BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu petrologi yang menjelaskan tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) yang terjadi pada batuan tersebut. Dalam studi petrogenesis batuan beku, magma merupakan sumber utama pada proses pembentukannya. Proses primer menjelaskan rangkaian kejadian mulai dari pembentukan berbagai jenis magma hingga terbentuknya berbagai jenis batuan beku, termasuk lokasi pembentukannya. Studi petrogenesis ini dinilai sangat penting untuk mengetahui proses pembentukan batuan dan keterkaitannya dengan tatanan tektonik sehingga dapat bermanfaat dan menambah wawasan di bidang ilmu geologi. Batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya secara umum didominasi oleh Batolit Singkawang (Suwarna dkk., 1993). Selain itu, terdapat pula beberapa batuan beku yang tersebar dan mewakili berbagai periode magmatik. Periode magmatik di daerah penelitian memiliki rentang umur mulai dari pra-Trias hingga Pliosen. Batuan beku yang terbentuk di daerah Singkawang dan sekitarnya ini memiliki karakteristik yang beragam, begitu pula dengan kondisi lingkungan pembentukannya. Penelitian mengenai batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti oleh Suwarna dkk. (1993), Amiruddin (2000) dan sebagainya. Namun belum ada pembahasan yang lebih
1
2
rinci mengenai perbandingan karakteristik komposisi batuan beku dari berbagai periode magmatik di daerah tersebut. Selain itu, penelitian mengenai petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya juga belum pernah dilakukan. Berbagai pernyataan yang telah dikemukan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai studi petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya. Apalagi dengan melihat batuan bekunya yang terbentuk dari berbagai periode magmatik. Penelitian mengenai petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya, terutama di bidang keilmuan atau bahkan di bidang eksplorasi endapan mineral. I.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, terdapat beberapa hal yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana tipe, karakteristik mineralogi dan komposisi kimia batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya? Apakah ada perbedaan yang signifikan antara batuan beku di masing-masing periode magmatik? 2. Bagaimana pembentukan batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya? Lalu bagaimana hubungannya dengan tatanan tektonik? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan fokus utama yang digunakan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah:
3
1. Mengetahui tipe, karakteristik mineralogi dan komposisi kimia batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya pada masing-masing periode magmatik. 2. Menginterpretasikan proses pembentukan batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya pada masing-masing periode magmatik serta keterkaitannya dengan tatanan tektonik. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Pengetahuan tentang batuan beku dan proses pembentukannya. 2. Pemahaman mengenai kondisi geologi di daerah Singkawang dan sekitarnya. 3. Tersedianya data hasil analisis berupa data petrografi dan geokimia. 4. Pemahaman mengenai pembentukan batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya. I.5. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, pembahasan masalah dibatasi pada analisis tipe dan karakteristik komposisi batuan beku dengan metode petrografi dan geokimia pada batuan beku berumur pra-Trias hingga Pliosen di daerah Singkawang dan sekitarnya. Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan analisis pembentukan batuan beku dan keterkaitannya dengan tatanan tektonik. Batasan data yang digunakan pada penelitian ini berupa data petrografi dan data geokimia. Pekerjaan lapangan yang dilakukan pada penelitian ini hanya sebatas peninjauan kondisi
4
geologi dan pengambilan sampel batuan sebagai data tambahan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pemetaan geologi. I.6. Ruang Lingkup Secara umum ruang lingkup pada penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup penelitian. I.6.1. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah untuk penelitian ini meliputi Lembar Singkawang (Suwarna dkk., 1993), Sambas-Siluas (Rusmana dkk., 1993) dan Sanggau (Supriatna dkk., 1993). Sedangkan secara admistrasi, wilayah penelitian meliputi Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau.
Gambar 1.1. Ruang lingkup wilayah penelitian
5
1.6.2. Ruang lingkup penelitian Penelitian dilakukan pada sampel batuan beku dari berbagai lokasi yang tersebar di daerah Singkawang dan sekitarnya, dan mewakili periode magmatik dari pra-Trias hingga Pliosen (yang telah dicocokkan dengan data radiometri). Sampel batuan beku berasal dari penelitian lapangan tim Laboratorium Sumberdaya Mineral Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM pada bulan Maret dan Juli-Agustus 2012 dengan tambahan sampel hasil penelitian langsung di lapangan pada Agustus 2014. I.7. Peneliti Terdahulu Penelitian di daerah Singkawang dan sekitarnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Van Bemmelen (1949), melakukan penelitian tentang stratigrafi, struktur geologi dan sejarah geologi di Indonesia, salah satunya di daerah Singkawang dan sekitarnya. Menurut Van Bemmelen (1949), daerah Singkawang secara fisiografi termasuk ke dalam zona C1 atau Distrik Cina yang merupakan bagian dari kontinental Sundaland yang lebih stabil. Distrik Cina merupakan lereng bagian utara dari kompleks batuandasar (Zona C) di Kalimantan Barat-Tengah dengan Zona Schwaner (Zona C2) sebagai garis tengah dan Area Ketapang (Zona C3) sebagai lereng bagian selatannya. 2. Hartono (1983), memberikan informasi mengenai rangkuman tentang perkembangan tektonik daerah Kalimantan dan sekitarnya. Menurut Hartono (1983), batuan di Kalimantan sudah terbentuk sebelum Trias
6
Akhir, namun sejarah tektoniknya masih belum jelas. Perkembangan tektonik yang penting di Kalimantan terjadi pada Trias Akhir ketika Kalimantan sudah mulai stabil akibat proses kolisi. Perkembangan tektonik selanjutnya diikuti dengan pembentukan pluton granitik di bagian baratdaya Kalimantan pada Kapur Akhir hingga Tersier Awal. 3. Williams dkk. (1988), melakukan penelitian tentang Unsur Struktural Kalimantan Barat dari Kapur Akhir hingga Tersier Awal. Menurut Williams dkk. (1988), berdasarkan karakteristik geologi dan geofisika Kalimantan Barat dapat dibagi menjadi tiga daerah utama, yaitu Pegunungan Schwaner, Kalimantan Baratlaut dan Melange - Endapan Akresi 4. Rusmana dkk. (1993), melakukan pemetaan geologi dan membuat peta geologi Lembar Sambas/Siluas, Kalimantan skala 1:250.000, termasuk penyajian data geokimia sebagai data sekunder terkait daerah penelitian. 5. Supriatna dkk. (1993), melakukan pemetaan geologi dan membuat peta geologi Lembar Sanggau, Kalimantan skala 1:250.000, termasuk penyajian data geokimia sebagai data sekunder terkait daerah penelitian. 6. Suwarna dkk. (1993), melakukan pemetaan geologi dan membuat peta geologi Lembar Singkawang, Kalimantan skala 1:250.000, termasuk penyajian data geokimia sebagai data sekunder terkait daerah penelitian. 7. Soeria-Atmaja dkk. (1999), melakukan penelitian tentang Magmatisme Kenozoik di Kalimantan dan Hubungannya dengan Evolusi Geodinamik. Menurut Soeria-Atmaja dkk. (1999), sabuk magmatik Tersier di bagian
7
tengah Kalimantan terbagi atas dua periode subduksi, yaitu periode Eosen - Oligosen dan periode Oligosen Akhir - Miosen. Magmatisme Eosen Oligosen Awal berhubungan dengan proses subduksi dengan karakteristik magma berupa seri kalk-alkali, yang kemudian diikuti oleh proses kolisi. Proses subduksi kemudian berlanjut pada Oligosen Akhir hingga Pleistosen. Di saat itu terjadi perubahan magma dari kalk-alkali menjadi kalk-alkali potasik. 8. Amiruddin (2009), melakukan penelitian tentang Sabuk Granit Orogen Kapur di Kalimantan. Menurut Amiruddin (2009), terdapat dua tipe Jalur Granit Orogen Kapur yang dapat diketahui di Kalimantan, yaitu Jalur Granit Kordileria dan Jalur Granit Kaledonia. Jalur Granit Kordilera terdiri dari batolit granit berukuran sangat besar yang dikenal sebagai Batolit Schwaner, Ketapang dan Singkawang. Jenis granit ini terdiri dari tonalit, granodiorit dan sedikit granit. Pada umumnya berkomposisi kalk-alkali hingga alkali. Secara genesis merupakan granitoid tipe I yang terbentuk pada saat penunjaman kerak samudera terhadap tepi lempeng benua. Berumur Kapur Awal hingga Kapur Akhir. Jalur Granit Kaledonia terdiri dari tubuh-tubuh pluton terisolasi berukuran kecil. Contoh granit yang termasuk ke daerah penelitian adalah Granit Pueh. Jenis granit ini terdiri dari granit dan granodiorit yang berkomposisi kalk-alkali dan alkali.