Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Teknik Sipil, diperlukan potensi Sumberdaya Manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di dunia kerja. Sebagai sumber kualitas Mahasiswa khususnya Mahasiswa Teknik Sipil, dituntut untuk membekali diri dan mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat
dalam perkuliahan,
sehingga
diperlukan suatu metode pendidikan yang tidak hanya fokus pada teori tetapi juga dalam praktek di lapangan. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antara dunia perusahaan dan perguruan tinggi. Bentuk kerja sama yang dilakukan adalah dengan diadakannya suatu program yaitu Kerja Praktek bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja Teknik Sipil dan juga salah satu syarat ketuntasan studi. Kerja praktek merupakan praktek lapangan yang berkaitan erat dengan infrastruktur (Jalan Raya, Jembatan, Gedung, Irigasi, dll), mulai dari memahami perencanaan suatu konstruksi sampai dengan proses pelaksanaan di lapangan, baik dari segi proses yang terjadi atau mekanisme kerja, manajemen pengoperasian
dan
pengendalian
kualitas
secara
teknis
serta
mampu
menganalisis perilaku atau masalah-masalah yang sering terjadi. Proyek konstruksi yang akan ditinjau sebagai tempat kerja praktek yaitu pekerjaan konstruksi pembangunan gedung Rektorat STIKES CHMK Tahap III Tahun 2016. Alasan memilih lokasi Kerja Praktek tersebut karena proyek
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
1
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
tersebut merupakan proyek bangunan sistem rangkanya dengan menggunakan Struktur beton bertulang yang dalam pengerjaannya membutuhkan suatu ketelitian. 1.2.Tujuan Kerja Praktek Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini antara lain adalah: 1) Mahasiswa
melakukan
pengamatan
dilapangan dan membandingkannya
secara
langsung
pelaksanaan
dengan teori-teori yang telah
diperoleh pada perkuliahan. 2) Mahasiswa mampu mempelajari masalah-masalah yang terjadi di
lapangan dan memecahkan masalah tersebut sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. 3) Mahasiswa mempunyai gambaran mengenai alur komunikasi dan
pergaulan di lingkungan kerja suatu proyek. 4) Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan di lapangan kerja.
1.3.Data Proyek 1.3.1. Data Administrasi 1.
Nama Proyek
: Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
2.
Pemilik Proyek : PT. CITRA BINA INSAN MANDIRI
3.
Lokasi Proyek
: Jl. Manafe 17, Kelurahan Kayu Putih Kota Kupang.
4.
Konsultan
: PT. CITRA DESAIN REKANUSA
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
2
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1.3.2. Data Struktur 1.
Jenis Struktur
: Rangka Beton Bertulang
2.
Tipe Struktur
: Beton bertulang
3.
Mutu Beton
: K-225
4.
Type Pondasi
: Pondasi telapak (foot plate)
1.3.3. Gambar Lokasi Proyek
Lokasi Proyek
Gambar 1.1. Lokasi Proyek Sumber : Data Proyek 1.4. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan dari tanggal 20 April 2016 sampai 20 Juli 2016. 1.5. Batasan Masalah Yang Diamati Batasan masalah yang diamati antara lain: 1. Konstruksi Pembangunan Gedung Rektorat STIKES CHMK kota Kupang Tahap III Tahun 2016, secara keseluruhanya itu bangunan berstruktur beton bertulang. Secara garis besar lingkup pekerjaan yang diamati selama pelaksanaan kerja praktek ini adalah beton bertulang, yang terdiri
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
3
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
dari pondasi, sloof, kolom, balok dan pelat. Dari pekerjaan ini yang perlu diamati adalah pekerjaan bekesting, penulangan/pembesian, pengecoran dan perawatan beton. 2. Pelaksanaan konstruksi selama masa kerja praktek yang akan dibahas pada Bab IV laporan kerja praktek. 1.6. Hal-hal Penting Berhubungan dengan Pelaksanaan Kerja Praktek a) LokasiProyek Kerja praktek yang dilakukan di Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III terletak di Jln. Manafe No.07, Kel. Kayu Putih Kota Kupang. b) Dana Proyek Proyek ini dibangun dengan dana sebesar Rp.4,005,644,800.000,(Empat Milyar Lima Juta Enam Ratus Empat Puluh Empat Ribu Delapan Ratus Ribu Rupiah).
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
4
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB II SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI PROYEK DAN TEKNIK PELAKSANAAN
2.1 Proses Pengadaan Tender Dalam proyek ini tidak dilakukan proses tender melainkan penunjukan secara langsung karena proyek ini bersifat pribadi. Penunjukan secara langsung dilakukan oleh pemilik bangunan (owner) yaitu PT. Citra Bina Insan Mandiri kepada PT. Citra Desain Rekanusa sebagai Kontraktor pelaksana, konsultan perencana dan konsultan pengawas. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 ( satu ) Penyedia Barang/Jasa. Dalam proses penunjukan langsung ini pihak PT. Citra Bina Insan Mandiri selaku pemilik proyek mengikuti tata cara proses/tahapan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yaitu penunjukan langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tahapan-tahapan dalam penunjukan langsung kepada Penyedia Jasa Pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut: 1.
Undangan kepada peserta terpilih dilampir Dokumen Pengadaan.
2.
Pemasukan Dokumen Kualifikasi.
3.
Evaluasi kualifikasi.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
5
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4.
Pemberian Penjelasan.
5.
Pemasukan Dokumen Penawaran.
6.
Evaluasi penawaran.
7.
Klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga.
8.
Penetapan pemenang.
9.
Pengumuman pemenang.
10. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa. Tahapan-tahapan dalam penunjukan langsung kepada Penyedia Jasa Konsultansi adalah sebagai berikut: 1.
Undangan kepada penyedia Jasa Konsultansi terpilih dilampir Dokumen Pengadaan.
2.
Pemasukan Dokumen Kualifikasi.
3.
Evaluasi Kualifikasi.
4.
Pembuktian kualifikasi.
5.
Pemberian Penjelasan.
6.
Pemasukan Dokumen Penawaran.
7.
Pembukaan Dokumen Penawaran.
8.
Klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
9.
Pembuatan Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung.
10. Penetapan Penyedia Jasa Konsultansi. 11. Pengumuman. 12. Penunjukan Penyedia Jasa Konsultansi. 13. Evaluasi penawaran. 14. Penetapan pemenang.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
6
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
15. Pengumuman pemenang. 16. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa. 2.2 Standar-standar Umum dalam Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan hingga saat ini seperti: 1.
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03- 2847-2002.
2.
Standar Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-2002.
3.
Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03- 1726-2012.
4.
Building Code Requirements for Reinforced Concrete ACI 318-05.
5.
Uniform Building Code UBC-1997
6.
Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 17271989 F.
7.
Peraturan Pembebanan Indonesia 1989.
8.
Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI-2-/1971)
9.
Peraturan Semen Portland Indonesia NI no.08.
10. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982. 2.3 Struktur Organisasi Proyek Organisasi adalah bentuk persekutuan antara sekelompok orang yang bekerja sama secara formal dan terikat guna mencapai tujuan yang telah di
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
7
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
sepakati atau di tetapkan, sedangkan proyek adalah suatu kegiatan yang terencana yang melibatkan berbagai pihak dengan baik dan terencana. Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga terampil dari PT.Citra Desain Rekanusa. Stuktur organisasi Proyek dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI PT. CITRA DESAIN REKANUSA France Deky Oematan Kuasa Direktur
Christofel Liyanto,SE
Alberd Lede
Top Manajemen
Keuangan/komputer
Marthen Yohanes
Jimry Le,ST
Melky Jems Saek,ST
Keamanan
Penanggung Jawab Perencanaan
Penanggung Jawab
Jimy Djuneidi
Romanus Roma
Rofinus Tanting
Logistik
Perhitungan RAB
Pengawas
Mohammad Idris Pelaksana
Mesakh Naat Ofice Boy
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Sumber: Data Proyek Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: a)
Kuasa Direktur Tugas
dan
fungsi
utama
Direktur
adalah
menjalankan
dan
melaksanakan “pengurusan” (beheer, administration or management) perseroan PT. Jadi PT diurus, dikelola atau di-manage oleh Direktur
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
8
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
baik dari segi pengadministrasian hingga pemeliharaan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, Direksi melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan oleh undang-undang dan anggaran dasar kepadanya. b)
Top Manajemen/ Manajemen Puncak Tugas dari Top manajem sebagai berikut: Merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya
c)
Keuangan/Komputer Tugasnya sebagi berikut: 1) Bertugas dalam hal urusan Keuangan. 2) Bertugas untuk mengurus dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kontrak. 3) Bertanggung jawab terhadap administrasi proyek-proyek dan jasa.
d)
Security/ keamanan Tugas dari Security/ keamanan sebagai berikut: Bertugas menjaga keamanan lokasi proyek selama pengerjaan proyek tersebut.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
9
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
e)
Penanggung jawab perencanaan Tuganya merencanakan dan mendesain gambar kerja serta
dapat
mempertanggungjawabkan perencanaannya. f)
Penanggung jawab Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek berlangsung.
g)
Logistik Dan Peralatan Tugas dari logistik sebagai berikut: Logistik bertanggung jawab dalam memberikan informasi harga material dan harga alat, mengadakan dan mengelola persediaan material dan
alat,
menyelenggarakan
mobilisasi
alat
konstruksi,
dan
melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengendalian, pemeliharaan serta perbaikan alat. h)
Perhitungan RAB Tugasnya menghitung semua Anggaran Biaya pelaksanaan proyek, mulai dari pekerjaan persiapan sampai pekerjaan finishing.
i)
Pengawas Lapangan Tugas dari pengawas lapangan sebagai berikut: 1) Membantu Pelaksana Proyek, untuk melaksanakan pekerjaan secara terpadu dan terkoordinir serta bertanggung jawab kepada Pelaksana Proyek atas penyelesaian pekerjaan sesuai bidang tugasnya. 2) Mempelajari gambar rencana secara seksama.
j)
Pelaksana Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode/tahapan pekerjaan dan spesifikasi teknis.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
10
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
h)
Office Boy Tugasnya membersihkan kantor dan menyiapkan perlengkapan kantor.
2.4 Hubungan Kerja Unsur-unsur Proyek Unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini adalah pemilik proyek, kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas. Ketiga unsur tersebut memiliki hubungan kerja. Hubungan kerja antara unsur-unsur proyek ini dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:
Pemilik Proyek PT. Citra Bina Insan Mandiri
Konsultan Perencana dan Pengawas PT. Citra Desain
Kontraktor Pelaksana PT. Citra Desain
Keterangan: : Garis Konsultasi / Koordinasi : Garis Komando
Gambar 2.2 Bagan Hubungan Kerjasama Sumber: Buku Manajemen Proyek,(Ir.Laurensius Lulu,MM) Hubungan kerja antara unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut: A. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana Sesuai pengamatan hubungan kerja antara kedua pihak ini dilakukan dengan cara penunjukkan langsung oleh owner yang
terjadi sebelum
pelaksanaan proyek.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
11
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1) Pemilik proyek terhadap konsultan perencana Menerima pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh konsultan perencana berupa gambar rencana dan detail, serta perhitungan struktur. 2) Konsultan perencana terhadap pemilik proyek a) Melakukan perencanaan sesuai dengan ide atau keinginan dari pemilik proyek b) Menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan tersebut selesai. B. Hubungan kerja antara pemilik Proyek terhadap Kontraktor Sesuai pengamatan, hubungan kerja antara kedua pihak tersebut tertulis dalam sebuah kontrak kerja. 1) Pemilik proyek terhadap kontraktor a) Membayar jasa kontraktor sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. b) Menerima pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh kontraktor. 2) Kontraktor terhadap pemilik Proyek a) Melaksanakan pekerjaan fisik sesuai ketentuan atau rencana kerja. b) Menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan tersebut dilaksanakan. C. Hubungan kerja antara pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas ini dituangkan dalam perjanjian pekerjaan pengawasan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
12
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1) Pemilik proyek terhadap konsultan pengawas a) Memberikan
tugas
dan
tanggungjawab
untuk
melaksanakan
pengawasan terhadap proyek yang dimaksud. b) Menyediakan biaya jasa terhadap pengawasan tersebut. 2) Konsultan pengawas terhadap pemilik proyek a) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pemilik proyek sesuai dengan ketentuan serta mempertanggungjawabkan hasil pengawasan terhadap pemilik proyek. b) Mengurangi adanya penyimpangan – penyimpangan yang mungkin terjadi atas segala pekerjaan tersebut. 2.4.1 Pemilik Proyek Pemilik Proyek adalah orang yang memberikan pekerjaan bangunan dan membayar biaya pekerjaan bangunan tersebut. Dalam proyek ini pihak yang memberikan pekerjaan (pemilik proyek) adalah PT. Citra Bina Isan Mandiri. Tugas, hak dan kewajiban dari pemilik proyek: 1. Memilih pelaksana konstruksi dengan penunjukan langsung kepada PT. Citra Desain Rekanusa. 2. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk terwujudnya pekerjaan proyek. 3. Menerima hasil pekerjaan setelah pekerjaan dinyatakan selesai. 4. Menyediakan material atau bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk terwujudnya suatu pekerjaan bangunan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
13
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2.4.2 Kontraktor/Pelaksana Pelaksana adalah perseorangan atau lembaga yang menerima tugas untuk menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut kesepakatan dengan pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta gambar rencana yang telah dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksana konstruksi adalah PT. Citra Desain Rekanusa. Tugas, hak dan kewajiban pelaksana adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik. 2. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan pelaksanaan lapangan. 3. Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian bahan yang tepat. 4. Membuat dokumentasi foto lapangan tiap bulan. 5. Membetulkan
semua
kerusakan
dan
ketidaksempurnaan
dalam
pelaksanaan sebagai akibat kesalahan penggunaan bahan. 6. Menyerahkan pekerjaan jika pekerjaan selesai secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan dan bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan keamanan pelaksanaan pekerjaan. 2.4.3 Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah perseorangan yang berbadan hukum atau badan yang membuat perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan konstruksi.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
14
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2.4.4 Konsultan Pengawas Konsultan Pengawas adalah perseorangan atau lembaga yang berbadan hukum, yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk mengawasi, menjalankan fungsi kontrol, dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan oleh Perencana. Pengawas diberi tugas pengawasan sehari-hari selama pekerjaan berlangsung,
pada seluruh atau sebagian pekerjaan sesuai dengan
deskripsi pekerjaannya. Pengawas berhak dan berkewajiban untuk : 1. Tahap pra konstruksi, meliputi : a. Mempelajari
dokumen
lelang
sebelum
menghadiri
tender
pelaksana (aanwijzing). b. Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan / aanwijzing untuk tender pelaksana. c. Mengevaluasi rencana kerja dan jadwal pelaksanaan yang dibuat oleh pelaksana. d. Menetapkan rencana kerja dan mengkoordinir personel yang mempunyai
keahlian
dan kemampuan
yang sesuai untuk
melaksanakan tugas pengawasan. 2. Tahap konstruksi, meliputi : a. Mengevaluasi
pelaksanaan
pekerjaan
dan
hasilnya,
serta
kesesuaian waktu dan biaya pekerjaan. b. Melakukan pemeriksaan berkala, penelitian pendahuluan terhadap penggunaan bahan, serta memeriksa mutu mix design
yang
direncanakan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
15
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
c. Melakukan pengawasan terhadap kualitas bahan, peralatan, tenaga kerja, prosedur, dan hasil kerja. d. Mendeteksi secara dini dan membuat check list kemungkinan adanya perubahan konstruksi di lapangan, serta solusinya. e. Meminta penjelasan kepada pihak Perencana mengenai hal-hal yang kurang jelas dan atau menyangkut perubahan serta permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan. f. Berkonsultasi dengan Pemilik menyangkut permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan. g. Mengusulkan alternatif penyelesaian permasalahan lapangan kepada pihak Pemberi Tugas. h. Menyelenggarakan rapat lapangan (site meeting) secara berkala. i. Menyusun berita acara yang berkaitan dengan kemajuan pekerjaan, perubahan-perubahan, dan serah terima pekerjaan, serta sejumlah berita acara lain yang dibutuhkan. 3. Tahap pasca konstruksi, meliputi : a. Melakukan pengawasan berkala selama masa pemeliharaan. b. Membuat laporan pasca laksana (project completion report) yang berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan konstruksi sejak dimulai sampai selesai, dan kemudian dibekukan dalam bentuk dokumen pelaksanaan. c. Membuat laporan berupa sejumlah gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing), dan bagian yang cacat harus diperbaiki.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
16
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
d. Membantu Pimpinan Proyek mengawasi proses untuk mendapat Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dari pemerintahan setempat. 2.5 Jenis Kontrak Selama ini kontrak konstruksi berfungsi sebagai harga sarana konstruksi, dan juga sebagai struktur alokasi resiko kepada berbagai pihak yang terlibat. Pemilik memiliki kekuasaan tunggal untuk menentukan jenis kontrak yang harus digunakan untuk fasilitas tertentu yang akan dibangun dan menetapkan syarat dalam perjanjian kontrak. Adalah penting untuk memahami resiko kontraktor terkait dengan berbagai jenis kontrak konstruksi. Beberapa jenis kontrak dijelaskan di bawah ini: 2.5.1 Kontrak Lump Sum Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan membangun proyek sesuai dengan rancangan pada suatu biaya tertentu. Jika dilakukan perubahan dalam kontrak, negosiasi antara pemilik dan kontraktor akan menetapkan pembayaran yang akan diberikan kepada kontraktor untuk perubahan pekerjaan tersebut. biaya untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor. Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan harus benar-benar telah selesai sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik dengan anggaran terbatas akan memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan. Pekerjaan konstruksi yang tepat untuk kontrak jenis ini antara lain ialah pembangunan gedung.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
17
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Pekerjaan
yang dilakukan dibawah kontrak semacam
ini
memerlukan gambar kerja yang jelas, spesifikasi bestek yang akurat dimana kedua belah pihak mempunyai satu interpretasi yang sama terhadap isi dan maksud dari dokumen tender tersebut. Salah satu kelemahan pemakaian kontrak jenis ini, yaitu proses konstruksi akan tertunda karena menunggu selesainya perencanaan. Kesalahan dalam perancangan akan berakibat fatal karena dapat menimbulkan biaya ekstra yang tidak sedikit. Untuk itu kiranya perlu ada pertimbangan yang matang sehingga tidak terjadi pelaksanaan konstruksi yang terburu-buru yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perancangan pembuatan spesifikasi. Keuntungan bagi kontraktor yaitu pelaksanaan pekerjaan dapat diprogramkan, sehingga memungkinkan melaksanakan kontrol dengan efisien dan juga kelengkapan gambar dan bestek secara tidak langsung menjamin bahwa pekerjaan tambah/kurang ataupun perubahan konstruksi akan minimum. 2.5.2 Kontrak Harga Satuan Kontrak harga satuan menilai harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai.Pemilik telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam setiap elemen pekerjaan.Dalam menggunakan kontrak jenis ini, kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam kontrak. Kontraktor harus berhatihati agar semua biaya yang mungkin dikeluarkan telah diperhitungkan dalam item penawaran, seperti biaya overhead dan keuntungan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
18
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Jenis kontrak ini digunakan jika proyek dapat didefinisikan secara jelas, tetapi kuantitas aktual masing-masing pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Metode tidak seimbang (unbalanced) adalah metode yang digunakan kontraktor dalam penawaran harga satuan tanpa mengubah harga keseluruhan. Kontrak harga satuan umumnya menyatakan bahwa harga satuan untuk tiap item dapat dinegosiasikan ulang jika kuantitas aktual lebih besar dari
20%-25%.
Untuk
menentukan
kuantitas
pekerjaan
yang
sesungguhnya, kontraktor akan mengukur kuantitas terpasang dan meminta pembayaran sesuai hasil pengukurannya. Pemilik perlu meyakinkan hasil pengukuran kontraktor dengan melakukan pengukuran sendiri. Kelemahan dari penggunaan jenis kontrak ini yaitu pemilik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek selesai. Untuk mencegah ketidakpastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit perlu dilakukan secara akurat. Melihat karakteristik kontrak harga satuan ini, maka jenis-jenis proyek yang sesuai untuk kontrak jenis ini adalah proyek dengan estimasi kuantitas yang tidak dapat dilakukan dengan akurat, seperti pekerjaan tanah jalan raya, pemasangan pipa, dan sebagainya. 2.5.3 Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract) Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya ditambah dengan biaya overhead dan keuntungan. Metode pembayaran dalam kontrak jenis ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
19
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
a. Pembayaran biaya plus jasa tertentu. Dalam metode ini kontraktor tidak mendapat keuntungan untuk menaikkan biaya untuk menambah keuntungan dan overhead. b. Pembayaran biaya plus persentase biaya dengan jaminan maksimum Metode ini dapat meyakinkan pemilik bahwa biaya total proyek tidak akan melebihi suatu jumlah tertentu. Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek atau bagian proyek sulit diestimasi secara akurat. Hal ini dapat terjadi jika perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu singkat sementara rencana dan spesifikasi tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat sebelum proses konstruksi dimulai. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu pemilik kurang dapat mengetahui biaya aktual yang akan terjadi. Pemilik harus menempatkan staf untuk memonitor kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui biayabiaya yang ditagih benar-benar dikeluarkan. Jenis kontrak ini memiliki fleksibilitas yang tinggi artinya bahwa pekerjaan detail dapat diselesaikan bersamaan
dengan
pekerjaan
konstruksinya.
Secara
teknis
dan
pembiayaan, kontrak semacam ini tidak memiliki mekanisme untuk menekan waktu dan biaya yang lebih banyak merugikan pemilik pekerjaan (owner).Kontrak semacam ini hanya cocok untuk pekerjaan gawat darurat. 2.5.4 Kontrak Pengadaan Tenaga Kerja Pemberi
tugas
menyediakan
semua
fasilitas
lapangan,
perlengkapan, peralatan, material, dan pelayanan sesuai untuk masing-
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
20
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
masing rencana kerja.Sedangkan kontraktor pengerah pekerja (mandor) mengerahkan
kelompok-kelompok
tenaga
kerja
yang
diperlukan.
Pengupahan disepakati dengan pengerah tenaga kerja dalam bentuk pengukuran prestasi kerja, yang kemudian akan dibayarkan kepada para pekerja pada harga yang lebih rendah. Pada pengembangannya lebih lanjut, cara pengerahan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dikembangkan menjadi kontrak harga borongan upah setiap pos pekerjaan secara terpecah. 2.5.5 Kontrak Pengukuran Ulang Pada
kontrak
dengan
pendekatan
ukuran
ulang,
pemilik
menyodorkan daftar estimasi volume seluruh pekerjaan. Peserta lelang kemudian mengisi harga satuannya dan nilai perhitungan volume pekerjaan
menurutnya,
sehingga
mendapatkan
jumlah
harga
penawarannya apabila kontrak dimenangkan dalam suatu pelelangan yang berdasarkan sistem ini, pada pelaksanaan pekerjaan aktualnya akan diukur ulang volumenya dan dibayar dengan harga kutipan yang sesuai dengan penawarannya. 2.5.6 Kontrak Campuran Kontrak campuran merupakan suatu upaya pengembangan dengan mempertimbangkan kombinasi cara dari tipe yang berbeda, dimana kompensasi pembayarannya juga dikombinasikan dalam satu kontrak. Dikombinasikan antara pembayaran dengan tipe harga lumpsum untuk suatu pelayanan pekerjaan, dan pembayaran yang lain untuk pelayanan atau pasokan yang berbeda pula.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
21
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2.5.7 Kontrak Turnkey Kontrak turnkey merupakan ikatan kontrak untuk keseluruhan paket pekerjaan sejak dari penyusunan konsep dan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi, pengadaan,
sampai menghasilkan keluaran-
keluaran produk yang terjamin baik. Jaminan kuantitas dan kualitas keluaran dihubungkan dengan mutu persediaan masukan atau material baku, keterampilan proses konstruksi dan keberhasilan dalam mencapai kondisi operasionalnya. Keseluruhan kegiatan dan sub-kegiatan tersusun sebagai tugas pokok dalam bentuk paket yang tercakup sebagai tanggung jawab kontraktor. Cara kontrak turnkey dipraktekkan pada proyek-proyek industry berat atau proyek yang berorientasi pada jaminan keberhasilan dalam proses berproduksi. Sehingga dalam pengembangannya kontrak demikian diperluas menjadi kontrak BOT (Built, Operation, and Transfer). Pada kontrak BOT diberikan kewajiban tambahan bagi kontraktor untuk mengoperasikan bangunan yang sudah diselesaikan sehingga mencapai target produksi dalam masa tertentu sebelum menyerahkannya kembali kepada pemberi tugas. Target pencapaian produksi dilaksanakan dengan tugas yang ditetapkan sebagai kondisi kerja.Pendekatan demikian memberi nilai tambah berupa pelatihan personil untuk dapat menangani operasi produksi dan pemeliharaan secara lebih mapan. Berdasarkan pandangan yang ditujukan untuk hasil proses produksinya, maka secara keseluruhan diperoleh manfaat penghematan baik dalam segi pembiayaan maupun jadwal waktu. Sudah tentu tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
22
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
adalah lokasi proyek, ketersediaan dan keterampilan kontraktor yang dilibatkan, faktor yang berkaitan dengan situasi ekonomi, iklim persaingan dan lain sebagainya. Cara kontrak ini hanya memerlukan koordinasi yang minimal, hanya ada satu kontrak untuk keseluruhan, sehingga memberikan manfaat untuk pemberi tugas yang awam. Akan tetapi, biasanya pembiayaan seluruh proyek tidak dapat diperkirakan secara lebih pasti pada saat dini, baru dapat ditentukan setelah proses konstruksi mapan serta berlangsung dengan baik. Sementara itu, pemberi tugas boleh dikatakan tidak dilibatkan di dalam system sehingga kesempatan untuk ikut mengendalikan dan memeriksa proses sangat langka. Untuk mendapatkan kepastian bahwa operasi produksi menguntungkan, dipercayakan sepenuhnya dan hanya bergantung pada profesionalisme kontraktor. Pemberi tugas tidak diberitahu ataupun menyadari masalah-masalah yang muncul dalam proses konstruksi yang mengandung konsekuensi terhadap pembiayaan dan jadwal waktu. Pada proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK kupang memakai kontrak jenis Lump sum. 2.6 Teknik Pelaksanaan Pekerjaan 2.6.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembongkaran dan pembersihan, los kerja, pemasangan bowplank, dan penyedian air kerja. a.
Pekerjaan Pembongkaran dan Pembersihan Kontraktor harus membongkar /membersihkan halaman dari segala sesuatu yang tidak akan dipakai selama pembangunan yang mungkin
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
23
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan baik di atas maupun tertanam dalam tanah, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pemilik proyek. b. Direksi Keet / Los Kerja Pada awal pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Kontraktor
harus
menyiapkan bangunan sementara yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang/ material, peralatan maupun dapat digunakan sebagai los kerja bagi tempat tinggal sementara tenaga kerja.
Gambar 2.3. Los Kerja Sumber: Dokumentasi c.
Pemasangan Bowplank Pasangan bowplank dibuat untuk membantu menentukan as-as/sumbusumbu dalam perletakan bangunan, baik mengenai kesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
24
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 2.4. Pemasangan Bowplank Sumber: SketchUp Pro
d. Penyediaan Air Kerja Air untuk bekerja disediakan oleh kontraktor dan disimpan pada bak penampungan yang telah disediakan.
Gambar 2.5. Penyediaan Air Kerja Sumber: Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
25
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2.6.2 Pekerjaan Tanah Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan galian dan urugan tanah serta urugan pasir dengan penyelesaian dan pembentukan galian/urugannya harus mengikuti kemiringan/elevasi dan ukuran-ukuran sesuai gambar rencana. a. Pekerjaan Penggalian Galian tanah menggunakan alat berat/excavator sedangkan untuk perapihan galian lubang fondasi dilaksanakan secara manual/tenaga manusia dengan menggunakan alat - alat gali seperti linggis, sekop, dan lain-lain. Dimensi dan penampang galian tanah disesuaikan dengan spesikasi dan gambar rencana. Hasil galian dibuang keluar dari lokasi proyek, dan sebagian tanah hasil galian dipakai kembali untuk mengurug sisi samping fondasi. b. Pekerjaan Urugan Tanah dan Pemadatan 1. Urugan tanah dilaksanakan pada lubang-lubang sisa pondasi, peninggian tanah untuk nol lantai dan pada bagian-bagian pekerjaan yang kondisinya mengharuskan adanya pekerjaan urugan tanah. 2. Tanah urugan harus berbutir, bersih dari humus, sampah atau kotoran lainnya, termasuk rayap, sehingga digunakan anti rayap untuk mencegah dan mengatasi masalah rayap yang biasa mempengaruhi kekuatan tanah. Bila terlalu basah harus dihamparkan dahulu hingga kering, dan bila terlalu kering harus tambahkan dengan air sesuai persyaratan. 3. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 40 cm atau pas ketinggian sloof. Setiap tanah urugan harus
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
26
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala macam sampah atau kotoran. c. Pekerjaan Urugan Pasir 1. Urugan pasir harus dilaksanakan pada bagian-bagian dasar atau bawah pasangan pondasi telapak / foot plat sesuai gambar. 2. Ketebalan urugan pasir yang ditentukan 5-10 cm. 3. Ketebalan ukuran pasir tersebut adalah ketebalan padat. 4. Pasir urug yang digunakan harus bersih dari kotoran-kotoran/ humushumus. 2.6.3 Pekerjaan Beton A.
Pekerjaan Beton dilaksanakan Pada 1. Pekerjaan pondasi foot plat 2. Pekerjaan Pondasi Menerus 3. Pekerjaan Sloof 4. Pekerjaan Kolom 5. Pekerjaan balok 6. Pekerjaan plat lantai/lantai kerja 7. Pekerjaan tangga
B.
Bahan-bahan Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan di antaranya: 1.
Semen Portland Composite Cement a) Semen: digunakan satu jenis yaitu SEMEN BOSOWA atau yang memenuhi persyaratan dalam peraturan Portland Composite Cement
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
27
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Indonesia SNI 15-7064-2004 atau ASTM C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
Gambar 2.6. Semen Bosowa Sumber: Dokumentasi b) Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya, tidak diperkenankan untuk digunakan. c) Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga semen bebas dari kelembaban. 2.
Agregat Beton a) Agregrat beton berupa batu pecah. b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi. c) Ukuran terbesar agregat beton tidak melebihi 3,0 cm. d) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. e) Agregat harus bersih dari segala kotoran dan kotoran tidak melebihi 5%.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
28
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3.
Agregat Kasar a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya. b) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton. c) Agregat kasar yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971.
Gambar 2.7. Agregat kasar (Batu pecah ¾) Sumber: Dokumentasi 4.
Agregat Halus a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal. b) Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organik, lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan kekerasan seperti yang tercantum dalam NI – 2 PBI 1971.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
29
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
c) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi yang lebih dari 5%. d) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton. e) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
Gambar 2.8. Agregat Halus (Pasir Takari) Sumber: Dokumentasi 5.
Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan-bahan organis/ bahan lain yang dapat merusak beton.
6.
Pembesian a) Mutu baja/besi tulangan beton adalah jenis besi/baja lunak dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2) dengan profil polos (BJTP 24) untuk tulangan dengan diameter sampai 12 mm (notasi pada gambar Ø) dan mutu baja/besi tulangan beton dengan mutu U-32 (tegangan leleh karakteristik minimum
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
30
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3200 kg/cm2) dengan profil ulir (BJTD 32) untuk tulangan dengan diameter diatas 12 mm (digambar dinotasikan dengan D).
Gambar 2.9. Baja tulangan beton Sumber: Dokumentasi b) Ukuran diameter baja tulangan harus sesuai dengan gambar rencana dan tidak diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. c) Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dalam gambar kerja, penggantian dengan diameter lain harus dengan persetujuan. Segala biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan kesalahan gambar kerja adalah tanggung jawab kontraktor. d) Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan
diameter serta asal pembelian. Semua baja
tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat. e) Baja tulangan beton harus dibengkok/ dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar – gambar konstruksi. f) Kawat ikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam PBI 1971.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
31
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 2.10. Kawat baja tulangan beton Sumber: Dokumentasi 7.
Bekisting Bekisting dibuat dari tripleks ukuran 8 mm dengan rangka penguat penyokong yang terbuat dari kayu kelas II lokal (kayu kepok hutan, kayu beringin, kayu kelapa) 5/5,5/7 dan 5/10 secukupnya sehingga mampu mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton.
C.
Alat Pada suatu proyek pembangunan selalu diperlukan peralatanperalatan untuk memudahkan pekerjaan proyek agar dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, baik itu alat berat maupun ringan bertujuan untuk menunjang kelancaran pekerjaan proyek. Beberapa tujuan secara umum : 1) Mempercepat penyelesaian pekerjaan. 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan. 3) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan. 4) Menghemat biaya.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
32
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Peralatan yang digunakan pada kegiatan Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang Tahap III tahun 2016 antara lain: 1.
Mesin Aduk Beton (Concrete Mixer Molen) Mesin aduk beton digunakan untuk mencampur atau mengaduk beton hingga diperoleh adukan yang homogen dalam jumlah besar.
Gambar 2.11. Concrete Mixer Molen Sumber : Dokumentasi 2.
Gerobak Dorong Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak penampungan ke tampat pengecoran dan untuk pengangkutan material lainnya. Dengan menggunakan alat tersebut pengangkutan material dari satu tempat ke tempat lain dapat lebih mudah dan lebih ringan.
Gambar 2.12. Gerobak Dorong Sumber : Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
33
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3.
Perancah (Schaffolding) Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah struktur perancah yang memiliki kekakuan dan kekuatan untuk menahan berat hasil dari pengecoran dan mempermudah para pekerja melakukan pekerjaan bangunan berlantai.
Gambar 2.13. Schaffolding Sumber : Dokumentasi
4.
Alat Bantu 1) Ember. 2) Cangkul dan sekop untuk membantu kerjaan adukan beton, galian dan urugan tanah. 3) Linggis, gergaji dan palu digunakan pada saat pekerjaan pembuatan begisting. 4) Catut/Util untuk merangkai tulangan dengan kawat bendrat/pengait. 5) Alat potong besi.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
34
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
D.
Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton 1. Komposisi campuran beton. Beton dibentuk dari Portland Composite Cement (PCC), pasir, kerikil, batu pecah, air seperti yang ditentukan : semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah sebaik-baiknya sehingga sampai didapat kekentalan yang tepat. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan K-225 untuk pondasi, sloof , kolom,balok dan K-175 untuk lantai kerja. Komposisi campuran beton untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu beton K-225 dan K-175, slump (12 ± 2) cm dibuat dengan perbandingan kebutuhan bahan dapat di lihat pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Komposisi Campuran Beton sesuai standar yang Berlaku di Indonesia. Mutu beton
Kebutuhan PC = 371 kg
K-225 (19.3 Mpa)
Pasir = 698 kg Kerikil (maksimum 30 mm) = 1047 kg Air = 215 liter
K-175 (14.5 Mpa)
PC = 326 kg Pasir = 760 kg Kerikil (maksimum 30 mm) = 1029 kg Air = 215 liter
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
35
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2. Kelas dan Mutu Beton Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai dengan standard Beton Indonesia NI-2, PBI-1971 dan kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan ‘BK’ (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan. 3. Pengecoran beton Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah kontraktor harus menyiapkan seluruh stek-stek maupun angker-angker dan sparingsparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi, kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan angker – angker ini harus ditempatkan dengan jarak 50 cm , 150 cm, 250 cm, dan seterusnya, diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang. Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran beton paling lambat 24 jam sebelum dilaksanakan. Persetujuan direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan material dan perubahan letak tulangan seperti pada saat penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, dan sebagainya.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
36
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Alat-alat penuangan tersebut harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Bila pengecoran harus berhenti, sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai pada suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. Penempatan
besi
beton
di
dalam
cetakan
tidak
boleh
menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian – bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah ± 2-3 cm untuk sloof, kolom ,Balok dan Pelat. Dalam proyek ini tebal selimut beton untuk sloof,kolom,balok menggunakan ukuran 5 cm. 4. Cetakan Beton Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan selama/ sesudah pengecoran beton. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan dengan maksud mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan memudahkan dalam pembongkaran cetakan beton.Penggunaan minyak cetakan harus
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
37
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk konsultan pengawas, pekerjaan ini harus dikerjakan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada beton.Beton yang masih muda/ lunak tidak di izinkan untuk dibebani, segera setelah cetakan – cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki. Umumnya diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakancetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan – cetakan samping lainnya, 7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 21 hari untuk balok-balok,plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal pengerasan struktur normal adalah sebagai berikut: 1. Kolom dan Dinding
: 3 hari
2. Pelat lantai
: 28 hari
3. Balok
: 28 hari
5. Perawatan Beton Semua beton harus dirawat dengan air seperti ditentukan di bawah ini. Konsultan pengawas berhak menentukan cara perawatan yang digunakan pada bagian – bagian pekerjaan.Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan dilakukan dengan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
38
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
menutupi permukaan beton dengan deklit/karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.Setalah itu dilakukan penggenangan dengan air
pada permukaan beton.
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
39
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB III SISTEM PENGENDALIAN PROYEK
3.1 Umum Pengendalian merupakan suatu rangkaian kegiatan manajemen melalui pengawasan, penyempurnaan dan penilaian (evaluasi) serta penentuan terhadap suatu keperluan perbaikan (korektif). Pengendalian proyek merupakan sarana dan prasarana yang harus ditempuh dalam suatu proyek untuk memenuhi suatu item pekerjaan. Tiap item pekerjaan memiliki jadwal pelaksanaan yang tepat dan produktif. Didalam perencanaan Bangunan gedung perlu adanya pengendalian proyek yang baik. Hal ini membutuhkan Sumberdaya yang menunjang proyek tersebut sehingga mampu memenuhi batas waktu yang disediakan
dalam
pelaksanaan pekerjaan. Apabila tidak ditangani dengan benar berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa kelambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tidak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Adapun sumber daya yang menjadi sasaran dari sistem pengendalian proyek antara lain: 1.
Waktu (Time)
2.
Manusia/tenaga kerja (Man)
3.
Material (Materials)
4.
Peralatan (Machines)
5.
Biaya/Uang (Money)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
40
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3.2 Sistem Pengendalian Waktu Sasaran manajemen suatu proyek yakni perencanaan dan pengaturan sumber daya yang berpedoman pada waktu atau jadwal pelaksanaan yang disusun. Sistem pengendalian waktu bertujuan untuk mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek sehingga target pekerjaan dapat tercapai sesuai rencana. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan selama masa praktek lapangan, pembagian waktu kerja dilaksanakan dari hari senin sampai hari sabtu (tidak termasuk hari libur kalender) dengan rincian sebagai berikut : 1. Pukul 08.00 – 12.00 (waktu kerja). 2. Pukul 12.00 – 13.00 (waktu istirahat dan makan siang). 3. Pukul 13.00 – 17.00 (waktu kerja). 3.3 Sistem Pengendalian Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan suatu faktor pendukung terciptanya suatu kegiatan proyek. Adanya kerja sama yang baik antara sesama tenaga kerja maupun antara tenaga kerja dan pimpinan akan lebih mudah mewujudkan kelancaran pada sistem pengendalian proyek. Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan volume dan jenis pekerjaan pada hari pelaksanaan sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan tenaga kerja. Sistem pengendalian tenaga kerja dalam proyek ini meliputi : 1. Penempatan tenaga kerja pada jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
41
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2. Pengaturan jumlah tenaga kerja yang diperbantukan sehingga terjadi keseimbangan pada semua jenis pekerjaan (tidak berlebihan pada pekerjaan tertentu dan kekurangan pada pekerjaan lain). 3. Penempatan jumlah tenaga kerja berdasarkan volume pekerjaan pada hari pelaksanaan. Setiap hari ada beberapa item pekerjaan yang dilakukan dan cara penempatan tenaga kerja yaitu dengan cara pembagian dalam beberapa kelompok pekerja, misalnya ada yang melakukan pekerjaan fabrikasi, pekerja yang lain melakukan pekerjaan bekisting pelat dan balok sehingga pekerja tidak tertumpuk pada satu pekerjaan. Hal ini dapat mempercepat pekerjaan karena jika pekerjaan pengecoran satu item selesai dapat dilakukan pada satu item pekerjaan yang lainnya. 3.4 Sistem Pengendalian Material Kebutuhan
bahan
dan
material
untuk
keperluan
pelaksanaan
pembangunan Proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang tahap III tersebut dinilai memadai karena persediaan bahan atau material seperti semen, kayu, besi, paku mencukupi kebutuhan dalam proyek. Kebutuhan bahan atau material dalam proyek ini terdiri dari bahan-bahan lokal dan non lokal. Bahan lokal adalah bahan yang diambil disekitar Kupang seperti pasir, batu pecah, kayu, dan tanah putih untuk urugan. Sedangkan bahan non lokal adalah bahan yang didatangkan dari luar Kupang seperti semen Bosowa dan besi beton. Untuk pengendalian material pada Proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang tahap III ini berjalan cukup baik dan juga material selalu tersedia sesuai kebutuhan di lapangan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
42
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Pengendalian material dapat berjalan dengan baik lewat tata cara penanganan (handling) yang sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Tata cara penanganan material perlu dilakukan dengan benar, agar bahan tersebut tidak mengalami perubahan bentuk atau bahkan penurunan mutu sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Tata cara penanganan mencakup (3) hal, yaitu: 1. Pengadaan material. Pengadaan material seperti pasir dan kerikil dilakukan secara bertahap karena mengingat material yang gunakan sesuai kebutuhan di lokasi kerja sehingga tidak terjadi pemborosan. Sedangkan material berupa tanah untuk urugan diangkut ke lokasi proyek pada hari yang sama dengan item pekerjaan urugan tanah. Sedangkan pengadaan material non lokal dan lokal seperti dijelasakn di atas bahan non lokal diambil dari luar Kupang dan bahan lokal di datangkan dari daerah sekitar Kupang. 2. Penimbunan atau Penyimpanan. Pada umumnya bahan-bahan seperti pasir, kerikil, kayu, dan batu karang ditempatkan secara terpisah pada tempat yang terbuka pada lokasi proyek, sedangkan bahan-bahan seperti semen, besi tulangan dan tripleks di simpan di tempat penyimpanan bahan sehingga memudahkan pekerjaan. Untuk semen, besi tulangan, dan tripleks didatangkan sebelum pekerjaan dilakukan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
43
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3. Penggunaan Material. Sebelum bahan-bahan ini digunakan dalam pekerjaan proyek, terlebih dahulu dilakukan pengujian kelayakan penggunaannya, ataupun penggunaan
bahan-bahan
ini
didasarkan
pada
pengalaman-
pengalaman penggunaan bahan-bahan tersebut. Jika ternyata dalam pengujian, diketahui bahwa kualitas bahan-bahan atau material tersebut tidak memenuhi syarat yang ditentukan maka bahan-bahan atau material tersebut akan direvisi kualitasnya sampai benar-benar telah memenuhi syarat. Dalam proyek ini, untuk mengontrol kualitas material berupa beton biasa, baik itu berupa Slump Test dan uji kubus untuk menentukan kuat tekan beton dan kualitas beton pada proyek ini dilakukan dengan cara pengetesan di laboratorium, agar mendapatkan hasil yang baik. Tapi hal tersebut tidak ternyata di lapangan. 3.5 Sistem Pengendalian Peralatan Alat yang dimaksud adalah alat bantu kerja yang digunakan dalam mendukung penyelesaian pekerjaan konstruksi. Alat-alat yang dimaksud, adalah : 1. Alat pengangkut/transportasi berupa dump truck digunakan untuk mengangkut bahan atau material dari sumber bahan ke lokasi proyek berasal dari tempat pemesanan material maupun milik proyek itu sendiri. Material yang diangkut antara lain pasir, kerikil, batu dan kayu usuk. Sedangkan tripleks diangkut menggunakan mobil pick up, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan dump truck jika pada satu
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
44
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
item pekerjaan memerlukan bahan dalam jumlah yang banyak. 2. Alat pengaduk material pembentuk beton atau concrete mixer berkapasitas 0,8 m3 1 unit. Alat ini diletakan di lokasi proyek. 3. Alat pemotong, meliputi gergaji kayu, gergaji besi, kunci pemotong, dan kunci pembengkok. 4. Alat ukur (Rol m) yang berfungsi untuk mengukur dalam proses pelaksanaan proyek. 5. Alat bantu lainnya seperti sendok spesi, sekop, cangkul, paku, benang, tali, tang, ember, dll. Sistem pengendalian peralatan pada proyek ini adalah sebagai berikut : 1.
Peyimpanan peralatan pada tempat tertentu sehingga memudahkan tenaga kerja dalam menggunakannya.
2.
Pemeliharaan peralatan baik kebersihan maupun keutuhannnya sehingga masih dapat digunakan pada item pekerjaan yang lain. Dalam pengamatan di lokasi pekerjaan sistem pengendalian alat kurang
maksimal, hal ini terlihat kurangnya alat pencampur beton (concrete mixer),dan terjadi kerusakan alat tersebut membuat para pekerja resah harus mencampur manual menggunakan alat bantu sehingga sering kali terjadi keterlambatan pekerjaan dilapangan. 3.6 Sistem Pengendalian Biaya/Upah Upah merupakan imbalan bagi tiap pekerja yang telah bekerja dengan memberikan jasanya kepada pemberi tugas (owner). Imbalan ini dibayarkan sesuai dengan kesepakatan bersama antara pemberi tugas dengan pihak pelaksana.. Ada tiga cara pembayaran upah yaitu :
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
45
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3.6.1 Pembayaran Upah Harian Pada sistem ini, tenaga kerja dibayar dua kali sebulan atau satu kali dalam dua minggu yaitu pada pertengahan dan akhir bulan berdasarkan waktu kerja selama sehari, ketrampilan, tanggung jawab dan jenis pekerjaan. 1. Keuntungan : a. Kontraktor bisa membayar upah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR), dimana kontraktor lebih bebas menentukan besar upah potensial yang menguntungkan atau berdasarkan evaluasi kerja harian. b. Kontraktor bebas menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan. 2. Kerugian : a. Tenaga kerja cenderung mengulur-ulur waktu penyelesaian sehingga biaya dari kontraktor semakin bertambah. b. Tenaga kerja tidak merasa bertanggung jawab atas pekerjaannya. c. Tenaga kerja sering tidak mengikuti prosedur kerja yang sesuai dengan direksi pekerjaan. 3.6.2 Pembayaran Upah Borongan Sistem ini dilakukan untuk memperlancar dan mengoptimalkan waktu pekerjaan guna mengejar target. Kontraktor akan membayar upah pekerjaan jika pekerjaan telah selesai sesuai dengan perjanjian. 1. Keuntungan : a. Tenaga kerja bekerja dengan penuh tanggung jawab. b. Target pekerjaan tercapai dengan optimal.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
46
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2. Kerugian : a. Kurangnya pengawasan yang baik. b. Tenaga kerja cenderung mengabaikan mutu pekerjaan. 3.6.3 Pembayaran Upah Bulanan Sistem ini diterapkan pada tenaga kerja tetap dengan waktu kerja yang lama, dan upah yang diberikan tergantung pada masa kerja atau keahlian tenaga kerja tersebut. 1. Keuntungan : a. Adanya keterikatan antara majikan dan tenaga kerja karena upah akan dibayar setelah satu bulan kerja sehingga keuangan lebih diatur dengan baik. b. Tenaga kerja akan bekerja dengan penuh tanggung jawab. 2. Kerugian : a. Majikan tetap memberikan upah sesuai kesepakatan walaupun tidak sesuai dengan waktu pekerjaan. b. Tenaga kerja cenderung memanipulasi waktu kerja jika tidak diawasi dengan baik. c. Upah tenaga kerja lebih besar jika waktu penyelesaian tidak diawasi dengan baik. Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
pada
proyek
ini,
pembayaran upah dilakukan dengan cara pembayaran upah harian dan borongan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
47
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB IV TINJAUAN KONSTRUKSI PELAKSANAAN
4.1. Umum Pelaksanaan suatu proyek merupakan suatu tahap kegiatan dalam proses realisasi yang merupakan kelanjutan dari tahap perencanaan. Dalam hal ini pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan lapangan atau fisik yang menerapkan segala ketentuan, instruksi dan segala persyaratan yang telah ditetapkan menjadi wujud nyata dari suatu proyek berupa bangunan gedung, jembatan, jalan raya dan lain-lain. Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 3 (tiga) bulan melaksanakan Kerja Praktek pada Proyek pekerjaan pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK tahap III adalah pekerjaan yang meliputi: Pekerjaan Pondasi, Pekerjaan Sloof dan Pekerjaan Kolom Lantai 1. 4.2.
Pekerjaan Pondasi Pondasi merupakan Komponen utama dalam struktur bangunan gedung dan berfungsi untuk memikul bangunan di atasnya. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi sendiri, harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan sebaik-baiknya. Pekerjaan pondasi adalah pekerjaan yang dilakukan pada tahap awal pembangunan proyek. Sebelumnya, harus dilakukan persiapan pada lahan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
48
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
tersebut. Setelah pekerjaan persiapan selesai dilakukan, maka pekerjaan pondasi dapat segera dikerjakan. Pada proyek ini, pondasi yang digunakan adalah jenis pondasi telapak (foot plate) dan pondasi menerus. 4.2.1. Pondasi Telapak (Foot Plate) Jenis fondasi yang sering digunakan oleh sebagian orang terutama gedung yang lebih dari lantai satu adalah jenis Pondasi Telapak atau dikenal juga dengan nama foot plate. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras. A. Dimensi Galian Pengerjaan galian pondasi harus sesuai dengan gambar bestek atau gambar rencana. Pada proyek pekerjaan pembangunan gedung rektorat Stikes CHMK tahap III ini, pekerjaan galian tanah untuk pondasi dilakukan dengan menggunakan alat berat Excavator 1 unit dimana pekerjaan ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Hal ini disebabkan karena kondisi struktur tanah di wilayah kota Kupang merupakan tanah keras atau batuan. Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada saat proses galian dengan menggunakan excavator, terdapat kedalaman galian yang bervariasi sehingga perencanaan dalam gambar sangat berbeda dengan kondisi di lapangan.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
49
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 4.1. Dimensi galian tanah Sumber: Hasil Analisa Adapun ukuran untuk galian tanah adalah sebagai berikut : Ukuran galian tanah diambil rata-rata untuk pondasi foot plat Tipe 1: Panjang
: 1,90 m
Lebar
: 1,90 m
Kedalaman
: 0,45 m
Tipe 2: Panjang
: 4,5 m
Lebar
: 2,0 m
Kedalaman D 4.00
4.00
4.00
: 0,60 m A
B
C
4.00
TIPE-1
1
0.45 1.90
7.20
TIPE-1
2 2.40
2.40
TIPE-2
3
7.20
0.60 4
TIPE-1
4.50
TIPE-2 Gambar 4.2. Dimensi galian tanah Sumber: Hasil Analisa
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
50
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
B. Dimensi Pondasi foot plate Dalam proyek ini pondasi foot plate mempunyai beragam tipe, karena dipengaruhi oleh kedalaman galian tadi. Pengaruh kedalaman tersebut mengakibatkan tinggi tiang pondasi tidak sama rata, akan tetapi ketebal pelat pondasi, ukuran panjang dan lebar disesuaikan menurut tipe pondasi yang terlampir dalam gambar rencana, dari proyek ini memiliki 2 tipe pondasi foot plate. Berikut adalah dimensi pondasi foot plate menurut tipenya: Tipe 1: Tebal pelat pondasi : 0,40 m Panjang : 1,60 m Lebar
: 1,60 m
Tinggi tiang pondasi : diambil rata-rata = 0,45 m Tipe 2: Tebal pelat pondasi
: 0,40 m
Panjang
: 1,85 m
Lebar
: 1,85 m
Tinggi tiang pondasi : diambil rata-rata = 0,3 m
Gedung yang sudah di bangun
TIPE-1
TIPE-1
0.50
TIPE-1
TIPE-1 0.50
0.50
0.50
0.35 0.50
0.40 1.60
1.60
4.00
0.50
0.50 0.12
1.60
7.20
1.60
TIPE-1 0.50
0.30
0.40
1.60
4.00
0.50
0.30
0.40
0.40
0.40 4.00
Detail AS-4 TIPE-2
TIPE-1
0.60
0.70 0.40
0.35 0.40
0.40 1.85
2.40
1.85
7.20
1.60
Detail AS-D Gambar 4.3. Dimensi pondasi foot plate Sumber: Hasil Analisa
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
51
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
C. Perbaikan Tanah Dasar Dan Pekerjaan Lantai Kerja Sebelum pekerjaan pondasi dilakukan, terlebih dahulu di atas permukaan tanah dasar diberi lapisan pasir setebal 10 cm. Hal ini perlu dilakukan untuk meratakan lubang-lubang yang berada pada permukaan tanah dasar akibat pekerjaan galian tanah. pekerjaan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan komposisi campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr .
Gambar 4.4. Pekerjaan Lantai Kerja untuk Pondasi Sumber: Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
52
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
D. Pekerjaan Penulangan pondasi foot plate Bagian dalam pekerjaan penulangan antara lain memotong tulangan, membengkokkan tulangan serta perangkaian tulangan. Pada saat pekerjaan penulangan struktur beton yang perlu diperhatikan dengan teliti mengenai diameter tulangan, jumlah tulangan, pembengkokan tulangan maupun penempatan tulangan pada kontruksi yang sesuai dengan gambar rencana yang telah dibuat. Pada pekerjaan ini baja tulangan yang dipakai adalah baja ulir Ø16 dan untuk beugel/sengkang dengan baja polos Ø10. Berikut detail penulangan pondasi foot plate yang sesuai gambar kerja. 0.50 0.45
0.45 0.50
Kolom Tepi 50 x 50 cm
Kolom Tengah 50 x 50 cm
16 Ø16
16 Ø16
Ø16-20
Ø16-20
0.40
Ø16-20 Ø16-20
0.40
1.50
1.85
24 Ø16
Ø16-20
Ø16-20
Ø16-20 16 Ø16
Ø16-20
1.85
1.60
1.60
Ø16-20 Ø16-20
1.75
Ø16-20 Ø16-20
Ø16-20
Ø16-20
1.50 PENULANGAN PONDASI TELAPAK KOLOM TEPI
1.75 PENULANGAN PONDASI TELAPAK KOLOM TENGAH
Gambar 4.5. Penulangan Pondasi Telapak (foot plate)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
53
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1.
Pemotongan tulangan baja ulir dengan diameter Ø16 dan baja polos Ø10. Baja ulir dan baja polos dipotong dengan menggunakan alat manual yaitu cutter atau gunting, dan untuk membengkokkan besi menggunakan Pipa besi yang dirancang sendiri oleh para tukang.
a) Alat penggunting tulangan b) Alat pembengok tulangan Gambar 4.6. Pekerjaan Pembengkokan tulangan dengan alat manual besi ulir dan pipa. Sumber : Dokumentasi 2.
Pemasangan tulangan Rangka tulangan pelat pondasi yang sudah di rangkai atau di rakit, selanjutnya dibawa ke lokasi kerja untuk pemasangan. Berikut pemasangan tulangan rangkap pelat dan tiang pondasi. Baja ulir Ø16 digunakan untuk
rangka pelat pondasi dan tiang pondasi atau
tulangan untuk tiang kolom, sedangkan beugel dipakai baja polos dengan diameter Ø10-200 mm.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
54
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 4.7. Pekerjaan Pemasangan tulangan pondasi Telapak (foot plate). Sumber : Dokumentasi
E. Pekerjaan Bekisting Pondasi Foot Plate Pekerjaan pembekesitngan adalah pekerjaan konstruksi sementara yang dipergunakan untuk membentuk adukan beton sesuai dengan bentuk
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
55
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
yang telah direncanakan oleh perencana. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam pekerjaan bekesting, yaitu ketepatan ukuran dan kekuatan konstruksi. Ketidaktepatan dalam menentukan ukuran bekesting dan kekuatan konstruksi yang tidak kuat akan mengakibatkan hasil pekerjaan beton menjadi cacat, bergelombang, perubahan bentuk, ukuran, ketinggian serta posisi dari beton yang dicetak.
Gambar 4.8. Pekerjaan Bekisting pondasi foot plate Sumber: Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
56
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
F. Pekerjaan Pengecoran Pondasi foot plate Setelah tulangan dan bekesting dipasang, maka foot plat siap untuk dicor. Pengecoran dilakukan secara manual dengan menggunakan concrete mixer yang kemudian dituangkan langsung ke gerobak dorong. Mutu beton yang digunakan untuk foot plat Karakteristik K-225. Pada saat pengecoran foot plat yang sedang dicor ditusuk-tusuk dengan linggis dengan fungsi yang sama dengan alat vibrator, yaitu untuk membuat pampat beton.
Gambar 4.9. Pekerjaan Pengecoran pondasi foot plate Sumber: Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
57
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4.2.2. Pondasi Menerus Pondasi menerus dilakukan setelah pekerjaan pondasi foot plate. Komposisi campuran yang digunakan adalah 1 Pc: 5 Pasir.
Gambar 4.10. Pekerjaan Pemasangan Pondasi Menerus Sumber: Dokumentasi 4.3.
Pekerjaan Sloof Balok Sloof adalah semacam balok yang berfungsi untuk mengikat pile cap yang satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi perbedaan penurunan antara pondasi yang satu dengan yang lainnya. Biasanya sloof
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
58
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
digunakan untuk mengikat kolom. Sloof pada proyek ini berada pada lantai dasar atau lantai 1. Pekerjaan balok sloof dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Pekerjaan pembesian sloof, Pekerjaan bekisting sloof, Pekerjaan pengecoran sloof, dan Pekerjaan pembongkaran Bekisting Sloof. 4.3.1. Pekerjaan Pembesian Sloof Baja tulangan yang digunakan dalam pekerjaan sloof antara lain baja tulangan dengan baja ulir diameter Ø16 mm dan baja polos diameter Ø10 mm. Untuk pengaturan letak tulangan dapat dilihat pada gambar kerja yang telah dilampirkan. Langkah-langkah dalam pekerjaan penulangan sloof adalah sebagai berikut : 1. Pekerjaan sloof dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi menerus selesai dikerjakan. 2. Tarik benang dari bowplank ke bowplank lainnya untuk menentukan kelurusan dari sloof. 3. Tulangan sloof dirangkai langsung di atas pondasi menerus dan pada tulangan kolom. Dimensi tulangan dan bentuk penulangan disesuaikan dengan gambar kerja.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
59
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 4.11. Pekerjaan Pembesian Sloof Sumber: Dokumentasi 4.3.2. Pekerjaan Begisting Sloof Bekisting adalah suatu konstruksi sementara yang berfungsi sebagai media pembentuk adonan atau campuran pada pekerjaan pengecoran. Karena bekisting sangat berpengaruh pada tampilan akhir suatu konstruksi beton, maka bekisting harus dirancang sedemikian rupa sehingga hasil pengecoran sesuai dengan apa yang diinginkan. Bekisting atau cetakan berfungsi sebagai tempat mencetak sloof yang akan dicor dan tempat dipasangnya pembesian.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
60
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Bekisting untuk sloof terbuat dari tripleks dengan tebal 8 mm. Pemasangan harus benar-benar kuat dan kokoh agar setelah dibongkar akan memberikan bidang yang rata.
40 cm Kayu usuk 5/5 cm
25 c m
Tripleks 8 mm
Gambar 4.12. Pekerjaan Begisting Sloof Sumber: Dokumentasi 4.3.3. Pekerjaan Pengecoran Sloof Setelah pekerjaan pembesian dan pembeksitingan selesai, kemudian dilakukan pengecoran. Adukan campuran di lakukan dengan proses manual yaitu menggunakan alat bantu sekop, untuk mengangkut campuran digunakan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
61
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
ember atau gerobak dorong dan untuk proses pemadatan campuaran menggunakan linggis. Mutu beton yang di gunakan adalah 22,5 Mpa atau K225.
Gambar 4.13. Pekerjaan Pengecoran Sloof Sumber: Dokumentasi
4.3.4. Pekerjaan Pembongkaran Begisting Sloof Pekerjaan pembongkaran begisting sloof dilakukan setelah beton berumur ± 2 (dua) hari. Pekerjaan ini dilakukan oleh 2 (dua) orang pekerja.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
62
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Pekerjaan dilakukan secara hati-hati, agar tidak merusak permukaan beton yang telah dicor. Peralatan yang digunakan pada saat pembukaan bekisting adalah palu/hammer dan linggis. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan baik, selain untuk menjaga lapisan sloof agar tidak terkelupas, juga agar papan bekisting tetap bagus karena akan dipakai kembali.
Gambar 4.14. Pekerjaan Pembongkaran Sloof Sumber: Dokumentasi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
63
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4.4.
Pengamatan Yang Dialami Pada Lokasi Kerja Praktek
4.4.1. Pondasi Telapak (foot plate) A. Perencanaan dan pelaksanaan di lapangan Gambar rencana terkadang tidak sesuai dengan pekerjaan dilapangan. Hal tersebut membuktikan bahwa kondisi fisik di lapangan sangat berbeda dengan gambar rencana. Pondasi foot plate seperti sudah di jelaskan pada bab terdahulu bahwa terletak di atas tanah yang keras untuk memikul beban vertikal. Oleh karena itu sifat fisik tanah dasar menjadi penentu untuk meletakan pondasi. Jenis tanah yang berada di lokasi praktek memiliki jenis tanah batuan dimana kita ketahui daerah kota Kupang adalah daerah batuan atau tanah keras. Oleh sebab itu pada perencanaan pondasi foot plate ini sangat berbeda jauh dengan pelaksanaan dilapangan. Berikut gambar rencana dan pelaksanaan dilapangan.
MT
MT
a). Perencanaan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
64
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
MT
MT
b). Pelaksanaan di lapangan Gambar 4.18. Perbedaan Perencanaan Dengan Kondisi Lapangan Sumber: Hasil Analisa B. Peralatan dan mekanisme pengerjaan Peralatan yang digunakan untuk pencampuran beton adalah concrete mixer. Penulis mengamati alat yang digunakan tersebut terjadi kerusakan saat pekerjaan berlangsung, sehingga pekerjaan foot plate sebagai pekerjaan struktur awal ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan karena dengan pencampuran manual (alat bantú: sekop,senduk spesi,dll) dalam satu hari hanya menghabiskan ± 1,5 pondasi foot plate dengan jumlah pekerja 8 orang. Mekanisme atau tata cara pengerjaannya tidak tetap atau tidak mengikuti sub ítem pekerjaan, misalnya ada yang mengerjakan pondasi foot plate, sebagian orang mengerjakan pasangan pondasi menerus pada pondasi foot plate yang sudah di cor.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
65
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
a) alat concrete mixer yang rusak
b) Mencampur manual Gambar 4.19. Pekerjaan pondasi foot plate mengunakan alat campur manual Sumber: Dokumentasi C. Mutu Beton Dan Perawatan Beton Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan pondasi foot plate
mengunakan K-250, namun kondisi riil di lapangan berbeda
dengan perencanaan menggunakan mutu beton K-225, hal ini terlihat jelas pada lampiran RAB dan gambar rencana struktur. Sedangkan untuk perawatan beton yang penulis alami dilapangan ditiadakan atau tidak ada perawatan beton misalnya pembongkaran begisting minimal setelah 28 hari supaya kondisi pengeringan beton dapat lebih sempurna. Kemudian
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
66
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
setelah pengeringan beton perlu dilakukan penyiraman air supaya tidak terjadi getas atau retak-retak pada beton tersebut. Pengamatan di lapangan tidak ada perawatan beton sehingga keutuhan atau bentuk pondasi foot plate beton tidak maksimal. 4.4.2. Sloof Pada Pekerjaan sloof mengikuti perencanaan dalam gambar. Berikut sketsa gambar di bawah ini: Perencanaan Sketsa gambar sloof 25/40
Kondisi riil dilapangan
Ket.
Ukuran lebar sloof = 260 mm
Tdk OK
Ukuran tinggi sloof = 400 mm Baja ulir D16 Baja polos Ø12 Selimut beton (d’) = 50 mm OK Jarak beugel/sengkang =150 mm Catatan: untuk baja ulir dengan notasi D, sedangkan untuk baja polos dengan notasi Ø
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
67
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Penulangan 15/30
OK
Pada pekerjaan sloof ini perawatan beton tidak dilakukan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
68
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB V TINJAUAN KHUSUS PONDASI FOOT PLATE
5.1 Pembebanan Perhitungan pembebanan yang dilakukan penulis adalah menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan di lokasi pekerjaan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang. Tanpa memperhatikan hasil perhitungan sebelumnya. Beban yang dihitung adalah beban gempa (F),beban merata q, dan beban terpusat P pada Frame tinjauan. 5.1.1 Perhitungan Beban Gempa Data:
FRAME AS-C Data Bangunan: Fungsi Bangunan
= Gedung Rektorat
Lokasi
= Kota Kupang
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
69
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Jenis Tanah
= Tanah Keras (SC)
Sistem Rangka
= SRPMM
Tegangan Ijin Tanah = 2.0 kg/m3 fc’
= 25 Mpa
fy
= 400 Mpa
Dimensi Bangunan: L1A
= 7.20 m
L1B
= 2.40 m
L2
= 4.00 m
H1
= 2.50 m
H2,H3,H4,H5
= 3.60 m
Dimensi Elemen Bangunan: Kolom, bc
= 0.45 m
hc
= 0.45 m
Balok Induk, b
= 0.40 m
h
= 0.60 m
Balok Anak, b
= 0.25 m
h
= 0.40 m
Spesi
= 0.04 m
Tebal Pelat
= 0.12 m
Catatan: Analisis gaya Gempa Menggunakan Statis Eqivalen
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
70
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1. Menghitung Berat Bangunan 1) Tinjau Lantai 5 (Atap) Beban Mati (W-DL) Gording Baja ringan © = 0.04 x 13.6
= 0.48 KN
Kuda-kuda B.ringan © = 0.148 x 16.8
= 2.48 KN
Balok Induk
= 0.4 x 0.48 x 57.6 x 24
= 265.42 KN
Tembok
= 57.6 x 0.72 x2.5
= 103.68 KN
Kolom atap
= 0.45 x 0.45 x 1.8 x 24 x 16
= 139.97 KN
Kolom Lantai 5
= 0.45 x 0.45 x 1.8 x 24 x 16
= 139.97 KN
Spesi
= 12.0 x 16.8 x 4 x 0.21
= 169.34 KN
Keramik
=12.0 x 16.8 x 0.24
= 48.38 KN
Pelat
=12.0 x 16.8 x 0.12 x 24
= 580. 61KN
Plafon
=12.0 x 16.8 x 0.18
= 36.29 KN W5-DL = 1486.62 KN
Beban Hidup (W-LL) Beban Hidup Atap = 1.00 KN/m2 PPIUG 1983 Koefisien Reduksi = 0.5 Untuk Ruang Kuliah PPIUG 1983 Beban Hidup
=12.0 x 16.8 x 0.5 x 1.00
= 100.80 KN
W5-LL = 100.80 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
71
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Berat Total Lantai 5 W5-U = W5-DL + W5-LL = 1486.62 + 100.80 = 1587.42 KN
2) Tinjau Lantai 4,3,2 Beban Mati (W4,3,2-DL) Balok Induk
= 0.4 x 0.48 x 115.2 x 24
= 530.84 KN
Tembok
= 115.2 x 0.72 x 2.5
= 207.36 KN
Kolom Lantai 5
= 0.45 x 0.45 x 1.8 x 24 x 16
= 139.97 KN
Kolom Lantai 4
= 0.45 x 0.45 x 1.8 x 24 x 16
= 139.97 KN
Spesi
= 12.0 x 16.8 x 4 x 0.21
= 169.34 KN
Keramik
=12.0 x 16.8 x 0.24
= 48.38 KN
Pelat
=12.0 x 16.8 x 0.12 x 24
= 580. 61KN
Plafon
=12.0 x 16.8 x 0.18
= 36.29 KN
W4,3,2-DL
= 1893.08 KN
Beban Hidup (W4,3,2-LL) Beban Hidup Lantai = 2.50 KN/m2 PPIUG 1983 Koefisien Reduksi = 0.5 Untuk Ruang Kuliah PPIUG 1983 Beban Hidup
=12.0 x 16.8 x 0.5 x 2.50
= 252.00 KN
W4,3,2-LL
= 252.00 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
72
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Berat Total Lantai 4,3,2 W4,3,2-U
= W4,3,2-DL + W4,3,2-LL = 1893.08 + 252.00 = 2145.08 KN
3) Tinjau Lantai 1 Beban Mati (W1DL) Balok Sloof
= 0.4 x 0.48 x 115.2 x 24
= 530.84 KN
Tembok
= 115.2 x 0.50 x 2.5
= 144.00 KN
Kolom Lantai 4
= 0.45 x 0.45 x 1.8 x 24 x 16
= 139.97 KN
Kolom Lantai 1
= 0.45 x 0.45 x 1.25 x 24 x 16
= 97.20 KN
Spesi
= 12.0 x 16.8 x 4 x 0.21
= 169.34 KN
Keramik
=12.0 x 16.8 x 0.24
= 48.38 KN W1-DL = 1129.74 KN
Beban Hidup (W1-LL) Beban Hidup Lantai = 2.50 KN/m2 PPIUG 1983 Koefisien Reduksi = 0.5 Untuk Ruang Kuliah PPIUG 1983 Beban Hidup
=12.0 x 16.8 x 0.5 x 2.50
= 252.00 KN
W1-LL = 252.00 KN Berat Total Lantai 1 W1-U = W1-DL + W1-LL = 1129.74 + 252.00 = 1381.74 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
73
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2. Menghitung kekauan Bangunan Formula kekakuan
K
12EI h3
Modulus Elastisitas (E) = 4700x fc' = 4700x 25 23500 Mpa /(N/mm 2 ) = 23500000 KN/m2 Momen Inersia Penampang Kolom (I) =
I
1 1 x b x h3 = x 450 x 450 3 3417187500 mm 4 12 12 = 0.003417188 m4
Kekauan Lantai 1
K
12EI 12 x 23500000 x 0.00341718 8 = h3 2.5 3 = 61673.40 KN/m
Ktot
= 16 x 61673.40 x 0.7 = 690742.08 KN/m
Kekauan Lantai 2,3,4,5
K
12EI 12 x 23500000 x 0.00341718 8 = h3 3.6 3 = 20654.30 KN/m
Ktot
= 16 x 20654.30 x 0.7 = 231328.13 KN/m
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
74
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Rekapitulasi Perhitungan Berat bangunan dan Kekakuan Lantai
W
K
KN
KN/m
5
1587.42
231328.13
4
2145.08
231328.13
3
2145.08
231328.13
2
2145.08
231328.13
1
1381.74
690742.08
Σ
9404.41
1616054.58
3. Respon Spektrum Gempa Kota Kupang 1) Parameter Respon Spektral percepatan gempa MCE Terpetakan (puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra) Ss
= 1.2
S1
= 0.40
2) Koefisien situs (site) untuk periode pendek (Fa) & Periode panjang (Fv): Data: Kelas situs
= SC (Tanah Keras)
Parameter percepatan gempa Ss dan S1 masing-masing 1.2 dan 0.40, dari tabel 4 dan 5 diperoleh (SNI gempa 03-1726-2012) : Fa
= 1.00
Fv
= 1.40
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
75
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3) Parameter Respon spektral Percepatan gempa MCE yang disesuaikan dengan kelas situs: SMs
= Fa x Ss
= 1 x 1.2
= 1.20
SM1
= Fv x S1
= 1.4 x 0.40
= 0.56
4) Parameter Percepatan Spektral Desain: SDs
=
2 x SMs 3
= 0.8000
SD1
=
2 x SM1 3
= 0.3733
5) Penggambaran Respon Spektrum desain: T0
= 0.2 x
Ts
=
SD1 SDs
SD1 SDs
= 0.0933 detik
= 0.4667 detik
6) Menghitung Sa 1) Untuk Perioda yang lebih kecil dari T0 Spektrum respon Percepatan desain, Sa harus diambil dari Persamaan:
Sa = SDs 0.4 0.6
T T0
2) Untuk Perioda yang lebih besar dari atau sama dengan To,dan lebih kecil dari atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain,Sa sama dengan SDS 3) Untuk Perioda yang lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain,Sa diambil berdasarkan persamaan: Sa =
SD1 T
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
76
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Dari Data sistem Struktur: R = 5 (SRPMM); Tabel 9-SNI Gempa 1726-2012. Dari Data Fungsi Bangunan,Ie
= 1 (Gedung Kuliah-Resiko II)
Jenis Tanah
= Tanah keras (SC)
Maka untuk menghitung Cs =
Sa R Ie
Perhitungan selanjutnya Disajikan Dalam tabel: T
sa
Cs
0.000
0.32
0.064
0.093
0.80
0.160
0.467
0.80
0.160
0.767
0.49
0.097
1.067
0.35
0.070
1.367
0.27
0.055
1.667
0.22
0.045
1.967
0.19
0.038
2.267
0.16
0.033
2.567
0.15
0.029
2.867
0.13
0.026
3.167
0.12
0.024
3.467
0.11
0.022
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
77
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Response Spectrum Kota Kupang (Tanah Keras)
1.10 1.00 0.90 0.80 0.70
Sa
0.50
cs
sa & cs
0.60 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0.000
1.000
2.000 Periode (s)
3.000
4.000
4. Perhitungan Gaya Geser Tingkat 1) Estimasi Waktu Getar
Ta Ct ..Hn k Dari Tabel-14 SNI 1726-2012, untuk rangka beton pemikul momen: Ct = 0.0466 K = 0.9 Tinggi Total bangunan Lantai 1-5 H = 16.90 m
Ta 0.594 detik 2) Koefisien Gempa Masukkan Nilai Ta = 0.594 detik ke grafik respon Spectrum desain: Sa
= 0.69 g
Cs
= 0.14 g
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
78
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
3) Gaya Geser Dasar (Vt) Vt
= Cs
x Wtot
= 0.14 x 9404.41 = 1316.62 KN 4) Distribusi Gaya Geser (Fx) Fx = Cvx x Vt
Cv x
Wx .hx
K
Wx .hx
Untuk T k
K
, dimana k = 0.5 T + 0.75
= 0.594 detik = 1.04679
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tabel: lantai
Wx
hx
Wx.hx^k
Fx
Qx
5
1587.42
16.90
30622.21
388.37
388.37
4
2145.08
13.30
32202.09
408.41
796.78
3
2145.08
9.70
23141.41
293.50
1090.28
2
2145.08
6.10
14240.39
180.61
1270.89
1
1381.74
2.50
3605.67
45.73
1316.62
103811.77
5. Evaluasi Waktu Getar Drift (Δx):
x
Qx Kx
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
79
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Simpangan (Dx): D5 = Δ1+ Δ2+ Δ3+ Δ4+ Δ5 D4 = Δ1+ Δ2+ Δ3+ Δ4 D3 = Δ1+ Δ2+ Δ3 D2 = Δ1+ Δ2 D1 = Δ1 g
= 9.8 m/det2 WX .
WX
KX
FX
QX
ΔX
Dx
FX . (DX)
(KN)
(KN/m)
(Kn)
(Kn)
(m)
(m)
(Kn/m)
(Kn/m)
5
1,587.42
231,328.13
388.37
388.37
0.001679
0.01724
6.69415
0.47161
4
2,145.08
231,328.13
408.41
796.78
0.003444
0.01556
6.35384
0.51919
3
2,145.08
231,328.13
293.50
1,090.28
0.004713
0.01211
3.55515
0.31474
2
2,145.08
231,328.13
180.61
1,270.89
0.005494
0.00740
1.33649
0.11746
1
1,381.74
690,742.08
45.73
1,316.62
0.001906
0.00191
0.08717
0.00502
18.02679
1.42802
Tkt
Σ
T d 6 .3
(DX2)
Wx.( Dx 2 ) g.Fx( Dx) 1.42802 9.80 (18.02679)
= 0.566 detik Kontrol nilai T, Apakah memenuhi syarat atau tidak, Syarat: Tbaru ≤ 20%
Error
=
=
T1
T0 x 100% 20% T1
0.566
= 4.8 %
0.594 x 100% 20% 0.566 ≤
20% (OK)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
80
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
6. Koreksi Gaya Gempa Ta
= 0.566 > Ts, maka:
Cs =
Sa , atau Sesuai Grafik = 0.16 R Ie
a. Gaya Geser Dasar Vt
= Cs
x Wtot
= 0.16 x 9404.41 = 1504.71 KN b. Distribusi Gaya Geser (Fx) Fx
= Cvx x Vt
Cv x
Wx .hx
K
Wx .hx
Untuk T
K
, dimana k = 0.5 T + 0.75
= 0.566 detik k
= 1.03321
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan tabel: lantai
Wx
hx
Wx.hx^k
Fx
Qx
5
1587.42
13.30
23830.51
369.59
369.59
4
2145.08
13.30
32202.09
499.43
869.02
3
2145.08
9.70
23141.41
358.91
1227.93
2
2145.08
6.10
14240.39
220.86
1448.78
1
1381.74
2.50
3605.67
55.92
1504.71
Σ
97020.07
c. Evaluasi Waktu Getar Drift (Δx):
x
Qx Kx
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
81
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Simpangan (Dx): D5
= Δ1+ Δ2+ Δ3+ Δ4+ Δ5
D4
= Δ1+ Δ2+ Δ3+ Δ4
D3
= Δ1+ Δ2+ Δ3
D2
= Δ1+ Δ2
D1
= Δ1
g
= 9.8 m/det2
WX
WX
KX
FX
QX
ΔX
Dx
FX . (DX)
(KN)
(KN/m)
(Kn)
(Kn)
(m)
(m)
(Kn/m)
(Kn/m)
5
1,587.42
231,328.13
369.59
369.59
0.001598
0.01910
7.06062
0.57934
4
2,145.08
231,328.13
499.43
869.02
0.003757
0.01751
8.74306
0.65739
3
2,145.08
231,328.13
358.91
1,227.93
0.005308
0.01375
4.93475
0.40552
2
2,145.08
231,328.13
220.86
1,448.78
0.006263
0.00844
1.86432
0.15285
1
1,381.74
690,742.08
55.92
1,504.71
0.002178
0.00218
0.12182
0.00656
22.72457
1.80166
Tkt
Σ
T d
6 .3
.(DX2)
Wx.( Dx 2 ) g.Fx( Dx) 1.80166 9.80 (22.72457 )
= 0.567 detik Kontrol nilai T, Apakah memenuhi syarat atau tidak, Syarat: Tbaru ≤ 20%
Error
=
=
T1
T0 x 100% 20% T1
0.567
= 0.04 %
0.566 x 100% 20% 0.567 ≤
20% (OK)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
82
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
7. Distribusi Gaya Lateral (Fx) dan gaya geser tingkat (Qx) Pada Frame As-C Tinjau Frame As-C Arah-Y Jumlah Portal Arah-Y= 4 Portal (Frame) Hasil Perhitungan Per-Frame Arah Y: Fx
Qx
Fx-1P
Qx-1P
Lantai
( kN )
( kN )
(kN)
(kN)
5
369.59
369.59
92.40
92.40
4
499.43
869.02
124.86
217.26
3
358.91
1227.93
89.73
306.98
2
220.86
1448.78
55.21
362.20
1
55.92
1504.71
13.98
376.18
92.40 KN 124.86 KN 89.73 KN 55.21 KN 13.98 KN
Gaya Gempa (F)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
83
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
92.40 KN 217.26 KN 306.98 KN 362.20 KN 376.18 KN
Gaya Geser tingkat (Q)
5.1.2 Perhitungan Beban Merata Pada Frame Tinjauan
Gambar 5.1.1. Distribusi Pembebanan Pelat Pada Balok
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
84
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Gambar 5.1.2. Idealisasi pembebanan Pada Frame Tinjauan As-C
1. Perhitungan Beban Pada Balok Induk Atap,Lantai 5 a. Beban Mati (DL), untuk bentangan 7.2 m Berat sendiri Balok
= 0.40 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m’
B. Gording+Kuda-kuda
= 18.3 /16.8 = 1.09 kg/m = 0.01KN/m’
Plafon
= 18 kg/m
= 0.18 KN/m’ qDL-5
= 4.8 KN/m’
b. Beban Mati (DL),Untuk Bentangan 2.4 m Berat sendiri Balok
= 0.40 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m’
B. Gording+Kuda-kuda
= 18.3 /16.8 = 1.09 kg/m = 0.01KN/m’
Plafon
= 18 kg/m
= 0.18 KN/m’ qDL-5
= 4.8 KN/m’
c. Beban Hidup (LL),untuk bentangan 7.2 m Beban Hidup Pada Balok Atap
= 100 kg/m qLL-5
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
= 1.00 KN/m’ = 1.00 KN/m’
85
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
d. Beban Hidup (LL),untuk bentangan 2.4 m Beban Hidup Pada Balok Atap
= 100 kg/m qLL-5
= 1.00 KN/m’ = 1.00 KN/m’
2. Perhitungan Beban Pada Balok Induk Lantai 4,3,2,1 Beban Segitiga Ditransformasikan menjadi beban merata pada Balok Induk. Untuk Bentangan 7.2 m:
h-ef
h ef
2 B 2 3 .6 x x 1.20 m 3 2 3 2
Untuk Bentangan 2.4 m:
h ef
1)
h-ef
2 B 2 2 .4 x x 0.80 m 3 2 3 2
Beban Akibat Pelat, a. Beban Mati (DL), Untuk Bentangan 7.20 m Berat Pelat= 0.12 x 2400
= 288 Kg/m2 = 2.88 KN/m2
Spesi
= 4 x 21
= 84
Kg/m2 = 0.84 KN/m2
Keramik
=
= 24
Kg/m2 = 0.24 KN/m2
Plafon
=
= 18
Kg/m2 = 0.18 KN/m2 qDL
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
= 4.14 KN/m2
86
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
b. Beban Hidup(LL), Untuk Bentangan 7.20 m Beban Hidup Ruang Kuliah
=250 kg/m2 qLL
= 2.50 KN/m2 = 2.50 KN/m2
c. Beban Mati (DL), Untuk Bentangan 2.40 m Berat Pelat= 0.12 x 2400
= 288 Kg/m2 = 2.88 KN/m2
Spesi
= 4 x 21
= 84
Kg/m2 = 0.84 KN/m2
Keramik
=
= 24
Kg/m2 = 0.24 KN/m2
Plafon
=
= 18
Kg/m2 = 0.18 KN/m2 qDL
= 4.14 KN/m2
d. Beban Hidup(LL), Untuk Bentangan 2.40 m Beban Hidup Ruang Kuliah
=250 kg/m2 qLL
2)
= 2.50 KN/m2 = 2.50 KN/m2
Beban Akibat Balok Induk a. Beban Mati (qDL), Untuk Bentangan 7.20 m Berat Sendiri Balok= 0.4 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 1.2 x 1
= 9.94 KN/m
Berat Tembok
= 250 kg/m
= 2.50 KN/m qDL1-2-3-4
= 17.04 KN/m
b. Beban Hidup (qLL), Untuk Bentangan 7.20 m Beban Hidup Ruang Kuliah
=250 x 1.2 x 2 = 6.00KN/m qLL1-2-3-4
= 6.00 KN/m
c. Beban Mati (qDL), Untuk Bentangan 2.40 m Berat Sendiri Balok= 0.4 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 0.8 x 2
= 3.31 KN/m
Berat Tembok
= 250 kg/m
= 2.50 KN/m qDL1-2-3-4
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
= 10.42 KN/m
87
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
d. Beban Hidup (qLL), Untuk Bentangan 2.40 m Beban Hidup Ruang Kuliah
=250 x 0.8 x 1 = 2.00KN/m qLL1-2-3-4
= 2.00 KN/m
Rekap beban q yang bekerja pada Balok Induk
qDL=4.80 KN/m'
qDL=4.80 KN/m'
qDL=17.04 KN/m'
qDL=4.80 KN/m'
qDL=17.04 KN/m' qDL=10.42 KN/m'
qDL=17.04 KN/m'
qDL=17.04 KN/m' qDL=10.42 KN/m'
qDL=17.04 KN/m'
qDL=17.04 KN/m' qDL=10.42 KN/m'
qDL=17.04 KN/m'
qDL=17.04 KN/m' qDL=10.42 KN/m'
Gambar 5.1.3. Rekap Beban Merata Akibat Beban mati (qDL)
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
88
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
qLL=1.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=1.00 KN/m'
qLL=1.00 KN/m'
qLL=2.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=2.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=2.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
qLL=2.00 KN/m'
qLL=6.00 KN/m'
Gambar 5.1.4. Rekap Beban Merata Akibat Beban Hidup (qLL) 5.1.3
Perhitungan Beban Terpusat P yang bekerja Pada Frame As-C C
D
A
B
P41
1
P42
P43
2
P43
3
4
P42
P41
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
89
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
P51
P51
P41
P42
P43
P43
P42
P41
P31
P32
P33
P33
P32
P31
P21
P22
P23
P23
P22
P21
P11
P12
P13
P13
P12
P11
Gambar 5.2.1. Distribusi Beban terpusat P Pada Frame As-C 1. Beban P51 Beban Pada Balok Induk Atap a. Beban Mati (qDL) Berat sendiri Balok = 0.40 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m’
B. Gording+Kuda-kuda= 18.3 /16.8
= 1.09 kg/m =0.01KN/m’ qDL-5 = 4.62 KN/m’
b. Beban Hidup (qLL) Beban Hidup Pada Balok Atap= 100 kg/m
= 1.00 KN/m’
qLL-5 = 1.00 KN/m’ Beban titik Yang Bekerja Pada P51 a. Beban Mati (P51-DL) P51-DL= 2 x
q - DL x L 4.62 x 4 2x 18.48 KN 2 2
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
90
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
b. Beban Hidup (P51-LL) P51-LL= 2 x
q - LL x L 1.00 x 4 2x 4.00 KN 2 2
2. Beban P41 a=
h-ef
Beban Trapesium yang Bekerja Pada Balok Induk Tepi ditransformasikan menjadi beban merata sepanjang balok
h-ef=
h x 4 x a 2 x h 1.8 x 4 x 1.8 2 x 1.8 1.31 m 3L2 3 x 42
Beban Pelat a. Beban Mati (DL) Berat Pelat
= 0.12 x 2400 = 288 kg/m2
Spesi
= 4 x 21
= 2.88KN/m2
= 84 kg/m2
= 0.84KN/m2
Keramik
= 24 kg/m2
= 0.24KN/m2
Plafon
= 18 kg/m2
= 0.18KN/m2
qDL
= 4.14 KN/m2
= 250 kg/m2
= 2.50KN/m2
qLL
= 2.50 KN/m2
b. Beban Hidup (LL) Beban Hidup Pada Lantai
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
91
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Beban Pada Balok Induk Tepi a. Beban Mati (q-DL) Berat s. Balok
= 0.4 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 1.31 x 1
= 5.44 KN/m
Berat Tembok
= 250 kg/m
= 2.50 KN/m qDL
= 12.55 KN/m
b. Beban Hidup (q-LL) Beban Hidup Pada Lantai= 2.5 x 1.31 x 1 = 3.29 KN/m qLL
= 3.29 KN/m
Beban titik Yang Bekerja Pada P41 a. Beban Mati (P41-DL) P41-DL= 2 x
q - DL x L 12.55 x 4 2x 50.19 KN 2 2
b. Beban Hidup (P41-LL) P41-LL= 2 x
q - LL x L 3.29 x 4 2x 13.14 KN 2 2
3. Beban P42 a=
h-ef
Beban Trapesium yang Bekerja Pada Balok Anak ditransformasikan menjadi beban merata sepanjang balok
h-ef=
h x 4 x a 2 x h 1.8 x 4 x 1.8 2 x 1.8 1.31 m 3L2 3 x 42
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
92
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Beban Pelat a. Beban Mati (DL) Berat Pelat
= 0.12 x 2400 = 288 kg/m2
Spesi
= 4 x 21
= 2.88KN/m2
= 84 kg/m2
= 0.84KN/m2
Keramik
= 24 kg/m2
= 0.24KN/m2
Plafon
= 18 kg/m2
= 0.18KN/m2
qDL
= 4.14 KN/m2
= 250 kg/m2
= 2.50KN/m2
qLL
= 2.50 KN/m2
b. Beban Hidup (LL) Beban Hidup Pada Lantai
Beban Pada Balok Anak a. Beban Mati (q-DL) Berat s. Balok
= 0.25 x 0.28 x 24
= 1.68 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 1.31 x 2
= 10.88 KN/m
qDL
= 12.56 KN/m
b. Beban Hidup (q-LL) Beban Hidup Pada Lantai
= 2.5 x 1.31 x 2 = 6.57 KN/m qLL
= 6.57 KN/m
Beban titik Yang Bekerja Pada P42 a. Beban Mati (P42-DL) P42-DL= 2 x
q - DL x L 12.56 x 4 2x 50.24 KN 2 2
b. Beban Hidup (P41-LL) P42-LL= 2 x
q - LL x L 6.57 x 4 2x 26.28 KN 2 2
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
93
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4. Beban P43 a=
h-ef
Beban Trapesium yang Bekerja Pada Balok Induk Tengah ditransformasikan menjadi beban merata sepanjang balok
h-ef=
h x 4 x a 2 x h 1.2 x 4 x 1.2 2 x 1.2 1.06 m 3L2 3 x 42
Beban Pelat c. Beban Mati (DL) Berat Pelat
= 0.12 x 2400 = 288 kg/m2
Spesi
= 4 x 21
= 2.88KN/m2
= 84 kg/m2
= 0.84KN/m2
Keramik
= 24 kg/m2
= 0.24KN/m2
Plafon
= 18 kg/m2
= 0.18KN/m2
qDL
= 4.14 KN/m2
= 250 kg/m2
= 2.50KN/m2
qLL
= 2.50 KN/m2
d. Beban Hidup (LL) Beban Hidup Pada Lantai
Beban Pada Balok Anak (h-ef = 1.06 m) c. Beban Mati (q-DLa) Berat s. Balok
= 0.40 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 1.06 x 1
= 4.37 KN/m
qDL
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
= 8.98 KN/m
94
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
d. Beban Hidup (q-LLa) Beban Hidup Pada Lantai= 2.5 x 1.06 x 1 = 2.64 KN/m qLL
= 2.64 KN/m
Beban Pada Balok Anak (h-ef = 1.31 m) a. Beban Mati (q-DLb) Berat s. Balok
= 0.40 x 0.48 x 24
= 4.61 KN/m
Berat Pelat
= 4.14 x 1.31 x 1
= 5.44 KN/m
qDL
= 10.05 KN/m
b. Beban Hidup (q-LLb) Beban Hidup Pada Lantai
= 2.5 x 1.31 x 1 = 3.29 KN/m qLL
= 3.29 KN/m
Beban titik Yang Bekerja Pada P43 c. Beban Mati (P43-DL) P43a-DL= 2 x
q - DL x L 8.98 x 4 2x 35.92 KN 2 2
P43b-DL= 2 x
q - DL x L 10.05 x 4 2x 40.19 KN 2 2 P43-DL=76.11 KN
d. Beban Hidup (P43-LL) P43a-LL= 2 x
q - LL x L 2.64 x 4 2x 10.56 KN 2 2
P43b-LL= 2 x
q - LL x L 3.29 x 4 2x 13.14 KN 2 2 P43-LL= 23.70 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
95
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Catatan: Untuk Perhitungan Analisa Gaya dengan Program SAP2000 Berat Sendiri Balok Induk diabaikan (dihitungan saat Running Program SAP2000)
qDL
qLL
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
96
1 3.14
2 3.70
2 3.70
1 3.14
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
1 3.14
2 6.28
2 3.70
1 3.14
2 6.28
2 3.70
2 3.70
2 6.28
2 6.28
2 3.70
1 3.14
1 3.14
1 3.14
2 6.28
2 3.70
2 3.70
2 6.28
1 3.14
4 .00
4 .00
5 0.19
7 6.11
7 6.11
5 0.19
5 0.19
5 0.24
7 6.11
5 0.19
5 0.24
7 6.11
7 6.11
5 0.24
5 0.24
7 6.11
5 0.19
5 0.19
5 0.19
5 0.24
7 6.11
7 6.11
5 0.24
5 0.19
1 8.48
1 8.48
Eusebius Nahak Seran
211 11 082
Laporan Kerja Praktek
Z
X
PDL
Z
X
PLL
97
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
92.40
124.86
89.73
55.21
13.98
Z
X
Gaya Gempa (F)
5.2 Desain Pondasi Foot Plate Desain Pondasi yang dilakukan penulis adalah menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan di lokasi pekerjaan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang. Dengan data Pembebanan Yang ada Penulis mencoba untuk mengevaluasi Layak tidaknya Dimensi Pondasi yang digunakan dalam Pekerjaan tersebut. Dalam desain ini Penulis menggunakan referensi dari ACI 318-2002, SNI Beton 03-2847-2002, dan SNI gempa 03-1726-2012. 5.2.1 Menentukan Join Reaction Dimensi Pondasi dihitung dengan menggunakan kombinasi beban dari hasil perhitungan sebelumnya yaitu DL,LL,EQ diambil dari hasil reaksi perletakan pada program SAP2000 tanpa faktor beban. Perhitungannya sbb:
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
98
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
6
12
18
24
5
11
17
23
4
10
16
22
3
9
15
21
2
8
14
20
Z 1
Tepi kiri
7
Tengah Kiri
13
X
Tengah Kanan
19
Tepi kanan
1. Menentukan Pu dan Mu dari Reaksi Perletakan SAP2000 a) Join Reaction Dead (D) Tepi Kiri
Tepi Kanan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
99
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Tengah Kiri
Tengah Kanan
b) Join Reaction Live (L) Tepi Kiri
Tepi Kanan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
100
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Tengah Kiri
Tengah Kanan
c) Join Reaction Quake (Q) Tepi Kiri
Tepi Kanan
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
101
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Tengah Kiri
Tengah Kanan
2. Rekap Join Reaction SAP2000 a) Self weight Join React.
1
7
19
13
DL
LL
+EQ
-EQ
P
654.87
184.17
-177.555
177.555
M
13.532
4.287
-133.337
133.337
P
813.474
236.83
-365.567
365.567
M
-8.873
-2.865
-170.939
170.939
P
813.474
236.83
366.047
-366.047
M
8.873
2.865
-170.735
170.735
P
654.87
-184.17
177.076
-177.076
M
-13.532
-4.287
-132.461
132.461
Posision
TEPI
TENGAH
TENGAH
TEPI
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
102
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
b) Kombinasi tanpa faktor beban JOIN
1
7
19
13
P P P P P P M M M M M M P P P P P P M M M M M M P P P P P P M M M M M M P P P P P
No Comb.factor DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
Output 654.87 839.04 661.49 1016.60 477.32 832.43 13.53 17.82 -115.52 151.16 -119.81 146.87 813.47 1050.30 684.74 1415.87 447.91 1179.04 -8.87 -11.74 -182.68 159.20 -179.81 162.07 813.47 1050.30 1416.35 684.26 1179.52 447.43 8.87 11.74 -159.00 182.47 -161.86 179.61 654.87 470.70 647.78 293.62 831.95
Max KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN
1016.60
151.16
1415.87
162.07
1416.35
182.47
831.95
103
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
P M M M M M M
D -EQ DL DL+LL DL+LL+EQ DL+LL-EQ D+ EQ D -EQ
= = = = = = =
477.79 -13.53 -17.82 -150.28 114.64 -145.99 118.93
KN KN KN KN KN KN KN
118.93
c) Kombinasi dikali faktor beban JOIN
1
7
19
Pu1 Pu2 Pu3 Pu4 Pu5 Pu6 Mu1 Mu2 Mu3 Mu4 Mu5 Mu6 Pu1 Pu2 Pu3 Pu4 Pu5 Pu6 Mu1 Mu2 Mu3 Mu4 Mu5 Mu6 Pu1 Pu2 Pu3 Pu4 Pu5 Pu6 Mu1 Mu2
Combination 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Output 916.82 1080.52 792.46 1147.57 411.83 766.94 18.94 23.10 -112.81 153.86 -121.16 145.52 1138.86 1355.10 847.43 1578.57 366.56 1097.69 -12.42 -15.23 -184.45 157.43 -178.92 162.95 1138.86 1355.10 1579.05 846.95 1098.17 366.08 12.42 15.23
Max KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN
1147.57
153.86
1578.57
162.95
1579.05
184.25
104
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Mu3 Mu4 Mu5 Mu6 Pu1 Pu2 Pu3 Pu4 Pu5 Pu6 Mu1 Mu2 Mu3 Mu4 Mu5 Mu6
13
1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ 1,4 DL 1,2 DL+1,6 LL 1,2 DL+1LL+1EQ 1,2 DL+1LL-1EQ 0,9 D +EQ 0,9 D -EQ
= = = = = = = = = = = = = = = =
-157.22 184.25 -162.75 178.72 916.82 491.17 778.75 424.60 766.46 412.31 -18.94 -23.10 -152.99 111.94 -144.64 120.28
KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN KN
916.82
120.28
5.2.2 Desain Pondasi 1. Desain Pondasi Tepi a) Menentukan Dimensi Pelat Pondasi Tegangan Ijin Tanah σ tanah (allowed) = qall
= 2.0 kg/cm2 = 200 KN/m2
DL
= qall tanah
= 200 KN/m2
DL+LL
= 1.25 x qall tanah
= 250 KN/m2
DL+LL+Q= 1.50 x qall tanah
= 300 KN/m2
DL+LL-Q = 1.50 x qall tanah
= 300 KN/m2
Kebutuhan Luas Penampang Pondasi dari kontribusi tegangan ijin tanah (qall): (Referensi ACI 318-14 section 11.3.1.1) Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
105
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
D
= 3.27 m2
=
Apond
=
D L 839.04 = q all , D L 250
Apond
=
D L Q 661.49 = = 2.20 m2 q all , D L Q 300
Apond
=
D L Q 1016.60 = = 3.39 m2 (controls) q all , D L Q 300
q all , D
=
654.87 200
Apond
= 3.36 m2
Bentuk Pondasi Bujur sangkar, maka B = L = 3.39 = 1.84 m Maka, B = L = 1.80 m b) Menghitung qU (tegangan Ultimit tanah) Untuk menghitung Tegangan Ultimit Tanah, jumlah Nilai Pu di dihitung dengan cara menambahkan faktor beban pada setiap kombinasi beban.
qU
Pu Area
Untuk kasus ini digunakan 6 kombinasi beban, perhitungannya sbb: 1) Kombinasi 1 (1.4 DL) Pu = 916.82 KN A = 3.24 m2
qU
Pu 916.82 Area 3.24
= 282.97 KN/m2
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
106
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
2) Kombinasi 2 (1.2 DL + 1.6 LL) Pu = 1080.52 KN A = 3.24 m2 qU
Pu 1080.52 Area 3.24
= 333.49 KN/m2
3) Kombinasi 3 (1.2 DL + 1LL + 1 Q) Pu = 792.46 KN A = 3.24 m2 qU
Pu 792.46 Area 3.24
= 244.59 KN/m2
4) Kombinasi 4 (1.2 DL + 1LL - 1 Q) Pu = 1147.57 KN A = 3.24 m2 qU
Pu 1147.57 Area 3.24
= 354.19 KN/m2 (Controls)
5) Kombinasi 5 (0.9 DL + 1 Q) Pu = 411.83 KN A = 3.24 m2 qU
Pu 411.83 Area 3.24
= 127.11 KN/m2
6) Kombinasi 6 (0.9 DL - 1 Q) Pu = 766.94 KN A = 3.24 m2 qU
Pu 766.94 Area 3.24
= 236.71 KN/m2
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
107
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
c) Kontrol kekuatan Geser Pelat Pondasi 1) Tinjau Pelat pondasi sebagai balok (beam action one way shear design) / Kuat geser 1 arah. fc
= 25 Mpa
Ø
= 0.75
ØVn Vn
= Vu = Vc + Vs
Asumsi Vs = 0 Vn
= Vc
Dimensi Kolom hc
= 450 mm
bc
= 450 mm
Tebal minimum fondasi berdasarkan SNI 03-2847-2002 adalah 150 mm, maka dicoba tebal fondasi = 350 mm dengan selimut beton 50 mm dan tulangan yang dipakai D16 untuk kedua arah, sehingga tinggi efektif : d = 350 – 50 – 16 = 284 mm ØVn ≥ Vu
L hc = d .B.qU 2 2
= 900 225 284.(1800).(0.000354) = 611.40 KN Vc
ØVc
= 2 fc'bw d = 2 25.1800.284 = 5112000 N = 5112.00 KN = 5112 x 0.75 = 3834.00 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
108
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Syarat: ØVc ≥ Vu 3834.00 KN ≥ 611.40 KN
(OK)
Dengan Demikian Asumsi Tebal pondasi cukup memadai dengan hf = 400 mm 2) Tinjau Aksi 2 arah (Two way action)/Geser Pons bo = 4 (hc+d) = 4 (450 + 284) = 2936 mm βc = λ
hc 450 1.00 bc 450
= 1 (beton berat normal)
αs = 30 (kolom tepi) Evaluasi
kekuatan
geser
2
arah
pelat
pondasi
dengan
menggunakan ketentuan ACI 318-14 yaitu dengan tiga persamaan dibawah ini: a) Vc 4 fc'
= 20.00 N
4 b) Vc 2 ... fc'
= 30.00 N
(controls)
s.d 2 ... fc' = 24.51 N c) Vc b0 Diambil nilai Vc yang terkecil = 20.00 N pada persamaan (a), maka Vc dipakai untuk perhitungan: Vc = 4 fc' bw .d = 20.00 x 1800 x 284 = 10224000 N = 10224 KN
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
109
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
ØVc = 10224 x 0.75 = 7668.00 KN
Vu = B x L hc d .qU 2
= 1.80 x 1.80 0.45 0.284 .(354.19) 2
= 956.75KN Cek, apakah ØVc ≥ Vu ? ØVc
≥
7668.00 KN
≥
Vu 956.75KN
(OK)
d) DesainTulangan Memanjang
Prinsip Desain : i. Potongan Kritis tepat dimuka kolom ii. Pelat dianggap sebagai balok kantilever seperti gambar diatas iii. Beban pada pelat diambil dari tegangan Ultimit (qU) tinjauan kombinasi, pilih nilai yang terbesar.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
110
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
1) Menghitung Mu Data: L
= 1.80 m
B
= 1.80 m
hc
= 0.45 m
bc
= 0.45 m
qU
= 354.19 KN/m2
fc
= 25 Mpa
fy
= 400 Mpa
L hc Mu = 1 x xB.qU 2 2 2
1.8 0.45 = 1 x x1.8 x 354.19 2 2 2
= 145.24 KN-m Konsep Keseimbangan: C = T C = 0.85 fc x b x a T = As x fy Rasio tulangan Balance ρb =
=
0.85 fc. 600 . fy 600 fy 0.85(25).(0.85) 600 . 400 600 400
= 0.0271 ρmax
= 0.75 x ρb = 0.75 x 0.0271 = 0.02032
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
111
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Luas tulangan balance Asb
= ρmax .b . d = 0.02032 x 1800 x 284 = 10387.74 mm2
Gaya yang bekerja pada baja tarik (Tsb) Tsb
= Asb x fy = 10387.74 x 400 = 4155097.50 N = 4155.10 KN
Tinggi blok tegangan (a) ab
=
Tsb = 0.85 fc.b
4155097 .50 = 108.63 mm 0.85 (25).(1800)
Lengan momen (z) Z
= d-
ab 108.63 = 284 = 229.69 mm 2 2
Mn balance (Mnb) Ø
= 0.9
Mn
= As x fy x Z = Tsb x Z = 4155.10 x 229.69 = 954363.57 KN-mm = 954.36 KN-m
ØMn = 954.36 x 0.9 = 858.93 KN-m
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
112
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Kesimpulan: ØMn
≥ Mu
858.93 KN-m ≥ 145.24 KN-m
(OK)
2) Menghitung kebutuhan luas tulangan lentur (As) As
=
Mu . fy.0.9d
=
145239201. 56 0.75.(400).(0.9 x 284)
= 1894.09 mm2 3) Menghitung jumlah tulangan (n) Digunakan tulangan dengan D16 mm = 1/4πD2
As1
= 1/4 π (16)2 = 201.06 mm2
Luas Tulangan minimum: As-min
=
1.4.bw.d 1.4.(1800).284 = = 1789.20 mm2 400 fy
Atau : As-min
=
0.25 fcbw.d fy
=
0.25 25 .(1800).( 284) 400
=1597.50 mm2 Maka diambil As = 1894.09 mm2 n=
As 1894.09 = = 9.42 ≈ 10 batang As1 201.06
jarak tulangan (s): s =
1800 = 180 mm ≈ 175 mm 10
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
113
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4) Tulangan Susut Luas tulangan susut dan temperatur dari baja ulir harus dipasang paling sedikit: a) bila mutu baja 300 Mpa : 0.0020 x A-bruto b) bila mutu baja 400 Mpa : 0.0018 x A-bruto c) bila fy > 400 Mpa : 0.018 X (fy/400) x A-bruto dalam segala hal tidak boleh kurang dari : 0.0014 x Asbruto Diameter tulangan pakai D16 mm Luas tulangan susut: As susut
= 0.0018 x b x h = 0.0018 x 1000 x 400 = 720 mm2
Jumlah tulangan: As1= As-D16 = 1/4πD2 n =
= 1/4 π (16)2 = 201.06 mm2
720 As = = 3.58 ≈ 4 batang As1 201.06
Maka As terpasang
= 4 x As1 = 4 x 201.06 = 804.25 mm2
Jarak Tulangan Susut (s):
s =
AsD16.b 201.06.(1000) = = 250 mm ≈ 200 mm As terpasang 804.25
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
114
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
jarak maksimum tulangan susut pasal 9.12.2.1 ( SNI - 03 - 2487 - 2002 ) : s
≤
5h
200 ≤ 5 x 400 200 ≤ 2000 mm
(OK)
Sketsa Hasil Desain Pondasi Tepi
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
115
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kuliah lapangan berupa Kerja Praktek yang sangat bermanfaat karena praktikan dapat langsung melihat wujud nyata dari apa yang selama ini dipelajari dibangku perkuliahan dan praktikan juga dapat langsung membandingkannya dengan kenyataan di lapangan. Selama kerja praktek di Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang Tahap III, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pelaksanaan proyek di lapangan tidak selamanya berjalan sesuai dengan perencanaan karena perencanaan dapat berubah bila diijinkan oleh pihak terkait. 2. Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang ini menggunakan sistem Dilatasi karena kondisi gedung yang relatif memanjang. Namun dalam Proyek Tahap III ini proses pengerjaan berlanjut dari Tahap sebelumnya yaitu sambungan Gedung Tampak Samping Kanan dengan Luas bangunan 268,8 m2 gedung 5 lantai. 3. Pekerjaan dapat dilaksanakan tepat waktu apabila penyiapan material dan peralatan yang cukup dan selalu tersedia di lokasi pekerjaan. Pada proyek ini terjadi kelambanan pengerjaan, karena peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran concrete mixer terjadi kerusakan saat pekerjaan berlangsung. Karena terjadi kerusakan alat tersebut para pekerja sering menggunakan campur manual dengan alat bantu sekop.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
116
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
4. Adanya hambatan-hambatan lain yang menumbulkan para pekerja bekerja tidak
semaksimal karena upah tenaga kerja yang diberikan dari pihak
kontraktor dalam Proyek ini adalah pembayaran upah harian dan upah borongan. Yang menjadi kendala yaitu ketimpangan pembayaran upah harian karena tenaga kerja harian cenderung mengulur-ulur waktu penyelesaian. 5. Dalam tinjauan khusus penulis yakni tinjauan mengenai perhitungan desain pondasi foot plate dengan perbandingan perencanaan sebelumnya ternyata hasilnya tidak berbeda jauh terutama penentuan Luas dasar Pondasi. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh faktor Kapasitas dukung ijin (qa), karena prinsip penentuan dimensi pelat pondasi secara pendekatan membagi jumlah beban efektif dengan kapasitas dukung ijin (qa). Penentuan kapasitas dukung dilakukan berdasarkan karakteristik kuat geser tanah yang diperoleh dari uji tanah di laboratorium atau dengan cara empiris salah satunya didasarkan pada uji kerucut statis (sondir). Dengan adanya data sondir ini, maka kita bisa menghitung kapasitas dukung ijin dan bisa menentukan dimensi pelat pondasi. Oleh karenanya penulis mengalami kekurangan data maka dalam perhitungan pada BAB V menggunakan nilai
qa
tanah yang diestimasi
menurut zona wilayah atau menurut pengalaman perhitungan dari perkuliahan berdasarkan metode Struktur Beton Bertulang 2. Dalam perhitungan Penulis mendesain pondasi foot plate dengan proses perhitungannya menggunakan metode ACI 318-14.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
117
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
6.2 Saran
Selama menjalani kerja praktek di lapangan penulis menemukan sejumlah kekurangan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek,sehingga penulis menyarankan : 1. Jika pada pelaksanaan proyek terjadi suatu perubahan yang menyimpang dari gambar rencana dan terpaksa di bongkar maka diusahakan agar tidak mempengaruhi kekuatan struktur dan bentuk fisik bangunan. 2. Pelaksana proyek harus memperhatikan ketersedian bahan material yang akan digunakan sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan pekerjaan. 3. Perlu adanya koordinasi yang baik antara semua pihak yan terlibat dalam proyek sehingga proyek dapat berjalan dengan baik. 4. Harus ada alternatif lain untuk mempercepat proses pengecoran jika terjadi kerusakan alat dengan menambah fasilitas alat campur beton concrete mixer. 5. Para tenaga kerja harus menggunakan perlengkapan kerja seperti helm pengaman, baju kerja, sepatu boot, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keselamatan kerja pekerja. 6. Dalam mendesain pondasi telapak (foot plate) khususnya bagi yang ingin menggunakan prosedur perhitungan dengan metode ACI 318-14, maka perhatikan kapasitas dukung ijin tanah. Sebaiknya menggunakan data yang akurat khususnya tegangan ijin tanah atau kapasitas dukung injin tanah (qa) dari hasil uji tanah di laboratorium.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
118
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
Adapun saran bagi mahasiswa yang akan melaksanakan kerja praktek antara lain : 1. Jika pekerjaan di lapangan kurang jelas maka mahasiswa dapat bertanya pada konsultan pengawas. 2. Mahasiswa harus selalu mengikuti kegiatan pekerjaan di tempat kerja praktek.
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
119
Eusebius Nahak Seran
Laporan Kerja Praktek
211 11 082
DAFTAR PUSTAKA
CDR.Gambar Arsitektur dan Tulangan Struktur Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang. Kupang : PT. Citra Desain Rekanusa, 2016. CDR.Rencana Anggaran Biaya Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang Tahap III. Kupang : PT. Citra Desain Rekanusa, 2016. Braga T. Julio.Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Rumah Sakit Siloam bertingkat.. Kupang : Teknik Sipil Universitas Widya Mandira Kupang, 2013. Tokang .Y. Nini.Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung Hotel Barata Kupang.. Kupang : Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana, 2014. ACI 318. Building Code Requirements For Reinforced Concrete. American Concrete Institute,2014
Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016
120