1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia pendidikan berada pada era globalisasi yang berciri modern dan futuristik. Abad ini ditandai dengan semakin canggihnya media informasi terutama dengan adanya internet yang membuat dunia pendidikan semakin dinamis. Dengan media internet misalnya, seseorang dapat mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Akibat dari itu akan banyak sekali informasi yang masuk secara frontal ke suatu tempat tak terkecuali dunia pendidikan baik yang positif maupun yang negatif. Untuk itu diperlukan kemampuan menganalisis untuk memilih dan memilah mana informasi yang baik untuk dikonsumsi dan informasi mana yang perlu dibuang jauh-jauh. Agar seseorang memiliki kemampuan menganalisis untuk memilih dan memilah informasi diperlukan kemampuan berpikir yang lebih tinggi yakni keterampilan kritis. Untuk itu, dunia pendidikan harus membudayakan model berpikir ini pada siswanya. Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Berpikir yang tidak hanya sekadar berpikir tetapi berpikir atas keyakinan, pemikiran, dan alasan yang logis. Berpikir kritis berarti berpikir tepat dalam pencarian relevansi dan andal tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai tentang dunia. Berpikir kritis adalah berpikir yang
2
beralasan, reflektif, bertanggung jawab dan terampil berpikir yang fokus dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Seseorang yang berpikir kritis dapat mengajukan pertanyaan dengan tepat, memperoleh informasi yang relevan, efektif dan kreatif dalam memilah-milah informasi, alasan logis dari informasi, sampai pada simpulan yang dapat dipercaya dan meyakinkan tentang dunia yang memungkinkan untuk hidup dan beraktivitas dengan sukses di dalamnya. Adalah tidak mungkin untuk mendapatkan aktualisasi diri tanpa melatih berpikir kritis. Kebiasaan berpikir kritis itu tidak akan terjadi tanpa didahului oleh kesadaran kritis. Kemampuan berpikir kritis ini tidak dapat tumbuh dengan sendirinya melainkan memerlukan latihan. Diperlukan pembelajaran yang melatih siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah sehingga ia pada akhirnya dapat membuat keputusan yang tepat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era globalisasi menuntut individu untuk memiliki pengetahuan yang memadai dan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan. Tetapi ada indikasi bahwa pembelajaran di sekolah kurang berhasil terutama dalam mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Kenyataannya adalah kurikulum umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi. Demikian pula kenyataan akan kurangnya pemahaman guru tentang metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
3
Banyak upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis utamanya dengan penerapan metode pembelajaran tertentu. Muchlisanur (2005), misalnya mengadakan penelitian dengan judul ”Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Sosial Pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir
Kritis
Siswa
SMU“.
Menemukan
bahwa
dengan
pengembangan model pembelajaran inkuiri sosial pada mata pelajaran IPS terjadi kecenderungan aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat, baik peran aktif siswa dalam pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Penelitian terkait adalah penelitian Nurhalida (2006) dengan judul “Model Pembelajaran Pupuk Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Pengembangan Keterampilan Bertanya Guru“, menemukan bahwa implementasi model dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang materi pembelajaran pupuk secara signifikan serta meningkatkan 12 indikator keterampilan berpikir kritis, yaitu: merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi simpulan, mengidentifikasi alasan yang tidak dikemukakan, mengidentifikasi alasan yang telah dikemukakan, melihat persamaan dan perbedaan, menjawab pertanyaan tentang alasan utama, memberi contoh, menggeneralisasikan sampling, memberikan asumsi
yang
masuk
akal,
menerapkan
prinsip
yang
dapat
diterima,
mempertimbangkan alternatif serta menimbang dan memutuskan. Pertanyaan guru dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis adalah pertanyaan ingatan, penerapan, sintesis dan evaluasi yang digunakan teknik probing
4
dan redirecting. Model yang disusun dapat digunakan baik untuk siswa yang berkemampuan tinggi, sedang atau pun rendah. Penelitian lain berkaitan dengan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa “ menyimpulkan bahwa model Generatif yang dikembangkan adalah efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Prayitno, dkk (2008) juga meneliti kemampuan berpikir kritis dengan judul Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi dan Berpikir Kritis melalui Model Pembelajaran Inkuiri dalam Kelompok Kooperatif. Hasilnya adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi siswa. Atik Fitriya Nurul Fajari (2008) dengan penelitian berjudul Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar (Kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura) menemukan ada perbedaan peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa yang dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan model konvensional. Dari berbagai penelitian di atas, belum ada penelitian yang mengkhususkan kajian pada penggunaan media untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2008) yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan
5
Berpikir Kritis Calon Guru adalah contoh penelitian yang mengkhususkan pada efektivitas penggunaan media. Penelitian ini membuktikan bahwa mahasiswa yang belajar menggunakan multimedia memiliki kemampuan berpikir kritis lebih tinggi. Dalam hal penggunaan multimedia interaktif dalam sains penelitian ini telah membuktikan efektivitas multimedia, namun demikian efektivitasnya dalam ilmuilmu sosial perlu dibuktikan. Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang berhasilan, maka dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam perlu dikaji faktor utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi siswa. Melalui pengkajian dapat ditemukan dan sekaligus ditentukan langkah–langkah untuk memperbaikinya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk menemukan alternatif multimedia interaktif untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. B. Rumusan Masalah Berangkat dari masalah yang diungkapkan di atas bahwa berpikir tidak dapat dipisahkan dari isi materi pelajaran, karena kenyataannya berpikir merupakan sebuah cara untuk mempelajari isi materi pelajaran. Dalam suatu pembelajaran, siswa sebaiknya diajarkan untuk berpikir dengan menganalisis dan membandingkan, serta mempertanyakan dan mengevaluasi. Salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory. Untuk itu perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, sehingga kemampuan siswa meningkat. Inovasi yang dilakukan dalam
6
pembelajaran yaitu pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran dan teknologi multimedia semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Adapun inovasi yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah penggunaan multimedia CD Interaktif sebagai sarana pembelajaran maka pokok masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah melalui pemanfaatan multimedia CD interaktif?”. Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan multimedia CD Interaktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. C. Pertanyaan Penelitian Untuk mendapatkan informasi lengkap yang mewakili model multimedia pembelajaran interaktif, selanjutnya pokok masalah tersebut di atas dirinci ke dalam pertanyaan penelitian berikut: a. Bagaimanakah kondisi pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam yang selama ini berlangsung di Madrasah Tsanawiyah Kota Palopo? b. Bagaimanakah
multimedia
CD
interaktif
yang
dapat
meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah di Kota Palopo?
7
c. Bagaimanakah pengaruh penggunaan multimedia CD interaktif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada Mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah di Kota Palopo? d. Bagaimanakah respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pemanfaatan multimedia CD interaktif?; e. Apakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pemanfaatan multimedia CD interaktif? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian secara umum adalah mengembangkan multimedia CD interaktif yang efektif dan efisien khususnya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan kondisi pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah di Kota Palopo. b. Mendeskripsikan multimedia CD interaktif yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah di Kota Palopo. c. Mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan dengan menggunakan Multimedia CD Interaktif.
8
d. Mendeskripsikan respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pemanfaatan multimedia CD interaktif. e. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pemanfaatan multimedia CD interaktif. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip yang memperkaya teori dan praktek kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem, yang merupakan bagian dari sistem persekolahan pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pengembangan kurikulum dalam dimensi proses. Secara praktis, penelitian diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu: a. Bagi guru, multimedia CD interaktif yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan dan perbaikan implementasi kurikulum pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. b. Bagi Bidang Mapenda Departemen Agama, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam mengembangkan model-model pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai media pembelajaran dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs, khususnya dalam pemanfaatan multimedia interaktif. c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan multimedia.
9
F. Definisi Operasional Pada dasarnya, mutu pembelajaran di MTs bukan saja dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa. Namun dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menuntut adanya perubahan dan penyesuaian pada proses pembelajaran terutama dalam pemanfaatannya sebagai media pembelajaran serta peningkatan keterampilan dasar siswa berupa keterampilan berpikir. Sehingga upaya peningkatan mutu pembelajaran melalui pengadaan fasilitas serta media pembelajaran tidak dapat ditawar-tawar lagi. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam pokok permasalahan dan memperjelas arah penelitian maka perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut: 1) Multimedia interaktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah multimedia berupa Compact Disk (CD) yang berisi materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini hanya dilihat pada tahap keterampilan menganalisis. Indikasi keterampilan menganalisis ini dalam proses dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menguraikan, mengidentifikasi, menggambarkan dan menghubungkan. G. Kerangka Berpikir Perbaikan pembelajaran dapat didekati dari dua sisi yakni penguatan teoretis metodologi pembelajaran dan pengalaman empiris di lapangan baik yang dihasilkan
10
berdasarkan penelitian maupun pengalaman praktis. Secara teoretis, pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, pengajar dan bahan ajar. Pada prakteknya, komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Jadi, guru harus mempertimbangkan bagaimana menciptakan pembelajaran yang efektif dalam menyampaikan pesan berupa bahan ajar. Dalam hal ini, multimedia merupakan alat yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan dalam
proses
komunikasi
mengkomunikasikan
materi
guru-siswa.
pembelajaran
Media kepada
pembelajaran
siswa
guna
dapat
memberikan
rangsangan terhadap pikiran, perhatian, minat agar terjadi proses interaksi belajarmengajar yang efektif. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini: Bagan 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Kajian Teoretis
Perbaikan Pembelajaran SKI
Fakta Empiris
Materi
Pengembangan Multi Media CD Interaktif pada Mata Pelajaran SKI
Siswa Keterampilan Berpikir Kritis
Materi
Interaksi Belajar-Mengajar
Interaksi Belajar-Mengajar
Guru
11
Kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada tingkat keefektifan kegiatan belajar-mengajar selama interaksi guru-siswa berlangsung, di samping program pembelajaran yang digunakan, serta tingkat kemampuan siswa. Hadirnya teknologi informasi yang telah mampu menyediakan sumber belajar yang begitu luas dan tanpa batas dan adanya keragaman latar individu siswa menimbulkan tuntutan perlunya modifikasi pola interaksi guru-siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga multimedia pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini difokuskan pada upaya pengembangan multimedia interaktif. Kemajuan teknologi mensyaratkan kemampuan berpikir kritis, untuk itu segala jenis pembelajaran harus mengarah pada kemampuan berpikir kritis.