BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini
menyebabkan seluruh elemen masyarakat, terlebih bagi para pelaku industri, tidak bisa lepas dari peran serta pengaruh teknologi untuk menunjang kehidupannya sehari-hari. Mereka berlomba-lomba untuk dapat terus bersaing, sehingga persaingan bisnis yang terjadi di dunia industri menjadi semakin ketat dari tahun ke tahun. Fenomena tersebut mendorong setiap pelaku industri untuk selalu mengevaluasi kinerja perusahaannya, agar faktor-faktor pendukung keberhasilan dapat diperbaharui seiring perkembangan teknologi dan zaman. Semakin tinggi tingkat perkembangan teknologi, maka semakin banyak pula isu atau permasalahan yang terjadi di masyarakat. Saat ini, salah satu isu yang memerlukan perhatian yang lebih besar yaitu mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Isu ini menjadi sangat penting, mengingat sumber daya manusia merupakan aset berharga yang dimiliki perusahaan dan keselamatan dan kesehatannya perlu mendapatkan perhatian yang maksimal di lingkungan kerja. Budaya keselamatan menjadi dasar bagi sebuah perusahaan untuk dapat meningkatkan penerapan K3 didalamnya. Menurut Mearns dan Flin, 2001 (dalam Buck, 2011) budaya keselamatan merupakan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, moral sosial, norma, aturan, praktek, kompetensi, dan perilaku yang terkait dengan
1
keselamatan dalam organisasi. Implementasi budaya K3 perlu didukung oleh motivasi karyawan akan keselamatan individu tersebut maupun orang lain. Nilainilai K3 sangat erat kaitannya dengan iklim keselamatan yang terbentuk pada sebuah organisasi, yang nantinya dapat menentukan kekuatan motivasi keselamatan para karyawan. Motivasi keselamatan merujuk pada kesediaan individu untuk mengerahkan usaha untuk memberlakukan perilaku keselamatan dan valensi yang berkaitan dengan perilaku tersebut (Neal dan Griffin, 2006). Setiap individu akan terpacu untuk melakukan perilaku keselamatan kerja, jika mereka memiliki motivasi keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menanamkan nilai-nilai K3 kepada para karyawannya, agar mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi serta termotivasi untuk merealisasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan budaya K3 yang diterapkan pada sebuah organisasi dilihat dari perilaku keselamatan kerja para karyawannya. Contohnya dengan selalu mentaati peraturan keselamatan yang ditetapkan oleh organisasi. Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), kesadaran pengusaha dan pekerja/buruh di seluruh Indonesia dalam menerapkan norma-norma K3 di lingkungan kerja semakin meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini tergambar dari jumlah perusahaan yang mendapatkan penghargaan
kecelakaan
nihil
(zero
accident)
dan
penghargaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang setiap tahun diberikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pada tahun 2011, jumlah perusahaan yang mendapatkan penghargaan zero accident yaitu sebanyak
2
512 perusahaan. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu sebanyak 486 perusahaan dan tahun 2009 sebanyak 287 perusahaan. Sedangkan jumlah perusahaan yang meraih penghargaan SMK3 tahun 2011 mencapai 238 perusahaan. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 180 perusahaan dan tahun 2009 sebanyak 150 perusahaan. Namun fenomena tersebut bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Pada tahun 2013 Kemenakertrans menyatakan bahwa tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman K3 di Indonesia masih cukup tinggi dalam proses produksi, terutama di sektor jasa konstruksi. Berdasarkan laporan International Labor Organitation (ILO) tahun 2013, kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal kurang lebih terjadi 6.000 kasus setiap harinya. Sementara di Indonesia, pada setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang korban fatal akibat kecelakaan kerja. Fakta tersebut juga didukung oleh data statistik tenaga kerja peserta jaminan kecelakaan kerja (JKK) yang diperoleh dari BPJS selama lima tahun terakhir (2009—2013) yang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 1.1. Jumlah Tenaga Kerja Peserta JKK BPJS (2009—2013) Tenaga Kerja
2013
2012
2011
2010
2009
9.337.423
8.495.732
Aktif
12.041.995 11.246.457 10.257.115
Non Aktif
19.939.993 17.928.227 24.038.024 22.408.877 20.534.941
Total
31.981.948 29.174.684 34.295.139 31.746.300 29.030.673 Sumber: www.bpjsketenagakerjaan.go.id
3
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa persentase kenaikan jumlah tenaga kerja peserta JKK yang aktif dari tahun 2009 sampai tahun 2013 mempunyai tren yang fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah peserta naik sebesar 9,91% dari tahun 2009. Namun pada tahun 2011 persentase kenaikannya berkurang menjadi 9,85%. Sampai pada akhirnya persentase kenaikan dari tahun 2012 ke 2013 hanya sebesar 7,07%. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja peserta JKK non aktif yang seharusnya berkurang justru mengalami kenaikan dari tahun 2009 sampai 2011, kecuali pada tahun 2011 ke 2012 yang berkurang sebesar 25,42%. Namun kemudian di tahun 2013 kembali mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,22%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kepedulian tenaga kerja terhadap K3 masih cukup rendah. Dengan melihat data tersebut di atas, setiap perusahaan harus berkontribusi penuh terhadap keselamatan dan kesehatan para karyawannya dengan merancang SMK3 yang efektif sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah yang berlaku. SMK3 ini juga menjadi tuntutan yang harus direalisasikan perusahaan agar dapat terus berkompetisi di dunia industri, tidak terkecuali bagi PT. Wika Realty. Perusahaan yang bergerak di industri jasa konstruksi ini telah mendapatkan sertifikasi OHSAS 18001 di tahun 2013. OHSAS 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk SMK3 yang bertujuan untuk mengelola aspek K3 pada setiap proses kerja di tempat kerja. Sertifikasi tersebut menjadi tolok ukur bahwa PT. Wika Realty merupakan
4
perusahaan yang memiliki SMK3 yang terintegrasi dan berhasil menerapkannya pada organisasi. 1.2.
Rumusan Masalah Budaya keselamatan merupakan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, moral
sosial, norma, aturan, praktek, kompetensi, dan perilaku yang terkait dengan keselamatan dalam organisasi. Implementasi budaya K3 perlu didukung oleh motivasi karyawan akan keselamatan individu tersebut maupun orang lain. Motivasi keselamatan merujuk pada kesediaan individu untuk mengerahkan usaha untuk memberlakukan perilaku keselamatan dan valensi yang berkaitan dengan perilaku tersebut. Menurut Buck (2011), motivasi keselamatan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku keselamatan kerja. Dengan melihat banyaknya penghargaan dan sertifikasi keselamatan yang diberikan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga tertentu kepada berbagai perusahaan, seharusnya tingkat kecelakaan kerja di Indonesia sudah tidak lagi mencapai angka yang tinggi. Oleh karena itu, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh yang dimiliki antara variabel motivasi keselamatan dengan perilaku keselamatan kerja di PT. Wika Realty?”
1.3.
Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis merumuskan pertanyaan yang nantinya akan
dijawab dan dijadikan sebagai hasil dari penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut
5
adalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi keselamatan dengan perilaku keselamatan kerja pada PT. Wika Realty?” 1.4.
Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka dapat diketahui
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh antara motivasi keselamatan dengan perilaku keselamatan kerja pada PT. Wika Realty. 1.5.
Manfaat Penelitian Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan
dalam mengetahui seberapa besar variabel motivasi keselamatan dapat mempengaruhi perilaku keselamatan kerja karyawannya, sehingga hal ini dapat membantu para pengambil keputusan dalam perusahaan dalam mengambil tindakan yang tepat jika terjadi permasalahan yang terkait dengan budaya K3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan di Magister Manajemen UGM, sekaligus dapat lebih memperdalam pengetahuan tentang iklim dan motivasi keselamatan karyawan dalam menerapkan SMK3 yang berlaku di perusahaan. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan kerja, sehingga dapat memperluas pengetahuan serta mengajarkan tentang ilmu K3 lebih dalam lagi, baik secara teori maupun praktik.
6
Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk membuat peraturan K3 yang lebih spesifik dan terarah kepada variabel-variabel terkait yang dapat meningkatkan perilaku keselamatan kerja, sehingga dapat memperkecil tingkat kecelakaan kerja di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat membuat pemerintah untuk lebih aktif lagi memsosialisasikan program-program keselamatan yang dimiliki kepada masyarakat, khususnya pelaku industri. 1.6.
Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Fokus dari penelitian ini yaitu melakukan analisis pengaruh yang dimiliki
antara variabel motivasi keselamatan dengan perilaku keselamatan kerja, dengan melibatkan Proyek Rusunawa UGM yang dikelola oleh PT. Wika Realty sebagai subyek dalam penelitian ini. 1.7.
Sistematika Penulisan Untuk melihat gambaran secara keseluruhan tentang apa yang dibahas
dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibagi dalam bagian-bagian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai landasan yang menjadi dasar pengembangan kerangka konseptual dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN Bab ini menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian variabel dan pengukurannya, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data serta metode analisis data yang digunakan. Selain itu, bab ini juga membahas tentang deskripsi subjek penelitian, yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, kegiatan usaha perusahaan, serta struktur organisasi perusahaan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang dilakukan seperti analisis data, statistik deskriptif, dan hasil pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi simpulan, keterbatasan, implikasi manajerial, dan saran yang kiranya dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan juga bagi peneliti selanjutnya di masa yang akan datang.
8