BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal ini memberikan gambaran bahwa karya sastra merupakan cetusan jiwa pengarang yang berusaha untuk mencerminkan kehidupan sosial masyarakat. Sastra muncul sebagai respon dari adanya konflik-konflik hidup yang dialami manusia Kepekaan rasa dan kreativitas pengarang bukan saja mampu menyajikan keindahan rangkaian cerita, melainkan juga mampu memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang agama, filsafat serta beraneka ragam pengalaman tentang kehidupan. Hasil kreativitas pengarang yang semacam itulah yang mampu mendidik pembaca untuk mengarah kepada kesempurnaan hidup. Nurgiyantoro (2010: 3) menyatakan bahwa novel bukan semata-mata karya fiktif, akan tetapi novel yang terlahir melalui proses imajiner. Fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya di lingkungan sesamanya. Fiksi menawarkan model-model kehidupan sebagaimana yang diidealkan pengarang melalui tokoh-tokoh dalam novel.
1
2
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang melukiskan gerak para tokoh, serta adegan kehidupan nyata yang digambarkan dalam suatu alur atau suatu keadaan dengan berbagai tema yang sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan ini selanjutnya membawa berbagai pergeseran nilai, khususnya nilai budaya dalam masyarakat. Pergeseran nilai ini lebih mengarah pada pola pikir serta bersikap manusia dalam suatu tatanan masyarakat, sehingga semua menjadi padu tanpa ada pengkotak-kotakan atau perasaan termarginalkan. Pengakuan atas diri seseorang dalam konteks masyarakat merupakan suatu yang dianggap penting. Hal ini akan membawa dampak pada pandangan kesetaraan terkait dengan perkembangan zaman. Wanita merupakan individu yang menjadi dampak adanya pergeseran nilai dan pandangan kesetaraan dalam setiap perkembangan zaman. Tak hanya dalam kehidupan nyata, dalam sebuah karya pun penokohan wanita bahkan menjadi objek pesakitan kaum laki-laki. Wacana ini tampat tidak adil dan merugikan kaum wanita baik secara fisik maupun psikis. Tragisnya banyak filosof yang mengungkapkan bahwa wanita hanya terlahir untuk menyertai laki-laki. Dikaitkan dengan subjek “wanita”, terjadi pembagian kerja di dalam keluarga dimana wanita berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang melahirkan dan merawat anak. Kondisi ini membuat wanita harus tinggal di dalam rumah, sedangkan lakilaki bekerja di luar rumah. Perbedaan di dalam dan di luar rumah dalam hal ini mengindikasikan perbedaan derajat manusia. Dengan demikian budayalah yang memiliki peran menjadikan wanita tersubordinasikan. Megawangi (1999: 117) berpendapat bahwa subordinasi wanita disebabkan oleh institusi
yang
3
androsentris, yaitu sistem sosial yang didominasi oleh laki-laki. Hal ini juga tejadi pada wanita Jawa. Seiring berjalannya waktu, gambaran tersebut menjadikan sisi sensitif kaum yang sering disebut hawa ini merasa terusik dan tak ingin menjadi gambar deskriminasi baik budaya, masyarakat maupun dunia. Keinginan ini mendapat gambar terang dengan adanya gerakan feminisme. Moeliono (dalam Sugihastuti & Suharto, 2013: 18) menyatakan bahwa feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Feminisme bukan merupakan sebuah pemberontakan terhadap laki-laki atau atas suatu kodrat alam, namun lebih mengarah kepada harapan persamaan hak dan kewajiban atas laki-laki dan perempuan dalam segala bidang tanpa pilah-pilah. Setelah membaca novel Pertemuan Dua Hati serta mempelajari beberapa tulisan yang dapat dijadikan literature, diperoleh informasi bahwa lahirnya novel ini merupakan bentuk penggambaran kedudukan serta peran seorang wanita. Seperti yang telah diketahui serta diungkap dalam berbagai karya bahwa laki-laki lebih mendominasi daripada wanita. Wanita justru memiliki andil besar dalam kehidupan dan keberlangsungan hidup ini, dengan segenap cinta dan sayangnya mengurus keluarga karena naluri keibuannya serta mengasuh dan mendidik generasi penerus dalam keluarga untuk memenuhi kodratnya. Membicarakan keterkaitan antara karya sastra dengan kehidupan, Pertemuan Dua Hati merupakan salah satu novel yang mengangkat cerita berdasarkan sebuah kisah nyata. Kisah mengesankan buah karya Nh. Dini ini menceritakan perjuangan seorang ibu sekaligus pendidik (guru) bernama Bu Suci
4
yang berhasil menunjukkan perannya meskipun ia dihadapkan dalam dua permasalahan yang cukup rumit dan mampu memberikan pengaruh besar pada dirinya dari setiap sisi kedua masalah tersebut. Permasalahan yang cukup dominan pada novel ini adalah mengenai feminisme yang mengungkapkan tentang kedudukan dan peran wanita di dunia. Pada dasarnya keberadaan wanita di dunia bukan untuk berada pada posisi masyarakat kelas dua yang seperti telah tersemat pada potret wanita-wanita terdahulu, khususnya wanita Jawa. Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini, merupakan sebuah prototype yang relevan, bagaimana sebuah karya sastra berfungsi sebagai penyampai pesan perihal bagaimana sejatinya seorang wanita harus memiliki kepribadian ideal dalam kehidupan dan keprofesiannya. Pemilihan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini didasarkan pada substansi novel yang merupakan representasi dari kisah nyata kehidupan manusia. Berbagai bentuk feminisme digambarkan dengan jelas oleh pengarang. Problema kehidupan yang dialami tokoh utama menyebabkan ia banyak mengalami kesulitan serta merasa tertantang. Melalui kesadarannya sebagai seorang wanita yang mendapat kesempatan mengaktualisasi dirinya, tokoh utama dalam novel ini menunjukkan kedudukan dan perannya sebagai wanita Jawa, sehingga tidak salah jika novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini ini patut untuk diteliti. Berbagai alasan tersebut menjadi motivasi bagi peneliti untuk berupaya mengkaji novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini yang sarat dengan pesan kehidupan melalui tokoh utama yang menghadapi problem dalam kehidupannya di lingkungan baru. Pesan kehidupan yang terkandung dalam novel
5
tersebut dapat dikaji dari feminisme dan digunakan sebagai bahan kajian apresiasi sastra. Selain itu, untuk menumbuhkan karakter bangsa sehingga manusia Indonesia tetap menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki jati diri sebagai bangsa yang berbudi luhur. Feminisme merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melakukan kajian terhadap novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kedudukan dan peran wanita Jawa dari penggambaran yang dilakukan pengarang secara feminis. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan bentuk kajian feminisme liberal yang memberikan intensitas pada persamaan hak baik dalam pekerjaan maupun pendidikan. Ratna (2007: 18) merumuskan bahwa pengarang tidak pernah mengarang semata-mata atas dasar pengalamannya secara pribadi. Pengarang dikondisikan secara sosial, ia berarti hanya dalam kaitannya dengan masyarakat, sehingga karya sastra bersifat sosial. Sebagai seniman, jelas pengarang lebih berhasil untuk melukiskan kehidupan masyarakat di tempat ia berada, lingkungan hidup yang benar-benar dialaminya secara nyata. Begitu pula dengan Nh. Dini, pesan bermakna dalam karyanya itu tidak sepenuhnya imaji atau hasil kreasi saja. Hal itu mengacu pada historis dan pengalaman nyata salah seorang teman dekat Nh. Dini sebagai seorang guru yang menjadi salah satu inspirasi Nh. Dini dalam peretasan karyanya ini. Jadi, novel Pertemuan Dua Hati yang ditulis oleh Nh. Dini, tidak hanya sekedar karya fiksi imajiner tetapi lebih tepatnya adalah sebuah karya sastra semi realistis yang mengacu pada kisah dan memoir seseorang.
6
Penelitian sejenis ini sudah pernah dilakukan oleh Rany Mandrastuty mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Kajian Feminisme”. Penelitian ini mendeskripsikan kehidupan perempuan yang tidak harus mengikuti budaya patriarkat meliputi unsur struktural, figur tokoh perempuan, serta mengungkap perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme. Penelitian yang lain oleh Syaiful Wildan mahasiswa Universitas Islam Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul penelitian “Kedudukan dan Peran Perempuan sebagai Istri dalam Masyarakat Kraton Yogyakarta Hadiningrat (Studi Pertautan Hukum Adat dan Hukum Islam)”. Penelitian ini lebih menekankan pada kedudukan dan peran perempuan sebagai istri menurut hukum adat dan hukum islam serta sejauh mana pertautan kedua hukum tersebut tentang kedudukan dan peran perempuan sebagai istri. Penelitian yang lainnya adalah “Eksistensi Wanita Jawa dalam Novel Sarunge Jagung Karya Trinil S. Setyowati (Sebuah Kritik Sastra Feminis)” disusun oleh Tri Purnama Ningsih mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini memaparkan unsur-unsur struktural, citra tokoh utama wanita, serta sikap pengarang dalam memandang kedudukan wanita dalam masyarakat. Penelitian pertama lebih menekankan pada perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme. Penelitian kedua lebih menekankan sejauh mana pertautan hukum adat dan hukum islam tentang kedudukan dan peran perempuan sebagai istri dalam Masyarakat Kraton Yogyakarta Hadiningrat.
7
Sementara penelitian ketiga merujuk pada sikap Trinil S. Setyowati dalam memandang kedudukan wanita dalam masyarakat. Ketiga penelitian tersebut sama-sama menggunakan pendekatan feminisme. Maka penelitian ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu masih berkaitan dengan kajian feminisme, akan tetapi perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu novel Pertemuan Dua Hati yang ditelaah secara tekstual mengenai kedudukan dan peran wanita dengan kajian berperspektif feminisme. Selain itu, penelitian ini juga ingin memberikan gambaran bagaimana tokoh utama melaksanakan kedudukan dan perannya secara beriringan. Penelitian ini menitikberatkan kajian mengenai kedudukan dan peran wanita Jawa baik di sektor domestik maupun sektor publik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai kedudukan dan peran wanita Jawa yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini dengan judul Kedudukan dan Peran Wanita Jawa dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh.Dini. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas serta didapatkan data yang akurat, peneliti memfokuskan penelitian ini pada analisis kedudukan dan peran wanita Jawa dengan melakukan kajian tekstual dalam novel Pertemuan Dua Hati. Kajian ini dilakukan dengan mengacu pada adanya dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspektif feminis yang merupakan upaya pemahaman kedudukan dan peran wanita seperti tercermin dalam karya sastra. Hal tersebut
8
mengarahkan sentral pembahasan pada penelitian ini adalah kedudukan dan peran wanita Jawa pada sektor domestik dan sektor publik. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat (eksplisit) mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian, atau sebagai pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kedudukan wanita Jawa dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini? 2) Bagaimana peran wanita Jawa dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
merupakan
suatu
rumusan
kalimat
yang
menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dan digunakan untuk mencari data yang realistis. Ada pun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan kedudukan wanita Jawa dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini. 2) Mendeskripsikan peran wanita Jawa dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
9
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengacu pada apa yang diberikan penelitian kepada bidang ilmu tertentu, instansi, masyarakat, dan semua pihak yang terlibat dalam ilmu-ilmu terapan yang terkait. Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. 1) Manfaat Teoretis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur penelitian dibidang sastra, yaitu berkenaan dengan kedudukan dan peran wanita Jawa dengan melakukan kajian berperspektif feminisme pada novel secara tekstual. 2) Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan gagasan atas pemikiran terkait dengan penelitian yang dilakukan serta dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya dibidang sastra yang mengacu pada kajian berperspektif feminisme berkenaan dengan kedudukan dan peran wanita Jawa. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian terhadap istilahistilah yang ada dalam penelitian ini, perlu adanya penegasan istilah. Istilah-istilah tersebut antara lain sebagai berikut.
10
1) Kedudukan Kedudukan adalah tingkat atau martabat/ status tingkatan seseorang. Pengertian ini merujuk pada posisi atau keadaan seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat berkaitan dengan hak dan kewajiban (Wildan, 2009: 9). Dalam hal ini kedudukan juga dapat berarti sebagai pengakuan terhadap diri seseorang pada lingkungan tertentu. 2) Peran Wildan (2009: 9) menjelaskan peran adalah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan disertai dengan cara tingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan tersebut. Peran juga berkenaan dengan tugas serta kewajiban seseorang. 3) Wanita Jawa Handayani dan Ardhian (2004: 24) mengemukakan bahwa dalam kehidupan praktis masyarakat Jawa, wanita adalah sosok yang selalu menggusahakan keadaan tertata sehingga untuk itu pula dia harus menjadi sosok yang berani ditata. Sedangkan wanita Jawa adalah individu yang memiliki sifat berani untuk diatur atau harus siap untuk diatur dan terikat di bawah aturan budaya Jawa. 4) Novel Menurut Wellek (dalam Pratami, 2012: 10) novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Novel juga merupakan jenis prosa yang menceritakan kehidupan baik yang
11
menyangkut perwatakan tokoh atau lingkungan sekitar, bentuknya hampir mirip dengan roman tetapi lebih sederhana. Ada pun alur ceritanya penuh konflik dan biasanya diakhiri dengan penyelesaian konflik sedangkan panjang-pendek ceritanya tidak terikat dengan suatu aturan melainkan bebas sesuai dengan karya pengarang. 5) Feminisme Feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki (Moeliono dalam Sugihastuti & Suharto, 2013: 18). Feminisme adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan (Goefe dalam Sugihastuti & Suharto, 2013: 18).