BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1
Komunikasi Setiap sisi kehidupan manusia selalu terkait akan komunikasi dan tidak
akan lepas dari komunikasi, apapun itu bentuk kegiatannya. Setiap orang saling berhubungan satu sama lain sehingga menimbulkan interaksi sosial. Secara kodrati setiap orang siapapun itu senantiasa terlibat dalam komunikasi. Tentu saja hal itu merupakan konsekuensi dari adanya hubungan sosial. Dilihat
secara
umum
komunikasi
merupakan
proses
kegiatan
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, isi pesan yang disampaikan berupa lambang-lambang yang penuh arti dan bermakna. Pengertian komunikasi itu sebenarnya tidak hanya terpaut pada satu hal atau satu situasi saja namun dari banyak sudut. Pengertian komunikasi itu bisa dilihat lebih luas lagi, tergantung dari sudut pandang, konteks dan tujuannya. Sedangkan secara etimologis, istilah “komunikasi” berasal dari bahasa latin : communication, yang bersumber dari kata communis (artinya: milik bersama atau berlaku dimana mana), yang selanjutnya bermakna sama, yaitu ‘sama dalam memberikan makna(interpretasi) mengenai suatu hal’. Misalnya, dalam konteks percakapan, komunikasi akan terjadi atau berlangsung bila ada kesamaan interpretasi mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna/interpretasi. Jelas bahwa percakapan antara 2 orang atau lebih dapat 26
27 dikatakan komunikatif (mengerti dan paham) apabila mereka mengerti bahasa yang digunakan dan memiliki kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Selain pengertian secara umum dan etimologis terdapat pula pengertian paradagmatis atau komunikasi mengandung tujuan tertentu. Pada dasarnya, komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, seperti tatap muka langsung, melalui media radio siaran, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu ada banyak konsep, definisi, atau alasan pengertian yang dikemukakan oleh oleh para ahli. Dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara lengkap mengenai makna komunikasi yang paling hakliki: komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan berupa simbol-simbol yang mengandung arti oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yaitu memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku dengan simbol-simbol yang mengandung arti. Banyak program acara radio yang memberikan memberikan berbagai pesan atau informasi, dengan harapan mampu menambah informasi kepada pendengar.
28 1.
Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang di
dalamnya ada sejumlah komponen atau unsur yang mencakup kegiatan tersebut. Proses Komunikasi selalu mensyaratkan beberapa unsur, antara lain : KOMUNIKATOR
PESAN
KOMUNIKAN
Gambar 0.1. Proses Komunikasi Keterangan : Komunikator
: orang yang menyampaikan pesan
Pesan
: pernyataan yang disampaikan
Komunikan
: orang yang menerima pesan
Gambaran yang dibuat oleh peneliti tersebut merupakan bentuk komunikasi sederhana, yaitu komunikasi antarindividu secara tatap muka (face to face communication), tanpa menggunakan bantuan alat (media) atau saluran (channel). Hubungan Komunikator – Pesan – Komunikan dalam proses Komunikasi sederhana tersebut dapat berkembang apabila komunikasi memerlukan media (misalnya, media radio siaran) yang dipakai sebagai alat bantu saluran komunikasi. Seperti dijabarkan pada gambar dibawah ini :
29
Gambar 0.2. Proses Komunikasi dengan Media Keterangan : Sumber: Perseorangan atau Lembaga Pesan: Pernyataan berupa lambang/simbol visual, auditif, audio visual Saluran: Media yang dipakai sebagai saluran atau sarana bantu komunikasi Penerima : Penerim Pesan dapat perseorangan atau massa(banyak orang) Akibat
: Perubahan tingkah laku yang dialami atau dilakukan oleh si
penerima Harold D. Lasswell, menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan : “Who says what in which channel to whom which what effect?” Dalam penyampaian suatu pesan, seorang penyiar harus menguasai teknik berkomunikasi agar pesan yang disampaikan tampak lebih indah didengar. Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni menyampaikan pesan dari komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pernyataan tersebut biasanya dibawakan dengan mempergunakan lambang/simbolumumnya yang digunakan bahasa.
30 2.
Dampak Komunikasi Terdapat tiga dampak dari komunikasi, diantaranya : a.
Dampak Kognitif Dampak yang timbul pada komunikan, yang menyebabkan ia menjadi tahu atau menungkat intelektualnya. Di sini, pesan-pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
b.
Dampak Afektif Dampak ini lebih tinggi kadarnya jika dibandingkan dengan dampak kognitif. Di sini, tujuan komunikator bukan hanya sekedar berupaya agar komunikan tahu atau mengerti, tetapi dapat menggerakan hati si komunikan sehingga bisa menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c.
Dampak Kogntif / Behaviour / Psikomotorik Yang paling tinggi adalah dampak behavior ini, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perubahan perilaku, tindakan, atau kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa dampak komunikasi di dunia radio itu
31 sangat diperlukan untuk keperluan peningkatan mutu dan penyampaian pesan dari seorang penyiar kepada pendengar dalam suatu program acara. Apakah dampak yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan dari setiap program acara? Tentu saja, hal itu tergantung dari bagaimana seorang penyiar mampu menyampaikan pesan dengan baik.
3.
Tujuan Komunikasi Menurut Hewitt (1981), tujuan dalam proses komunikasi
dijabarkan sebagai berikut: a.
Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
b.
Mempengaruhi perilaku seseorang
c.
Mengungkapkan perasaan
d.
Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
e.
Berhubungan dengan orang lain
f.
Menyelesaikan sebuah masalah
g.
Mencapai sebuah tujuan
h.
Menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik
i.
Menstimulasi minat diri sendiri atau orang lain
32 2.1.2
Komunikasi Massa 1.
Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messags communicated through a mass medium to a large number of people). (Rakhmat, 2003, p.188) Definis dari rakhmat diatas tentang komunikasi massa termaksuk sederhana, namun dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri banyak orang tetapi jika tidak menggunkana media massa, itu bukan komunikasi massa. Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lainnya, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) “mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most bradly shared continuous flow of messages in industrial societies”. Komunikasi massa adaah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003, p.188) ahli komunikasi lainnya, merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. (Effendy, 1986, p.26). Ia mengemukakan difinisinya dalam dua item, yaitu pertama komunikasi
33 massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak besar dan pada umumnya sedikit sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila di definisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.
2.
Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa (Elvinaro, 2007, p.6) adalah
sebagai berikut : a.
Komunikator Terlembagakan Bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Coba kita bayangkan, secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan.
b.
Pesan Bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukan untuk semua orang dan tidak ditunjukan oleh sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
34 komunikasi massa dapat berupa fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapar dimuat dalam media massa. c.
Komunikannya Anonim dan Heterogen Pada komunikasi antarpersonal,komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti : nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak bertatap wajah langsung.
d.
Media Massa Menimbulkan Keserampakan Komunikasi massa memiliki kelebihan dari komunikasi lainnya yaitu, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapa relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar pendudukdalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah
35 e.
Komunikasi Menggutamakan Isi Ketimbang Hubungan Salah satu dari prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000, p.99). dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Sementara Rakhmat (2003) menyebutnya sebagai proporsi unsur isi dan unsur hubungan
f.
Komunikasi Bersifat Satu Arah Tidak hanya memiliki keunggulan tetapi komunkasi massa juga memiliki salah satu ciri yang menjadi kelemahannya. Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, dan komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.
36 g.
Stimulasi Alat Indra “Terbatas” Kelemahan lain dari komunikasi massa adalah stimulai alat indra “terbatas”. Pada komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator, dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulai alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengarkan sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera pengelihatan dan pendengaran
h.
Umpan Balik Tertunda (Delay) Komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat dengan langsung mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
37 3.
Peran Komunikasi Massa Menurut Dominick (2000), fenomena terbentuknya selebritas di bidang keartisan aau pakar dibidang politik, ekonomi, komunikasi dan lainnya, tidak terlepas dari peran yang dimainkan komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Melalui komunikasi massa kita dapat mengetahui berbagai informasi. Lebih jauh Dominick (2000) mengatakan bahwa dalam melihat fungsi dan kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk analisis, yakni analisis makro (wide angle lens) dan analisis mikro (close-up lens). Kedua metode ini, baik analisis makro maupun analisi mikro, kadangkala memiliki hasil yang sama pada khalayak dalam menyerap informasi yang disampaikan media massa. Namun tidak berarti khalayak memiliki kesamaan dalam menggunakan media massa. Hal ini yang tidak di antisipasi oleh para komunikator massa.
4.
Fungsi Komunikasi massa Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi
sebagai decoder, intepreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untu kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunkasi massa mengintepretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta emmbantu anggota-anggota masyarakat menikmati
38 kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini dimungkinkan karena komunikasi massa mempunyai kemampuan memperluas pandangan, pendengaran, dalam jarak yang hampir tidak terbatas, dan juga dapat melipat gandakan suara dan kata-kata secara luas. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsifungsi komunikasi massa sebagai berikut : a.
Surveillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi The Watcher.
b.
Correlation of the parts of society in responding to the environment Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menanamkan fungsi The Forum.
c.
Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Schramm menamakan
39 fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi The Teacher. Rincian mengenai fungsi komunikasi dari Laswell hanya sampai situ saja, sehingga membuka peluang untuk mengemukakan berbagai spekulasi dan penasfiran. Contohnya, seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright, menambahkan fungsi yang keempat, yaitu entertainment dan kemudian ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut :
a.
Surveillance Menunjuk pada fungsi pengumpulan data dan informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handling of News b.
Correlation Meliputi fungsi intepretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda.
c.
Transmission Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi lain atau dari anggota-anggota suatu
40 masyarakat terhadap pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan. d.
Entertainment Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.
5.
Efek Komunikasi Massa Efek pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media
massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. a.
Efek Kognitif Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semual tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti dan yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.
b.
Efek Afektif Berkaitan dengan perasaan, akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga terbahak-bahak, sedih sehingga meneteskan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan yang bergejolak dalam hati
41 c.
Efek Konatif Efek ini tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif atau efek afektif. Dengan kata lain, timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif atau efek afektif. Dampak konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Onong Uchajana, 2000, p.318-319)
2.1.3
Media Massa Media Massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa,
merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Menurut Nurudin, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen (Nurudin, 2003, p.8) Bentuk media massa terdiri dari : 1.
Media Cetak Media cetak yang dapat memenuhi criteria sebagai media massa
adalah surat kabar dan majalah. Sebagai media cetak, surat kabar dan majalah tetap berbeda-beda karena memiliki karakteristik yang khas, yang dimiliki oleh masing-masing media itu sendiri.
42 2.
Media Elektronik Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menarik banyak perhatian
khalayak radio siaran, banyak orang memperkirakan bahwa radio siaran diambang kematian. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal cassette players. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja dan memiliki kemampuan menjual pada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
2.1.4
Radio Menurut Moeryanto ginting, yang dikutip Ritonga (1996, p. 93), radio
adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambing komunikasi yang berbunyi (Lee, 1965). Suatu pemancar radio yang sedang in operation tidak membawa pengaruh apa-apa pada audiens/pendengar kalau gelombanggelombangnya tidak dimuati sesuatu yang berarti, entah itu berupa sinyal, katakata terucapkan, maupun nada-nada, atau sesuatu yang berirama (Kertapati, 1981) Terkait dengan itu, maka radio siaran perlu dimuati pesan-pesan, informasi-informasi, musik, serta bunyi-bunyi lainnya, yang terencanam tersusun/tertata dan siap untuk didengarkan kepada khalayak.
43 Setelah penelitian yang cukup lama sejak 1980an oleh Guglielmo Marconi akhirnya pada tahun 1901, Marconi dan teman-temannya berhasil mengadakan komunikasi radio melintasi Atlantik, ialah dari PoldhuInggris ke Halifax Newfoundland, dan sejak saat itu komunikasi radio telah mampu menerobos masuk ke aspek ekonomi dan militer. Di Indonesia sendiri radio telah ada sejak pada masa pemerintahan Belanda, yang mana radio siaran pertama di Indonesia kala itu ialah Bataviase Radio Vereninging (BRV) berada di Batavia (Jakarta) yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. Semua radio siaran pada saat itu memiliki status swasta. Sejak adanya BRV maka muncul lah badan-badan radio siaran lainnya seperti Nederlandsch Indisch Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta Bandung dan Medan, Solossche Radio Vereninging ( SRV) di solo, dan masih banyak lagi. SRV (Solossche Radio Vereninging) yang didirikan pada 1 April 1933, merupakan pelopor munculnya radio siaran usaha bangsa Indonesia, yang selanjutnya berkat peran Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangkunegoro akhirnya berdirilah badan-badan radio usaha bangsa Indonesia di berbagai kota besar lainnya. Setelah belanda menyerah terhadap Jepang pada 8 Maret 1942, tiba giliran jepang menduduki Indonesia. Dengan gaya militer Jepang bernama Dai Nippon, akhirnya radio siaran yang semula berstatus swasta dibekukan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyotu yang berpusat di jakarta dan memiliki cabang di luar kota dengan nama Hoso Kyoku. Setelah jepang menyerah tanpa syarat pada 14 Agustus 1945, para pemuda Indonesia
44 melanjutkan informasi yang didengar dari siaran luar negeri mengenai jatuhnya bom atom di jepang oleh tentara Amerika, maka Indonesia dapat memanfaatkan situasi tersebut. Pada 17 Agustus 1945 pukul 19.00 WIB melalui siaran radio Text Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di bacakan, walaupun hanya sekitar jakarta saja. Itulah sekilas sejarah radio di Indonesia yang mana apabila kita tidak di jajah oleh Belanda dan Belanda tidak mendirikan dan mengenalkan kita pada radio maka Teks Proklamasi pun tidak dapat disiarkan dan para masyarakat Indonesia hingga Negara tetangga tidak akan mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.
1.
Karakteristik Radio Sebagai media massa, radio siaran memiliki karakteristik unik
dank has, yang juga tentunya mempunyai keungulan dan kelemahannya. Dalam penyampaian pesan atau isi pernyataannya yang dikemas dalam suatu program, radio mempunyai cara tersendiri yang disebut dengan gaya radio, yang meliputi bahasa kata-kata lisan, musik/lagu, dan efek suara, yang menjadi kunci utama identitas sebuah stasiun radio dalam menyajikan program-programnya. Menurut Effendy, gaya radio siaran dapat timbul karena faktor : a.
Sifat Radio Siaran
b.
Sifat Pendengar Radio
Sifat radio siaran, gaya radio secara karateristiknya mencakup :
45 a.
Imajinatif Karena radio siaran hanya bisa di dengar, maka pendengar Kephanya bisa membayangkan suaranya tanpa mengetahui sosok penyiar seperti apa. Hal tersebutlah membuat pendengar secara tidak langsung ketika mendengarkan radio tercipta suatu imajinasi yang disebut theatre of mind. Banyak drama radio yang berhasil membius dan disukai pendengarnya, antara lain, War of The World, Saur Sepuh, Misteri Gunung Merapi, Ibuku Sayang Ibuku Malang, Catatan si Boy, dan lain-lain.
b.
Auditori Radio adalah bunyi atau suara yang hanya bisa di konsumsi oleh telinga. Maka dari itu apa yang di dengar oleh telinga kemampuannya cukup terbatas, selain itu telinga juga memiliki keterbatasan dalam mengingat pesan yang didengarnya. Untuk itulah pesan radio siaran harus jelas, singkat, dan sepintas lalu, agar informasi di sampaikan pendengar.
oleh
radio
siaran
dapat
diterima oleh
46 c.
Akrab Media radio
siaran
menyampaikan
adalah
pesannya
intim,
secara
karena
penyiar
personal/individu,
walaupun radio itu didengarkan oleh orang banyak. Sapaan penyiar yang khas seolah ditunjukkan kepada diri pendengar secara seorang diri, menjadikan si penyiar seakan-akan berada disekitarnya. Sehingga radio bisa menjadi “teman” dikala seseorang sedang sedih ataupun gembira. Itulah sifat akrab radio. d.
Gaya percakapan Bahasa yang digunakan bukan tulisan, tapi gaya obrolan sehari-hari. Tak heran juga banyak pameo atau bahasabahasa percakapan yang unik muncul dari dunia radio yang diperkenalkan oleh penyiar menjadi sesuatu yang nge-trend.
Sedangkan sifat pendengar radio meliputi : kesukaan, kegemaran, kebiasaan, minat, serta keinginannya. Untuk itu ciri-cirinya dapat dirinci sebagai berikut :
47 a.
Heterogen (beragam) Pendengar radio sangat beragam. Maka itu, ada sejumlah radio siaran mencoba membatasi sasaran pendengarnya agar lebih homogen, meski pada kenyataannya tidak ada pendengar yang satu dengan yang lain adalah sama. Namun, agar sasaran menjadi lebih fokus maka dibuatlah pembatasan sasaran berdasarkan faktor demografis (usia, pendidikan, jenis kelamin), letak geografis (perkotaan, perdesaan, pesisir), psikografis (kesukaan, kebiasaan, hobi, gaya hidup). Hal tersebut dimaksudkan, agar program yang disajikan dapat di pahami oleh sasaran yang dituju dan pesan-pesan programnya memuat hal-hal yang berkaitan dengan minat dan keinginan pendengarnya
b.
Personal (pribadi) Penyampaian pesan atau bahasa lisan radio siaran melalui penyiar bersifat personal (pribadi) sesuai dengan situasi dan kondisi pendengar ketika ia mendengarkan siaran radio.
48 c.
Aktif Semula,
teori
awal
ilmu
komunikasi
menganggap
khalayak adalah sekumpulan orang yang pasif ketika siterpa pesan media massa. Namun, penelitian ilmiah yang dilakukan mengenai Presiden AS pada tahun 1944 oleh Paul Lazarsfeld, Wilbur Schramm, dan Raymond Bauer, membuktikan bahwa khalayak tidaklah pasif seperti yang dianggap. Bahkan, dimasa sekarang, sejak teknologi telekomunikasi semakin berkembang pesat, khalayak semakin aktif terlibat dan menanggapi di dalam proses penyampaian komunikasi media massa (radio dan televisi) yaitu salah satunya adalah melalui telepon genggam yang dimilikinya untuk berinteraksi. Namun, sampai saat ini, karakteristik radio dan televisi secara fisiknya, si pendengar atau pemirsa tetap tidak bisa berkomunikasi melalui benda radio atau televisi layaknya sebuah handphone. d.
Selektif (pemilih) Khalayak radio siaran cendrung selektif dalam memilih program atau pesan yang menerpa dirinya. Pendengar akan memilih program yang disuka atau memenuhi kebutuhan rohaniah dirinya. Ini bisa disebabkan kondisi
49 psikis, ruang (spasial), lingkungan sosialnya sehingga si pendengar bisa tergerak untuk memilih programnya.
2.
Kekuatan Radio Siaran Sebagai suatu kekuasaan atau kekuatan, radio siaran dijuluki
sebagai kekuasaan ke-5 (the fifth estate), setelah lembaga eksekutif, legeslatif, yudikatif, dan pers didalam suatu negara. Pers dalam hal ini adalah media cetak (surat kabar) telah membuktikan kekuatannya, ketika Carl Bernestein dan Bob Woodward wartawan dari The Washington Post melakukan kerja investigasinya terhadap skandal penyadapan yang dilakukan tim kampanye Presiden Nixon pada 17 Juni 1972 di markas kampanye Partai Demokrat. Akibatnya laporan investigasi dari kedua wartawan tersebut, Presiden Nixon akhirnya terjungkal dari kekuasaan dan mengundurkan diri pada 8 Agustus 1974. Menurut Effendy (2003, p.137) pada awalnya, radio siaran hanya mempunyai tiga fungsi yaitu : a.
Sarana hiburan
b.
Sarana penerangan
c.
Sarana pendidikan
Namun, sejak jaman Nazi Hilter, fungsi radio siaran bertambah menjadi sarana propaganda. Mulai saat itu akhirnya kekuatan radio sebagai media massa tak diragukan. Bukti ini bisa ditelusuri dimana pada
50 kala itu ALdof Hitler memanfaatkan media radio untuk propagandakan ide-idenya. Timbul pertanyaan, mengapa radio dianggap memiliki kekuasaan yang sangat hebat? Ini disebabkan oleh tiga faktor (Effendy, 2003, p.139): a.
Radio Siaran Bersifat Langsung Ini artinya program yang disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks. Berita, informasi, atau pesan yang disampaikan oleh penyiar dapat diterima pendengar secara langsung pada saat itu juga.
b.
Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan Pengertiannya bahwa, radio siaran dapat menembus jarak yang jauh walaupun dirintangi oleh gunung, lembah, padang pasir, maupun lautan. Hal ini dikarenakan radio menggunakan signal yang mana signal tersebut hanya dapat berkurang kualitasnya dikala keadaan cuaca menjadi buruk.
c.
Radio Siaran mengandung Daya Tarik Maknanya, radio siaran memiliki sifat yang serba hidup berkat tiga unsure yang menjadi daya tariknya, yaitu :
Musik
Kata-kata / suara manusia
Efek suara
51
3.
Kelemahan Radio Siaran Setiap media memiliki kelemahan, begitu pun radio. Radio hanya
bisa di dengar, pesannya terbatas dan sekilas dengar sehingga informasi radio tidak bisa detil. Informasi yang terlanjur disampaikan secara siaran langsung tidak bisa diulang. Maka itu, radio sebetulnya tidak mengenal ralat. Apa yang telah diucapkan oleh penyiar apabila salah tidak dapat di ralat atau di tarik kembali, hal ini dikarenakan pendengar sudah terlanjur mendengarnya. Secara lebih rincinya, kelemahan radio siaran dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Durasi Program Terbatas Radio siaran dalam setiap programnya dibatasi durasi waktu. Setiap program memiliki rentang waktunya masing-masing. Biasanya maksimal durasi program selama 240 menit atau 4 jam, yang terbagi-bagi dalam segmen acara. Oleh karena itulah penyiar harus pintar dalam memilih kata agar semua informasi dapat tersiarkan kepada pendengar tepat pada waktunya dan juga dapat diterima dengan jelas dan baik oleh pendengarnya.
52 b.
Sekilas Dengar Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, maka isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sekilas dan sepintas lalu saja. Isi pesan atau informasi radio siaran gampang lenyap dari ingatan pendengar. Pendengar tidak bisa meminta mengulang informasi atau lagu yang sudah disiarkan. Karena sifatnya sekilas, maka pesan yang disampaikan tidak rinci dan detail. Untuk itu, pendengar tak terlalu konsentrasi penuh mendengarkan siaranya, sehingga pendegar tetap dapat melakukan aktivitasnya meskipun sedang mendengar radio.
c.
Mengandung Gangguan Setiap penyampaian komunikasi dengan menggunakan bahasa lisan/ucap melalui media mengalami gangguan. Radio siaran sebagai media masa juga tak lepas dari gangguan yang sifatnya teknis (channel, mechanic noise factor). Karena kekuatan radio siaran adalah suara atau bunyi, maka unsure ini pula yang bisa menjadi kelemahan karena
adanya
menghilang, suaranya.
gangguan
atau
sinyal,
kresek-kresek
suara
menjadi
terdengartak
jelas
53 2.1.5
Program Radio Sejalan dengan perkembangan radio di ajang yang kompetitif,khususnya
radio swasta nasional,menjadikan setiap radio perlu memiliki pola atau format dalam programnya untuk dapat lebih fokus kepada para konsumen atau pendengarnya. Terdapat tiga jenis format program radio, diantaranya : 1.
Format Berita Format berita ialah merupakan suatu pola siaran radio yang mana
radio tersebut
kebanyakan programnya berisi mengenai berita-berita
yang berat (hard news) yakni seperti politik, bencana alam, kriminal, dsb. Dalam format Radio tidak terdapat hiburan seperti musik, komedi, info atau tips mengenai hiburan, dsb 2.
Format Musik Sekarang ini hampir semua radio mengambil format musik
sebagai pola atau cirri khas dari radionya. Hal ini dikarenakan musik lebih bersifat Universal atau merakyat sehingga siapa pun dapat menikmatinya oleh karena itu banyak pengelolah radio mengambil musik sebagai pola dan format untuk radio mereka, akan tetapi didalam musik pun memiliki pembagiannya lagi, ini dikarenakan genre musik yang banyak dan juga peminatnya yang beraneka ragam, agar lebih memfokuskan kepada keinginan pendengar maka pengololah radio harus mengklarifikasikan lagi musik bagi para pendengarnya.
54
3.
Format Khusus Format Khusus merupakan format atau pola radio yang dibentuk
khusus untuk kalangan tertentu saja dengan satu jenis materi saja. Contoh format khusus ialah radio tersebut khusus di siarkan hanya untuk para wanita saja sehingga segala informasi yang disiarkan oleh radio tersebut berhubungan dengan wanita, begitupula dengan pilihan lagu-lagunya yang lebih cendrung ke pilihan wanita, atau radio khusus lainnya yang bersifat rohani yang mana format atau program-program yang mereka sajikan hanya berhubungan dengan rohani,mulai dari topik talkshow, lagu-lagu yang diputar,dsb. Selain format program, radio juga memiliki karakteristik jenis siaranya,menurut Wahyudi (1994: 17-18) dari aspek karakteristiknya jenis siaran terbagi dua, yaitu : 1.
Siaran karya artistik : Siaran yang diproduksi melalui pendekatan artistic, yaitu proses produksi mengutamakan segi keindahan.
2.
Siaran karya jurnalistik : Siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik yaitu suatu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termaksuk dalam proses penyajian kepada khalayak.
Adapun perbedaan antara karya artistik dan karya jurnalistik menurut sebagai berikut :
55
Tabel II.1. Perbedaan antara Karya Artistik dan Karya Jurnalistik (Wahyudi, 1999, p.19)
Karya Artistik
Karya Jurnalistik
Sumber: Ide/gagasan
Sumber: Permasalahan hangat
Mengutamakan keindahan
Mengutamakan kecepatan / aktualitas
Isi pesan bisa fiksi dan non fiksi
Isi pesan harus factual
Penyajian
tidak
terkait
waktu Penyajian terikat waktu
(perencanaan) Sasaran kepuasan pendengar
Sasaran
kepercayaan
dan
kepuasan
pendengar Memenuhi rasa kagum / menghargai Memenuhi rasa ingin tahu pendengar seseorang Improvisasi tidak terbatas
Improvisasi terbatas
Isi pesan terkait pada kode moral
Isi pesan terkait pada kode etik
Penggunaan bahasa bebas (dramatis)
Menggunakan bahasa jurnalistik (ekonomi kata dan bahasa)
Refleksi daya khayal kuat
Refleksi penyajian kuat
Isi pesan tentang realitas social
Isi pesan menyerap realitas
56 Berkaitan dengan kategorisasi dan klasifikasi tentang karya artistik, maka dapat dijabarkan berdasarkan jenis masing-masing program tersebut sebagai berikut : 1.
Program Musik Suatu program yang materi siarannya mengutamakan aspek atau
yang berkaitan dengan musik dan lagu dalam penyajian siarannya. Misalnya Acara Tangga Lagu, Profil Artis Musik, Program Jenis Musik (pop, rock, jazz, rap/hip hop,dll), Nonstop Music DJ Style
2.
Program Drama radio Suatu program yang menyajikan secara audio pola
pelakonan/dramatisasi para tokoh atau karakternya dalam suatu tema cerita tertentu yang dibawakan dengan gaya naratif, monolog, dialog yang diselingi dengan suara musik, lagu, sera efek suara seperlunya. 3.
Program Kuis Radio Suatu program yang materi siaranya didasarkan pada pertanyaan-
pertanyaan, teka-teki, permainan bersifat auditif yang ditujukan kepada pendengar agar menanggapinya sebagai suatu bentuk partisipasi atau interaktif, yang dikompensasikan dengan suatu hadiah.
57
4.
Program Komedi/ Humor Suatu program sajian yang terdiri dari sejumlah kombinasi dari
beragam format acara, yang dikemas secara dinamis dan menarik dengan diselingi sisipan musik dan efek suara. Isi program variety show terdiri dari beberapa segmen. Bisa berupa tips, wawancara, kuis, permintaan lagu, info aktual, gossip, dsb. 5.
Program Komedi/ Humor Suatu program yang menyajikan unsur-unsur yang menggelitik
dan mengundang kelucuan secara auditif sehingga merangsang pendengar untuk tersenyum atau tertawa. Program komedi secara genrenya meliputi : jokes, lawakan, anekdot, serta parody. 6.
Program Sponsor Suatu program yang isi siarannta dimuati oleh informasi dan data
produk tertentu yang disajikan dengan gaya perbincangan atau wawancara. 7.
Program Cerita Dongeng
Bentuk penyajian program yang disajikan secara dramatisasi atau naratif berdasarkan kisa-kisa dongeng dan cerita-cerita legenda yang sudah dikenal luas.
58 Jenis- jenis program karya jurnalistik, antara lain : 1.
Program Buletin Berita Suatu sajian beragam berita aktual yang dikemas dalam tingkatan
gradasi sangan penting, penting, dan kurang penting yang perlu diketahui masyarakat. 2.
Program Dokumenter Program yang didasarkan pada peristiwa penting yang telah
berlalu dan memiliki relevansi aktualitas dengan kekinian. 3.
Program Majalah Udara Program adopsi dari majalah cetak yang disajikan dalam bentuk
versi auditif yang berisi mengenai aneka ragam topik, tema, serta peristiwa yang perlu diketahui masyarakat. 4.
Program Feature Program informasi yang membahas suatu topik persoalan melalui
berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, dan mengeritik, yang disajikan dalam berbagai format 5.
Program Talk Show Program yang mengutamakan sajian perbincangan atau obrolan
yang didasari penentuan tema, topik, serta bahasan yang dikemas secara dinamis, dan aktual, factual, menarik, juga menghibur.
59 2.2
Teori-Teori Khusus 2.2.1
Pengertian Motif Menurut Loundon and Bitta (1993) pengertian motif adalah : “Motive as an inner state that mobilizes bodily energy and direct it in
selective fashion toward goal usually located in the external environment” (p. 322) Dua komponen utama yaitu mekanisme untuk membangkitkan energi di dalam tubuh dan kekuatan untuk menyediakan arah atau tujuan pada energi tersebut. Komponen pertama mengaktifkan ketegangan dan kegelisahan tetapi tidak memberi arah untuk melepaskan ketegangan ini. Sedangkan komponen kedua memfokuskan energi yang dibangkitkan tersebut pada suatu tujuan di dalam lingkungan individu seperti saat individu lelah maka dia diarahkan oleh motiv untuk istirahat. Sedangkan menurut David B. Guralnik “Motive : an inner drive, impulse, etc. That causes one to act “ (Motif : suatu perangsang dari dalam, suatu gerakan hati, dan sebagainya yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu). Motif menurut Harold Koontz “As Berelson and Stainer have defined the term, a motive, “is an inner state that energizes, activates, or moves (hence ‘motivation’) and that
directs or channels behavior towards goals”” ( Seperrti yang
dirumuskan oleh Berelson dan Stainer, suatu motif “adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan, atau yangmenggerakan, karenanyadisebut ‘penggerakan’ atau ‘motivasi’, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan”). Serta menurut Prof. Dr. S.
60 Nasution “motif yang dimaksud adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari definisi- definisi tersebut diatas dapatlah disimpulkan, bahwa suatu motif adalah suatu daya pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu (dalam Moekijat, 2002, p.4)
2.2.2
Kepuasan Khalayak Konsep kepuasan khalayak berasal dari beberapa asumsi dasar
pendekatan uses and gratification yang pertama kali dideskripsikan oleh Katz, eta al (1959). Katz, eta al mengemukakan bahwa uses and gratification terfokus pada : 1.
Latar belakang sosial dan psikologi
2.
Yang menimbulkan kebutuhan- kebutuhan
3.
Harapan-harapan atas media massa atau sumber lainnya yang mempengaruhi
4.
Pola-pola eksposure media yang berbeda atau keterlibatanya dalam aktifitas lain, yang menghasilkan
5.
Kebutuhan gratifikasi
6.
Konsekuensi lainnya yang barangkali lebih banyak tanpa kesengajaan
(Rosengren, Wenner, Palmgreen, 1985, p.170). Kepuasan komunikasi adalah “suatu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan” (Muhammad, 2004, p.88). Kepuasan khalayak atau gratifikasi khalayak dalam menggunakan media adalah situasi atau
61 perasaan puas (enak) pada individu ketika tujuannya dalam menggunakan media tersebut tercapai. Perasaan ini dapat tercapai setelah kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhinya tercapai. Kebutuhan tersebut mempengaruhi individu dalam melakukan pengkonsumsian media.
2.2.3
Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam,dari
jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran, atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain diantaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya (Nurudin, 207, p.104-105). Pada penonton suatu acara yang sama , masing-masing penonton akan mempunyai komentar yang berlainan terhadap pesan (program acara) yang sama-sama dilihatnya itu. Intinya adalah apapun komentar dari audience, yang jelas program televisi atau media yang lain bisa menjadi topik pembicaraan sehari-hari, dan pesan tersebut dapat memperluas pengetahuan pemirsanya. Beberapa karakteristik audience menurut Hiebert sebagai berikut : 1.
Audience cendrung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Mereka memilih produk media berdasarkan seleksi kesadaran.
62 2.
Audience cendrung besar, berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Berapapun jumlah individu, mereka tetap disebut audience.
3.
Audience cendrung heterogen, yang artinya mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.
4.
Audience cendrung anonim,yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per kasus, tetapi meliputi semua audience.
5.
Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat dikatakan juga audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Menurut Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach (1988), dalam melihat efek media massa ada dua catatan yang dijadikan dasar, yakni interaksi audience dan bagaimana tindakan audience terhadap isi media (dalam Nurudin, 2007, p.106)
2.2.4
Uses and Gratifitation Theory Herbert Blumer and Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan
teori ini. Teori uses and gratification (kegunaan dan kepuasaan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya the uses on mass communication. Current perspectives on gratification research. Teori uses and gratification milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa menggunakan media memainkan peran aktif untuk emmilih dan menggunkan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna
63 media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Sementara itu, dalam teori uses and gratification ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Kalu dalam teori peluru terpaan media akan mengenai audience sebab ia berada di pihak yang pasif, sementara dalam teori uses and gratification justru sebaliknya. Teori uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebesan untuk memutuskan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. Penggunaan teori ini bisa dilihat dalam kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya karena cocok dengan lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain, misalnya untuk gengsi diri, kepuasan batin, atau sekedar hiburan.
64 Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message And Media (1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori ini.
Janji Imbalan Upaya yang diperlukan
=
Probabilitas Seleksi
Gambar 0I.3. Teori Schramm dan Porter Sumber : Nurudin, M. Si (2007, p.193) Imbalan disini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (Segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan memenuhi kebutuhan khalayak. Misalnya, anda akan menonton suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan anda akan kebutuhan informasi atau hiburan. Upah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita memberi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu. Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan Umedia oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). AGratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, perbedaan rasa kesepian dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.
65
Teori Uses And Gratification beroperasi dalam beberapa cara yang bisa
Lingkungan Sosial : 1. Ciri-Ciri demografis 2. Afilasi Kelompok 3. Ciri - Ciri
dilihat dalam bagan di bawah ini : Kebutuhan Sumber Pemuasan kebutuhan yang berhubungan Khalayak : dengan non media : 1. Kognitif
1. Keluarga, teman-teman
2. Afektif
2. Komunikasi interpersonal
3. Komunik asi Interperso nal
3. Hobi
4. Integratif Sosial 5. Pelepasan Ketegang an
4. Tidur Penggunaan Massa:
Media
1. Jenis-Jenis Media KS, majalah, radio, TV dan film 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Kontek sosial dan terpaan media
Perumusan Media (Fungsi) 1. Pengamatan Lingkungan 2. Diversi / Hiburan 3. Identitas Personal 4. Hub. Sosial
Gambar 0.4. Teori Uses and Gratifications Sumber : Nurudin (2007, p.24)
Menurut pendirinya Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Girevitch, uses and gratification menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan
66 dan akibat-akibat lain. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dan teori-teori ini :
1.
Khalayak dianggap aktif : artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2.
Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lainnya untuk memuaskan kebutuhan. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4.
Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak ; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasisituasi tertentu.
5.
Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus diteguhkan sebelum ditelitih lebih dahulu orientasi khalayak.
Didalam buku Metode Penelitian Komunikasi milik Jallaludin Rakhmat, model uses and gratification mempunyai konseptualisasi, operasionalisasi, dan observasi. Pada konseptualisasi, model ini digambarkan sautu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Media ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan
67 media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari situlah timbul istilah uses and gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Menurut Blumer, dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility) ; bahwa konsumsi media
diarahkan
oleh
motif
(intentionality);
bahwa
perilaku
media
mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn) (Rakhmat, 2007, p.65) Operasionalisasi model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Dibawah uses and gratification, grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Sesuai dengan bentuk model-model yang lain, model uses and gratification dilukis seperti gambar ini.
Variabel
Variabel
Variabel
Variabel
Anteseden
Motif
Penggunaan
Efek
Variabel
Personal
Media Hubungan
Kepuasaan
individual
Diversi
Macam Isi
Pengetahuan
Variabel
Identitas
Hubungan
Lingkungan
Personal
dengan Isi
Gambar 0.5. Model Uses and Gratification Sumber : Rakhmat, 2007
68
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara :
1.
Unifungsional, seperti hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain.
2.
Bifungsional, informasi- dedukasi. Fantasistecapist, atau gratifikasi segera tertangguhkan.
3.
Empat fungsional, diversi, hubungan personal, identitas personal, dan surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya, dan multifungsional.
Daftar motif memang tidak terbatas. Tetapi operasionalisasi Blumer (1980, p.209) agak praktis untuk dijadikan petunjuk penelitian. Blumer menyebutkan tiga orientasi: 1.
Orientasi Kognitif, yaitu kebutuhan bukaninformasi, surveillance, atau eksplorasi realitas
2.
Diversi, yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.
69 3.
Identitas personal, yaitu menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.
2.2.5
Terapan Media (Media Exposure) Media Exposure menurut Jalaludin Rakhmat (1989) diartikan sebagai
terpaan media. Sedangkan Marsi Singarimbun (1982) mengartikannya dengan sentuhan media. “Selain itu media exposure berusaha mencari data audience tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity” (Prastyono, 1995, p.23). “Teori media ekposure berdasarkan frekuensi, durasi, dan jenis media yang digunakan” (Sari, 1993, p.29). dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa untuk emngukur terpaan media atau media ekposure adalah dengan melihat frekuensi,durasi dan perhatian menonton seseorang. Elemen “pola terpaan media yang berlainan” pada teori uses and gratification berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena mengacu pada kegiatan menggunakan media. Adpaun batasan exposure menurut Shore (1985) : “Exposure is more complicated than accsess because its deal not only with what a person is within physically (range of the particular mess medium) but also wether a person is actually expose no message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing. With a least minimal amount of interest, the mass media message. This exposure might occure at an individual or
70 group level”. (Kriyantono, 2006, p.204). sehingga exposure lebih dari sekedar mengakses media. Exposure tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka terhadap pesan media massa tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang terjadi pada individu atau kelompok. Disini dipusatkan pada kerangka psikologi yangmendasari motif beserta pemuasan kebutuhan melalui komunikasi massa. Sebagian orang menyatakan bahwa terpaan media lebih merupakankegiatan yang kebetulan dan amat dipengaruhi faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan dengan media begitu kecil dibanding dengan kebutuhan khalayak sehingga faktor motivasional hampir tidak berperan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang lain lagi berpendirian bahwa, walupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa, kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikannya. Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motifmotif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media massa. kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberikan hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan
71 kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian, dan media massa berfungsi sebagai sahabat (Rakhmat, 1994, p.205-207).
2.2.6
Gratification Sought and Gratification Obtained Salah satu macam riset Uses and Gratification yang saat ini berkembang
adalah yang dibuat oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset uses and gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu khalayak menggunakan media di dorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang ditelitih oleh model Palmgreen ini lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasaan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained) dimana ( Krisyantono, 2006, p.206207) : 1.
Kepuasan yang dicari (Gratification Sought) merupakan motif individu menggunakan media massa.
2.
Kepuasan yang diperoleh (Gratification Obtained) merupakan kepuasan individu setelah menggunakan media.
Untuk mencoba menjawab pertanyaan mengapa pada umumnya, Denis McQuail melakukan penelitian “ pemakaian dan kepuasan” khalayak media,
72 dimana orang-orang yang berhubungan dengan media, saluran media, dan isi media tertentu dilihat kepuasan dan pandangan mereka ; kepuasan apakah yang mereka harapkan dan mereka terima, serta bagaimana mereka memanfaatkan hasil penelitian mereka terhadap media. Hasil penelitian itu berupa sejumlah daftar inventaris menyangkut kepuasan, kesenangan, dan pemakaian, yang mencerminkan tingkat keteraturan dan prediksibilitas yang meyakinkan ( McQuail, 1987, p.72) Kerangka dibawah ini dikutip dari tipologi yang disarankan McQuail (1972) : 1.
Informasi a.
Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b.
Mencari bimbingan yang menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan penelitian.
c.
Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum
d.
Memperoleh rasa damai melalui pengetahuan dari ceritaceritanya
2.
Identitas Pribadi a.
Menemukan penunjangan nilai-nilai pribadi.
b.
Menemukan model prilaku
73 c.
Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)
d.
3.
Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri
Integrasi dan Interaksi Sosial a.
Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain ; empati sosial
b.
Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c.
Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
d.
Memperoleh teman selain dari manusia
e.
Membantu menjalankan peran sosial
f.
Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak- keluarga, teman, dan masyarakat
4.
Hiburan a.
Melepaskan diri atau terpisah dari masalah
b.
Bersantai
c.
Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
d.
Mengisi waktu
e.
Penyaluran emosi
f.
Membangkitkan gairah
74 (McQuail, 1987, p.72) Operasionalnya adalah dengan membandingkan kedua konsep GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained), sehingga dapat diketahui kesenjangan antara GS dan GO. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasan (Discrepancy gratifications) adalah perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu.
KepercayaanKepercayaan (beliefs)
Pencarian kepuasan (GS)
Konsumsi media
Perolehan kepuasan yang diterima (GO)
Evaluasievaluasi Gambar 0.6. Model Expectancy-Values Sumber : Krisyantono, 2006 Konsep utama dari sebagian besar fenomena uses and gratification pada dasarnya adalah harapan (expectancy). “Konsep khalayak yang aktif itu senantiasa mengasumsikan penggunaan media dilandasi oleh suatu harapan” (Subakto, 1995, p.21)
2.2.7
Definisi dan Operasional Konsep 2.2.7.1 Definisi Konsep 1.
Motif Penggunaan Media Radio Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
75 diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya (Erdinaya, 2004, p.87) Motif penggunaan radio dalam penelitian ini adalah kategori motif yang berhubungan dengan penggunaan media radio menurut McQuail antara lain Motif Informasi, Motif Identitas Personal, Motif Intergrasi, Motif Hiburan (dalam Rachmat, 2006) 2.
Kepuasaan Penggunaan Media Radio Untuk mengetahui kepuasan khalayak, dapat dilihat berdasarkan kesenjangan antara GS dengan GO. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasaan (discrepancy gratification) adalah perbedaan peroleh kepuasaan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkomsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancy-nya,semakin memuaskan media tersebut (Krisyantono, 2006).
2.2.7.2 Operasionalisasi Konsep
76 Tabel 0.2 Operasional Konsep Variabel
Dimensi
Motif
Indikator 1. Ingin mengetahui berbagai peristiwa dan kondisi yang
Motif Informasi berkaitan dengan lingkungan masyarakat terdekat. (Meliputi kebutuhan akan
2. Ingin mencari bimbingn dan
informasi lingkungan
pendapat yang menyangkut
sekitar dan eksplorasi
berbagai masalah
realitas)
3. Ingin memperoleh pengetahuan lebih mengenai suatu hal 1. Ingin menemukan penunjangan
Motif Identitas Personal
nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi pendengar itu sendiri
(Motif yang mendorong
2. Ingin mengidentifikasikan diri
seseorang menggunakan
dengan nilai-nilai lain dalam
media untuk memperkuat
media
dan menonjolkan sesuatu 3. Ingin memperoleh nilai lebih atau situasi yang penting sebagai pendengar dalam hidupnya sendiri) 1. Ingin memperoleh pengetahuan Motif Integrasi dan yang berkenaan dengan empati Interaksi Sosial social
77 (Motif yang mendorong
2. Ingin menemukan bahan
seseorang menggunakan
percakapan dan interaksi social
media demi kelangsungan
dengan orang lain disekitarnya
hubungannya dengan orang lain)
3. Keinginan untuk dekat dengan dengan orang lain 4. Keinginan untuk dihargai orang lain
Motif Hiburan
1. Ingin melepaskan diri dari permasalahan
(Kebutuhan akan
2. Ingin bersantai
pelepasan dari ketegangan
3. Ingin mengisi waktu luang
dan kebutuhan akan
4. Ingin menyalurkan emosi
hiburan)
5. Ingin mendapatkan hiburan dan kesenangan
Kepuasan
Kepuasan Informasi
1. Dapat mengetahui berbagai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat terdekat 2. Dapat mencari bimbingn dan pendapat yang menyangkut berbagai masalah 3. Dapat memperoleh pengetahuan
78 mengenai berbagai hal Kepuasan Identitas Personal
1. Dapat menemukan penunjang nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi pendengar itu sendiri 2. Dapat mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media 3. Memperoleh nilai lebih sebagai pendengar
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial
1. Memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial 2. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain di sekitarnya 3. Dapat dekat dengan orang lain 4. Dapat dihargai oleh orang lain
Kepuasan Hiburan
1. Dapat melepaskan diri dari permasalahan 2. Bisa bersantai 3. Bisa mengisi waktu luang 4. Bisa menyalurkan emosi 5. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan
79 2.2.8
Kerangka Pemikiran
Sudah Lama dan Jarang terdengarnya program drama radio di dunia penyiaran,khususnya jakarta, dan skalinya muncul drama radio dari motion radio yang tampil berani beda dengan yang lain yakni menyajikan drama pewayangan mahabarata, dan yang membuat unik ialah drama ini dibuat secara modern dan mengikuti jaman modern ini,sehingga pendengar tidak akan bosan mendengarnya
Uses and Gratification Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Pendengar secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi diantara berbagai pokok isi (McQuail, 1987). Pendengar dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Gratification Sought Motif informasi Motif integrasi dan interaksi sosial Motif Identitas Personal Motif Hiburan
Gratification Obtained Kepuasan Informasi Kepuasan Integrasi dan Interaksi sosial Kepuasan Identitas Personal Kepuasan Hiburan
Hubungan Motif Pendengar dengan Tingkat kepuasan dalam mendengarkan program acara drama radio “ASAL USUL PANDAWA DAN KURAWA” di Motion Radio Jakarta