1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan merupakan suatu peningkatan ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur dalam grafik pertumbuhan tinggi, berat badan, dan diameter pada lingkaran kulit. Sedangkan Perkembangan merupakan suatu peningkatan ketrampilan dan kapasitas untuk berfungsi sebagai perkembangan kognisi dan sosioemosional (Suriadi 2006). Tumbuh berarti bertambahnya ukuran-ukuran tubuh, bertambah berat badan, tambah tinggi dan tambah lingkar kepala. Sedangkan perkembangan berarti anak bertambah pintar dan bertambah nakal (Attila D, 2008). Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan ketersediaan pangan dan yang penting adalah pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam memantau berat badan balita itu sendiri. Pengetahuan ibu tentang pertumbuhan berat badan di Desa Paluh Pakih ini masih kurang, oleh karena itu perlu memberikan pengetahuan terhadap masyarakat Paluh Pakih agar tercapainya pertumbuhan berat badan pada balita sesuai dengan yang diinginkan dan pencapaian yang maksimal (Bahar, 2002). Masa bayi dan balita bahkan sejak dalam kandungan adalah periode emas karena jika pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan balita tidak dipantau dengan baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya (Thire John, 2006).
1
2
Pemantauaan pertumbuhan rutin pada balita sangat perlu dilakukan agar dapat terdeteksi
apabila
ada
penyimpangan
pertumbuhan
dan
dapat
dilakukan
penanggulangan sedini mungkin sehingga tidak terjadi gangguan pada proses tumbuh kembang balita. Salah satu tempat pemantauan pertumbuhan balita yaitu di posyandu. Posyandu merupakan layanan kesehatan masyarakat, yang mempunyai salah satu kegiatan penimbangan balita. Tujuan penimbangan balita tiap bulan yaitu untuk memantau
pertumbuhan
balita
sehingga
dapat
sedini
mungkin
diketahui
penyimpangan pertumbuhan balita. Akan tetapi saat ini keaktifan ibu dalam memonitoring pertumbuhan anaknya mengalami penurunan. Adanya kasus penyimpangan pertumbuhan balita yaitu kejadian gizi buruk yang bermunculan di seluruh wilayah Indonesia salah satunya diakibatkan penurunan pemantauan pertumbuhan di posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2007). Salah satu faktor yang mendorong penurunan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu adalah karena ketidak tahuan ibu terhadap manfaat menimbangkan anaknya di posyandu (Poedji Hastuti, 2007). Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan jumlah posyandu pada tahun 2005 di Jawa Timur sebanyak 43.672 buah dan pada tahun 2006 jumlah posyandu 44.355 buah (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2007). Pertambahan balita yang baik apabila beratnya mengalami kenaikan setiap bulan. Menurut data dari Indonesia family life survey atau IFLS menunjukkan keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring perkembangan balita mengalami penurunan dimana terjadi penurunan sebesar 12% terhadap penggunaan posyandu
3
pada tahun 2007. Penelitian Ririn Widayanti tahun 2003 tentang tingkat pengetahuan Ibu tentang pertambahan berat badan usia toddler di Desa Siraman RT 04 RW 02 Kesamben Bliltar, menunjukan bahwa 79,39% dikategorikan baik, 65,83% dikategorikan cukup, dan 82,4% dikategorikan sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan ibu tentang persepsi pertambahan berat badan dikategorikan baik dengan presenatse 78,33%. Penelitian Khoirun Nisak tahun 2005 tentang gambaran pengetahuan orang tua tentang persepsi pertambahan berat badan balita. Oleh karena itu perlu adanya persepsi yang benar dari orang tua terhadap pertambahan berat badab pada balita, sehingga kebutuhan dasar balita bisa terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Persepsi orang tua terhadap pertumbuhan berat badan balita memiliki peran penting karena orang tua memegang keputusan tentang bagaimana memperlakukan balitanya. Persepsi orang tua dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh oleh orang tua untuk mengorganisasi dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka (Robbins, 2003). Berdasarkan hasil penelitian petugas kesehatan Desa Paluh Pakih terdapat 91 balita pada bulan Maret–September Tahun 2013, terdapat 79 orang ibu yang membawakan Balitanya ke Posyandu dan 12 orang diantaranya tidak membawakan bayinya ke Posyandu. Dari 79 orang yang mengikuti Posyandu terdapat 12 balita yang mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan Peneliti pada bulan Januari–April terdapat 87 orang ibu yang memiliki Balita. Dari 87
4
orang ibu yang memiliki balita yang aktif membawa Balita ke Posyandu hanya 72 orang. Dari 72 Balita yang di bawa ke Posyandu, Balita yang mengalami kenaikan pada berat badan sebanyak 68 orang 4 diantaranya mengalami penurunan pada berat badan yang mengikuti Posyandu di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang pertumbuhan berat badan balita usia 0-5 tahun di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang pertumbuhan berat badan balita usia 0-5 tahun di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui persepsi ibu tentang pertumbuhan berat badan balita usia 0-5 tahun di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.
5
1.4. Manfaat Penelitian Bagi Pemerintah dan Praktis Kesehatan Sebagai informasi dan evaluasi kepada pembuat kebijakan dan pelaksanaan program berkaitan dengan persepsi pertambahan berat badan balita pada ibu-ibu. 1.4.1. Bagi Lahan Praktik Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah persepsi dan wawasan pasangan ibu tentang pettambahan berat badan pada balita usia 0-5 tahun di desa paluh-pakih kecamatan batang serangan kabupaten langkat. 1.4.2. Bagi Pendidikan Audi Husada/Institusi Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan tambahan refesensi di perpustakaan bagi pendidikan Audi Husada dalam proses belajar dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan. 1.4.3. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam mencari tahu tentang faktor yang apa saja yang berhubungan dengan infertilitas.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi 2.1.1. Defenisi Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa, dan penciuman (Slameto, 2011) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya (Purnama, 2011) Persepsi adalah menginterpretasikan
sebuah kesan-kesan
proses sensoris
saat
individu
mereka
guna
mengatur
dan
memberikan
arti
bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan bukan pada kenyataan itu sendiri. Persepsi dalam kamus filsafat adalah konsepsi yang salah atas objek. Dalam hal ini menjelaskan suatu pandangan yang berbeda dalam suatu hal dalam berfikir. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
6
7
penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut. Menurut
Bimo
Walgito,
Persepsi
adalah
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Menurut Maramis, Persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Menurut Desirato, Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkan pesan. Pesan dapat dikatakan sebagai pemberian makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Menurut Joseph A. Devito, Persepsi ialah proses menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. 2.1.2. Reaksi Persepsi terhadap Stimulus Menurut apuliana, 2008 reaksi persepsi terhadap suatu stimulus dapat terjadi dalam bentuk: a. Reciving / attending, yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau ransangan luar.
8
b. Responding (Jawaban), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, keputusan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya. c. Evaluation (Penilaian), yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai kesepakatan terhadap nilai tersebut. d. Organization (Organisasi), yaitu pengembangan dan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai. e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua system yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karakteri
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mersepsi 2.2.1. Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi persepsi mencakup 1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
9
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek. 3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. 5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
10
6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat. 2.2.2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut: 1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi. 2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami ( To be perceived ) dibandingkan dengan yang sedikit. 3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
11
5. Motion atau gerakan. Maksudnya adalah Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam. (Anwar. S, 2008) 2.2.3. Proses yang Mempengaruhi Persepsi Proses
pembentukkan
persepsi
bersifat
fungsional
dimana
seseorang
mempersiapkan stimulus melalui proses pemilihan . Terdapat faktor personal dan struktural yang berhubungan dengan persepsi. Faktor personal merupakan karakteristik individu baik internal maupun eksternal (Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat, 2001). Persepsi sendiri merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2001). Keadaan mempersepsi yang terbentuk dalam proses tersebut akan terus menerus dipengaruhi arus informasi baru dari lingkungannya, yang di dalamnya menyangkut proses penginderaan yang perifeer terhadap sekitarnya dan selanjutnya
12
melahirkan suatu bentuk yang holistik dan dalam konstansi tinggi, yang berlaku juga pada tempat dan obyek lain (Osgood dalam Simanuhuruk, 2003). Sedangkan menurut Marleau-Ponty, persepsi adalah latar belakang dari mana terpancar semua aktifitas dan selalu diandaikan oleh aktifitas-aktifitas tersebut. Persepsi tidak hanya berupa pengandaian saja, melainkan juga jalan menuju kebenaran, yang lahir dari empirisme dan rasionalisme atau realitas (Simanuhuruk, 2003). 2.2.4. Pengukuran Persepsi Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode Self
Report dan pengukuran Involuntary
Behavior. A. Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan
dapat
menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui penda pendapat atau sikapnya. Involuntary Behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy, 2010). Berdasarkan
pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi
hampir sama
dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk
13
mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif, atau negatif terhadap suatu hal atau obyek. Terdapat dua macam persepsi, yaitu: a. External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu b. Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang
berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004).
2.3. Peran Orangtua Dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah (Bahri, 2004) : 1. Peran ibu adalah a. Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik; b. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten c. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak d. Menjadi contoh dan teladan bagi anak 2. Peran ayah adalah a. Ayah sebagai pencari nafkah b. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman
14
c. Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak d. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga. Dalam hal mengasuh, mendidik serta membimbing anak, orang tua senantiasa memberikan proses pendidikan lewat pengasuhan di lingkungan keluarga, orang tua mempersiapkan dan secara langsung melatih anak-anaknya untuk memenuhi fungsi dan peranya masing-masing, sekaligus pula memberi persiapan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas, yakni lingkungan masyarakat dalam hal ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Diantaranya kebutuhan akan keterlindungan fisik, kesehatan, rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan bahkan juga dalam kenyamanan dan kekerasan fisik.
2.4. Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya suatu jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Sedangkan Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar, terdiri dari kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi sosial, kemandirian, intelegensia, dan perkembangan moral (Wafi Nur Muslihatun 2010). Pertumbuhan adalah struktur peningkatan ukuran fisik, keseluruhan atau sebagian yang dapat di ukur (contoh: dalam grafik pertumbuhan tinggi, berat badan dan diameter pada lingkaran kulit). Sedangkan perkembangan adalah suatu rangkaian
15
peningkatan keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi (contoh: perkembangan kognisi dan sosio emosional. (Suriadi 2006). 2.4.1. Pertumbuhan Balita Mengukur pertumbuhan balita sangat penting di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas pertumbuhan dan mendeteksi penyimpanan pertumbuhan secara dini. Langkah ini dilakukan secara bersama oleh keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Adapun alat dan pelaksana untuk mengukur pertumbuhan sebagai berikut: Tabel 2.1. Pelaksanaan Deteksi Dini Pertumbuhan Balita Tingkat Pelayanan Keluarga, masyarakat
Puskesmas
Pelaksana Orang tua Kader kesehatan Petugas TPA, guru TK Dokter Bidan Perawat Ahli gizi Petugas lainnya
Alat yang di gunakan KMS Timbangan Tabel BB/TB Grafik lingkar kepala Timbangan Alat ukur tinggi badan Pita pengukur lingkar kepala
16
Tabel 2.2. Pertambahan Berat Badan Balita Menurut Usia Umur Lahir (Bulan) Lahir 0-1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 bulan 1 Tahun 3 bulan 6 bulan 9 bulan 2 Tahun 0 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 3 Tahun 0 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 4 Tahun 0 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 5 Tahun 0 bulan
Standart 3.400 4.300 5000 5.700 6.300 6.900 7.400 8.000 8.400 8.900 9.300 9.600 9.900 10.600 11.300 11.900 12.400 12.900 13.500 14.000 14.500 15.000 15.500 16.000 16.500 17.000 17.400 17.900 18.400
Berat (Gram) 80 % Standart 2.700 3.900 4.000 4.500 5.000 5.500 5.900 6.000 6.300 7.100 7.400 7.700 7.900 8.500 9.000 9.600 9.900 10.500 10.800 11.200 11.600 12.000 12.400 12.900 13.200 13.600 14.000 14.400 14.700
2.5. Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Balita Prinsip-prinsip tumbuh kembang yaitu: a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
17
c. Tumbuh kembang berbeda dengan terintegrasi d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalam setiap tahapnya dan dapat domodofikasi e. Tahapan tumbuh kembang spesifik untuk setiap orang Prinsip tumbuh kembang menurut Potter dan Perry (2005) a.
Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu
b.
Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai berikut: 1.
Cephalocaudal: perkembangan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh.
2.
Proksimodistal: perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal).
3.
Differentiation: ketika perkembangan berlangsung terus dari yang mudah ke arah yang lebih kompleks.
4.
Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronologis.
Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb a.
Manusia tumbuh secara terus menerus
b.
Manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan
c.
Manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan.
18
d.
Masing-masing tahapan perkembangan memiliki karakteristik tertentu selama bayi dan balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.
2.6. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Tumbuh kembang merupakan suatu proses utama yang hakiki dan khas pada anak, dan merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut. Tumbuh kembang anak ini terutama mempunyai ciri-ciri antara lain: a.
Bahwa manusia itu bertumbuh dan berkembang sejak dalam rahim sebagai janin, akan berlanjut sebagai proses tumbuh kembang anak, dan kemudian proses tumbuh kembang dewasa.
b.
Dalam priode tertentu, terdapat adanya priode percepatan atau priode perlambatan, antara lain: 1.
Pertumbuhan cepat terdapat pada masa janin
2.
Pertumbuhan yang cepat sekali terjadi pada tahun pertama, yang kemudian secara berangsur-angsur berkurang sampai usia 3-4 tahun.
3.
Pertumbuhan berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
4.
Kemudian pertumbuhan cepat sekali pada masa akil (12-16 tahun)
5.
Selanjutnya pertumbuhan kecepatannya berangsur-angsur berkurang sampai waktu sekitar 18 tahun berhenti
c.
Terdapat adanya laju tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
19
d.
Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang di pengaruhi oleh dua faktor penentu yaitu faktor genetik yang merupakan faktor bawaan, yang menunjukkan potensi anak dan faktor lingkungan, yang merupakan apakah faktor genetik (potensial) anak akan tercapai.
e.
Pola perkembangan anak mengikuti arah perkembangan yang di sebut sefalokaudal (dari arah kepala kemudian ke kaki) dan proksimal-distal (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat, kemudian baru yang jauh).
f.
Pola perkembangan anak sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbedabeda.
2.7. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Balita Terdapat berbagai pendapat mengenai pembagian tahap-taha tumbuh kembang antara lain: A. Menurut Wong (2000) adalah sebagai berikut: 1. Periode ini terdiri dari: a). Periode ini terdiri dari: 1. Fase germinal: mulai konsepsi sampai dengan ± usia keha,ilan 2 minggu. 2. Fase embrio: usia kehamilan 2-8 minggu 3. Fase fetal: usia kehamilan 8-40 minggu. b). Adanya hubungan antara kondisi ibu dan janin akan memberi dampak pada pertumbuhannya.
20
2. Periode Bayi a). Periode ini terdiri atas: 1. Masa neonatus: sejak lahir sampai dengan 28 hari 2. Masa bayi: 28 hari sampai usia 12 bulan b). Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motori dan sosial serta pembentukan rasa percaya diri anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi orang tua. c). Kemampuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan memberikan stimulus sensoris motorik mutlak di perlukan untuk pertumbuhn dan perkembangan. 3. Periode Kanak-kanak Awal Priode ini terdiri atas: a). Periode Todler: usia anak 1-3 tahun 1. Anak lebih banyak bergerak 2. Mengembangkan rasa ingin tahu 3. Eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya 4. Harus di waspadai bahaya atau resiko terjadinya kecelakaan pada todler 5. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan bahaya atau ancaman kecelakaan. b). Priode prasekolah: usia 3-6 tahun 1. Kemampuan interaksi halus 2. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah
21
3. Perkembangan fisik lambat dan relatif menetap 4. Priode Kanak-kanak Pertengahan a). Periode sekolah: usia 6-11 tahun b). Pertumbuhan anak laki-laki lebih meningkat dari perempuan c). Perkembangan motorik lebih sempurna d). Anak memiliki lingkungan lain selain keluarga e). Anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang moral dan budaya dari lingkungan. f). Peran guru sangat dominan untuk di jadikan contoh g). Fase ini penting dalam pencapaian perkembangan konsep diri, tekerampilan membaca, menulis dan berhitung. 4. Periode Kanak-kanak Akhir a). Masa remaja: 11/12 tahun sampai 18 tahun b). Fase pubertas anak perempuan: usia 11 tahun c). Fase pubertas anak laki-laki: 12 tahun
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita Secara umum, faktor penentu (determinan) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. A. Faktor Genetik (Faktor Heredo-konstitusional) Faktor genetik merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini di tandai dengan
22
intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Yang termasuk faktor genetik antara lain: 1. Faktor bawaan yang normal atau patologis, seperti kelainan kromosom (Sindrom Down), kelainan kranio-fasial (celah bibir). a. Jenis kelamin 1. Anak dengan jenis kelamin laki-laki pertumbuhannya cendrung lebih cepat dari pada anak perempuan. 2. Namun dari segi kedewasaan, perempuan menjadi lebih dewasa lebih dini, yaitu mulai remaja pada umur 10 tahun, sedangkan laki-laki mulai umur 12 tahun. b. Keluarga: banyak di jumpai dalam satu keluarga ada yang pendek dan ada yg tinggi. c. Umur, kecepatan tumbuh yang paling besar di temukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi (remaja). B. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang telah di miliki oleh anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya menurut norma-norma tertentu. Sementara itu, lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
23
Faktor lingkungan dapat di bagi menjadi faktor lingkungan pranatal (sebelum lahir) dan post-natal (setelah lahir). 1. Lingkungan Pranatal (sebelum lahir) Lingkungan pranatal adalah lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Lingkungan intrauterin mempunyai pengaruh yang sangat besar dimana selaput amnion melindungi fetus/janin (bakal janin) dari lingkungan luar. 2. Lingkungan post-natal (sudah lahir) Faktor lingkungan post-natal merupakan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir, antara lain: a. Pengaruh Budaya Lingkungan b. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga c. Nutrisi
2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Persepsi Ibu Tentang Berat Badan Pada balita Gambar 2.1. Kerangka Konsep
24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah yang bersifat survei deskriptif yaitu mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang berat badan balita usia 0-5 tahun di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat dengan alasan masih kurangnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang pertumbuhan berat badan balita usia 0-5 tahun di desa tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember sampai bulan April 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun di Desa Palu Pake Kab Langkat yaitu sebanyak 87 responden. 3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan sampel. Besar sampel dalam penelitian ini didapat berdasarkan rumus yaitu:
24
25
N
𝑛 = 1+N (d) 72
𝑛 = 1+72 (0,1)² 72
𝑛 = 1+72 (0,1)² = 7.2 𝑛 = 42 Keterangan : n= Besar Sampel N= Besar Populasi d= Tingkat kesalahan/penyimpangan yang dipilih (d=0,1) Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak orang dengan teknik pengambilan sampel convinence (acidenta) yaitu pengambilan sampel berdasarkan jumlah responden yang secara kebetulan detemui pada saat penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung dengan menyebarkan kuesioner. b. Data Skunder Pengumpulan data skunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Paluh Pakih Kab Langkat.
26
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Kategori pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Untuk mengukur persepsi maka disusun pertanyaan dengan pilihan jawaban’’baik dan buruk’’. Jika responden menjawab “baik” maka diberi skor 0, jika responden menjawab “buruk” maka diberi skor 1. Maka nilai ini tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 0. Buruk, juka jawaban responden memiliki total skor < 76% dari 10= 0-7 1. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76% dari 10= 8-10 (Nursalam 2011)
3.6. Metode Pengukuran Tabel. 3.1 Variabel, Cara, Alat, Skala, dan Hasil Ukur Variabel Persepsi
Cara dan Alat Ukur Wawancara (Quesioner)
Hasil Ukur 0. Benar 1. Salah
Skala Ukur Ordinal
27
3.7. Teknik Pengolahan Data 1. Editing Memeriksa daftar pelayanan yang telah diukur oleh para pengumpul data 2. Coding Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari pada responden kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. 3. Tabulating Pengkajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan kolom. (Drs.Cholid Narbuku, 2009) 3.7.1. Analisa Data Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase yang ada /telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Selanjutnya pembahasan ini sesuai dengan teori pustakaan yang ada dan diambil kesimpulan.
28
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Paluh Pakih berlokasi di Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Memiliki 8 dusun, 1 Puskesmas, 1 bidan Desa. Batas Wilayah: -
Sebelah Utara
: Desa Tebing Tanjung Selamat
-
Sebelah Selatan
: PTPN IV
-
Sebelah Barat
: PTPN IV
-
Sebelah Timur
: Besilam
4.2. Analisa Univariat 4.2.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden di Desa Paluh Pakih Kabupaten Langkat Untuk melihat pengebaikan di Desa Paluh Pakih Kabupaten Langkat disusun sebanyak 10 pertanyaan dan di jabarkan pada tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Pengebaikan Responden di Desa Paluh Pakih Kabupaten Langkat No
Pengebaikan
1
Apakah senang dengan kondisi berat badan anak ibu yang lebih berat. Menurut ibu baik atau tidak jika berat badan anak ibu berlebih Ibu senang jika anak ibu dikatakan obesitas (gemuk) Tidak menginginkan anak yang berbadan kurus Senang melihat anak yang obesitas Lebih suka memilih anak yang obesitas
2 3 4 5 6
28
n 36
Jawab Tidak % n % 86 6 14
35
83
7
17
30
71
12
29
33 34 33
77 81 77
9 8 9
23 19 23
Ya
29
Berdasarkan tabel diatas yang menjawab baik pertanyaan nomor 1 sebanyak 36 responden (86%), yang menjawab buruk sebanyak 6 responden (14%), yang menjawab baik pertanyaan nomor 2 sebanyak 35 responden (83%), yang menjawab buruk sebanyak 7 responden (17%), yang menjawab baik pertanyaan nomor 3 sebanyak 30 responden (71%), yang menjawab buruk sebanyak 12 responden (29%), yang menjawab baik pertanyaan nomor 4 sebanyak 33 responden (77%), yang menjawab buruk sebanyak 9 responden (23%), yang menjawab baik pertanyaan nomor 5 sebanyak 34 responden (81%), yang menjawab buruk sebanyak 8 responden (19%), yang menjawab baik pertanyaan nomor 6 sebanyak 33 responden (77%), yang menjawab buruk sebanyak 9 responden (23%). Hasil pengukuran pengebaikan ibu tentang berat badan pada balita dikategorikan seperti pada tabel 4.2: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Responden tentang Berat Badan pada Balita di Desa Paluh Pakih Kabupaten Langkat No 1. 2.
Kategori Persepsi 0. Baik 1. Buruk Jumlah
f 31 11 42
% 74 26 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kategori persepsi ibu tentang pertambahan berat badan pada balita dengan persepsi baik sebanyak 31 orang (74%).
30
BAB V PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian persepsi ibu tentang berat badan pada balita di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat tahun 2014, pembahasannya sebagai berikut:
5.1. Persepsi Ibu Tentang Berat Badan pada Balita Persepsi menurut Potter and Perry (2005) adalah merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Angka kecukupan gizi adalah penilaian untuk konsumsi makanan (energi dan zat gizi) dan merupakan standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance (RDA) (Supriasa, 2001: 94). Guna mencukupi kebutuhan gizi anak diperlukan pengetahuan mengenai hal ini. Konsep ini sesuai dengan konsep perilaku yaitu K-A-P (knowledge-attitudepractice), yakni pengetahuan menjadi dasar bagi terbentuknya perilaku. Hal ini didukung L.W. Green yang menjelaskan bahwa perilaku terbentuk dengan didahului oleh faktor pendahulu (predisposing factor) seperti pengetahuan disamping sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan, faktor pemungkin seperti sumberdaya, keterjangkauan, dan penolong seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman) (Notoatmodjo, 2005). Jika dari hasil penelitian ternyata tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemenuhan kecukupan gizi berdasarkan metode recall 24 jam, maka hal ini bukan berarti pengetahuan terbukti tidak berhubungan dengan prilaku ibu dalam memenuhi 30
31
kecukupan gizi pada anak balitanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya persepsi untuk sampai terwujud dalam bentuk prilaku harus melalui beberapa tahap mulai dari sikap terlebih dahulu juga masih perlu dukungan faktor lain seperti penilaian ibu mengenai perlunya memperhatikan kecukupan gizi pada anak, persepsi penilaian ibu mengenai perlunya memperhatikan berat badan pada balita, persepsi atau anggapan mengenai kecukupan gizi pada balita, serta diperlukan faktor pemungkinan yaitu yang memungkinkan perilaku pemenuhan kebutuhan gizi dapat dilakukan seperti sumberdaya atau bahan makanan yang diberikan kepada anaknya, keterjangkauan untuk membeli bahan makanan, serta diperlukan faktor pendorong atau penguat untuk berperilaku seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan atau teman yang sudah terlebih dahulu memperhatikan kecukupan gizi pada anaknya agar menurut paraibu persepsi mereka benar. Dapat dijelaskan secara riil, jika ibu memiliki persepsi yang benar mengenai berat badan pada balitanya maka ibu akan merasa perlu untuk memberikan makanan sesuai dengan standar kecukupan gizi bagi balita. Hal ini terjadi karena perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti persepsi disamping faktor lain seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, atau motivasi maupun sikap, pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya masyarakat dan sebagainya. Dari hasil penelitian di Desa Paluh Pakih Kabupaten Langkat mengenai Berat Badan Pada Balita Ibu mayoritas berpersepsi buruk sebanyak 31 orang (74%) dan minoritas berpersepsi baik sebanyak 11 orang (26%).
32
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengaran, perabaan, perasa, dan penciuman (Slameto, 2011). Menurut Notoadmojo (2010), persepsi adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar persepsi ini diperoleh melalui mata dan telinga. Persepsi seseorang tentang suatu objek mengandung 2 aspek positif dan aspek negatif. Dari data tersebut sebagian responden berpersepsi baik tentang berat badan. Namun, hanya saja ada beberapa ibu yang masih terlihat buruk persepsinya, diantaranya mengenai balita yang mengalami kelebihan berat badan (overweight). Hal ini akan berakibat fatal jika ibu senang memiliki balita yang kelebihan berat badan. Karena di khawatirkan balita tersebut mudah terserang penyakit, baik penyakit menular atau yang tidak menular. Untuk itu diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya di desa paluh pakih agar lebih memperhatikan persepsi ibu tentang pertumbuhan berat badan pada balita. Dengan cara mengadakan posyandu, penyuluhan dan KIA. Menurut Nirwana, kelebihan Berat Badan juga diatikan sebagai suatu kelainan yang di tandai dengan penimbunan lemak yang berlebih. Menurut mentri kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, dampak kegemukan tidak sekedar mengganggu
33
estetika penampilan. Tetapi menjadi predisposisi atau pemicu faktor resiko berbagai ancaman penyakit baik menular maupun tidak menular. Dapat diketahui secara umum, penyebab dari kelebihan berat badan pada anak balita belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun, berbagai p penelitian ilmiah mengatakan bahwa penyebab kelebihan berat badan pada balita bersifat multifaktor. Diantanya yakni: (1) faktor genetik (keturunan), (2) pola aktifitas, (3) gaya hidup. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2005), bahwa persepsi itu adalah segala sesuatu yang telah diketahui oleh seseorg dalam bebagai tingkatan perubahan mengenai objek mulai dari umum sampai ke khusus yang diproses dari pengindraan persepsi ini merupakan alat yang dipakai untuk memecahkan suatu masalah yang ada. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat persepsi seseorang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam melakukan tindakan dalam menyikapi pertumbuhan berat badan. Ibu-ibu yang berpersepsi baik tentu akan mudah mengerti tentang pentingnya menjaga berat badan pada balitanya sendiri, sehingga ibu tersebut lebih mudah untuk menerapkan persepsinya di dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian angka kematian Balita dapat sesegera mungkin untuk diturunkan.
34
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan 1.
Persepsi responden mayoritas berpengetahuan buruk sebanyak 31 orang (74%) dan minoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 11 orang (26%).
6.2. Saran 1.
Bagi Desa Paluh Pakih Diharapkan kepada Ibu-ibu yang memiliki anak Balita agar lebih meningkatkan wawasan tentang pengetahuan Berat Badan pada Balita.
2.
Bagi Pendidikan atau Mahasiswa Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sumber bacaan di perpustakaan.
34
35
36
Lampiran
: 1 Kuesioner Penelitian
Daftar Kuesioner untuk Data Tentang Persepsi Ibu Tentang Pertambahan Berat Badan pada Balita Usia 0-5 Tahun di Desa Paluh Pakih Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat
NAMA
:
UMUR
:
PENDIDIKAN
:
PEKERJAAN
:
Thn
Berikan tanda ( ) jika menurut anda YA dan TIDAK, cukup dengan satu pilihan.
No Pertanyaan 1 Apakah senang dengan kondisi berat badan anak ibu yang lebih berat. 2 Menurut ibu baik atau tidak jika berat badan anak ibu berlebih 3 Ibu senang jika anak ibu dikatakan obesitas (gemuk) 4 Tidak menginginkan anak yang berbadan kurus 5 Senang melihat anak yang obesitas 6 Lebih suka memilih anak yang obesitas
YA
TIDAK
37
MASTER DATA PENELITIAN No ur ut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Persepsi
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
3 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0
Total Skor
Kategori Responden
Umur
8 8 10 8 10 8 9 8 10 3 9 8 8 3 9 8 5 10 10 5 4 10 10 8 10 10 5 7 9 8 5 5 5 10 6
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Buruk Baik Baik Baik Buruk Baik Baik Buruk Baik Baik Buruk Buruk Baik Baik Baik Baik Baik Buruk Buruk Baik Baik Buruk Buruk Buruk Baik Buruk
27 30 23 26 24 23 22 20 26 24 23 21 22 29 21 31 29 29 28 26 25 31 29 23 24 23 25 25 26 26 20 27 18 18 22
Pendidikan Pekerjaan
SMA SMA SMK SMA D III SMA D III SMK SMA SMP SMK SMA SMA SD SMA SMK SMK SMA SMA SMP SD SMK D III SMK SMA SMA SMP SMK SMK SMA SMK SMP SMA SMP SD
IRT IRT Petani Pedagang Pendidik IRT IRT IRT Petani IRT IRT IRT IRT IRT Pedagang Petani Petani Petani Pedagang Petani Petani Petani IRT IRT IRT IRT Petani Petani IRT IRT IRT Petani IRT Pedagang IRT
38
Lanjutan Master Data Penelitian 36 37 38 39 40 41 42
1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0
9 10 8 10 8 9 8
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
23 21 30 30 30 23 23
SMA SMA SMA SMA SMK SMA SMK
IRT IRT IRT Petani Petani Petani IRT