BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan bicara. Dua orang yang terlibat dalam percakapan tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya memberikan informasi sedangkan seorang pendengar perannya mendengarkan dan menanggapi informasi yang diberikan oleh pembicara. Di dalam ilmu pragmatik terdapat beberapa prinsip di dalam percakapan. Prinsip-prinsip tersebut adalah cooperative principles (prinsip kerjasama). Saat kita melakukan percakapan, kita akan mematuhi prinsip-prinsip tersebut agar kita bisa mengerti tujuan dari percakapan tersebut, namun ada kalanya saat maksud dari suatu percakapan tidak dapat dimengerti dengan baik karena salah satu pembicara melanggar prinsip tersebut. Pelanggaran maksim tersebut bisa terjadi ketika pembicara ataupun pendengar melakukan kebohongan atau tidak bisa membuktikan kebenaran dalam ujarannya, memberikan informasi yang berlebih atau kurang, memberikan respon yang tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan, dan memberikan respon yang ambigu atau memiliki lebih dari satu makna. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang pelanggaran maksim (prinsip kerjasama) yang terjadi di dalam percakapan. Menurut Grice (1975) “when we 1
2
communicate we assume, without realising it, that we, and the people we are talking to, will be conversationally cooperative – we will cooperate to achieve mutual conversational end” dan di dalam maksim (prinsip kerjasama) terdapat empat pelanggaran, yaitu pelanggaran maxim of quality, maxim of quantity, maxim of relation, dan yang terakhir adalah maxim of manner. Data yang dipakai dalam penelitian ini diambil pada naskah film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein. Terkait dengan pelanggaran maksim yang terjadi dalam naskah film, sebuah konteks menjadi sebuah faktor yang bisa menunjukkan adanya pelanggaran maksim. Menurut Cutting (2002) terdapat tiga jenis konteks, yaitu situational context, background knowledge context, dan co-textual context. Background knowledge context dibagi menjadi dua bagian, yaitu: cultural context dan interpersonal context. Situational context adalah segala sesuatu yang terjadi ketika sebuah percakapan sedang berlangsung. Cultural context adalah sebuah percakapan mengenai ruang lingkup kehidupan pembicara maupun pendengar. Interpersonal context adalah ketika pembicara maupun pendengar memberikan informasi mengenai kehidupan pribadi pembicara atau orang yang dibicarakan. Co-Textual context adalah ketika pembicara maupun pendengar mengetahui apa atau siapa yang mereka bicarakan. Penulis menganalisis pelanggaran maksim karena pelanggaran maksim merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk dianalisis dan orang-orang perlu mengetahui pentingnya prinsip kerjasama dalam sebuah percakapan untuk
3
memperoleh tujuan dari percakapan yang mereka lakukan dan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman
dengan
lawan
bicaranya.
Penulis
juga
menganalisis dalam konteks apa pelanggaran maksim dilakukan pada percakapan karena sebuah konteks bisa menjadi sebuah faktor yang akan membuat para pembaca lebih memahami tentang pelanggaran maksim dalam sebuah percakapan. Lalu, penulis mengambil data dari film yang berjudul Valentine’s Day karena film Valentine’s Day memiliki kecenderungan kemunculan pelanggaran maksim cukup besar sehingga data yang diperoleh akan cukup banyak untuk memahami pelanggaran maksim pada sebuah percakapan. Oleh karena itu, penulis memilih judul “Pelanggaran Maksim Prinsip Kerjasama pada Film Valentine’s Day: Kajian Pragmatik” sebagai judul penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1.
Jenis pelanggaran maksim apa sajakah yang terjadi pada film Valentine’s Day?
2.
Dalam konteks apa pelanggaran maksim terjadi pada film tersebut?
1.3 Batasan Masalah Penulis memberikan batasan masalah dalam proses penyusunan skripsi ini terutama pada kajian pragmatik, batasan masalah itu meliputi jenis pelanggaran
4
maksim yang terdapat pada film Valentine’s Day. Oleh sebab itu, penulis hanya akan membahas tentang pelanggaran maksim dalam film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein dan dalam konteks apa pelanggaran maksim tersebut terjadi.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan-tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menjelaskan jenis pelanggaran maksim yang terdapat dalam film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein.
2.
Menjelaskan konteks terjadinya pelanggaran maksim pada film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis ataupun
pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelanggaran maksim dengan mengumpulkan berbagai data kemudian di proses dan dianalisis berdasarkan teori untuk memperoleh suatu kesimpulan yang pasti dalam film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein.
1.5 Objek dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian
5
ini penulis menggunakan metode deskriptif karena penulis mengumpulkan data pelanggaran maksim apa sajakah yang terjadi dalam film Valentine’s Day serta dalam konteks apa sajakah pelanggaran tersebut terjadi pada film karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein tersebut. Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk memperoleh data, yaitu pertama-tama penulis menonton film Valentine’s day, setelah itu mencari transkrip
teks
percakapan
dari
film
Valentine’s
Day
di
internet
(http://subscene.com./subtitles/valentines-day-valentines-day/english/616969) lalu memilah-milah percakapan yang melanggar prinsip kerjasama dan membuatnya menjadi bagan lampiran. Lalu tahap akhir yang penulis lakukan adalah menganalisis data yang sudah terkumpul di lampiran menjadi sebuah analisis data yang lebih mendalam.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan agar penulisan dapat dilakukan secara runtut dan sistematis. adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas empat bab. Keempat bab itu adalah sebagai berikut. Dalam bab I penulis membahas latar belakang masalah, batasan masalah, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam bab II kajian pustaka, penulis membahas kajian pustaka berisi landasan teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis data, yaitu
6
pragmatik, tindak tutur, prinsip kerjasama, macam-macam maksim, pelanggaran maksim, dan konteks. Dalam bab III analisis data, penulis menganalisis data yang diambil dari transkrip percakapan dari film Valentine’s Day karya Katherine Fugate, Abby Kohn, dan Marc Silverstein. Dari transkrip film tersebut penulis mengambil tiga puluh delapan data. Dalam bab IV berisi tentang penelitian yang berisi kesimpulan dari analisis bab III. Pada bab ini juga berisikan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian ini.