BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini baik perusahaan
swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas kinerja yang mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Di tingkat perusahaan, keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan oleh manajer dalam menghadapi arus bisnis. Suatu perusahaan yang berhasil pada umumnya adalah perusahaan yang dapat mengambil keputusan yang tepat berkaitan, antara lain dalam pemilihan produk, pemasaran, keuangan perusahaan dan teknologi yang digunakan. Banyak perusahaan yang kinerjanya mengalami fluktuasi misalnya PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) pada pertengahan akhir tahun 2010 yang dialami Telkom bahwa kinerja keuangan menurun hal ini terlihat dari turunnya laba bersih tetapi unit bisnis dan anak usahanya mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yang mengakibatkan Telkom Group dapat menguasai pangsa pasar di industry (sumber: http://teknologi.vivanews.com/news/admedikasokong-kinerjatelkom).
1
2
PT Industri Telekomunikasi Indonesia disingkat PT INTI (Persero), sebagai salah satu perusahaan yang mengelola bisnis Telekomunikasi selama 37 tahun. Dalam perjalanan bisnisnya, INTI mengalami fluktuasi, hal ini tentu juga dialami oleh semua pelaku bisnis, pada tahun 2006 INTI memperoleh penjualan sebesar Rp. 629,55 Milyar dengan laba bersih Rp. 8,62 Milyar. Tahun 2007, INTI memperoleh penjualan sebesar Rp. 684,50 Milyar dengan laba sebesar Rp. 1,39 Milyar . Sedangkan pada tahun 2008, penjualan yang dicapai perusahaan sebesar Rp. 762,36 Milyar namun demikian perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 49,29 Milyar disebabkan oleh pembengkakan biaya. (Sumber : News and Events PT. INTI) PT Askrindo yang merupakan salah satu badan usaha milik negara yang menderita kerugian paling besar tahun lalu, kinerja manajer pusat biayanya buruk, pada tahun 2011 biaya yang dikeluarkan PT Askrindo sebesar lebih dari 177 milyar dan jauh ebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya 142 milyar, pemborosan ini terkait dengan pengeluaran biaya umum dan administrasi yang mencapai
168
milyar,
lebih
besar
dari
pengeluaran
pada
tahun
sebelumnya.(Sumber:http://www.tempo.co/read/news/2011/03/21/090321715/As krindo-Selalu-Merugi) Begitu juga PT PAL yang dari tahun 2006 hingga tahun 2010 terus mengalami kerugian, kinerja keseluruhan manajer termasuk manajer pusat biayanya buruk, selama 6 tahun terakhir, biaya overhead rata-rata per tahun sebesar 214 milyar yang tidak mampu ditutup oleh laba bersih perusahaan. Jika
3
ditotal dari tahun 2006-2010 PT PAL telah mengalami kerugian sebesar Rp 935 milyar. (Sumber : http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27651) PT. Pelayaran Nasional Indonesia disingkat PT. PELNI. Mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun hal ini disebabkan adanya perubahan klasifikasi atas pengelompokan barang (container, kendaraan dan barang) yang dilakukan oleh perusahaan. Meskipun kinerja angkutan penumpang dan barang dalam fluktuasi yang stabil, namun kinerja PT PELNI memiliki trend yang positif di lima tahun terakhir ini, dari posisinya yang merugi pada tahun 2007 hingga memiliki profit di tahun 2011, peningkatan ini terjadi karena dukungan usaha penunjang dan sampingan seperti property dan galangan kapal. Realisasi penghasilan perusahaan dari usaha perkapalan tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan khususnya di tahun 2011. (Sumber: Fadjar Ari Dewanto/19-juli-2012/Kinerja Perusahaan PT. PELNI 2007-2011). Industri sepatu nasional merupakan salah satu industri yang memiliki peranan cukup besar dalam menghasilkan devisa ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2007 nilai ekspor sepatu nasional mencapai US$ 1,64 miliar, naik dari US$ 1,60 miliar pada tahun 2006. Pada semester I (Januari sampai Juni 2008) nilai ekspor produk sepatu mencapai US$ 0,94 miliar. Industri sepatu nasional selama ini lebih banyak menggarap pasar domestik ketimbang pasar ekspor dengan perbandingan 5,2% : 94,8%. Negara tujuan ekspor sepatu Indonesia adalah AS, Eropa, Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika. Sedangkan negara pesaing utama di pasar ekspor adalah China, Italia, Hong Kong, Vietnam, Thailand dan India.
4
Tabel 1.1 Nilai Ekspor Produk Sepatu Indonesia Tahun 2001-2009 (juta US$) Uraian Ekspor ke China Ekspor ke ASEAN Ekspor ke Dunia
2001
2002
2003
2004
Tahun 2005
329,6
304,1
373,6
474,8
541,7
608,2
726,5
1.015,3
880,5
400,4
412,7
502,3
611,3
512,7
620,4
789,4
859,0
810,3
1.505,6
1.148,1
1.182,2
1.320,5
1.428,5
1.599,8
1.638,0
1.885,5
1.736,1
465,8
526,4
589,4
951,0
1.062,6
Surplus/ 326,9 301,2 369,6 Defisit Sumber : Bloomberg, 2012
2006
2007
2008
2009
688,8
Bila dilihat perkembangan total ekspor sepatu Indonesia ke dunia pada tahun 2010 adalah sebesar US$ 2.501,9 juta, sedangkan permintaan dunia akan produk sepatu adalah sebesar US$ 120.287,4 juta. Dengan demikian ekspor Indonesia mempunyai share terhadap dunia sebesar 2,08 persen. Seperti halnya ekspor ke China dan Asean 4, ekspor sepatu ke negara-negara lainnya (dunia) perkembangan ekspor sepatu mengalami penurunan tahun 2002 dan pada tahun 2009 saat terjadi krisis ekonomi global karena permintaan yang berkurang. Melemahnya perekonomian dunia akibat krisis finansial yang membelit Eropa dan Amerika Serikat dan sejumlah permasalahan, antara lain persoalan buruh di dalam negeri, membuat industri alas kaki di Indonesia semakin terpuruk. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Persepatuan Indonesia (Apresindo), Binsar Marpaung mengatakan industri sepatu kian semakin terpuruk. Hal ini disebabkan banyak hal antara lain faktor eksternal yaitu kondisi ekonomi global yang belum membaik dan permasalahan buruh yang belum menemui jalan
5
keluar. “Tahun lalu kinerja ekspor sepatu dari Indonesia hanya US$3,3 miliar dan hingga akhir tahun ini nilai ekspornya sekitar US$3,5 miliar. Peningkatan nilai ekspor yang hanya sedikit karena menurunnya permintaan dipasar Amerika Serikat dan Eropa,” . Selain menurunnya permintaan sepatu dipasar International, menurut Binsar, aksi sweping yang dilakukan serikat kerja menghentikan proses produksi. “Hampir 1 bulan pabrik sepatu dikawasan industri tidak bisa melakukan produksi karena sewping serikat kerja yang menuntut penghapusan sistem outsourcing. Hal ini membuat daya saing industri alas kaki nasional semakin terpuruk,” paparnya. Pada tahun depan, lanjut Binsar, kinerja ekspor alas kaki nasional akan menyamai capaian tahun ini. “Untuk 2013, pelaku usaha pesimis kinerja ekspor sepatu nasional bisa meningkat. Pasalnya, industri sepatu nasional dihambat dengan berbagai masalah,” ujarnya. Binsar menambahkan, fungsi tripartit atau pemerintah, pengusaha dan buruh harus dijalankan dengan benar. http://www.neraca.web.id/index.php/harian/article/21306/Industri.Alas.Kaki.Sem akin.Terpuruk Demi kelangsungan hidup perusahaan, maka sebaiknya perlu dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan mengurangi biayabiaya yang tidak efektif dalam kegiatannya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan akuntansi pertanggungjawaban guna menunjang pengendalian biaya. Semakin baik penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan maka akan semakin baik pula pengendalian biaya, dan pengendalian biaya yang baik
6
akan memudahkan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien. Kemampuan manajer dalam peningkatan kinerja perusahaan sangat dibutuhkan, manajer dituntut dapat mengambil berbagai keputusan penting baik untuk jangka pendek maupun panjang dari informasi yang ada. Di dalam perusahaan
berskala
besar,
manajer
terbagi
dalam
pusat
–
pusat
pertanggungjawaban, setiap manajer akan berperan dan bertanggungjawab dalam menentukan
keputusan-keputusan
bagi
pusat
pertanggungjawaban
yang
dipimpinnya. Salah satu pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh manajer adalah pusat biaya, pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut, biaya yang dikeluarkan merupakan pengukur kinerja manajernya. Dari fenomena yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban terhadap Penilaian Kinerja Manajer Pusat Biaya pada PT Universal Footwear Utama Indonesia ( UFU)”
7
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian
ini akan membahas masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Akuntansi Pertanggungjawaban pada PT UFU 2. Bagaimana penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT UFU 3. Seberapa besar pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT UFU
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data, mengumpulkan,
dan menganalisis data yang diperlukan sehingga diperlukan informasi mengenai pengaruh akuntansi pertanggunggjawaban terhadap penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT UFU. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban pada PT UFU.
2.
Untuk mengetahui penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT UFU.
3.
Untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh
akuntansi
pertanggungjawaban terhadap penilaian kinerja manajer pusat biaya pada PT UFU.
8
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
diantaranya bagi pengembangan ilmu pengetahuan : 1. Dapat memberi tambahan informasi bagi para pembaca yang ingin lebih menambah wawasan pengetahuan dibidang akuntansi. 2. Dapat
memberikan
pengembangan
sumbangan
disiplin
ilmu
pemikiran
akuntansi
dalam
khususnya
rangka akuntansi
manajemen. 3. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan serta dapat
mengaplikasikannya ke dalam dunia kerja. 1.4.2
Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain : 1.
Bagi Penulis Diharapkan dengan penelititan ini penulis dapat memahami penerapan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan dan literaturliteratur
lainnya,
sehingga
dapat
menjadi
tambahan
ilmu
pengetahuan tentang masalah yang diteliti serta memperluas wawasan berfikir.
9
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Bidang Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 2.
Bagi Pihak Perusahaan Diharapkan
dapat
membantu perusahaan
untuk
mengevaluasi
Akuntansi Pertanggungjawaban dan penilaian kinerja manajer pusat biaya
serta melakukan penyesuaian yang dianggap perlu dan
memberikan sumbangan pikiran kepada pimpinan perusahaan dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban dan dalam melaksanakan penilaian kinerja manajer pusat biaya secara afektif dan efisien. 3.
Bagi pihak lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang
konsep
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban dan pelaksanaan penilaian kinerja manajer, serta diharapkan hasil penulisan skripsi ini dapat djadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lebih lanjut.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian beralamat di Jl Industri II Kawasan Industri Jatake Bl G-
12/1 Pasir Jaya, Jatiuwung Tangerang 15135 Banten. Waktu penelitian dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah diberikan oleh PT Universal Footwear Utama Indonesia.
10