1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilakukan guru harus mengarah pada peningkatan hasil belajar yang optimal yaitu hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian,1 tak terkecuali pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dimana: Mata pelajaran IPA mengarah pada berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.2 Hasil belajar biasanya diidentikkan dengan nilai hasil ulangan ataupun nilai raport peserta didik. Ada hasil kurang, baik, istimewa atau sangat baik adalah bentuk predikat yang biasa diberikan guru terhadap hasil atau hasil belajar peserta didik yang disimbolkan melalui angka-angka tertentu.3 Nilai hasil belajar pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang berdasarkan hasil beberapa ulangan harian peserta didik masih kurang. Hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata setiap peserta didik pada empat kali ulangan harian yaitu 46%, dimana peserta didik rata-rata peserta didik kurang memahami materi tentang materi lingkungan sehat dan tidak sehat khususnya terkait identifikasi materi
1
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 136 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP, MTs, dan SMPLB, h. 484 3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, h. 130
1
2
lingkungan sehat dan tidak sehat. Selain itu tingkat ketuntasan belajar pada IPA peserta didik yaitu berkisar 46% dari 22 peserta didik.4 Proses pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas penggolongan tumbuhan, metode yang digunakan guru selain ceramah juga menggunakan metode resitasi dan tanya jawab. Pada proses pembelajaran IPA guru memberikan penjelasan materi kepada peserta didik dan memberi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan materi yang sedang disampaikan kepada peserta didik. Siswa di dalam kelas selain mendengarkan, peserta didik juga menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Akan tetapi proses pembelajaran IPA di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang ini belum cukup kondusif akibat peserta didik yang sulit dikondisikan. Meskipun jumlah peserta didik sedikit yaitu 21 anak, untuk mengkondisikan guru mengalami kesulitan. Ada beberapa anak yang suka membuat gaduh ketika proses pembelajaran berlangsung, kurang lebih 12-13 anak dari 22 peserta didik. Situasi tersebut mengganggu konsentrasi peserta didik yang lain. Suasana belajar belum cukup kondusif akibat peserta didik yang sulit dikondisikan dan metode yang digunakan guru juga masih bersifat konvensional. Perhatian peserta didik yang kurang dengan metode konvensional menjadikan mereka belum cukup jelas dalam memahami gambaran secara umum pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga hasil belajar yang dihasilkan masih rendah.5 Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar mengajar dan interaksi guru dan peserta didik. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subyek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah, mengurangi, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta didik dan sedekat mungkin dihubungkan disebut pembelajaran bermakna (meaning full Learning), salah satunya adalah melaksanakan proses 4
Dokumentasi ulangan harian materi lingkungan sehat dan tidak sehat kelas III MI AlKhoiriyah 2 Semarang tahun pelajaran 2015/2016 5 Observasi pra riset dan dokumentasi mata pelajaran IPA kelas III MI Raudlotul Athfal Mutih Kulon Wedung Demak 2013/2014
3
pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat menggunakan Cooperative Learning. Cooperative Learning merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran IPA di kelas karena Cooperative Learning menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat gotong-royong, saling menolong dan berkerja sama. Hal ini bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan Islam karena Islam sendiripun menganjurkan untuk tolong menolong dalam kebaikan. Robert S Slavin menyebutkan “model pembelajaran cooperative learning hanya digunakan oleh segelintir pengajar untuk tujuan tertentu saja, padahal model pembelajaran ini sangat efektif untuk diterapkan di setiap tingkatan kelas”.6 Salah satu tipe cooperative learning yang bisa dikembangkan adalah tipe Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama. NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Metode ini juga dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerja sama antar peserta didik.7 Cooperative learning tipe NHT atau penomoran berpikir bersama adalah “jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan berbagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”.8 Pembelajaran dengan menggunakan tipe NHT diawali dengan “numbering
(penomoran),
mengajukan
pertanyaan,
berpikir
bersama
(berdiskusi), dan menjawab pertanyaan”. 9 Model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) juga dimaksudkan untuk dapat merangsang pesertanya dalam belajar dan berpikir
6
Robert E. Slavin, Cooperativer Learning, Massacusetts: Allyn &Bacon, 2001, cet 2 h.,
2 7
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 59 8 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 62 9 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 92.
4
secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah. Untuk itu kita sebaiknya berdiskusi atau bermusyawarah dalam memecahkan suatu permasalahan. Sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran surat asy-Syu’araa ayat 38:
ِ ِ َّ اه ْم يُنْ ِف ُقو َن َّ استَ َجابُوا لَِرهِّبِ ْم َوأَقَ ُاموا ُ َورى بَْي نَ ُه ْم َوِمَّا َرَزقْ ن ْ ين َ الص ََلةَ َوأ َْم ُرُه ْم ُش َ َوالذ )83 : (السورا Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan-Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.(QS. As-Syuraa : 38)10
Cooperative learning tipe NHT ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Lie “model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. 11 Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat Menggunakan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together pada Peserta Didik Kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Tahun Pelajaran 2015/2016” B. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan kenapa judul ini peneliti angkat diantaranya : 1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat 2. Masih rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat 3. Masih kurangnya guru menguasai strategi PBM 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Aliyy : al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2006), hlm.389
11
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas, h. 59
5
4. Peserta
didik
harus
diberi
peluang
sebesar-besarnya
untuk
mengembangkan kemampuannya dalam setiap proses pembelajaran dengan terlibat aktif dalam pembelajaran 5. Cooperative
learning
tipe
NHT
merupakan
salah
satu
bentuk
pembelajaran yang mengarahkan proses keaktifan peserta didik, karena peserta didik terlibat aktif mengkaji materi melalui sistem kelompok dan berkompetisi melalui penomoran. C. Telaah Pustaka Untuk lebih memperjelas mengenai permasalahan, peneliti akan menguraikan beberapa kepustakaan yang relevan mengenai pembahasan akan dibicarakan dalam skripsi ini antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Muntasip berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Dan Pembagian Bilangan Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas IV MI Negeri Karangpoh Pulosari Pemalang. Hasil penelitian menunjukkan Terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas IV MI Negeri Karangpoh Pulosari Pemalang pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat menggunakan melalui model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dimana pada pra siklus ada 9 peserta didik atau 45% mengalami kenaikan pada siklus I yaitu ada 14 peserta didik atau 70% dan pada siklus II ada 18 peserta didik atau 90%. Hasil ini sudah mencapai indikator yang ditentukan yaitu ketuntasan dengan KKM 70 sebanyak 80 %. 12 Penelitian Muntasip memiliki kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti kaji yaitu penggunaan cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) yang mengacu pada penciptaan keaktifan siswa dan pening katan hasil belajar yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas, namun penelitian Tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan pada pembelajaran matematika sedangkan penelitian yang dilakukan 12
Muntasip, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Dan Pembagian Bilangan Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas IV MI Negeri Karangpoh Pulosari Pemalang. Skripsi Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2012
6
peneliti
pada
pembelajaran IPA yang tentunya
pola
dan cara
pelaksanaannya berbeda. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kozin NIM 086012005 berjudul Penerapan Cooperative Learning dengan Strategi Bermain Jawaban Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Materi Pokok Bacaan Idgham dan Iqlab di Kelas IV MI Nurul Hidayah Margohayu Karangawen Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits materi pokok bacaan idgham dan iqlab di kelas IV MI Nurul Hidayah Margohayu Karangawen Demak setelah menggunakan cooperative learning dengan strategi bermain jawaban dapat dilihat dari penignkatan hasil belajar per siklus dimana pada pra siklus ada 21 peserta didik atau 46%, pada siklus I naik menjadi 29 peserta didik atau 63% dan pada siklus II ada 41 peserta didik atau 89%. Kenaikan juga terjadi pada keaktifan peserta didik ketika melakukan pembelajaran dimana pada pada siklus I ada 27 peserta didik atau 58% dan pada siklus II ada 42 peserta didik atau 91%. Hasil menunjukkan indikator dari penelitian ini yaitu meningkatnya hasil belajar yang ditandai rata-rata nilai hasil kuis sesuai KKM 70 sebanyak 85% dari jumlah peserta didik dan adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada aktif sekali dan aktif yang mencapai 85% tercapai. 13 Penelitian Kozin memiliki kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti kaji yaitu penggunaan cooperative learning yang mengacu pada penciptaan keaktifan siswa dan pening katan hasil belajar yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas, namun penelitian Kozin menggunakan tipe bermain jawaban sedangkan penelitian peneliti menggunakan Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang tentunya pola dan cara pelaksanaannya berbeda. 13
Kozin, Penerapan Cooperative Learning dengan Strategi Bermain Jawaban Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Materi Pokok Bacaan Idgham dan Iqlab di Kelas IV MI Nurul Hidayah Margohayu Karangawen Demak Tahun Ajaran 2011/2012. (Skripsi) Semarang: Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang 2012
7
3. Penelitian Ulfa Saidah NIM 053511311 berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Operasi Hitung Bentuk Aljabar Kelas VII B Semester I MTs Miftahul Huda Mijen Demak Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah pada materi pokok operasi hitung bentuk aljabar. Pada siklus I rata-rata nilai 5,89 dan prosentase ketuntasan klasikal 52,6%. Pada siklus II rata-rata nilai mencapai 7,06 dan prosentase ketuntasan klasikal 80%. 14 Penelitian Ulfa Saidah memiliki kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti kaji yaitu penggunaan cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) yang mengacu pada penciptaan keaktifan siswa dan pening katan hasil belajar yang dilakukan melalui penelitian tindakan kelas, namun penelitian Tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan pada pembelajaran matematika pada siswa sekolah menengah pertama sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA pada anak sekolah dasar yang tentunya pola dan cara pelaksanaannya berbeda. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? E. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini akan dipecahkan dengan:
14
Ulfa Saidah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok Operasi Hitung Bentuk Aljabar Kelas VII B Semester I MTs Miftahul Huda Mijen Demak Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010
8
1. Mengadakan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi 2. Keberhasilan tiap siklus diukur dengan hasil jawaban tes peserta didik setelah tindakan dan keaktifan belajar peserta didik. F. Penegasan Istilah Proses sebelum peneliti membahas lebih lanjut dalam penulisan skripsi ini, kiranya penting penulis menjelaskan judul penelitian ini, dengan harapan agar mudah dipahami, terarah, jelas, dan tepat sasaran selain itu juga untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahfahaman serta salah tafsir. Untuk itu perlu dikemukakan batasan-batasan judul yang masih perlu mendapat penjelasan secara rinci yaitu: 1. Upaya Meningkatan Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).15 meningkatkan yaitu suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dsb).16 Upaya meningkatkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh guru IPA untuk memperbaiki hasil belajar peserta didik kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat menggunakan cooperative learning tipe NHT. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui proses belajar.17 Maksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh peserta didik kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang setelah melaksanakan tindakan pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat.
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi.II, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h. 1109. 16 Ibid, h. 1198 17 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 2003, h. 48
9
3. Cooperative learning tipe NHT Cooperative learning tipe numbered heads together disebut juga model “kepala bernomor struktur” merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan kepada
peserta
didik
untuk
saling
membagikan
ide
dan
Jadi cooperative learning tipe numbered heads together
yang
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.18
dimaksud dalam penelitian ini adalah proses belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang dengan bentuk
kelompok kecil untuk saling membagikan ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. 4. MI Al-Khoiriyah 1 Semarang MI Al-Khoiriyah 1 Semarang merupakan lembaga pendidikan Islam
yang mengarahkan pendidikannya menuju visi yang berakhlakul
karimah dan berkualitas ilmu pengetahuan dan teknologi G. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah a. Untuk mendeskripsikan
penerapan cooperative learning tipe NHT
pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 b. Untuk mengetahui hasil belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat menggunakan cooperative learning tipe NHT dapat meningkat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Dapat gambaran teori tentang mo cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar.
18
Muhamad Nur, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA Press, 2005, h. 78
10
b. Secara Praktis a. Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran IPA, khususnya peningkatan hasil belajarnya. b. Bagi Guru Sebagai
bahan
untuk
mengembangkan
kemampuan
mengajar yang mengarah pada peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan pembelajaran aktif. c. Bagi peserta didik Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA. d. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran IPA dengan cooperative learning tipe NHT. H. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang di duga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK. 19 Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “penerapan cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”. I. Metode Penelitian 1. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 22 peserta didik di mana laki-laki berjumlah 13 dan perempuan berjumlah 9.
19
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: CV. Widya Karya,2009, h. 43
11
b. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah: 1) Pelaksanaan cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI AlKhoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2) Hasil belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 3) Keaktifan belajar IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Al-Khoiriyah 1 Semarang yang bertempat di Jl Bulu Stalan 3 A No 253 Kec. Semarang Selatan Semarang. MI Al-Khoiriyah 1 Semarang dipilih sebagai tempat penelitian karena: a. MI Al-Khoiriyah 1 Semarang mendukung dalam proses penelitian yang dilakukan peneliti b. Susana kelas yang kondusif untuk menerapkan model cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA 3. Desain Penelitian Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yaitu a. Perencanaan adalah upaya untuk membelajarkan siswa, menurut definisi
ini,
menetapkan,
dalam
pembelajaran
mengembangkan,
terdapat
metode
kegiatan
untuk
memilih,
mencapai
hasil
pengajaran yang diinginkan b. Tindakan adalah langkah-langkah praktis untuk memperbaiki masalah c. Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran d. Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentna g perubahan yang terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru.20
20
Saminanto, Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Rasail Media Group: 2010, h. 9-13
12
Lebih jelasnya dikemukakan dalam gambar berikut ini. 21 Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Dst Gambar 1.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart22 4. Faktor yang diteliti Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah: a. Hasil belajar dan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 b. Aktivitas guru dalam melaksanakan model cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/201., 5. Rencana Penelitian Rencana PTK sebenarnya terdiri dari 2 siklus atau lebih. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tetapi dalam penelitian tindakan ini hanya terdiri dari satu siklus dengan prosedur: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Berikut tabel rencana penelitian 21 22
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: CV. Widya Karya,2009, h. 9-10 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, h. 16
13
Tabel 1 Rencana Penelitian Siklus I
Perencanaan:
Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan membuat RPP. Menyusun lembar kerja Menyusun tes evaluasi Menyiapkan lembar observasi
Tindakan
Kegiatan Awal Menginformasikan materi yang akan dibahas atau mengkaitkan materi yang akan dibahas dengan materi lalu. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci dan menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap pertama: Penomoran setting kelas Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 peserta didik dan setiap anggota kelompok diberi label 1 sampai dengan 5. Memotivasi peserta didik agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Kegiatan Inti Tahap kedua: kegiatan eksplorasi Guru menyampaikan materi secara sederhana dengan menggunakan lembar kerja peserta didik. Mengajukan pertanyaan yang klasikal. Tahap ketiga: kegiatan Elaborasi. Guru memberikan permasalahan soal-soal
14
kepada peserta didik. Membimbing peserta didik untuk mengerjakan latihan soal-soal dan memberi arahan yaitu tentang situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberi petunjuk-petunjuk.
Tahap keempat: konfirmasi. Memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak. Mengarahkan diskusi di kelas, jika jawaban dari hasil diskusi sudah dianggap betul maka peserta didik diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila jawaban masih salah maka guru kembali mengarahkan peserta didik untuk mencari jawaban yang betul. Memberikan pujian kepada peserta didik/kelompok yang menjawab betul. Kegiatan Akhir Guru menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir peserta didik. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan pembelajaran. Guru memberikan soal-soal untuk latihan di rumah Pengamatan
Melakukan observasi sesuai format yang telah disiapkan Menilai hasil tindakan sesuai format yang telah disiapkan
15
Refleksi
Melakukan evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja peserta didik
Siklus II
Perencanaan:
Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada siklus sebelumnya. Mencarikan Alternatif pemecahan. Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan) Menyusun RPP Menyusun tes Menyiapkan lembar observasi
Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan rencana tindakan I dengan melaksanakan tindakan upaya lebih meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam pelaksanaan cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 2 Semarang, yang telah direncanakan
Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan observasi yang dilakukan kolabolator untuk mengetahui kondisi kelas terutama keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran. Hasil pengamatan kemudian dicari solusi dari permasalahan yang ada pada waktu pembelajaran berlangsung
Refleksi
Meneliti hasil kerja peserta didik terhadap
16
kuis yang diberikan Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus II. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus berikutnya Siklus berikutnya Simpulan dan saran
6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa model pengumpulan data, antara lain: a. Metode Observasi Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.23 Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.24 Dalam kegiatan ini yang di observasi secara langsung adalah keaktifan
peserta
didik
ketika
mengikuti
proses
pelaksanaan
cooperative learning tipe NHT pada pembelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat di kelas III MI Al-Khoiriyah 1 Semarang dengan menggunakan format lembar observasi peserta didik,
23
Sugiono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung : Alfabeta, 2007, h. 203 24 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4, h. 158
17
beberapa keaktifan peserta didik yang menjadi penilaian pengamatan diantaranya: 1) Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru 2) Siswa aktif dalam kerja kelompok 3) Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan sesuai nomor yang di dapat 4) Siswa aktif mengomentari jawaban kelompok lain
b. Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barangbarang tertulis.25 Sumber dokumentasi pada dasarnya merupakan segala bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran lokasi penelitian dan nama peserta didik. c. Tes Metode tes merupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penentu skor angka. 26 Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi lingkungan sehat dan tidak sehat sebagai evaluasi setelah proses pembelajaran berlangsung dengan bentuk instrumen tes pilihan ganda.
7. Metode Analisis Data a. Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif, artinya seluruh data yang terkumpul diolah secara non statistik untuk menggambarkan situasi
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, h. 23 26 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 170
18
hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran.27 b. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengolah data dari hasil tes peserta didik setiap siklusnya. Analisa data yang bersifat deskriptif kuantitatif dengan analisis persentase dan analisa rata-rata. Data kuantitatif ini diolah berdasarkan data hasil pengamatan melalui pengamatan, pengerjaan LKS dan hasil tes.28 Untuk mengukur persentase ketuntasan belajar secara individu menggunakan rumus : 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑥100% 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus berikut : ∑ 𝑛1
P=∑
𝑛2
𝑥100%
Keterangan : P
: Nilai ketuntasan belajar
∑ 𝑛1
: Jumlah peserta didik tuntas belajar
∑ 𝑛2
: Jumlah total peserta didik
8. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila: a. Meningkatnya hasil belajar yang ditandai rata-rata nilai hasil kuis sesuai KKM yaitu 70. b. Meningkatnya keaktifan belajar peserta didik pada kategori baik dan baik sekali c. Ketuntasan klasikal 80%
27
Sugiono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Bandung : Alfabeta, 2007, h.335 28 Sugiono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.335
19
J. Sistematika Penyusunan Skripsi Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera mengetahui
pokok-pokok
pembahasan
skripsi,
maka
penulis
akan
mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi. Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian muka, bagian isi dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Bagian awal terdiri dari: halaman judul, nota pembimbing, pengesahan, halaman abstrak, halaman pernyataan keaslian skripsi, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan daftar tabel. 2. Bagian Isi/Batang Tubuh Karangan Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut: Bab pertama adalah Pendahuluan, yang merupakan gambaran secara umum dari skripsi ini, yaitu mencakup: latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, telaah pustaka, rumusan masalah, rencana pemecahan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua adalah landasan teori yang terdiri dari empat sub bab, yaitu sub bab pertama tentang cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dari: Pengertian cooperative learning tipe NHT, dasar cooperative learning tipe NHT, unsur-unsur cooperative learning tipe NHT, komponen cooperative learning tipe NHT,
langkah-langkah
cooperative learning tipe NHT, kelebihan dan kekurangan cooperative learning tipe NHT . Sub bab kedua hasil belajar IPA yang meliputi pengertian hasil belajar IPA, tujuan pembelajaran IPA, ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA, alat ukur hasil belajar IPA, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPA. Terakhir sub bab ketiga tentang upaya meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan cooperative learning tipe NHT.
20
Bab ketiga adalah laporan hasil penelitian, terdiri dari gambaran umum MI Darul Ulum Pedurungan Semarang dan kegiatan per siklus. Bab keempat adalah analisis hasil penelitian terdiri dari hasil penelitian tindakan kelas siklus I, hasil penelitian tindakan kelas siklus II dan pembahasan. Bab kelima adalah Penutup, yang terdiri dari: kesimpulan, saran dan penutup. Bagian akhir dari skripsi ini meliputi: daftar pustaka, lampiranlampiran dan daftar riwayat pendidikan peneliti.