BAB I PENDAHULUAN
I. I Latar Belakang Peningkatkan mutu pendidikan bangsa Indonesia seutuhnya merupakan salah satu proritas bidang pendidikan di Indonesia. Sesuai Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standart Kompetensi Kelulusan (SK) menegaskan ”Bahwa Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu,
dan
relevansi
serta
efisiensi
manajemen
untuk
mengembangkan potensi peserta didik”. Guru SD menjadi ujung tombak dalam peningkatan mutu pada pendidikan dasar. Totalitas ketajaman guru SD sebagai ujung tombak pembelajaran di sekolah adalah dengan mengupayakan inovasi pembelajaran yang ideal bagi peserta didik untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan kriteria keberhasilan sesuai KKM. Pada pembelajaran IPA seharusnya memuat dua nilai tujuan pokok yang diharapkan melekat dan tumbuh pada pribadi peserta didik. Nilai-nilai ini adalah nilai ketuhanan dan nilai kemanusiaan. Nilai ketuhanan adalah nilai sebagai penyadaran bahwa alam semesta dan yang semua yang terkandung di dalamnya adalah ciptaan Tuhan dan sebagai wujud kebesaran Tuhan. Manusia sebagai bagian dari ciptaan-Nya yang telah disediakan alam dan isinya untuk memenuhi semua kebutuhannya wajib bersyukur dengan memelihara kelestarian alam. Nilai kemanusiaan adalah nilai-nilai yang membentuk dan menyadarkan manusia akan pentingnya kerja sama yang saling menguntungkan untuk mengeksploitasi dan memelihara alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai ini menyadarkan
manusia untuk tidak serakah dengan hanya mengeksploitasi alam tanpa peduli akan pemeliharaan dan kelestariannya. Selain bermuatan nilai-nilai tersebut, pembelajaran IPA yang didesain lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus mencerminkan pola pembelajaran dengan urutan: melibatkan peserta didik, eksplorasi, penjelasan, perluasan, dan evaluasi. Keruntutan pola tersebut akan memudahkan peserta didik untuk memahami materi pembelajaran dan pengembangan atau pendalamanya. Untuk memudahkan mencapai tujuan pembelajaran, pola pembelajaran tersebut harus diikuti dengan pemilihan metode yang bervariasi sesuai materi dan tujuan, alat peraga yang mendekati konkret sesuai dengan fase perkembangan usia anak SD yang konkret operasional, dan media yang representatif. Pada era teknologi informasi sekarang ini memungkinkan banyak alternatif pemilihan media yang representatif baik audio, visual, maupun audio visual. Misalnya melalui power point, animasi, CD Interaktif, dan film. Pemilihan metode, alat peraga, dan media yang sesuai selain memudahkan mencapai tujuan pembelajaran juga membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Menyenangkan karena peserta didik bisa memperhatikan, memainkan, memanipulasi, mengamati, berinteraksi dengan alat peraga atau media pembelajaran. Menyenangkan karena menggunakan metode yang bervariasi. Keberadaan alat peraga yang memadai dan ketersediaan alternatif media pembelajaran yang sesuai untuk setiap materi pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPA di SDN Betet 1 Kediri untuk memenuhi tujuan mata pelajaran IPA sesuai standar isi kurikulum KTSP yang telah ditetapkan
dengan memuat nilai-nilai pembelajaran IPA tersebut, ditetapkan KKM 75 dengan keberhasilan 80% dari jumlah siswa mencapai KKM. Dengan KKM 75 dan keberhasilan 80% tentu diperlukan desain pembelajaran yang bisa mengakomodir semua jenis kemampuan dan tipe belajar peserta didik. Berdasar hasil psikotes (terlampir hal 56), peneliti sebagai guru kelas VI telah mengidentifikasi bahwa dari 33 peserta didik, 3 anak (9%) dengan skor diatas 110 berkemampuan di atas rata-rata, 27 anak atau 76% anak pada tingkatan rata-rata (normal) dengan skor di atas 100 - 109, dan 6 anak atau 24% adalah rata-rata tetapi dengan skor di bawah 100. Nampaknya 6 anak tersebut dalam kesehariannya cenderung lambat belajar. Kenyataan seperti ini akan menjadi tantangan peneliti untuk meningkatkan hasil pembelajaran dengan keberhasilan 80%. Selama ini pembelajaran IPA materi pokok Sistem Tata Surya dirancang dan dilakukan dengan metode demonstrasi dan diskusi dengan menggunakan alat peraga tiga dimensi model tata surya Kontak Instrumen Terpadu (KIT) IPA. Model atau tiruan tata surya berbentuk tiga dimensi diciptakan sedemikian rupa sehingga sudah bisa menggambarkan susunan tata letak, ukuran, dan pergerakan planet-planet yang mengitari matahari. Alat peraga tersebut nampaknya masih kurang representatif karena belum bisa menggambarkan
keadan sebenarnya
terutama keaadan angkasa, bangaimana benda-benda langit tersebut melayanglayang di angkasa tanpa berbenturan dan jatuh, perbandingan ukuran benda-benda langit, rotasi yang berbarengan dengan revolusi, dan informasi ciri-ciri benda langit. Pada pembelajaran pertama (pra siklus) materi pokok sistem tata surya
dengan demontrasi menggunakan alat peraga tiga dimensi model KIT IPA dan kerja kelompok dapat diperoleh hasil 42% anak mencapai KKM sebelum dilakukan remedial, (lampiran hal. 57). Pada remedial dengan tetap menggunakan media yang sama hanya terjadi peningkatan 18%. Jadi jumlah peserta didik yang mencapai KKM masih 60% (lampiran hal. 58). Ini berarti proses pembelajaran masih jauh dari berhasil yaitu 80%. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti bersama kolabolator mencermati dan membuat hipotesa bahwa penyebab utamanya adalah alat peraga tiga dimensi model KIT IPA kurang representatif untuk bisa menggambarkan keadaan sesuai aslinya. Usia anak SD kelas enam adalah usia pada tahap perkembangan konkret operasional, Piaget dalam Leo Sutrisno dan Hery Kresnadi (2008 : 2.7) . Semakin mendekati benda aslinya (konkret) semakin memudahkan anak untuk bisa memahami pembelajaran. Model tata surya KIT IPA hanya bisa menggambarkan secara global atau garis besar tentang bentuk, susunan letak, lintasan planetplanet. Sedangkan gerakan rotasi dan revolusi kurang bisa menggambarkan keadaan sebenarnya. Benda langit lainnya seperti asteroid, meteoroid, satelit, dan komet tidak ada dalam model tata surya KIT IPA. Kelemahan model tata surya KIT IPA itulah yang dominan menyebabkan kekurangpahaman peserta didik dalam memahami pembelajaean sistem tata surya. Dari kelemahan alat peraga tersebut, peneliti bersama
kolaborator
menentukan alternatif alat peraga yang lebih representatif untuk melengkapi kekurangan model tata surya KIT IPA. Alat peraga yang bisa menggambarkan secara jelas mendekati keadaan sebenarnya untuk ciri-ciri, pergerakan, dan bendabenda langit lainnya, hanya tayangan animasi atau video. Tayangan yang ada
animasi, suara, dan menggambarkan keadaan sebenarnya adalah CD pembelajaran interaktif. Fungsi CD interaktif ini selain sebagai media pembelajaran juga sebagai alat peraga karena bisa melengkapi dan menggantikan peran alat peraga tiga dimensi KIT IPA. CD pembelajaran interaktif lazimnya bersifat indivual karena adanya interaksi atau komunikasi langsung dua arah dengan program pembelajarannya. Keterbatasan CD Interaktif dan perangkat komputer sebagai player (pemutar CD Interaktif) maka dimodifikasi secara all in one (satu untuk sekelas). Pembelajaran akan menjadi tidak membosankan dan menarik karena adanya game/simulasi yang menjadi dunianya anak-anak. Metode yang selama ini menggunakan demontrasi sesuai karakteristik alat peraga tiga dimensi KIT IPA dengan jumlah terbatas (satu), maka metode juga diganti dengan
kerja kelompok. Pemilihan metode ini didasarkan pada
penanaman nilai-nilai kerjasama (kemanusiaan), pembelajaran berpusat pada peserta didik (peserta didik aktif) setelah mendapatkan peragaan dan informasi dari tayangan CD Interaktif. Mencermati uraian di atas, maka perlu adanya penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan hasil belajar Sistem Tata Surya siswa kelas VI SDN Betet 1 Kota Kediri melalui media CD interaktif modifikasi all in one . I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan : 1. Bagaimana penggunaan media CD interaktif modifikasi secara all in one (satu untuk semua) dalam meningkatkan hasil belajar sistem Tata Surya pada
siswa SDN Betet 1 Kota Kediri? 2. Apakah media CD interaktif modifikasi all in one dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap materi sistem tata surya?
I.3
Tujuan Penelitian Sesuai perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan media CD Interaktif modifikasi secara all in one untuk meningkatkan hasil belajar sistem tata surya dan mengetahui seberapa jauh peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap sistem tata surya setelah menggunakan media CD interaktif all in one pada kelas VI SDN Betet 1 Kota Kediri.
I.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1.
Bagi guru, dapat dijadikan referensi untuk memperbaiki pembelajaran IPA dengan
menggunakan
media
yang
sesuai
dan
representatif
untuk
meningkatkan hasil belajar terutama pada materi sistem tata surya. 2.
Bagi siswa, secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada materi sistem tata karena penggunaan media yang bersifat multi sehingga memudahkan menguasai materi pembelajaran.
3.
Bagi sekolah, memberikan alternatif pemecahan baru bagi masalah pembelajaran di sekolah dengan menyediakan berbagai alternatif pemilihan media yang representatif.
I.5
Ruang Lingkup dan Batasan Materi Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah hanya pada mata pelajaran IPA
dengan materi Sistem Tata Surya. Materi tersebut merupakan materi pada mata pelajaran IPA kelas enam semester genap pada kurikulum 2006 (KTSP).
1.6
Definisi Istilah
a. Media pembelajaran Kata ”media” berasal dari kata ”medium” yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran, M. Djauhar Shidiq (2009 : 1.36). b. CD interaktif modifikasi all in one CD interaktif adalah salah satu jenis media pembelajaran yang berupa kepingan CD yang berisi pembelajaran yang bersifat interaktif dan bersifat multimedia karena terdapat unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, vidio, teks, dan grafis, Cepi Riyana Asra (2009 : 6.5). Lazimnya digunakan secara individual tetapi karena keterbatasan CD dan pemutarnya maka dimodifikasi menjadi satu untuk semua atau sekelas (all in one) dengan menggunakan LCD Proyektor. c. Hasil Belajar Hasil belajar dalam penelitian ini adalah berupa nilai hasil tes kognitif akhir siklus setelah peserta didik mendapat pembelajaran materi sistem tata surya melalui media CD Interaktif modifikasi all in one. Hasil belajar tersebut digunakan sebagai umpan balik atas keberhasilan pembelajaran dengan melihat
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika hasil tes kognitif bisa mencapai dan atau melampaui KKM yang telah ditetepkan (75) maka dinyatakan telah tuntas dan sebaliknya, jika belum mencapai KKM maka dinyatakan belum tuntas. d. Sistem tata surya Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1076). Sedangkan tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri matahari, planet, dan benda-benda langit lainnya. Planet-plenet dan benda-benda langit lainnya secara teratur mengelilingi matahari sebagai pusatnya, Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono (2008). Jadi sistem tata surya adalah tatanan atau susunan benda langit (planet, meteoroid, asteroid, komet) dengan Matahari sebagai pusatnya, yang teratur dan saling berkaitan.