tergolong rendah. Pada Desa Paluh Sibaji, Desa Percut, dan Desa Tanjung tergolong sedang, pada Desa Paluh Kurau dan desa Karang Gading salinitasnya tergolong tinggi.
9