BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Terjadinya akselerasi perubahan pada era globalisasi ini, sedikitnya mampu membuka mata untuk melihat fenomena kemandegan dunia pendidikan. Harus diakui bahwa dunia pendidikan masih diselimti mendung dan aneka problematika yang belum terurai dari masa ke masa. Diantara problematika dan indikator kemandegan yang selama ini menghantui pendidikan adalah dalam hal menerapkan metode dalam proses pembelajaran yang tidak efektif dan bahkan mengalami stagnasi, sebagaimana persoalanpersoalan yang selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang menndukung proses, materi pembelajaran yang tidak progresif, dan kurag kreatifnya guru dalam menggali metode sehingga menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Dari fenomena diatas semakin jelas bahwa diantara tantangan pendidikan yang perlu dicarikan alternatif jalan keluarnya adalah persoalan metode. Mengingat dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransferilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Sebuah maqolah mengatakan:
1
2
َ) 'د ِة+-ْ ا/ َ 0ِ 21 ّأ َه7ُ 8َ 9ْ :ِ ; ' -ا (Metode jauh lebih penting dibanding materi) Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswsa. Karenanya penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya kesalahan dalam menerapkan metode akan berakibat fatal.1 Oleh karena itu guru hendaknya menerapkan metode yang membuat suasana kelas menjadi lebih hidup sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berbunyi “ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenanngkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.2 Istilah ini biasa disebut dengan pembelajaran PAKEM. Merode tersebut sangat cocok untuk diterapkan pada semua mata pelajaran. Salah satunya mata pelajaran Bahasa Indonesia karena mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Denngan demikian diperlukan standar kompetensi dan metode yang memadai
1 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan) ( Semarang: Rasail Media Group, 2008), 2. 2 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), 164.
3
dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, sebagai media pengembangan ilmu dan alat pemersatu bangsa.3 Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, bahwasanya lembaga Madrasah
Ibtidaiyah
(MI)
Mayak
Tonatan
Ponorogo,
menerapkan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam proses belajar mengajar di kelas V yang diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia karena kemampuan peserta didik dalam menerima materi dalam proses belajar mengajar di kelas berbeda-beda. Keberagaman tersebut mempengaruhi proses pengelolaan belajar mengajar ataupun pengondisian kelas. Terlebih kelas V yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda. Hal ini yang menjadi sebab MI Mayak Tonatan Ponorogo menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).4 Berangkat dari fenomena di atas penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehubungan dengan hal ini mendorong
penulis
untuk
mengadakan
penelitian
dengan
judul
“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA'ARIF MAYAK TONATAN PONOROGO TAHUN AJARAN 2008-2009”. 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (Direktorat Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, 2007), 103. 4 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MI Mayak tanggal 15 Februari jan 09.0009.30 WIB.
4
B. Fokus Penelitian Untuk membatasi wilayah yang teliti agar tidak terlalu melebar, danberdasarkan atas fenomena yang terjadi di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Poorogo, maka penulis memfokusakn penelitian ini hanya pada: 1. Persiapan guru sebelum mengajar Bahasa Indonesia kelas V, dengan menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 3. Faktor penghambat dan pendukung dalam pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 4. Perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM).
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persiapan guru sebelum mengajar Bahasa Indonesia kelas V dengan menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAKEM) di MI Ma'arif Mayak,Tonatan, Ponorogo?
dan
5
2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Ma'arif Mayak, Tonatan Ponorogo? 4. Bagaimana perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAKEM) ?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persiapan guru sebelum Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenagkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak,Tonatan, Ponorogo. 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat
dalam
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
6
MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang Bahasa Indonesia, khususnya tantang penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan kepada pihak sekolah yang diteliti, semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berharga dalam menerapkan srtategi-strategi pembelajaran yang lebih inovatif, serta sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakandan dan bahan pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. b. Sebagai masukan bagi guru Bahasa Indonesia agar terus meningkatkan pengajaran
dengan
pembelajaran
PAKEM
sehingga
dapat
menghantarkan peserta didik yang berkualitas dan agar setiap anak didik menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
7
c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidana pembelajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan teknikteknik yang baik, khususnya dalam membuat karya ilmiah. Selain itu juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang sangat esensial.5 Penelitian ini ditujukan untuk mendiskripsika dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,pemikiran orang serta individual maupun kelompok.6 Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu diskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), 3. 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 60.
8
melatarbelakangi timbulnya variabel tersebut.7 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti merupakan instrumen penting dalam penelitian kualitatif. Ciri khas penilaian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Agama, yang berlokasi di Jalan Sekar Harum Mayak Tonatan Ponorogo. Pemilihan lembaga ini karena ada keunikan dan kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih, yakni menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam kegiatan belajar mengajar, serta belum ada yang meneliti tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efetif, dan Menyenangkan (PAKEM). Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain.9
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 314. 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. 9 Ibid., 112.
9
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manusia, yang meliputi kepala sekolah, guru Bahasa Indonesia, dan siswa-siswi MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo serta semua pihak yang terkait dengan penelitian ini. b. Non manusia, yang meliputi dokumen dan semua buku-buku yang relevan. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode yang relevan, yaitu: a. Teknik Wawancara atau Interview Wawancara atau interview merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topikk tertentu.10 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada: 1) Kepala sekolah, yaitu untuk memperoleh informasi tentang persiapan,
pelaksanaan
dan
faktor
pendukung
dan
faktor
penghambat pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). 2) Pihak kurikulum, untuk memperoleh data tentang persiapan pelaksanaan
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAKEM), pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan faktor pendukung dan penghambat Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 317
10
dan Menyenangkan (PAKEM). 3) Guru Bahasa Indonesia kelas V, untuk memperoleh informasi tentang persiapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan faktor pendukung dan penghambat Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), pada mata pelajaran kelas V MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo. b. Teknik Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian11 Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatatif. Dalam penelitian di lapangan dia membuat “catatan” setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”.12 c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, noutlen rapat, agenda dan sebagainya.13Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai visi, misi, dan 11 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 1996), 77. 12 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 163-164. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi Revisi V ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 236.
11
tujuan MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo, tentang sejarah MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo, kemudian letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, dan keadaan siswa serta sarana dan prasarana. 6. Analisa Data Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.14 Miles dan Huberman menemukan bahwa aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisa data, meliputi data reduction, data display, dan conclusion.15 Langkah-langkah analisa ditunjukkan pada gambar berikut: Pengumpula n data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulankesimpulan:
14 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 334. 15 Miles, Matthew dan Huberman, A.Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), 20.
12
Keterangan:16 a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network, dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan,dan kepastian.
Masing-masing
kriteria
tersebut
menggunakan
teknik
pemeriksaan sendiri-sendiri.Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan atau diskusi sejawat, kecukupan
16 Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2008, 54-55.
13
refrensi, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota.17 Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan
menyediakan
lingkup,
maka
ketekunan
pengamatan
menyediakan kedalaman.18 Sedangkan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.19 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi, dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil 17 Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, 188. 18 Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo,56. 19 Ibid.
14
mengumpulkan data kemudian dicatat dengan cermat, menulis peristiwa-peristiwa yang diamati kemudian menganalisa data lapangan secara intensif yang dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai. c. Tahap analisis data, tahap ini dilakukan oleh penulis beriringan dengan tahap pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara, serta data tertulis untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif, dan selanjutnya dipaparkan dalam bentuk naratif. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini maka penulis susun sistematika pembahasan yang dibagi dalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan erat dan merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: Bab I
Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Kajian teoritis tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dan Bahasa Indonesia. Pada bab ini merupakan
landasan teori yang pertama Sejarah Perkembangan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
15
Menyenangkan (PAKEM), Tujuan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efetif, dan Menyenangkan (PAKEM), Landasan Yuridis Formal pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Pembahasan ke dua tentang Bahasa Indonesia, meliputi Pengertian Bahasa Indonesia, Kedudukan Bahasa Indonesia, Fungsi Bahasa Indonesia, Ruang Lingkup Bahasa Indonesia, Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia, Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia, Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan PAKEM, dan Prestasi Belajar yang meliputi Pengertian dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Bab III Berisi tentang penyajian data yang meliputi paparan data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri visi, misi, tujuan dan motto MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo, sejarah singkat berdirinya MI Ma'arif Mayak, Tonatan, Ponorogo, kemudian letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, keadaan guru dan murid serta program rencana strategis madrasah, dan paparan data khusus yang terdiri dari data tentang persiapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), faktor penghambat dan pendukung Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti kegiatan
16
pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Bab IV Berisi tentang analisis data tentang persiapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), analisis data tentang pelaksanaan Pembelajaran, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM), analisis data tentang faktor penghambat dan pendukung dilaksanakanya
Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan (PAKEM), dan analisis data tentang perubahan prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Bab V Penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi, yang berisi dari kesimpulan dan saran.
17
BAB II PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 1. Sejarah Perkembangan PAKEM Awal mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999 dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif, dan Menyenangkan). Namun seiring dengan perkembangan MBS di Indonesia pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Namun demikian jika dicermati dalam modul-modul pelatihan PAKEM, landasanlandasan teori yang digunakan di dalamnya pada hakekatnya adalah mengambil dari teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif. Pendekatan
belajar
siswa
aktif
sebenarnya
sudah
sejak
lama
dikembangkan. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakekat belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman maupun
18
keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. 20 2. Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Secara substantif dan teoritik PAKEM dapat diartikan bahwa model pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang diinginkan dalam implementasi KTSP di dalam kelas.21 Selain pengertian di atas ada beberapa pengertian lagi tentang PAKEM yaitu: “A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers”. (BEST, 2001). Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa atau siswi untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan.22 PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
20
Sunartomb. 25 Desember 2008: PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan http://sunartombs.wordpress.com/2008/12/25/pakemMenyenangkan), (On Line), pembelajaran-aktif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/, diakses 3 Pebruari 2009. 21 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP) Direktorat Pendidikan Islam, Direktorat Jenderal Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2008), 155. 22 www.mbs-sd.org/isi.php?id=39-15K.
19
Efektif, dan Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang harus dibatasi dari imajinasi guru.23 Berikut ini adalah masing-masing makna dari kata PAKEM. a. Pembelajaran Pembelajaran merupakan aktifitas yang melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning).24 Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Ahmad Sabri, bahwa dua konsep tersebut (belajar dan mengajar) menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadinya interaksi guru-siswa, pada saat pengajaran berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pembelajaran maka inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.25 Sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, 23
Ibid. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan) (Semarang: Rasail Media Group, 2008),2. 25 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 33. 24
20
internal, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audi dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.26 b. Pembelajaran Aktif Beberapa definisi tentang belajar aktif di antaranya adalah: (Meyers dan Jones, 1993) mengatakan belajar aktif meliputi pemberian kesempatan kepada pembelajar untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca, dan merefleksi materi, gagasan, isi dan konsen materi akademik.27 (Paulon dan Faust) mengatakan belajar aktif secara sederhana merupakan segala yang dilakukan pembelajar selain hanya menjadi pendengar pasif ceramah dari pengajar. Hal ini meliputi segala sesuatu dari latihan mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar yang mereka dengar, latihan menulis pendek dalam menanggapi materi dari pengajar sampai dengan latihan kelompok yang kompleks untuk menerapkan bahan kuliah dalam situasi 26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 57. Materi Workshop PAKEM IA Bab Pembelajaran Aktif (Guru Kelas Awal) (Surabaya: LAPIS (Learning Assistance For Islamic School), 2008), 1. 27
21
kehidupan nyata atau pada permasalahan yang baru.28 Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
aktif
adalah
pembelajaran
yang
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran aktif dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa: 1) pada dasarnya belajar merupakan proses aktif dan, 2) seseorang memiliki cara yang berbeda dengan orang lain. Definisi yang lain mengatakan bahwa pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan
kompetensinya. Selain itu belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri. Model pendekatan ini hampir tidak jauh berbeda dengan
model
pembelajaran
self
discovery
learning
yakni
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan peserta didik. Pembelajaran ini meniscayakan adanya minimalisasi peran
28
Ibid.
22
guru di kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Peserta didiklah yang banyak berperan dalam proses pembelajaran tersebut dan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan saja.29 Istilah aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperi bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilanketerampilan baru.30 Proses belajar dapat dikatakan active learning dengan mengandung:31 1) Komitmen (keterlekatan pada tugas) Berarti
materi,
metode
dan
strategi
pembelajaran
bermanfaat untuk siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan 29
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP)), 155-156. 30 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), 46. 31 Gurupkn.wordpress.com/2008/04/26/metodologi-pakem/-48k.
23
siswa (relevant) dan bersifat pribadi (personal). 2) Tanggung jawab (responsibility) Merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis, guru lebih banyak mendengar daripada bicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri. 3) Motivasi Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dengan lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan, lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa (student centred approach), guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam
ember,
tetapi
menghidupkan
api yang
menerangi
sekelilingnya, dan bersikap positif kepada siswa. Active learning bisa dibangun oleh seorang guru yang gembira, tekun dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide baru dan saran dari siswa atau orang tuanya atau masyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara individual, dan mengikuti perkembangan pengetahuan.
24
c. Pembelajaran Kreatif Rogers menekankan (1962) bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi,
dorongan
untuk
berkembang
dan
menjadi
matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.32 Clark Moustakis (1967), psikolog humanistik lain yang terkemuka, menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.33 Gagasan populer yang lain dari kreativitas adalah bahwa ia merupakan proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Sebaliknya, kreativitas mencakup jenis pemikiran spesifik, yang disebut Guilford “pemikiran berbeda” (divergent thinking). Menurut Guilford, pemikiran berbeda menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya dan mencari variasi. Ia melampaui apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah, bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Hal ini berbeda dari “pemikiran selaras” (convergent thinking) yang 32
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), 18. 33 Ibid.
25
mengikuti jalur konvensional di mana pemikir menggunakan informasi yang tersedia untuk sampai pada kesimpulan yang mengarah ke satu jawaban yang benar, sebuah jawaban yang serupa dengan yang akan dicapai orang lain.34 Pembelajaran ini merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif misalnya kerja kelompok, pemecahan problem dan sebagainya. Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreativitas baik dalam konteks kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berpikir kreatif selalu berawal dari berpikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Berpikir
kreatif
harus
dikembangkan
dalam
proses
pembelajaran agar peserta didik terbiasa dengan kreativitas. Terdapat 4 tahap dalam peningkatan kebiasaan kreatif yakni: 1) Persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji.
34
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), 3.
26
2) Inkubasi yakni suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. 3) Iluminasi yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional. 4) Verikasi yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi. Dengan demikian kreatif dalam hal ini adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru.35 Definisi yang lain mengatakan bahwa pembelajaran kreatif adalah
kemampuan
untuk
menciptakan,
mengimajinasikan,
melakukan, inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk mesimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan
35
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP)), 156.
27
keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.36 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Berdasarkan
survei
kepustakaan
oleh
Supriadi
(1985)
mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif yaitu: (1) terbuka terhadap pengalaman baru, (2) fleksibel dalam berfikir dan merespons; (3) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan; (4) menghargai fantasi; (5) tertarik kepada kegiatan-kegiatan kreatif; (6) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; (7) mempunyai rasa ingin tahu yang besar; (8) toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (9) berani mengambil risiko yang diperhitungkan; (10) percaya diri dan mandiri; (11) memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas; (12) tekun dan tidak mudah bosan; (13) tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah; (14) kaya akan inisiatif; (15) peka terhadap situasi lingkungan; (16) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu; (17) memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik; (18) tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistik dan mengandung teka-teki; (19) memiliki gagasan yang orisinal; (20) mempunyai minat yang luas; (21) menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri; (22) kritis terhadap pendapat orang lain; (23) senang mengajukan pertanyaan yang baik, dan (24) memiliki 36
Gurupkn.wordpress.com/2008/04/26/metodologi-pakem/-48k.
28
kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi. Sedangkan Kirton (1976) membedakan ciri kepribadian kreatif ke dalam dua gaya berfikir: adaptors dan innovators. Kedua gaya tersebut merupakan pendekatan dalam menghadapi perubahan. Adaptors mencoba membuat sesuatu lebih baik, menggunakannya, ada yang menggunakan metode, nilai, kebijakan, dan prosedur. Mereka percaya pada standard dan konsensus yang diterima sebagai petunjuk dalam pengembangan dan implementasi ide-ide baru. Sedangkan innovators suka merekonstruksi masalah, berpikir. Mencermati pandangan pertama, yang mengartikan kreativitas sebagai kemampuan, maka yang dimaksud kemampuan di sini adalah kemampuan menggunakan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dilandasi oleh fakta dan informasi yang akurat dalam memecahkan atau mengatasi suatu masalah, dengan demikian kreativitas dalam pengertian kemampuan hanya mencakup dimensi kognitif. Ciri-ciri kreativitas tersebut belum sepenuhnya menjadi tolok ukur seseorang dapat disebut kreatif. Ciri lain yang harus dikembangkan yaitu ciri afektif menyangkut sikap dan perasaaan seseorang, antara lain motivasi untuk berbuat sesuatu.37 d. Pembelajaran yang efektif (effective learning) Pembelajaran ini dikatakan efektif karena peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi 37
Ibid.
29
berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jika guru melibatkan peserta didik dalam merencanakan dan proses pembelajaran. Peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dan tidak ada peserta didik yang tertinggal, sehingga suasana kelas betul-betul kondusif, karena melibatkan semua peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas.38 Istilah efektif, berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara makismal. Ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Di akhir kegiatan proses pembelajaran harus ada perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada diri peserta didik.39
e. Pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik dengan tanpa ada perasaan tertekan. Dengan kata lain pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri
38 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP)), 156-157. 39 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), 47.
30
sebagai mitra belajar peserta didik di kelas, sehingga tidak ada beban bagi peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut untuk mampu mendesain materi pembelajaran dengan
baik
serta
mengkombinasikannya
dengan
strategi
pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan aktif peserta didik di kelas seperti simulasi, game, team quiz, role playing, dan sebagainya.40 Istilah
menyenangkan
dimaksudkan
bahwa
proses
pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Di samping itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasinya semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya.41 3. Ciri-ciri PAKEM42 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan adalah suatu upaya untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas di MI. Untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang PAKEM seorang guru harus memahami terlebih dahulu ciri-ciri PAKEM. Ciri-ciri tersebut dapat diidentifikasi dari segi aktifitas siswa, pengelolaan kelas, dan proses pembelajaran. Berikut akan diidentifikasi secara lengkap untuk masing-masing bagian di atas. 40
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP)), 166. 41 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), 47. 42 Materi Workshop PAKEM IA Bab Penyelenggaraan PAKEM-Tematik (Guru Kelas Awal), 1-2.
31
a.
Aktifitas Siswa Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran PAKEM tidak terlepas dari aktifitas guru, sehingga dalam menguraikan ciri-ciri PAKEM tidak hanya dari aktifitas siswa, namun juga diidentifikasi dari sisi aktifitas guru. Aktif 1)
Siswa aktif membaca, menulis, bekerja.
2)
Siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan.
3)
Siswa aktif berbagi pengetahuan dengan siswa lain.
4)
Siswa aktif menemukan dan memecahkan masalah.
Keaktifan siswa akan tercapai apabila ditunjang oleh keaktifan guru dalam hal: 1)
Guru aktif memantau kegiatan belajar siswa.
2)
Guru aktif memberi umpan balik.
3)
Guru aktif mengajukan pertanyaan yang menantang.
4)
Guru aktif mempertanyakan gagasan siswa.
5)
Guru bersahabat dan bersifat terbuka.
6)
Guru merespon dan menghargai semua pendapat siswa.
Kreatif 1)
Siswa kreatif merancang sesuatu.
2)
Siswa kreatif menyusun sesuatu.
3)
Siswa kreatif menulis sesuatu.
4)
Siswa kreatif mengarang sesuatu.
Kreativitas siswa akan tercapai apabila ditunjang oleh kreativitas guru dalam hal: 1)
Guru kreatif mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam.
2)
Guru kreatif membuat alat bantu belajar.
3)
Guru kreatif memanfaatkan lingkungan.
4)
Guru kreatif mengelola kelas dan sumber belajar.
5)
Guru memberi kesempatan siswa untuk menghasilkan karya atau menuangkan kreativitas.
Efektif 1)
Siswa menguasai kompetensi yang diharapkan.
Efektifitas kegiatan pembelajaran akan tercapai apabila ditunjang oleh efektifitas guru dalam hal: 1)
Guru menyusun rencana pembelajaran dengan baik.
2)
Guru menyiapkan media, bahan dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran.
3)
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
4)
Guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
5)
Guru memperhatikan efisiensi waktu.
6)
Guru memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas.
32
7)
Guru memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran dengan tepat.
8)
Guru mengelola kelas dengan baik.
9)
Kelas memiliki aturan main dan kesepakatan.
Menyenangkan 1)
Siswa berani mencoba atau berbuat.
2)
Siswa berani bertanya.
3)
Siswa berani mengemukakan pendapat atau gagasan.
4)
Siswa berani mempertanyakan gagasan orang lain.
Siswa senang belajar sehingga memiliki keberanian tersebut akan dapat tercapai apabila ditunjang oleh aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1)
Guru merancang kegiatan menarik, menantang dan meningkatkan motivasi siswa.
2)
Guru merancang kegiatan pembelajaran yang membuat siswa mendapatkan pengalaman secara langsung.
3)
Guru merancang kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
b.
4)
Guru tidak membuat anak takut.
5)
Guru tampil dengan semangat, antusias dan gembira.
6)
Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
7)
Pembelajaran menyertakan humor dan dalam santai.
Pengelolaan Kelas43 Komponen lain yang mempengaruhi penyelenggaraan PAKEM adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang kondusif untuk penyelenggaraan PAKEM harus diciptakan supaya PAKEM yang direncanakan dapat diterapkan dengan baik. Pengelolaan kelas dapat dikategorikan menjadi pengelolaan kelas yang sifatnya fisik dan pengelolaan kelas yang sifatnya non fisik.
1)
Mengelola kelas yang bersifat fisik44 Pengelolaan kelas yang bersifat fisik menentukan pembelajaran. Tidak ada satu pengelolaan perkakas kelas yang ideal tetapi terdapat banyak pilihan yang dapat digunakan. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik untuk pembelajaran aktif adalah menarik dan menantang terutama jika perkakas kelas ruang ideal. Pada beberapa kasus bangku atau tempat duduk dapat diatur dengan mudah untuk membentuk berbagai penataan yang berbeda. Namun demikian, bangku atau tempat duduk yang tradisional masih dapat diatur untuk membentuk kelompok atau bentuk yang lain. Pada pengaturan bangku, murid-murid dapat diminta untuk membantu memindahkan bangku atau meja dan kursi sehingga mereka dapat berperan aktif juga. Pengelolaan fisik berkaitan dengan pengaturan perkakas kelas, seperti pengelolaan tempat duduk siswa, pajangan kelas, sudut baca, alat peraga, sumber belajar, dan sebagainya, agar pembelajaran PAKEM dapat berlangsung dengan baik. Penataan kelas dapat berupa penataan terpusat (center based) dan tempat kerja (work station). Dalam penataan terpusat ruang kelas dibagi ke dalam area
43
Ibid., 2. Materi Workshop PAKEM IA Bab Menciptakan Kelas yang Mendukung PAKEM (Guru Kelas Awal), 1-3. 44
33
subyek yang berbeda-beda seperti ruang utama, sudut baca, seni, dan sebagainya. Tempat kerja (work station) mengisyaratkan penggunaan kelas untuk kegiatan yang bersifat sementara (harian atau mingguan), misalnya untuk kegiatan kesenian. Pada umumnya penggabungan kedua penataaan ini sering dilakukan. a)
Pengelolaan tempat duduk (bangku) Berikut adalah beberapa bentuk penataan bangku yang dapat disesuaikan dengan keadaan di kelas. (1)
Bentuk U Bentuk ini merupakan bentuk yang dapat menjawab semua kebutuhan. Murid-murid memiliki bangku sebagai tempat membaca atau menulis, dapat bertatap muka dengan guru dan atau melihat media visual dengan mudah, dapat bertatap muka antara murid dengan murid. Penataan bentuk ini juga memungkinkan murid untuk berpasangan terutama jika terdapat dua kursi setiap bangku atau meja. Bentuk U juga memudahkan untuk membagikan lembaran kerja siswa atau materi lain dengan cepat karena guru dapat bergerak ke setiap murid dengan mudah. Kelemahan penataan bangku bentuk ini adalah membutuhkan ruang yang luas. Beberapa bentuk U adalah seperti diilustrasikan oleh gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 1. Bentuk U Ideal
Gambar 2. Bentuk U Mirip Setengah Lingkaran
(2)
Kelompok atau tim Bentuk ini memudahkan interaksi antar anggota dalam kelompok dan antar kelompok. Kelemahan bentuk ini adalah terdapat beberapa murid yang membelakangi papan tulis sehingga mereka harus memutar kursinya agar dapat menghadap papan tulis atau mendengarkan penjelasan guru. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkan tempat duduk sedemikian sehingga tidak ada murid yang tempat duduknya membelakangi papan tulis. Salah satu contoh bentuk kelompok adalah diilustrasikan oleh gambar 3.
34
Gambar 3. Penataan Bangku dalam Bentuk Kelompok
(3)
Bentuk Konferensi Bentuk ini lebih mudah disusun jika bangku terbentuk empat persegi. Penataan bentuk ini meminimkan peran guru dan memaksimalkan peran kelas. Bentuk persegi seperti diilustrasikan oleh gambar 4 memberikan kesan formal jika guru duduk di ujung meja.
Gambar 4. Bentuk konferensi dengan guru duduk di ujung meja
Jika guru menempati posisi di tengah dari sisi yang panjang, beberapa murid yang duduk di pojok akan mengalami kesulitan melihat guru. Ini diilustrasikan oleh gambar 5.
Gambar 5. Bentuk konferensi dengan guru duduk di tengah-tengah sisi panjang. Bentuk konferensi dapat juga dibentuk dengan menggabungkan beberapa meja sedemikian sehingga di tengah susunan meja berupa daerah kosong. Ini diilustrasikan oleh gambar 6.
Gambar 6. Bentuk konferensi dengan susunan meja sehingga di tengah kosong (4)
Bentuk lingkaran Pengaturan tempat duduk siswa tanpa bangku atau meja memungkinkan paling banyak tatap muka secara langsung antara murid dan antara guru dan murid. Bentuk lingkaran ini cocok sekali untuk diskusi seluruh kelas. Bentuk ini diilustrasikan oleh gambar 7.
35
Gambar 7. Bentuk lingkaran tanpa meja atau bangku Jika menginginkan murid-murid dapat menulis maka meja atau bangku dapat diletakkan di belakang kursi atau tempat duduk murid, sehingga mereka tinggal memutar kursi atau tempat duduknya jika ingin menulis. Ini diilustrasikan oleh gambar 8.
Gambar 8. Bentuk lingkaran dengan bangku atau meja di belakangnya
Pengelolaan pajangan kelas45
b)
Kelas yang memiliki pajangan akan mendukung pelaksanaan PAKEM. Pajangan kelas dikelola dengan memperhatikan beberapa hal berikut: (1)
Pajangan dipasang pada tempat yang mudah dibaca oleh anak (tidak terlalu tinggi).
(2)
Pekerjaan anak hendaknya dipajangkan secara individual sehingga dapat dikenali dengan mudah, tidak bercampur dengan yang lain, atau tidak dalam bendelan.
(3)
Yang dipajangkan hendaknya dalam keadaan bersih, rapi, dan menarik.
(4)
Materi yang dipajangkan dapat ditempelkan pada dinding, digantungkan pada langitlangit ruangan, digantungkan pada tali atau kawat yang dibentangkan dari dinding samping kanan ke dinding samping kiri kelas atau diatur pada meja pamer.
45
Ibid., 7.
36
(5)
Pajangan diganti apabila sudah tidak menarik lagi atau menjadi kotor.
(6)
Materi yang dapat dipajangkan (a)
Hasil karya siswa (1)
Tulisan anak seperti cerita, karangan, puisi, laporan, buku yang dibuat oleh anak, model, grafik, gambar, dan hasil kerajinan atau kesenian.
(2)
Hasil pekerjaan anak yang menunjukkan ada unsur kreatifitas dan menarik untuk dilihat dan dibaca hendaknya dipajangkan.
(3)
Contoh-contoh hasil karya anak yang baik untuk dipajangkan.
(4)
Kadang-kadang hasil kerja anak yang lambat (slow leamer) perlu dipajangkan untuk memotivasi mereka.
(b)
Bahan cetak (1)
Gambar, chart, diagram, dan benda-benda yang relevan dengan kegiatan yang sedang dibahas di kelas.
(2)
Buku untuk anak yang harus dibaca dan dilihat.
(3)
Bahan, sumber belajar dan peralatan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar.
c)
Pengelolaan alat peraga Agar pelaksanaan PAKEM berjalan lancar, kelas perlu memiliki alat peraga yang memadai. Alat peraga tidak harus dibeli tetapi dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana. Guru dan siswa dapat bekerja bersama untuk membuat alat peraga. Beberapa hal yang terkait dengan pengelolaan alat peraga: 1)
Berusaha untuk membuat alat peraga sebanyak mungkin terutama untuk hal-hal yang abstrak. Alat peraga dapat dibuat dari bahan bekas atau sederhana.
2)
Alat peraga diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau siswa tetapi tetap aman.
3)
Alat peraga diupayakan sering digunakan, di samping untuk meningkatkan kualitas pembelajaran juga meningkatkan apresiasi siswa terhadap alat peraga.
4)
d)
Aturan penggunaan alat peraga perlu dibuat dan ditaati.
Pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas Kelas perlu menyediakan banyak sumber belajar, seperti buku, majalah, koran dan sebagainya baik baru maupun bekas (lama). Guru dan siswa dapat mengumpulkan sumber belajar ini dengan berbagai cara, seperti siswa membawa buku, majalah dan sebagainya yang sudah tidak dipergunakan, meminta pada paguyuban kelas atau masyarakat untuk menyumbangkan buku, majalah atau koran dan sebagainya. Untuk merangsang siswa membaca buku, kegiatan seperti membaca dalam hati selama 10 menit sebelum kelas dimulai di pagi hari, meminta siswa menceritakan kembali isi bacaan dan sebagainya perlu digalakkan. Perlu juga dibuat aturan pemakaian dan pengembalian buku ke tempat semula setelah memakainya.
37
e)
Pengelolaan alat bantu belajar Kelas perlu menyediakan banyak alat belajar lain, seperti jenis-jenis biji tanaman, berbagai jenis batuan dan sebagainya yang dapat menunjang kegiatan PAKEM di kelas.
2)
Mengelola kelas yang bersifat non fisik46 Kelas yang bersifat non fisik yang mendukung PAKEM dapat dilakukan dengan cara berikut ini. a)
Menjalin hubungan baik dengan siswa Hubungan baik dengan siswa dapat terbentuk bila guru membangun rasa percaya kepada siswa dan menghargai siswa sehingga merasa mampu, kompeten dan mendorong kreativitas. Caranya dengan:
b)
(1)
Menunjukkan rasa tertarik kepada siswa sebagai seorang individu.
(2)
Memberikan feedback pada kemajuan yang dicapai setiap individu.
(3)
Secara terbuka menggali gagasan dan pendapat siswa.
(4)
Menghargai pendapat dan jawaban siswa.
(5)
Tertawa bersama siswa bukan menertawakan siswa.
(6)
Bekerja dengan siswa sebagai anggota tim kelas.
(7)
Menunjukkan rasa gembira yang sungguh-sungguh bila siswa berhasil.
Menyeimbangkan pujian dan kritik Pujian yang tulus, diberikan secara tepat, dapat memudahkan siswa untuk menerima kritik. Caranya antara lain: (1)
Menggunakan variasi pujian verbal dan non verbal.
(2)
Menunjukkan pujian tersebut untuk pencapaian yang spesifik tertentu.
(3)
Diberikan sebagai penghargaan terhadap usaha keras siswa mengerjakan kegiatan atau tugas sulit.
(4) c)
Menekankan keberhasilan sebagai hasil upaya keras.
Membangun energi kelas Apakah energi kelas itu? (1)
Aura kreativitas yang ditimbulkan karena adanya interaksi antara siswa.
(2)
Energi kelas mendorong siswa untuk berusaha mencapai hasil yang lebih tinggi
Bagaimana cara menimbulkan energi kelas?
d)
(1)
Memberikan bimbingan dan kepemimpinan yang tegas.
(2)
Persiapan mengajar yang baik.
(3)
Selalu berfikiran positif dan gembira.
Menciptakan disiplin kelas Beberapa petunjuk: (1)
46
Ibid., 8.
Raihlah rasa hormat dari siswa dengan cara memperlakukan siswa secara adil.
38
(2)
Nyatakan secara eksplisit perilaku yang diharapkan (cara menjawab pertanyaan guru, cara berbicara, cara bekerja kelompok, cara menghargai teman dan lain-lain).
c.
(3)
Tegas tapi hangat dalam menangani pelanggaran.
(4)
Tetap menjaga kehormatan siswa.
(5)
Selesaikan masalah disiplin di luar kelas.
(6)
Cari akar masalah bukan mengobati gejalanya.
Pengelolaan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan.47 Dalam pengelolaan proses pembelajaran tentunya sebelumnya ada persiapan kemudian baru pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 1) Persiapan guru sebelum pelaksanaan proses pembelajaran Seorang
guru
harus
memiliki
kemampuan
dalam
merencanakan pembelajaran, karena yang direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah dicapai. Dengan demikian seorang guru sebelum mengajar hendaknya merencanakan terlebih dahulu program pembelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan atau yang
lebih
dikenal
rencana
pembelajaran
atau
Satuan
Pembelajaran (SP). Sekarang yang lebih populer adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).48 Rencana pelaksanaan pembelajaran ini dibuat oleh guru untuk setiap kali pertemuan atau bisa juga untuk 4-5 kali 47 48
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas…, 114. Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar…, 119.
39
pertemuan sekaligus yang terpenting RPP tersebut harus memuat 5 unsur.49 a) Tujuan instruksional. b) Bahan pembelajaran. c) Kegiatan belajar. d) Metode dan alat bantu. e) Evaluasi atau penilaian. Dalam penerapan pembelajaran PAKEM seorang guru harus menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.50 Faktor menumbuhkan pembelajaran efektif salah satunya adalah motivasi dari seorang guru, tanpa motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif.51 Ada beberapa perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa, di antaranya:52 a) Mempersiapkan untuk menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
49
Ibid., 119-120. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2008), 158-159. 51 Ibid., 153. 52 Ibid. 50
40
b) Merencanakan dan memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. c) Memberikan sasaran akhir belajar, adalah lulus ujian atau naik kelas. d) Memberi kesempatan untuk sukses. e) Diciptakan suasana yang menyenangkan, suasana belajar yang hangat berisi persahabatan. Ada rasa humor, mengaku akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motivasi. f) Adakan persaingan sehat, persaingan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persiapan seorang guru sebelum pelaksaaan proses pembelajaran adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan guru itu harus memotivasi siswa supaya kegiatan pembelajaran menjadi efektif, maka dari itu guru juga harus aktif dan kreatif agar dapat meracik rancangan pembelajaran dengan bagus. Perbedaan antara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAKEM dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) non PAKEM. Pada dasarnya RPP PAKEM dan RPP non PAKEM di dalamnya memuat: a) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan. b) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
41
c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara kongkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup). e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. f) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian). Hal tersebut di atas juga berdasarkan para Peraturan Pemerintah Pasal 20 tahun 2005 yang menyatakan: “Perencanaan proses pembelajaran melipui silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Perbedaan antara keduanya terletak pada: a) Penulisan pembagian waktu. Kalau RPP PAKEM pembagian waktu ditulis pada tiap proses kegiatan pembelajaran tapi
42
kalau non PAKEM penulisan pembagian waktu hanya ditulis pada kolom kegiatan pembukaan, inti, dan penutup. b) Kalau RPP PAKEM ditulis dalam bentuk kolom-kolom tapi kalau RPP non PAKEM penulisannya ada yang ditulis dalam bentuk kolom dan ada juga yang tidak. Untuk memperkuat data tentang perbedaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PAKEM dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) non PAKEM dapat dilihat dalam lampiran 1 dan lampiran 2.
2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Artinya merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.53 Menurut Syaiful Sagala dalam bukunya konsep dan makna pembelajaran untuk memecahkan problematika belajar dan mengajar, mengatakan secara umum ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar, yaitu:54 1) tahap permulaan (pra instruksional), 2) tahap pengajaran (instruksional), dan 3) tahap penilaian dan tindak lanjut. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Ahmad 53 54
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar…, 120. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran…, 225-226.
43
Sabri, tahap-tahap yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Tahap pra instruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran, meliputi: (1) Menanyakan kehadiran siswa. (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai tentang materi pelajaran yang lalu. (3) Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas. (4) Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan. b) Tahap pra instruksional, yaitu tahap pemberian bahan pelajaran, meliputi: (1) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. (2) Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas. (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan. (4) Memberikan contoh kongkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas. (5) Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa. (6) Menyimpulkan hasil bahasan.
44
c) Tahap evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, di antaranya: (1) Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. (2) Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya. (3) Memberi tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang telah dibahas. (4) Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%) maka guru harus mengulang pelajaran.55 Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat pelaksanaan pengajaran, jika satu tahapan ditinggalkan maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran. 4. Tujuan Pembelajaran PAKEM Secara umum tujuan penerapan PAKEM adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan. Model ini merupakan salah satu alternatif solusi untuk menciptakan lulusan yang berkualitas, kompetitif dan unggul.56 a. Tujuan kegiatan pembelajaran 55
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar…, 120-121. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Project (MEDP), 155. 56
45
Kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Masing-masing tahap memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda. Kegiatan awal bertujuan untuk: 1) Mengaitkan kompetensi yang akan dicapai dengan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 2) Menarik dan memotivasi siswa terhadap pelajaran. 3) Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. 4) Mengantarkan siswa agar siap menerima pelajaran baru. Secara rinci kegiatan awal bertujuan untuk: 1) Membangun kebersamaan atau keakraban melalui salam. 2) Menyiapkan mental melalui do’a. 3) Memeriksa kehadiran anak. 4) Menanyakan kabar atau kesehatan anak. 5) Memeriksa kebersihan anggota badan anak. 6) Memeriksa kelengkapan alat tulis anak. 7) Membangun kesepakatan (ketertiban dan kedisiplinan). 8) Membangkitkan motivasi menjadi terbaik dalam pelajaran pada anak. 9) Menciptakan ketertarikan anak mempelajari pelajaran baru dengan menyajikan fenomena atau fakta yang menakjubkan. 10) Membangkitkan keingintahuan anak untuk menggali informasi lebih lanjut.
46
11) Membangkitkan keberanian dengan kegiatan ringan. 12) Membangun ketertarikan dengan pengajuan pertanyaan yang menantang pada anak. 13) Mereviu pelajaran yang lalu. 14) Menggali pengetahuan awal siswa tentang pelajaran baru. 15) Menciptakan konflik kognitif anak dengan penyajian fenomena atau hal yang akan dipelajari dengan pengetahuan anak. 16) Mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal anak. 17) Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak. 18) Mendemonstrasikan sesuatu untuk mengantarkan anak siap dengan pelajaran baru. 19) Menyampaikan tema pembelajaran secara tidak langsung. 20) Menyampaikan tujuan belajar pada pelajaran baru (secara eksplisit sesuai dengan kemampuan anak). 21) Menunjukkan manfaat pelajaran. 22) Menyampaikan apa yang akan dipelajari. 23) Menyampaikan langkah kegiatan yang ditempuh. 24) Menyampaikan apa yang perlu dilakukan anak untuk mengikuti kegiatan pelajaran. Tujuan utama kegiatan inti adalah agar: 1) Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Siswa membangun konsep dalam pelajaran secara mandiri. 3) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
47
Secara rinci kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Menjelaskan konsep agar anak mampu membangun konsep secara mandiri. 2) Mempertahankan motivasi anak yang telah dibangun pada kegiatan awal. 3) Menciptakan pengelolaan kegiatan agar anak mencapai KD atau indikator ketercapaian belajar secara mandiri. 4) Mendemonstrasikan kegiatan atau cara yang mempertajam pemahaman anak. 5) Membangun
pelibatan
anak
secara
aktif
dalam
proses
pembelajaran. 6) Menggiring ke pemahaman yang bertahap kepada anak melalui pertanyaan yang tepat. 7) Mempertahankan kemauan anak belajar dengan respon jawaban atau perilaku yang tepat. 8) Mempertahankan konsentrasi anak dengan berbagai variasi pembelajaran. 9) Memfasilitasi anak untuk memahami konsep dengan berbagai metode pembelajaran. 10) Menciptakan kelas agar mendukung pencapaian indikator atau KD. 11) Memastikan bahwa setiap anak belajar.
48
12) Memastikan bahwa setiap anak mencapai indikator yang ditetapkan. 13) Memfasilitasi anak untuk memahami konsep dengan berbagai media pembelajaran. 14) Menciptakan suasana yang mendukung pengembangan kreativitas anak dengan pajangan. 15) Membangun atmosfer yang menyenangkan bagi anak untuk belajar baik berupa nyanyian atau yel-yel. 16) Membangun kebanggaan anak dengan penghargaan. 17) Merayakan keberhasilan kelas dengan cara-cara yang menarik.
18) Membangun atmosfer yang menyenangkan bagi anak untuk belajar baik berupa nyanyian atau yel-yel. 19) Menguatkan materi pelajaran yang dibangun anak. Tujuan kegiatan penutup adalah untuk menguatkan kompetensi dasar yang baru diperoleh. Secara rinci kegiatan penutup bertujuan untuk: 1) Menguatkan konsep yang telah dipelajari siswa. 2) Menyimpulkan konsep atau pelajaran yang baru diperoleh. 3) Merangkum pelajaran yang telah dikuasai. 4) Memantapkan atau mengembangkan KD yang baru dicapai dengan soal atau tanya jawab.
49
5) Menyediakan tindak lanjut berupa soal atau tugas untuk diselesaikan di rumah. 6) Mengantarkan siswa untuk menerapkan konsep pada kehidupan sehari-hari. 7) Menyampaikan hal-hal yang perlu disiapkan untuk pelajaran besok. 8) Memastikan semua anak mengemasi barang miliknya. 9) Menyampaikan pesan moral yang terkait dengan pelajaran kepada anak. 10) Mengakhiri kegiatan dengan berdo’a.57 5. Landasan Yuridis Formal Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Yang dimaksud dengan tinjauan yuridis formal di sini adalah dasar hukum yang melandasi diterapkannya PAKEM. Dalam konteks ini adalah segala bentuk perundangan dan peraturan serta kebijakan pendidikan yang berlaku di negara kesatuan Republik Indonesia yang di dalamnya mengatur dan memberi rambu-rambu tentang implementasi proses pendidikan yang berbasis PAKEM.58 Berbagai bentuk regulasi dan kebijakan pendidikan dimaksud meliputi: Pertama, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Beberapa pasal terkait antara lain terdapat pada pasal 1 ayat 1:59 57
Materi Workshop PAKEM IA Bab Penyelenggaraan PAKEM-Tematik (Guru Kelas Awal), 9-11. 58 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), 48. 59 Ibid.
50
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pasal 39, ayat 2 “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada sekolah atau madrasah”.
Pasal 40 ayat (2): “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.
Pasal 4, ayat 3-4 menyebutkan: “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat”. “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”.
Kedua, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada beberapa pasal menyebutkan, antara lain pasal 19, ayat 1:60 “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
60
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), 164.
51
Pasal 28, ayat 1: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Selanjutnya dipertegas dalam penjelasan atas PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28: “Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.
Ketiga, Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, beberapa pasal menyebutkan:61 Pasal 1, ayat 1:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan peserta didik usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Pasal 6: “Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
B. Bahasa Indonesia 1. Pengertian,
Kedudukan,
Fungsi,
Ruang
Lingkup,
dan
Tujuan
Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Indonesia Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan 61
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), 49.
52
salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.62 b. Kedudukan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan Bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan Bahasa Indonesia. Pertama, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-undag Dasar 1945.63 c. Fungsi Bahasa Indonesia Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, Bahasa 62
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI, 103. Zainal Arifin dan Amran Tasai, Cermat BerBahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Mediyatama, 1987), 11. 63
53
Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bangsa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggan ini, Bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina. Sebagai lambang identitas nasional, Bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini Bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsurunsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti Inggris, yang tidak benar-benar diperlukan. Fungsi Bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman
54
sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan Bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi. Fungsi Bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan, Bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam
55
bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah dokumen-dokumen dan keputusankeputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, dan pidato-pidato kenegaraan. Fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembagalembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah, seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar. Fungsi yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional
dan
untuk
kepentingan
pelaksanaan
pemerintahan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, Bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan
56
nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, Bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional.64
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia MI terdiri dari beberapa aspek berikut ini:65 1) Mendengarkan,
seperti
mendengarkan
berita,
petunjuk,
pengumuman perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog atau percakapan, pengumuman, serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi
dan
berekspresi
sastra
melalui
kegiatan
mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak. 2) Berbicara, seperti mengungkapkan
gagasan
dan perasaan,
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu 64 65
Ibid., 11-13. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI, 104.
57
proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan atau ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anakanak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. 3) Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca. 4) Menulis, seperti menulis karangan naratif dan non-naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis. e. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
58
Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.66 2. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
66
indonesia/.
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-
59
a. Pengertian Metode Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.67 b. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Keberhasilan belajar bahasa dipengaruhi oleh faktor eksternal (guru, lingkungan, teman, keluarga, orang tua, masyarakat, dan lainlain) dan faktor internal (motivasi, minat, bakat, sikap, kecerdasan, dan lain-lain).68 c. Prinsip-prinsip Belajar Bahasa Indonesia Berdasarkan faktor eksternal, ada tiga prinsip belajar bahasa, yaitu: (a) memberikan situasi dan materi belajar sesuai respon yang diharapkan siswa, (b) ada pengulangan belajar agar sempurna dan tahan lama, (c) ada penguatan respon belajar siswa. Berdasarkan faktor internal, belajar bahasa dapat dibantu dengan berbagai media visual, audio, atau audio visual.69 Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus 67
Ibid. http://one.indoskripsi.com/node/1322. 69 Ibid. 68
60
mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsipprinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994).70 d. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan
70
indonesia/
http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-
61
pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan situasional.71 Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) diskusi, (4) pemberian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta merta.72 Contoh
penerapan
teknik
penyajian
dalam
strategi
pembelajaran bahasan.73 1) Teknik diskusi Tujuan penggunaan: a) Mengembangkan pengetahuan untuk pemecahan masalah. b) Menyampaikan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar. c) Menghargai pendapat orang lain. d) Berpikir kreatif dan kritis. Teknik diskusi melatih siswa: a) Merumuskan masalah. b) Menetapkan tema. c) Menyampaikan pendapat dengan tanggung jawab. d) Menghargai pendapat orang lain. 71
Ibid. Ibid. 73 http://one.indoskripsi.com/node/1322. 72
62
e) Menarik kesimpulan. f) Menyusun laporan diskusi. Langkah-langkah pembelajaran: a) Guru menyiapkan kartu-kartu masalah untuk setiap kelompok. b) Guru
membagi
siswa
dalam
beberapa
kelompok
dan
menetapkan ketua, moderator, dan penulis. c) Guru memberi petunjuk cara berdiskusi. d) Murid membaca kartu masalah. e) Guru membimbing murid berdiskusi memecahkan masalah. f) Murid mengakhiri diskusi dengan menulis jawaban masalah. g) Laporan setiap kelompok. h) Guru membimbing siswa menyimpulkan jawaban penegasan, dan penguatan. 2) Teknik Inkuiri Teknik inkuiri siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat menemukan cara pemecahannya. Tujuan penggunaan: a) Mengembangkan percaya diri. b) Mendorong siswa berpikir dan bekerja menurut inisiatifnya. c) Mengembangkan bakat dan kecakapan hidup. d) Memberi kesempatan belajar mandiri. e) Mendorong murid memperoleh informasi. Teknik inkuiri melatih siswa:
63
a) Menyusun rencana kegiatan. b) Menentukan sasaran dan target kegiatan. c) Berkomunikasi dengan orang lain. d) Mencari sumber informasi. Langkah-langkah
pembelajaran
(siswa
melakukan
wawancara): a) Guru memberi contoh sebuah teks wawancara. b) Guru mengarahkan kegiatan siswa dan menjelaskan sopan santun berwawancara. c) Murid merencanakan wawancara: menetapkan topik dan nara sumber. d) Murid menyusun pertanyaan (pedoman) untuk wawancara. e) Guru mengundang nara sumber atau menyuruh siswa mendatangi nara sumber. f) Murid berbagi tugas dalam kelompoknya: pewawancara, penulis, dan pengamat. g) Murid menyusun laporan hasil wawancara. 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan PAKEM Di era globalisasi yang serba kompetitip, dunia kerja menuntut adanya sumber daya manusia yang handal dan mempunyai daya juang yang tinggi agar mampu menghadapi tantangan zaman secara cepat, tepat dan efektif. Dunia pendidikan diharapkan mempersiapkan putra-putri bangsa sejak usia dini Untuk menjawab tantangan ini, para pelaku pendidikan harus mempunyai pemahaman, persepsi, dan orientasi yang tepat mengenai proses pembelajaran. Pergeseran paradigma dalam proses pembelajaran harus dipegang teguh oleh guru selaku pendidik dan pengajar di sekolah.
64
Misalnya, proses pembelajaran di era sekarang ini sudah menuntut keaktifan murid (student active teaching), bukan lagi teacher active teaching. Orientasi pembelajaran bukan pada guru (teacher oriented) tetapi berpusat pada murid (student oriented). Dengan orientasi pembelajaran demikian, hendaknya guru menyadari bahwa dirinya lebih tepat memposisikan diri sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa di bawah bimbingan guru diharapkan dapat memecahkan kesulitan yang ditemukan dengan mencari jawaban di berbagai sumber dan media belajar, seperti media cetak, media elektronik atau sumber-sumber belajar lainnya. Melalui cara ini siswa akan mendapatkan pengalaman belajar secara langsung melalui suatu tahapan, dengan berproses, dan bukan mendapatkan pengalaman belajar secara instan. Ilmu yang didapat dengan cara ini tidak efektif dan dengan mudah untuk hilang dari ingatan seorang siswa. Karena daya ingat dan kemampuan anak sangat terbatas dan berbeda-beda. Pada pelajaran Bahasa Indonesia sebagian murid mengatakan pelajaran itu sangat membosankan, padahal ini bukan merupakan pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Karena pada pelajaran Bahasa Indonesia ada kecenderungan guru hanya mencapai ranah pengetahuan bukan pada keterampilan berbahasa. Agar pembelajaran Bahasa Indonesia dapat lebih menarik dan tidak membosankan. Di sini guru sangat dituntut kreativitasnya di dalam mengemas dan menyampaikan bahan ajar dan pelajaran tersebut. Sebagai contoh, pengajaran materi dengan tema misalnya, Macammacam Bentuk dan Contoh Surat. Jika guru mengajarkan materi ini secara klasikal dengan gaya lama hanya mentransfernya saja, anak-anak kelihatannya mudah menyerap dan menerimanya. Tetapi bisa jadi nanti pada saat ulangan akhir semester, jika ada pertanyaan yang berhubungan dengan bahan tersebut, maka sebagian anak sudah lupa dan tidak bisa menjawabnya. Mengapa terjadi demikian? Ini disebabkan oleh kelemahan guru yang tidak mengajak anak berproses untuk mendapatkan pengalaman belajar langsung terhadap macam-macam bentuk dan contoh surat itu. Anak hanya mendapat informasi dan penjelasan dari guru. Seandainya guru Bahasa Indonesia itu mau mengubah polanya, maka tahapan langkah atau cara setelah ia memberikan informasi pembelajaran, ialah siswa disuruh membuat berbagai macam jenis surat dengan mencari contoh dan berbagai sumber lalu mengirimkannya. Misalnya siswa disuruh menulis surat pribadi kepada teman yang ada di daerah dengan menggunakan jasa pos, atau kalau ada lomba menulis surat kepada pejabat anak diberi tugas untuk mengikuti, jika ada anak yang berhasil mendapatkan juara atau balasan dari rekannya, guru memberikan peneguhan dengan cara membahasnya di dalam kelas, niscaya anak akan bangga dan secara tidak langsung anak akan mendapatkan multi
65
pengalaman belajar yang tidak pernah akan hilang bahkan dilupakan, bukan dengan ukuran ulangan akhir semester atau akhir tahun, tetapi sepanjang hayatnya anak tersebut akan tetap terkesan dan terkenang. Jika semua mata pelajaran di sekolah seperti matematika, IPS, dan pelajaran lainnya disampaikan oleh guru dengan cara yang menarik dan menyenangkan, niscaya tidak ada lagi kesan-kesan pelajaran itu sulit, membosankan, membuat ngantuk, bahkan menakutkan. Ciptakanlah suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Menarik atau tidaknya suatu pembelajaran, kuncinya ada pada guru itu sendiri. Secara garis besar langkah-langkah suatu pembelajaran di kelas dapat disimpulkan menjadi tiga tahapan yakni awal, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap awal guru mengkondisikan suasana kelas, misalnya, ubah dan suasana bermain menuju suasana belajar. Lalu guru dapat melakukan apersepsi atau luncuran. Misalnya dengan pretest, cerita, mengulang pelajaran yang lalu, dan lain-lain. Pada tahap kegiatan inti guru dapat melakkan langkah-langkah sebagai berikut: (1) sampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator. (2) gunakan lembar kerja, lebih-lebih jika akan ada kerja kelompok. (3) pilihlah media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan bahan ajar. (4) gunakan multi metode yang tepat (jika harus menggunakan metode ceramah, pilihlah ceramah bervariasi). (5) jika mungkin adakan presentasi untuk melatih keberanian anak. (6) jika guru akan mengadakan tanya jawab, hindari jawaban yang bersifat klasikal, dan arahkan jawaban individual. (7) sesering mungkin guru memotivasi anak, dengan memberikan peneguhan dan pujian. (8) penyampaian bahan ajar harus sistematis dari yang mudah ke yang sulit dari yang sederhana ke hal yang lebih kompleks. Pada tahapan penutup guru dapat menempuh langkah-langkah seperti: (1) lakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar. (2) simpulkan pelajaran yang telah dilalui. (3) kondisikan kembali suasana kelas sebelum ditinggalkan dengan memberikan berbagai saran atau nasihat atau peneguhan yang dapat berguna untuk menunjang pertemuan berikutnya. C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.74 Prestasi yang dimaknai dengan kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek 74
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 700.
66
kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil atau belajar yang bersangkutan dalam hal tertentu yang telah dijalani.75 Sedangkan pengertian belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.76 Jadi prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan berupa pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam bidang studi dalam hal tertentu yang telah dijalani. Dalam kaitannya dengan bidang studi Bahasa Indonesia, prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegitan belajar yang berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui semua itu maka diadakan evaluasi yang menghasilkan penilaian. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan terhadap siswa. Hasil inilah yang kita sebut dengan prestasi siswa. Maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar siswa setelah ia mengalami proses belajar selama periode tertentu.77 Maka penting bagi guru mengetahui prestasi siswa baik secara individu maupun kelompok, sebab sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu dan sebagai feedback bagi guru dalam melaksanakan
75
Agin Syamsuddin Maknun, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 54. 76 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), 13. 77 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1990), 11.
67
proses belajar mengajar. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pada dasarnya keberhasilan atau prestasi belajar siswa yang dicapai itu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Adapun hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) dan faktor internal (yang berasal dari dalam diri).78
a. Faktor eksternal 1) Faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. b. Faktor internal 1) Faktor jasmaniah
78
106.
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
68
a) Kesehatan Proses
belajar
seseorang
akan
terganggu
jika
kesehatannya tidak prima atau baik, seperti cepat lelah, kurang bersemangat, ngantuk, sulit konsentrasi dan lain-lain. Tetapi sebaliknya jika kondisi kesehatan individu yang sedang prima maka ia tidak mudah lelah, tidak mengantuk, bersemangat, mudah konsentrasi dan seterusnya. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah kondisi kurang baik atau kurang sempurna mengenai anggota badan, seperti buta atau setengah buta, tuli atau setengah tuli, lumpuh, pincang, patah tangan dan sebagainya. 2) Faktor psikis a) Intelegensi Intelegensi atau kecerdasan seseorang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. b) Perhatian Untuk mendukung keberhasilan belajar seorang siswa, maka ia harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika perhatiannya tidak ada maka ia akan cepat bosan. c) Minat Minat berpengaruh besar terhadap belajar, karena jika
69
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak dapat belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. d) Bakat Siswa yang berbakat terhadap sesuatu akan lebih cepat belajar sesuatu tersebut daripada yang tidak berbakat. e) Motif Motif
adalah
segala
sesuatu
yang
mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana organ-organ tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesiapan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dengan adanya kesiapan pada dirinya, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3) Faktor kelelahan a) Kelelahan jasmani (phisis) Kelelahan jasmani terlihat dari lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
70
b) Kelelahan rohani (psikis) Kelelahan rohani dapat dilihat dari adanya kelesuan dan
kebosonan
sehingga
minat
dan
menghasilkan sesuatu menurun atau hilang.
dorongan
untuk
71
BAB III PAPARAN DATA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA'ARIF MAYAK TONATAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008-2009
A. Data Umum 1. Sejarah Berdirinya MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo79 Lembaga Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo berdiri pada tanggal 1 Januari 1947 di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Ponorogo, dengan Piagam PW LP Ma’arif Jawa Timur yang terbaru No. B-02130014 tanggal 10 November 2003. Pada awal perkembangannya kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari. Karena pengaruh situasi negara pada saat itu terutama peristiwa PKI Madiun dan agresi Belanda, sekolah ditutup. Selanjutnya baru diaktifkan kembali pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1960 sekolah dimasukkan pada pagi hari, dengan nama Madrasah Wajib Belajar (MWB). Pada tahun 1965 diganti nama dengan Madrasah Ibtidaiyah NU (MINU). Pada tahun 1971 diganti nama lagi sampai sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mayak. 2. Letak Geografis MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo80 79
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/01-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
72
Lembaga Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mayak terletak + 1,5 km sebelah timur kota Ponorogo tepatnya di Jalan Sekar Harum 1/2 Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo didirikan di atas tanah waqaf seluas 933,48 m2 di almarhum Bapak Qomarudin Mayak Tonatan Ponorogo, dengan batas wilayah: Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bangunsari. Sebelah timur berbatasan dengan Pondok Pesantren Darul Huda Mayak. Sebelah utara berbatasan dengan RA. Muslimat Mayak. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tonatan.
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo81 a. Visi Madrasah -
MI Ma’arif Mayak membentuk anak yang berakhlaqul karimah, berkualitas dalam imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan berwawasan ahlussunnah wal jama’ah.
80 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/01-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 81 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/01-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
73
b. Misi Madrasah 1) Mengefektifkan pembelajaran dan mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler serta meningkatkan pendidikan ketrampilan dan olah raga sejak dini. 2) Mengembangkan
SDM
untuk
meningkatkan
kualitas,
profesionalisme guru karyawan. 3) Melaksanakan 6K untuk menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dan berwawasan aswaja. 4) Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana. 5) Pemberdayaan potensi dan peran serta masyarakat. c. Tujuan Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai MI Ma'arif Mayak Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo adalah: 1) Mensukseskan program pendidikan dasar 9 tahun. 2) Meningkatkan prestasi siswa dalam IPTEK dan IMTAQ serta membina siswa-siswi menjadi siswa yang sportif, berakhlaqul karimah dan berwawasan ahlussunnah wal jama’ah secara berkesinambungan. 3) Membantu siswa dalam mengenali dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal. 4) Meningkatkan kemampuan berfikir dan ketrampilan siswa.
74
5) Meningkatkan profesionalitas dan kualifikasi karyawan serta tenaga pendidik. 6) Mewujudkan pola kehidupan Islami yang berwawasan Aswaja di lingkungan sekolah. 7) Menjalin
hubungan
dengan
instansi
lain
dalam
rangka
mengembangkan potensi siswa dan peningkatan kwalitas sekolah d. Motto Madrasah Madrasah adalah rumah dan jiwaku.
4. Struktur Organisasi MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo82 Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaannya karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi, memudahkan kita untuk mengetahui sejauhmana personel yang menduduki jabatan tertentu di dalam lembaga tersebut berkompeten pada tanggung jawabnya. Di samping itu pihak lembaga lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan, memekanisme kerja, serta tugas dan tanggung jawab dapat berjalan dengan baik.
82
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/02-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
75
Adapun struktur organisasi MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo adalah:
Yayasan LP Ma’arif NU Ponorogo Pengurus MI Ma’arif Mayak
Kepala Madrasah
Komite Sekolah
Wakasek/Tata Usaha
Guru (Wali Kelas)
Murid
Keterangan: ----------
= Garis koordinasi = Garis Instruksi
5. Keadaan Guru dan Siswa MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo83 a. Keadaan Guru Secara keseluruhan guru MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo berjumlah 16 orang dengan perincian: kepala sekolah yayasan 1 orang, Pegawai Negeri Sipil berjumlah 5 orang, Guru Tetap Yayasan 83
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/02-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
76
(GTY) berjumlah 10 orang. Guru MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo mempunyai jenjang pendidikan D II, D III, dan S1.
Data Kualifikasi Guru MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009
Jenis Kelamin
Ijazah dan Th. Lulus 6
Wiyata Bakti Sejak
No
Nama
NIP
Tempat dan Tgl Lahir
1
2
3
4
5
-
Ponorogo, 18-09-1973
L
S-1 1997
17 Juli 1998
-
Ponorogo, 06-12-1971
P
S-1 1996
Nov 1995
GTT
-
Ponorogo, 30-11-1968
P
D-III 1991
Juli 1999
GTT
-
Ponorogo, 22-09-1974
P
S-1 1998
Juli 2000
GTT
-
Ponorogo, 08-06-1943
L
D-II 1995
1985/ 2003
Pensi unan GTY
-
Ponorogo, 13-02-1970
P
S-1 1995
Juli 2003
GTT
-
Ponorogo, 25-05-1985
P
D-II 2005
1 Febr 2006
GTT
-
Ponorogo, 14-01-1985
P
S-1 2008
1 Febr 2006
GTT
-
Ponorogo, 03-09-1984
P
D-II 2005
1 Febr 2006
GTT
-
Magetan,
P
D-II
17 Juli
GTT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Imam Mudzakir, SE Latifah, S.Ag Waris Soesilawati, A.Md Dyah Noor S, S.Ag Mahfudh, A.Ma Anisatul Lailiyah, S.Ag Nova Fariana, A.Ma Erlita Rachmawati, S.Pd Septa Hijjatul M, A.Ma Ima
7
Ket 8 Kep Sek Yaya san
77
11
Hamidah, A.Ma Fadilah Munfa’ati, S.Ag
12
Harijanah, A.Ma
13
Miftahul Huda, S.Pd.I
14
Taufiq, A.Ma
15
Siti Sutarti, A.Ma
16
Siti Nur Anisah, S.Pd.I
02-05-1986 150 159 307 150 333 525 150 333 489 150 159 189 150 333 331
2007
2006
Kediri 11-10-1972
P
S-1 1994
1 Sept 2008
GTT
Ponorogo, 03-04-1949
P
D-II 1997
1987
PNS
Ponorogo, 17-09-1973
L
S-1 2007
1 Jan 2005
PNS
Boyolali, 11-03-1979
L
D-II
1 Jan 2005
PNS
Ponorogo, 14-11-1949
P
D-II 1997
1 Jan 2006
PNS
Ponorogo, 14-04-1966
P
S-1 2007
1 Juni 2007
PNS
b. Keadaan Siswa Karena MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo adalah sekolah swasta yang letaknya di desa, maka siswa-siswinya berasal dari Desa Mayak Tonatan dan sekitarnya. Dengan jumlah keseluruhan 223 siswa yang terdiri dari 126 laki-laki dan 97 perempuan, sebagaimana terlampir pada tabel di bawah ini. Keadaan Siswa MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun 2008-2009 Kelas IA IB I II III IV
Laki-laki 18 15 33 13 25 20
Perempuan 17 4 21 9 16 20
Jumlah 35 19 54 22 41 40
78
V VI Jumlah
18 17 126
16 15 97
34 32 223
6. Sarana dan Prasarana MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo84 Yang dimaksud kondisi sarana prasarana di sini adalah kondisi secara fisik yang ada di MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo ketika penulis mengadakan penelitian. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo adalah: a. Prasarana MI Ma’arif Mayak meliputi: 1) Ruang belajar
: 7 ruang (2 ruang dipakai ruang kantor, perpustakaan dan komputer)
2) Ruang kepala sekolah : 1 ruang (sudah tidak layak pakai). 3) Ruang perpustakaan
: Komputer, kantor guru dan tata usaha belum terealisir.
b. Sarana MI Ma’arif Mayak meliputi: 1) Meja dan kursi murid : 105 buah
84
2) Almari kelas
: 4 buah
3) Meja/kursi guru
: 17 stel
4) Almari/rak kantor
: 5 buah
5) Almari/rak perpus
: 3 buah
6) Tape recorder
: 1 buah
7) Komputer
: 11 set
8) Mesin ketik manual
: 1 buah
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/02-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
79
9) Megaphone
: 2 buah
10) Tenda pramuka
: 7 buah
11) Alat olahraga c. Sarana belajar lainnya: 1) Buku pelajaran dilengkapi alat bantu pelajaran. 2) Buku bacaan penunjang atau koleksi buku perpustakaan.
7. Program Rencana Strategis Madrasah85 Berdasarkan analisis swot yang melibatkan pengurus, komite sekolah, kepala sekolah dan seluruh guru, yaitu mengoptimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki serta mengatasi kelemahan dan hambatan madrasah, perlu diterapkan langkah-langkah dan strategi perencanaan guna mencapai visi dan misi serta tujuan madrasah. No
A
B
C
D E 85
Sasaran a. Peningkatan b. kwantitas c. murid baru d. a. b. Peningkatan c. kwalitas murid d. e. a. Kegiatan b. ekstrakurikuler c. d. a. b. Disiplin Kwalitas guru
c. a.
Program Kerja Pendekatan dengan RA/TK sekitar. Kemah akhir tahun. Membuat brosur pendaftaran. Penyebaran informasi lewat murid, alumni dan orang tua muird. Melaksanakan jam pelajaran tambahan. Menambah pelajaran muatan lokal. Mengikuti lomba mata pelajaran. Latihan semester dan UAS. Mengoptimalkan perpustakaan, kegiatan olahraga, ekstra dan keagamaan. Kegiatan kepramukaan dan olah raga. Sholat dhuhur berjama’ah. Study tour. Pelajaran tambahan komputer. Melaksanakan upacara bendera. Sangsi bagi yang melanggar tata tertib sekolah. Koordinasi dengan orang tua murid. Mengikuti pelatihan, seminar pendidikan, kursus dan sejenisnya.
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 07/D/02-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
80
b. c. d. e. f. a. b. F
Sarana prasarana
c. d. e. f.
Mengikuti KKGOR. Aktif dalam KKM dan KK Ma’arif. Study banding. Evaluasi satu bulan sekali. Meningkatkan kesejahteraan guru. Pengadaan komputer dan meja murid. Penambahan ruangan (kelas, komputer, guru, kepala sekolah, tata usaha, perpustakaan). Pengadaan buku penunjang dan alat peraga. Perbaikan meja dan bangku murid. Perbaikan almari kelas. Pengadaan rak buku perpustakaan.
Dalam hal penambahan ruangan masih belum dapat terealisir sepenuhnya karena kurangnya dana untuk pembangunan. B. Data Khusus 1. Data Tentang Persiapan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo Seperti telah dijelaskan dalam latar belakang di atas bahwasannya lokasi penelitian adalah di MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo, yang mana MI ini menggunakan PAKEM dalam setiap pembelajaran, termasuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena Bahasa Indonesia diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Dengan demikian diperlukan standar kompetensi dan metode yang memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, sebagai media pengembangan ilmu dan alat pemersatu bangsa. Agar siswa senang dan tidak bosan dalam belajar Bahasa Indonesia, PAKEM digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Karena tujuan PAKEM selain membuat siswa aktif dan kreatif adalah
81
menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik. Berdasarkan
pemaparan
di
atas
penulis
akan
mencoba
menguraikan pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo. Dalam hal ini akan dijelaskan persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo, sebagaimana hasil wawancara berikut: Menurut Ibu Harijanah,A.Ma selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo menjelaskan bahwa “persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo”, yaitu: Persiapan yang paling utama yang diwajibkan untuk semua guru di MI Ma'arif Mayak ini adalah menyerahkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dulu kepada bapak kepala sekolah sebelum mengajarkan pada anak-anak kemudian setelah di ACC oleh bapak kepala sekolah baru boleh diterapkan pada anak-anak. Sebelumnya kami diwajibkan juga mengikuti pelatihan workshop PAKEM sebagai bekal untuk menerapkan pembelajaran berbasis PAKEM di kelas sehingga semua guru bisa menerapkanya di masing-masing mata pelajaran faknya. Selain itu saya juga membawa alat peraga untuk membantu memudahkan siswa menerima pelajaran dan juga saya melakukan sedikit appersepsi sebelum memasuki materi selanjutnya untuk mengingatkan anakanak tentang materi pelajaran pertemuan sebelumnya serta memberi motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar. Sangat berpengaruh karena sebelum menggunakan pembelajaran PAKEM siswa terlihat pasif dan malas untuk belajar sebab metode pembelajaran yang bersifat monoton saja. Tapi setelah dicoba dengan pembelajaran PAKEM dan disertai alat peraga anak akan lebih senang, lebih aktif dan juga akan lebih mengena yakni tahu secara nyata tentang pelajaran tidak hanya sekedar teori saja karena sambil mempraktekkannya. Misalnya cara bertanam hydrophonic, cara membuat minyak kelapa tradisional, dan lainlain.86 86
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil
82
Bapak Imam Mudzakir, SE juga menjelaskan: Jadi persiapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah guru itu harus dibekali dengan pelatihan-pelatihan karena dalam pelatihan-pelatihan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebab pembelajaran PAKEM itu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kalau PAKEM itu guru harus lebih aktif dan kreatif, jadi guru tidak hanya masuk kelas saat ini guru masuk kelas harus belajar, bukan lagi guru itu menggunakan sistem pengajian tapi mengajak anak bisa lebih aktif, kreatif, variatif biar tidak bosan, efektif dan juga menyenangkan sesuai dengan pembelajaran PAKEM. Tapi menyenangkan di sini bukan menyenangkan yang berlebihan melainkan menyenangkan yang diarahkan ke pendidikan. Kemudian pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Untuk pembuatan RPPnya juga harus disesuaikan dengan aturan pembuatan RPP PAKEM. Sebelum disampaikan kepada anak-anak kepala sekolah harus tahu lebih dahulu dalam artian setelah di ACC kepala sekolah baru boleh diterapkan pada anak-anak.87
Bapak Miftahul Huda, S.Pd.I juga menjelaskan: Jadi sebelum masuk dalam kelas guru itu harus mempersiapkan diri dulu dengan mempelajari materi yang akan disampaikan. Selain itu guru juga harus aktif dan kreatif sehingga metode pembelajaran tidak terkesan monoton. Jadi tidak lagi guru itu masuk dalam kelas anak cuma mendengar, duduk dengan rapi, melaksanakan semua perintah guru dengan tidak berani mengungkapkan pendapatnya sendiri dan pada akhirnya anak tidak mempunyai keaktifan dan kekreatifan di kelas seperti halnya gong. Gong itu kalau dipukul bunyi tapi kalau tidak dipukul tidak bunyi. Jadi tugas guru cuma sebagai pendesain saja selebihnya menuntun dan menggali potensi keaktifan dan kekreatifan siswa di kelas sehingga outputnya nanti bisa lebih bagus. Jadi sebelum melaksanakan proses pembelajaran masing-masing guru harus menyerahkan RPP mata pelajaran yang akan disampaikan pada siswa ke kepala sekolah lebih dulu dan harus mendapatkan tanda tangan ACC kepala sekolah.88
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan penelitian ini. 87 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 88 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-1/VI-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
83
Ponorogo adalah mengikuti pelatihan-pelatihan workshop PAKEM sebagai bekal menerapkan suasana yang PAKEM di dalam kelas. Kemudian guru harus membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebelum pelaksanaan pembelajaran, yang mana RPP itu sebelumnya sudah diserahkan dan di ACC oleh kepala madrasah. Selain itu guru membawa alat peraga agar anak didik lebih faham secara kongkrit tidak hanya sekedar teori saja. Guru juga melakukan sedikit appersepsi tentang materi pelajaran sebelumnya serta memberi motivasi pada siswa untuk lebih giat belajar. 2. Data Tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Pembelajaran merupakan aktifitas yang melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning). Maka adapun pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dijelaskan di bawah ini. Dari hasil wawancara dengan Ibu Harijanah,A.Ma selaku guru Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo yaitu: Kalau pelaksanaannya saya rasa belum sepenuhnya seperti yang diharapkan tapi setidaknya sudah ada perubahan, ya maklumlah kan baru berjalan 1 semester sedangkan perubahan itu juga membutuhkan proses. Ya mereka bertambah aktif pada saat pembelajaran. Kadang saya buat kelompok agar anak dapat bersaing dan berlomba dalam mewujudkan hasil diskusinya, kemudian apa yang tidak mereka pahami mereka tanyakan. Dari situ siswa akan aktif untuk bertanya, walaupun hanya sekedar bertanya itu sudah suatu yang membanggakan. Tapi terkadang bagi siswa yang malas malah akan memberinya peluang memanfaatkan situsi kelompok seperti ini untuk bersantai-santai karena dia hanya gandol pada teman sekelompoknya yang
84
aktif. Karya-karya yang di tempel di dinding ini adalah hasil kreatifitas anakanak dari tugas kelompok, masing-masig kelompok berkompetisi untuk menghasilkan karya yang terbaik karena setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya nanti hasil karya mereka akan di pajang di papan tulis dan akan dipilih yang mana yang terbaik kemudian bagi kelompok-kelompok yang belum sempurna karyanya akan lebih menyempurnakan lagi sehingga akan lebih menggali potensi kreatifitas anak. Selain itu bonus yang mereka dapatkan adalah rasa bangga terhadap karya mereka sendiri serta situasi yang menyenangkan.89
Bapak Imam Mudzakir, SE juga menjelaskan: Kalau pelaksanaan pembelajaran PAKEM di MI Ma'arif Mayak sudah diterapkan dan baru berjalan 1 semester ini belum sepenuhnya seperti yang diharapkan, dalam artian belum berjalan maksimal karena masih tahap proses menuju ke arah sana. Yang jelas ada bedanya dengan kurikulum sebelumnya, karena dulu dengan metode pembelajaran yang monoton itu-itu saja anak-anak lama-lama bosan dan menjadi malas, kemudian setelah adanya PAKEM ini anak-anak terlihat lebih antusias dan memperhatikan sehingga prestasi mereka lebih meningkat dibandingkan dengan yang kemarin-kemarin.90
Bapak Miftahul Huda, S.Pd.I juga menjelaskan: Di MI sini PAKEM baru diterapkan awal tahun pelajaran 2008-2009 sebagai MI Mitra STAIN Ponorogo yang diadakan oleh LAPIS PGMI Australia, jadi baru berlangsung 1 semester sehingga untuk hasilnya belum sepenuhnya maksimal seperti yang diharapkan karena perubahan dari kegiatan yang satu ke yang lain kan butuh proses. Ya mereka sekarang bertambah aktif di kelas misalnya aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan sebagainya karena memang dalam PAKEM ini yang harus lebih aktif adalah siswanya dan tugas guru adalah sebagai fasilitator serta mengarahkan dan sebagai pendesain berjalannya proses pembelajaran. Dan dalam PAKEM siswa juga dituntut untuk kreatif seperti membuat karyakarya yang nantinya dipajang di dinding kelas sehingga dengan adanya tuntutan seperti itu siswa akan mengeluarkan potensi-potensi bakat kekreatifan mereka yang masih terpendam dan belum terasah.91
Selain itu ada beberapa hasil wawancara dengan murid kelas V
89
Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-2/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 90 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/5-W/F-2/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 91 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/6-W/F-2/VI-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
85
setelah mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu: a. Hasil wawancara dengan Evi Nur Lailatul Rohmah Saya tadi merasa senang bu. Karena tadi dibikin kelompok, jadi saya bisa duduk berhadaphadapan dengan teman-teman dan bisa diskusi sama teman-teman. Tadi saya mendengarkan penjelasan bu guru. Kadang saya bertanya pelajaran yang belum faham.92
b. Hasil wawancara dengan Luftia Miftahul Rohmah Ya senang bu. Karena ada nyanyinya, berlomba dan ketika dibentuk kelompok saya gak mikir sendiri tapi banyak temannya. Saya merasa senang bu, karena bisa ngobrol dan berdiskusi dengan teman yang ada di samping dan depan saya. Saya juga bertanya pelajaran yang belum faham.93
c. Hasil wawancara dengan Safiratus Zimam Al Khusna Ada senangnya ada tidaknya. Senangnya ada perlombaan, permainan, dan bernyanyi tapi gak sukanya pas dibentuk kelompok ada yang cuma ngobrol gak ikut mikir tugas yang diberikan guru. Kalau saya sering yang aktif. Saya menanyakan pelajaran yang belum faham.94
Dari pemaparan data hasil wawancara tersebut, penulis akan memperkuat kembali data yang ada berdasarkan observasi yang telah penulis amati pada kegiatan belajar Bahasa Indonesia, yaitu: Sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu guru mengadakan appersepsi atau mengulang sedikit materi pelajaran pertemuan sebelumnya dengan tujuan agar siswa tidak lupa materi yang sebelumnya. Setelah selesai appersepsi, guru melanjutkan materi ke bab selanjutnya yakni materi Bahasa Indonesia tentang “menyebutkan benda atau alat” dengan tema “perhubungan”. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan benda atau alatalat yang ada disekitarnya. Setelah itu guru menjelaskan nama benda tersebut, menyebutkan ciri-cirinya (bentuk, bagian-bagiannya), menyebutkan kegunaan dan cara penggunaannya, dengan menggunakan alat bantu berupa gambar yang 92
Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-2/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 93 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-2/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 94 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/9-W/F-2/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
86
dibawa guru dari rumah. Di sela-sela menjelaskan guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 46 orang per kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan bentuk, jenis, bagianbagian, kegunaan, dan cara penggunaan pesawat telepon, mobil, sepeda pancal, perangko, dan kartu pos, yang mana setiap kelompok mendapat gambar yang sesuai dengan nama benda yang sedang mereka diskusikan. Walaupun disaat mengerjakan, guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka temui disela-sela mengerjakan. Setelah hampir 30 menit, salah satu kelompok diminta untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis dan menjelaskannya sementara kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapinya, kegiatan itu berlangsung terus menerus sampai kelompok terakhir. Setelah semua kelompok menjelaskan hasil diskusinya guru memberi penguat atau menjelaskan kembali hasil pekerjaan siswa secara singkat dan siswa diberi kesempatan bertanya serta mengungkapkan pendapatnya masingmasing. Kemudian secara berpasangan siswa disuruh untuk bertanya jawab dengan menggunakan bahasa, lagu, dan intonasi yang baik dan benar yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk memperhatikan dan memperbaiki hasil tanya jawab jika masih ada kekeliruan. Selanjutnya secara individu siswa diminta untuk mengerjakan soal tes dan dikumpulkan. Di akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan materimateri yang baru dipelajari.95
Dari beberapa wawancara dan observasi yang dilakukan, terlihat bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan PAKEM siswa lebih antusias dan telihat aktif untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mereka, serta pembelajarannyapun lebih menyenangkan, meskipun hasilnya belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. 3. Data
Tentang
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Pelaksanaan
Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Dalam setiap kegiatan apapun pasti ada faktor pendukung dan
95
Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/F-2/01-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
87
faktor penghambat, tidak semua pekerjaan atau kegiatan berjalan lancar. Dalam pembelajaranpun juga ada faktor pendukung dan penghambat. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat, di antaranya dapat dijelaskan melalui wawancara berikut ini: Menurut Ibu Harijanah,A.Ma selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas V memaparkan: Semua pihak mulai dari kepala sekolah, pengurus dan guru sangat mendukung pelaksanaan pembelajaran PAKEM. Ya dukungan dalam segi mencukupi sarana prasarana yang dibutuhkan untuk memperlancar proses pembelajaran PAKEM. Contohnya adanya jam kejujuran yang harus diisi oleh siswa setiap kali berangkat ke sekolah dan pengisiannyapun harus disesuaikan dengan kedatangannya di kelas, tidak boleh dimanipulasi. Selain itu juga adanya sudut baca yang difungsikan sebagai perpustakaan mini dalam kelas ketika jam istirahat, dan lain-lain. Faktor penghambat di antaranya adalah terbatasnya sarana prasarana dan jumlah murid terlalu banyak sehingga ruangan kelas tidak muat jika dibuat diskusi kelompok. Terus kalau sore ruangan kelas dipakai anak diniyah, jadi terkadang barang-barang inventaris milik sekolah pagi rusak dan bahkan hilang. Yang menjadi faktor penghambatnya lagi adalah ketika diskusi kelompok anak yang tidak begitu aktif malah akan mendapat peluang untuk semakin tidak aktif karena hanya gandol pada teman yang aktif.96
Bapak Imam Mudzakir, SE juga menjelaskan: Yang pasti semua pihak sekolah yakni kepala sekolah, pengurus, dan para guru ikut mendukung diterapkannya pembelajaran PAKEM karena pembelajaran PAKEM merupakan terobosan metode baru dalam rangka meningkatkan mutu bagi pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar serta dapat lebih mengeksplorasi keaktifan dan kekreatifan siswa dalam situasi belajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan tertekan dan tujuan utamanya adalah agar prestasi siswa lebih meningkat. Dukungan berupa berusaha mencukupi sarana prasarana yakni alat peraga serta media yang dibutuhkan untuk pembelajaran PAKEM. Dan alhamdulillah dari LAPIS PGMI Australia lewat STAIN Ponorogo juga ikut membantu menyediakan media dan alat peraga seperti patung, tengkorak organ 96
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/10-W/F-3/I-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
88
tubuh manusia, buku-buku, dan lain-lain. Guru yang tidak kreatif juga bisa menjadi faktor penghambat karena pembelajaran PAKEM tidak hanya menuntut murid saja yang aktif dan kreatif tapi gurupun juga dituntut demikian. Sebelumnya sarana prasarana kurang terpenuhi tapi seperti yang saya katakan di atas alhamdulillah dari LAPIS PGMI Australia lewat STAIN Ponorogo juga ikut membantu mencukupi alatalat peraga dan media pembelajaran.97
Bapak Miftahul Huda, S.Pd.I juga menjelaskan: Kalau untuk faktor pendukungnya adalah motivasi dari guru itu sendiri karena dengan PAKEM anak akan lebih senang, lebih aktif dalam belajarnya di kelas, semangat anak dibangkitkan lewat bernyanyi bersama, lewat diskusi kelompok anak dapat bersaing dan berlomba dalam mewujudkan hasil diskusinya dan karyanya. Selain dari pihak guru, kepala sekolah dan pengurus juga sangat mendukung adanya program pembelajaran PAKEM ini karena memberikan terobosan yang baru dalam dunia pendidikan. Dengan tujuan PAKEM yang meningkatkan keaktifan dan kekreatifan siswa dan juga agar prestasi siswa lebih meningkat. Dukungannya berupa upaya untuk memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran PAKEM baik berupa alat peraga maupun media. Nah, kalau faktor penghambatnya ini banyak sekali, di antaranya adalah faktor dari gurunya sendiri karena ada guru yang memang aktif dan kreatif tapi ada juga yang tidak. Kemudian guru baru yang masih minim pengetahuannya tentang pembelajaran PAKEM karena belum mengikuti pelatihan-pelatihan workshop PAKEM sehingga mereka masih bingung untuk melaksanakan program pembelajaran PAKEM dan juga masih belum begitu bisa membuat RPP, silabus, prota, dan promes yang sesuai dengan aturan dalam PAKEM. Selain itu sarana prasarana khususnya ruangan kelas, karena di sini jumlah murid per kelas rata-rata 30 > (30 lebih) dan bisa dikatakan kelas besar sehingga untuk membentuk diskusi kelompok ruangan kelasnya tidak cukup. Tapi alhamdulillah untuk alat peraga dan media ada bantuan dari LAPIS PGMI Australia lewat STAIN Ponorogo.98
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo adalah: 97 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/11-W/F-3/VIII-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini. 98 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/12-W/F-3/VI-V/2009 dalam lampiran hasil penelitian ini.
89
a. Faktor pendukungnya adalah semua pihak sekolah baik itu kepala madrasah, pengurus dan para guru, dan dukungannya dalam bentuk upaya melengkapi sarana prasarana meliputi alat peraga dan media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM. b. Faktor penghambatnya adalah guru yang tidak kreatif, guru baru yang masih minim pengetahuan tentang pembelajaran PAKEM dalam hal pembuatan RPP, silabus, prota dan promes, kurangnya sarana prasarana yang menunjang bagi lancarnya pembelajaran PAKEM tapi sekarang terbantu oleh LAPIS PGMI Australia melalui STAIN Ponorogo dengan bantuan dalam bentuk alat peraga dan media. 4. Data Tentang Perubahan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Setelah Mengikuti Kegiatan Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Berhasil tidaknya suatu pembelajaran dalam mencapai tujuan dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi output yang dihasilkan, jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil tetapi jika sebaliknya maka ia dinilai gagal. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo ini diungkapkan oleh Ibu Harijanah bahwa prestasi siswa sebelum digunakan PAKEM dalam kegiatan pembelajaran adalah sedang. Namun setelah diterapkan PAKEM mengalami perubahan seperti yang diungkapkan beliau sebagai berikut: Siswa bertambah aktif pada saat pembelajaran. Agar anak dapat bersaing dan berlomba dalam
90
mewujudkan hasil diskusinya kadang saya buat diskusi kelompok, kemudian apa yang tidak mereka pahami mereka tanyakan. Dari situ siswa akan aktif untuk bertanya, walaupun hanya sekedar bertanya itu sudah suatu yang membanggakan dan sikap siswa yang terkadang tidak memperhatikan pelajaran jadi memperhatikan.99 Ibu Harijanah juga menambahkan:
Perubahan yang terjadi pada siswa kalau dilihat dari segi kognitif adalah jika ditanya bisa menjawab, psikomotoriknya bisa dilihat dari hasil karya anak kelas V ini yang sudah di pajang di dinding, semua ini adalah hasil kreativitas mereka sendiri dan afektifnya siswa antusias dalam pelajaran sering bertanya, jadi lebih perhatian dan fokus.100
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui implikasi PAKEM yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia mampu memberikan perubahan prestasi hasil belajar pada siswa menuju ke arah yang lebih baik, yakni membuat siswa bertambah aktif dan sikap siswa yang terkadang tidak memperhatikan pembelajaran jadi memperhatikan serta mampu memberikan pemahaman pada siswa lewat bertanya dan pemecahan masalah melalui diskusi kelompok. Dari pemaparan data di atas, penulis akan memperkuat kembali data yang ada dengan dokumentasi mengenai daftar nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V semester 1 sebelum menggunakan PAKEM dan nilai rata-rata ulangan harian siswa semester II setelah menggunakan PAKEM. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan prestasi akademik siswa. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan PAKEM adalah sebagai berikut: Nomor
Nama Siswa
Nilai Hasil Belajar
99 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/13-W/F-4/XXII-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 100 Lihat transkrip wawancara nomor: 13/13-W/F-4/XXII-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
91
Sebelum Menggunakan PAKEM 1. 1623 AP 64 2. 1624 CMP 51 3. 1626 DV 76 4. 1627 DNK 60 5. 1628 ENL 84 6. 1629 EMTAP 70 7. 1630 EW 73 8. 1749 FAN 64 9. 1631 FOZ 63 10. 1632 AM 69 11. 1633 FS 79 12. 1634 FN 81 13. 1636 GKB 65 14. 1637 IS 78 15. 1640 KFA 88 16. 1641 KDO 70 17. 1642 LR 85 18. 1643 LMR 77 19. 1644 MS 75 20. 1646 MFM 76 21. 1603 MSR 61 22. 1647 MACH 83 23. 1648 MAM 68 24. 1649 MMKF 74 25. 1650 MBHS 77 26. 1652 NQ 77 27. 1653 PJR 76 28. 1663 RM 40 29. 1654 SA 79 30. 1658 WA 77 31. 1659 WRU 72 32. 1660 YAN 61 33. 1661 YZM 73 34. 1662 MF 84 Rata-rata 72,06 Keterangan Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) = 75 Urut
Induk
A
: 90-100
B
: 75-89
C
: 60-74
D
: < 60
Setelah Menggunakan PAKEM 95 51 78 76 94 95 90 84 92 72 88 93 73 95 90 95 94 94 90 74 65 95 75 74 96 81 76 50 93 93 98 68 92 88 84,03
92
Dari data di atas dapat diketahui adanya perubahan yang berarti atas prestasi hasil belajar siswa sesudah diterapkan pembelajaran PAKEM, yakni prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang semula nilai rata-rata ulangan harian semester 1 sebelum menggunakan PAKEM adalah 72,06 pada ulangan harian semester II nilai rata-rata meningkat menjadi 84,03.
93
BAB IV ANALISA DATA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF MAYAK TONATAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008-2009
A. Analisa Tentang Persiapan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis bahwa persiapan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun pelajaran 2008-2009 adalah, bahwasanya guru terlebih dahulu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah dicapai, yang mana para guru di MI Ma'arif Mayak ini telah dibekali pengetahuan tentang pembelajaran PAKEM melalui pelatihan-pelatihan workshop PAKEM. Selain itu guru membuat alat peraga yang fungsinya agar anak didik lebih faham secara kongkrit tidak hanya sekedar teori saja serta pembelajaran benar-benar menyenangkan dan siswa tidak bosan dalam belajar. Guru juga melakukan sedikit appersepsi tentang materi pelajaran pertemuan sebelumnya serta
94
memberi motivasi pada siswa untuk lebih giat belajar. Dalam bab II dijelaskan bahwa dalam penerapan pembelajaran PAKEM seorang guru harus menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah. Efektif sendiri adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai secara maksimal, dan pembelajaran dapat maksimal harus didasarkan pada keefektifan guru. Adapun kriteria keefektifan guru adalah menyusun rencana pembelajaran dengan baik, menyiapkan media, bahan dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, guru berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan, guru memperhatikan efisiensi waktu, guru memberikan tugas-tugas dengan panduan yang jelas, guru memanfaatkan sumber belajar dan media pembelajaran dengan tepat, guru mengelola kelas dengan baik, dan kelas memiliki aturan main dalam kesepakatan. Selain faktor-faktor di atas untuk menumbuhkan pembelajaran yang efektif salah satunya adalah motivasi dari seorang guru, tanpa motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif. Ada beberapa perencanaan pengajaran yang dapat dilakukan guru untuk memotivasi siswa, di antaranya: 1. Mempersiapkan untuk menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
95
2. Merencanakan dan memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. 3. Memberikan sasaran akhir belajar, adalah lulus ujian atau naik kelas. 4. Memberi kesempatan untuk sukses. 5. Diciptakan suasana yang menyenangkan, suasana belajar yang berisi persahabatan, ada rasa humor, mengaku akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motivasi. 6. Adakan persaingan sehat, persaingan atau kompetisi yang dapat membangkitkan motivasi belajar. Adapun semua faktor-faktor yang dapat menciptakan proses pembelajaran efektif yang telah disebutkan di atas harus tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah dicapai serta sesuai dengan yang diharapkan, yang mana dalam RPP tersebut harus memuat 5 unsur terpenting: 1. Tujuan instruksional. 2. Bahan pembelajaran. 3. Kegiatan belajar. 4. Metode dan alat bantu. 5. Evaluasi atau penilaian. Serta RPP tersebut harus memuat dan tersusun di dalamnya tahapantahapan yang harus ditempuh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar apa yang disampaikan guru kepada siswa tersampaikan dengan baik dan
96
melekat pada siswa. Adapun tahapan-tahapan yang dimaksud adalah: 1. Tahapan pra instruksional, yaitu tahapan pada saat memulai proses pembelajaran, meliputi: a) Menanyakan kehadiran siswa. b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai tentang materi pelajaran yang lalu. c) Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas. d) Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan. 2. Tahapan instruksional, yaitu tahap pemberian bahan pelajaran, meliputi: a) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. b) Menjelaskan pokok materi yang telah dibahas. c) Membahas pokok materi yang telah dituliskan. d) Memberikan contoh kongkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas. e) Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa. f) Menyimpulkan hasil bahasan. 3. Tahap evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional, di antaranya: a) Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. b) Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.
97
c) Memberi tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang telah dibahas. d) Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%) maka guru harus mengulang pelajaran. Dari diskripsi data pada bab III dapat diketahui bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun pelajaran 20082009 adalah guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah dicapai serta sesuai dengan yang diharapkan, yang mana berdasarkan observasi yang penulis amati dalam proses pembelajaran di dalam kelas kisi-kisi yang ada pada tahapan-tahapan RPP yang telah disebutkan di atas tidak jauh beda dengan tahapan-tahapan RPP yang ada di lapangan. Dari diskripsi di atas menunjukkan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo dalam hal pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta pemberian motivasi guru terhadap siswa sesuai dan selaras dengan kriteria keefektifan guru. Selain menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan memberikan motivasi pada siswa, pada bab III juga disebutkan bahwa persiapan guru bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo adalah membuat alat peraga yang fungsinya agar anak didik lebih
98
faham secara kongkrit tidak hanya sekedar teori saja serta pembelajaran benar-benar menyenangkan dan siswa tidak mengalami kebosanan dalam belajar. Dalam pembuatan alat peraga bukan hanya guru yang membuat, siswapun bisa membuatnya dengan bahan-bahan yang terjangkau. Dalam bab II dijelaskan bahwa kreativitas siswa akan tercapai apabila ditunjang oleh kreativitas guru dalam hal: 1. Guru kreatif mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragan. 2. Guru kreatif membuat alat bantu belajar (alat peraga). 3. Guru kreatif memanfaatkan lingkungan. 4. Guru kreatif mengelola kelas dan sumber belajar. 5. Guru memberi kesempatan siswa untuk menghasilkan karya atau menuangkan kreativitas. Dari diskripsi di atas menunjukkan bahwa persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo dalam hal guru membuat alat peraga atau alat bantu belajar sesuai dan selaras dengan kriteria kekreatifan guru. Dengan menggunakan pembelajaran PAKEM di kelas V diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung menyenangkan yang mengarah ke pendidikan, bukan menyenangkan yang berlebihan sehingga tidak terkontrol dan tidak terkondisikan. Dengan situasi belajar yang menyenangkan dan aman kondisi belajar siswa dapat terdorong untuk belajar secara maksimal dengan tanpa paksaan serta menciptakan generasi-generasi guru dan siswa yang aktif,
99
efektif, dan kreatif. Dari sini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa persiapan guru dalam pelaksaaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo sudah sesuai dan selaras dengan apa yang menjadi kriteria keefektifan dan kekreatifan guru dalam pembelajaran.
B. Analisis Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009 Dalam bab II dijelaskan bahwa ada beberapa kriteria aktif pada peserta didik, di antaranya siswa aktif membaca, menulis, belajar, siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan, aktif berbagi pengetahuan dengan siswa lain serta aktif menemukan dan memecahkan masalah. Selain kriteria keaktifan siswa, pembelajaran PAKEM juga memiliki keaktifan pada guru, di antaranya guru aktif membantu kegiatan belajar siswa, guru aktif memberi umpan balik, guru aktif mempertanyakan gagasan siswa, guru bersahabat dan bersifat terbuka, dan guru merespon dan menghargai semua pendapat siswa. Dari hasil observasi penulis di dalam kelas ditemukan kenyataan bahwasannya
sebelum
memulai pembelajaran,
terlebih
dahulu
guru
mengadakan appersepsi atau mengulang sedikit materi pelajaran pertemuan sebelumnya dengan tujuan agar siswa tidak lupa materi yang sebelumnya. Setelah selesai appersepsi, guru melanjutkan materi ke bab selanjutnya yakni materi bahasa Indonesia tentang “menyebutkan benda atau alat” dengan tema “perhubungan”.
Kemudian
guru
menunjuk
beberapa
siswa
untuk
100
menyebutkan benda atau alat-alat yang ada disekitarnya. Setelah itu guru menjelaskan nama benda tersebut, menyebutkan ciri-cirinya (bentuk, bagianbagiannya), menyebutkan kegunaan dan cara penggunaannya, dengan menggunakan alat bantu berupa gambar yang dibawa guru dari rumah. Di sela-sela menjelaskan guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-6 orang per kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan bentuk, jenis, bagian-bagian, kegunaan, dan cara penggunaan pesawat telepon, mobil, sepeda pancal, perangko, dan kartu pos, yang mana setiap kelompok mendapat gambar yang sesuai dengan nama benda yang sedang mereka diskusikan. Walaupun disaat mengerjakan, guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka temui disela-sela mengerjakan. Setelah hampir 30 menit, salah satu kelompok diminta untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis dan menjelaskannya sementara kelompok yang lain memperhatikan dan menanggapinya, kegiatan itu berlangsung terus menerus sampai kelompok terakhir. Setelah semua kelompok menjelaskan hasil diskusinya guru memberi penguat atau menjelaskan kembali hasil pekerjaan siswa secara singkat dan siswa diberi kesempatan bertanya serta mengungkapkan pendapatnya masingmasing. Kemudian secara berpasangan siswa disuruh untuk bertanya jawab dengan menggunakan bahasa, lagu, dan intonasi yang baik dan benar yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh guru. Setelah itu siswa diminta untuk memperhatikan dan memperbaiki hasil tanya jawab jika masih ada kekeliruan.
101
Selanjutnya secara individu siswa diminta untuk mengerjakan soal tes dan dikumpulkan. Di akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan materimateri yang baru dipelajari. Pelajaran hari itu diakhiri dengan pemberian tugas dan salam serta guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Dari beberapa kriteria keaktifan pada guru dan peserta didik, masih terasa kurang tanpa adanya pengelolaan kelas secara fisik yang kondusif, di mana pengelolaan kelas yang kondusif ini akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan nyaman. Dalam pengelolaan kelas secara fisik ada beberapa kategori yang harus ada, di antaranya pengelolaan tempat duduk (bangku), pengelolaan pajangan kelas, pengelolaan alat peraga, pengelolaan sudut baca atau perpustakaan kelas serta pengelolaan alat bantu belajar. Dalam pengelolaan tempat duduk (bangku), ada beberapa macam penataan bangku di antaranya: bentuk U, bentuk kelompok atau tim, bentuk konferensi, bentuk lingkaran. Selain bentuk-bentuk di atas masih banyak bentuk penataan bangku yang dapat menunjang kelancaran pembelajaran. Selain itu ada pajangan kelas (produk hasil karya siswa) yang dapat dipajang di dinding, digantung di langit-langit ruangan serta diatur pada meja pamer. Yang lain ada alat peraga yang tidak harus dibeli namun bisa dibuat oleh guru maupun siswa, pengelolaan sudut baca (perpustakaan kelas) yang terdiri dari beberapa buku ataupun majalah yang bisa dibaca oleh siswa di dalam kelas, serta pengelolaan alat bantu yang dapat menunjang pembelajaran dengan PAKEM.
102
Dalam bab II juga dijelaskan bahwa landasan yuridis formal dilaksanakan pembelajaran PAKEM salah satunya adalah PP No. 19 Tahun 2005 bab IV Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan “proses pembelajaran pada satuan
pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik secara psikologis peserta didik”. Dari diskripsi data pada bab III dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan PAKEM siswa lebih antusias dan telihat aktif untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mereka, serta pembelajarannyapun lebih menyenangkan,
meskipun
hasilnya
belum
sepenuhnya
seperti
yang
diharapkan. Untuk pengelolaan kelas secara fisik yang terdiri dari pengelolaan tempat duduk (bangku), pengelolaan pajangan kelas, serta pengelolaan sudut baca dapat dilihat di transkrip dokumen yang berupa foto pada lampiran hasil penelitian ini. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwasanya pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 20082009
sudah
sesuai
dan
selaras
dengan
landasan
yuridis
formal
dilaksanakannya pembelajaran PAKEM, keaktifan guru dan siswa, serta kategori pengelolaan kelas secara fisik, dan strategi PAKEM ini sudah
103
terlaksana walaupun masih perlu adanya kelengkapan. Walaupun demikian, beberapa kategori dalam pengelolaan kelas sudah mampu diadakan oleh keluarga kelas V, di antaranya penataan bangku yang berbentuk tim (kelompok). Selain itu hasil karya siswa dipajang di dinding dengan rapi. Kelas V juga memiliki sudut baca yang diletakkan di depan, berdekatan dengan meja guru.
C. Analisa
Tentang
Faktor
Pendukung
dan
Faktor
Penghambat
Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009 Mengingat bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah pastilah tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Begitu pula dengan penggunaan PAKEM ini dalam proses pembelajaran pasti ada faktor pendukung dan ada juga faktor penghambat dalam penggunaannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di antaranya adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah, faktor masyarakat, mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Faktor internal mencakup faktor jasmaniah, faktor psikis dan faktor kelelahan. Faktor
104
jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani (phisis) dan kelelahan rohani (psikis). Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran PAKEM mendapat dukungan yang direspon oleh semua pihak, baik dari pengurus, kepala sekolah, para guru maupun pihak komite sekolah. Dukungan yang diberikan berupa upaya untuk melengkapi sarana prasarana serta media-media pembelajaran yang dibutuhkan untuk melancarkan pelaksanaan pembelajaran berbasis PAKEM. Dari data di atas dapat diketahui bahwa faktor pendukung yang ada di MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo ini sesuai dengan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar yakni khususnya pada faktor sekolah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya faktor pendukung ini dapat memperlancar pelaksanaan pembelajaran. Di samping adanya faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang menjadi penghambat lancarnya pelaksanaan pembelajaran. Yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo di antaranya adalah terbatasnya sarana prasarana terutama ruangan kelas. Karena jumlah murid terlalu banyak sehingga ruangan kelas tidak muat jika dibentuk
105
diskusi kelompok. Kemudian barang inventaris milik sekolah pagi termasuk pajangan-pajangan karya siswa kelas V terkadang rusak dan bahkan hilang karena kalau sore ditempati anak diniyah. Selain itu yang menjadi faktor penghambat juga adalah ketika diskusi kelompok anak yang tidak aktif mendapat peluang hanya gandol pada teman sekelompok yang aktif. Tapi untuk media pembelajaran sekarang sudah cukup lengkap karena dibantu oleh LAPIS Australia melalui STAIN Ponorogo. Jadi faktor-faktor yang menjadi penghambat lancarnya pelaksanaan pembelajaran di MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo sesuai dengan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya faktor psikis pada siswa. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo memiliki banyak faktor pendukung dan juga faktor penghambat. Dengan menggunakan pembelajaran PAKEM ini bertujuan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan sehingga out putnyapun lebih berkwalitas dan lebih baik, adanya faktor pendukung diharapkan dapat lebih meningkatkan kwalitas pembelajaran. Sedangkan adanya faktor penghambat ini agar lebih diperhatikan supaya dapat dicarikan solusinya untuk kemudian dapat diminimalkan sehingga proses pelaksanaan pembelajaran serta hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah serta menguntungkan semua pihak, baik guru maupun siswa.
106
D. Analisis Tentang Perubahan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas V MI Ma'arif
Mayak
Tonatan
Ponorogo
Setelah
Mengikuti
Kegiatan
Pembelajaran PAKEM Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, penguasaan pengetahuan, ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, maka berdasarkan tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dan mengetahui tujuan yang diterapkan tercapai atau tidak hasil belajarnya dapat dilihat melalui evaluasi kemudian penilaiannya. Hasil inilah yang disebut dengan prestasi belajar siswa. Maka hasil evaluasi belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Pada bab II dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah faktor internal dan eksternal dari masing-masing individu. Pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo sebelum diterapkan pembelajaran PAKEM ada dari sebagian siswa yang tidak memperhatikan, tidak fokus pada pelajaran dan juga tidak ada minat untuk aktif bertanya. Dengan diterapkannya pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan untuk menghasilkan output yang berkwalitas dan lebih baik dari yang sudah-sudah. Pembelajaran PAKEM secara grais
107
besar menggambarkan bahwa siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat, guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadi pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa, kemudian guru mengatur kelas dengan memajang bukubuku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”, guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar kelompok, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Semua gambaran tersebut sudah terimplikasikan. Pada pembelajaran PAKEM di kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni dengan cara guru menggunakan alat bantu yang menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa, sebagian siswa yang semula tidak memperhatikan dan tidak fokus pada pembelajaran menjadi tertarik dan akan memperhatikan dengan sendirinya tanpa merasa adanya tekanan karena adanya suasana belajar yang menyenangkan. Kemudina untuk menumbuhkan keaktifan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, guru menerapkan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar diskusi kelompok. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari bu Harijanah selaku guru Bahasa Indonesia bahwasannya dengan diterapkannya pembelajaran PAKEM ini,
108
prestasi hasil belajar siswa berubah, dari yang sebelum menggunakan PAKEM prestasi siswa sedang tapi setelah menggunakan PAKEM mengalami perubahan ke arah yang lebih baik hasilnya. Dari data pada bab III mengenai prestasi belajar siswa sebelum menggunakan PAKEM dan setelah menggunakan PAKEM dapat diketahui bahwa hasil prestasi siswa setelah menggunakan PAKEM mengalami perubahan, yakni adanya peningkatan yang signifikan. Karena siswa sudah memenuhi standar nilai yaitu 75, yang mana sebelum digunakan PAKEM hasil belajar siswa rata-rata belum memenuhi standar nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 72,06 sedangkan setelah diterapkannya pembelajaran PAKEM hasil belajar siswa dapat memenuhi standar yakni 84,03. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa dengan diterapkannya pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kepahaman siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa sebelum menggunakan PAKEM dan setelah menggunakan PAKEM.
109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2008-2009 adalah guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan bentuk RPP PAKEM yang mana guru sebelumnya sudah mengikuti pelatihan-pelatihan workshop PAKEM. Selain itu guru membuat alat peraga atau alat bantu belajar yang fungsinya mempermudah guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa dan siswapun menjadi lebih faham pula mengetahui objek secara kongkrit, serta memberikan motivasi pada siswa untuk lebih giat belajar sebelum memulai proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2008-2009 sudah berjalan sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam PAKEM walaupun masih perlu adanya kelengkapan. Pembelajaran PAKEM ini berjalan ditandai dengan keantusiasan siswa dalam memperhatikan
110
pelajaran, siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta pemahaman mereka pada mata pelajaran, selain itu guru kreatif dalam penataan bangku dan membuat alat peraga. 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo tahun ajaran 2008-2009 tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukungnya adalah dukungan dari semua pihak baik pengurus, kepala sekolah, para guru dan komite sekolah berupa upaya untuk melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran PAKEM. Sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah keterbatasan sarana prasarana, barang inventaris sekolah pagi kadang rusak dan bahkan hilang karena kalau sore dipakai diniyah dan ketika dibentuk kelompok diskusi anak yang tidak aktif mendapat peluang hanya gandol pada teman sekelompok yang aktif. 4. Prestasi hasil belajar siswa kelas V MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo setelah mengikuti pembelajaran PAKEM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan.
Siswa dapat
memenuhi standar nilai yaitu 75. Hal ini dapat diketahui dari sebelum menggunakan PAKEM hasil belajar siswa belum memenuhi standar nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 72,06 sedangkan setelah diterapkan PAKEM nilai hasil belajar siswa dapat memenuhi standar yaitu 84,03.
111
B. Saran 1. Kepada Pihak Sekolah MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Selain mengupayakan kelengkapan sarana prasarana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran PAKEM, juga lebih memperhatikan faktor-faktor yang selama ini menghambat pelaksanaan pembelajaran supaya dapat dicarikan solusinya untuk kemudian dapat diminimalkan sehingga proses pembelajaran serta hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah serta menguntungkan semua pihak baik guru maupun siswa. 2. Kepada Kepala Sekolah MI Ma'arif Mayak Tonatan Ponorogo Mewajibkan semua guru baik yang baru maupun yang lama untuk mengikuti pelatihan-pelatihan workshop PAKEM agar guru lebih menguasai pengetahuan-pengetahuan tentang pembelajaran PAKEM sehingga dapat mewujudkan kelas yang berkriteria PAKEM. 3. Kepada Guru Bahasa Indonesia dan Para Guru yang Lain Mengikuti pelatihan-pelatihan workshop PAKEM agar dapat menerapkan proses pembelajaran yang benar-benar PAKEM dengan tujuan menunjang kesuksesan pembelajaran.
112
DAFTAR RUJUKAN
Amran Tasai, Zainal Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Mediyatama, 1987. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. ---------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Gurupkn.wordpress.com/2008/04/26/metodologi-pakem/-48k. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasaindonesia/ http://one.indoskripsi.com/node/1322. Hurlock B, Elizabeth. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 1999. Ismail
SM. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Rasail Media Group, 2008.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Madrasah Education Development Projeck (MEDP). Direktorat Pendidikan Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik Indonesia, 2008. Maknun, Agin Syamsuddin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Materi Workshop PAKEM IA (Guru Kelas Awal). Surabaya: LAPIS (Learning Assistance for Islamic School), 2008. Miles, Matthew B. & Huberman A. Micheal. Tanpa Tahun. Analisis Data Kualitatif. Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
113
Munandar, Utami. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syari’ah, Jurusan Tarbiyah, Jurusan Ushuludin, 2008. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching. 2005. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2008. Slameto. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI (Direktorat Pendidikan Nasional. Dorektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Sunartana, Wayan Nurkancana. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional, 1990. Sunartombs. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). http://sunartombs.wordpress.com/2008/12/25/ Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 1996. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006. www.mbs-sd.org/isi.php?id=39-15K.