1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil dan sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala disisi produksi. Ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi perberasan di Indonesia, pertama rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha, kedua sekitar tujuh puluh persen petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Ketiga hampir seluruh petani padi adalah pengkonsumsi beras dan keempat rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar tiga puluh persen dari total pendapatan keluarga. Dengan kondisi ini dihadapkan pada posisi sulit, satu sisi pemerintah harus
pemerintah selalu menyediakan beras
dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani produsen dan menjaga ketersediaan secara cukup (Achmad, 2003:47). Data di Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian tahun 2013, bahwa penduduk Indonesia mengkonsumsi beras terbesar di dunia dengan konsumsi 102 kg per orang per tahun. Konsumsi beras orang Indonesia paling tinggi dibanding dengan rerata konsumsi di Korea yang hanya 40 kg, Jepang 50 kg, Thailand 70 kg, dan Malaysia 80 kg. Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan beras Indonesia
1
2
menjadi tidak terpenuhi jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri dan harus mengimpornya dari negara lain. Beras merupakan bahan pangan pokok yang sangat strategis dalam tatanan kehidupan dan ketahanan pangan nasional. Kekurangan beras dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan politik sehingga kebijakan ketahanan pangan sering direduksi sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan beras (Suryana 2007). Satu
sisi produksi beras terus dipacu untuk
memenuhi
permintaan yang terus meningkat, disisi lain masih banyak kendala yang dihadapi oleh pengusaha produksi beras. Peningkatan ini berhubungan erat dengan tingkat pendapatan masyarakat. Beras diproduksi dengan cara mengolah melalui penggilingan padi, yaitu padi atau gabah dari hasil panen sawah selanjutnya dikeringkan menjadi Gabah Kering Giling ( GKG ). Gabah ini dipisahkan antara butiran beras dengan kulitnya melalui proses penggilingan gabah dengan mesin giling pengupas kulit atau husker. Hasil pengupasan kulit berupa butiran beras yang belum putih yang disebut beras pecah kulit atau PK. Selanjutnya PK diproses menggunakan mesin penyosoh atau mesin polisher untuk menghasilkan butiran beras putih, Penggilingan padi dapat diidentifikasi menjadi tiga kategori, yaitu 1. penggilingan padi kategori kecil, yaitu terdiri alat pemecah kulit ( husker ) dan penyosoh ( polisher ) 2. penggilingan padi kategori menengah, yaitu terdiri alat pemecah kulit ( husker ), separator, dan penyosoh ( polisher ), dan 3. penggilingan
3
padi kategori besar, yang terdiri dari alat yang digunakan adalah dryer, pemecah kulit ( husker ), separator, dan penyososh ( polisher ), serta blower. Penggilingan padi kategori kecil ini termasuk penggilingan konvensional, yaitu memiliki tiga komponen utama, yaitu motor penggerak, pemecah kulit/sekam (husker), dan penyosoh beras (polisher). Hasil penelitian yang dilakukan oleh BBP Mekanisasi Pertanian tahun 2003 menunjukan bahwa pada tingkat skala penggilingan padi skala kecil, skala menengah, dan skala besar ada perbedaan kualitas beras dan rendemen giling, seperti pada tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1. Pengelompokan Rata – rata Kualitas Beras dan Rendemen Giling Skala Kualitas Beras ( % ) Penggilingan Padi Kepala Patah Menir 1 PP Kecil 69,73 16,13 14,14 2 PP Menengah 76,45 13,51 10,04 3 PP Besar 84,52 10,45 5,03 Sumber : BBP Mekanisasi Pertanian 2003. No
Rendemen (%) 55,71 59,69 61,48
Dengan memeperhatikan data tabel 1.1, pada sisi rendemen dari skala penggilingan padi kecil dengan menengah ada selisih 3,98 %. Data di atas didukung data Nasional BPS yang disitir oleh Uning Budiarti dkk, dalam penelitianya menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51 persen, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52 persen, perontokan 4,78 persen, pengeringan 2,13 persen, dan penggilingan 2,19 persen “.
4
Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, ( 2013 ) menyatakan tingkat kehilangan hasil dari penggilingan padi mencapai 5%, sehingga setiap tahun ada kehilangan 3 juta ton beras atau setara dengan Rp19,8 triliun diakibatkan proses penggilingan padi skala kecil yang belum benar. Data BPS produksi padi nasional tahun 2014 sebesar 70.846.465 ton, kalau ada selisih rendemen penggilingan padi menengah dengan kecil sebesar 3.98% saja, maka tingkat kehilangan beras di tingkat penggilingan sebesar 28,20 juta ton, jika harga beras Rp. 8000,00 maka kehilangan beras setara Rp.22, 5 triliun. Produksi padi nasional tersebar di 34 propinsi dengan produksi tertinggi di Jawa Timur sebesar 12.397.049 ton, kehilangan beras sebesar 0.49 juta ton setara Rp.3.8 triliun, dan produksi terendah di Kepulauan Riau sebesar 1.403 ton. Produksi rata – rata tiap propinsi sebesar 2.083.720, tingkat kehilangan beras sebesar 83.9 ribu ton setara dengan Rp. 0,66 triliun. Kabupaten Sukoharjo yang menjadi bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah tahun 2014 tingkat produktivitas panen padi tertinggi diantara kabupaten yang lain, yaitu sebesar 6.329 ton per hektar. Di Tingkat propinsi untuk propinsi Jawa Tengah produksi padi tahun 2014 sebesar 9.294.475 ton, kehilangan beras sebesar 0.37 juta ton, setara dengan Rp. 2.9 triliun. Kabupaten Sukoharjo tahun 2014 dengan produksi padi sebesar 310.276 ton. Mengacu data tingkat kehilangan beras di penggilngan kecil 3.98 %, maka di Sukoharjo pada tahun 2014 saja ada kehilangan beras karena proses produksi yang belum baik sebesar 12.3 ribu ton setara dengan Rp.98.8 milyar.
5
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perpadi Nur Gaybita mengatakan berdasarkan hasil riset dari Perpadi di penggilingan padi yang berada di berbagai wilayah, maka rata-rata kehilangan hasil mencapai 5%. Jika mengacu data tingkat kehilangan beras di penggilingan padi sebesar 5%, maka kehilangan beras baik diberbagai wilayah atau di tingkat nasional akan lebih besar lagi. Kabupaten Sukoharjo menjadi lokasi penelitian Memodifikasi Sistem Penggilingan Padi Untuk Mengoptimalisasi Produksi Beras Pada Penggilingan Padi Skala Kecil, atas pertimbangan bahwa kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah yang menjadi bagian dari wilayah penyangga pangan nasional. Kondisi penggilingan padi di Sukoharjo sama seperti gambaran penggilingan padi di Indonesia, yaitu terdiri dari penggilingan padi kecil ( PPK ), penggilingan padi menengah ( PPM ), dan penggilingan padi besar ( PPB ). Jumlah penggilingan padi di Sukoharjo 546 unit , yang terdiri dari PPK 354 unit, PPM 147 unit,dan PPB 37 unit. Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo bahwa produktivitas penggilingan padi di Sukoharjo rata – rata 1.5 ton per hari untuk PPK atau 514.4 ton per hari , 2.5 ton per hari untuk PPM atau 367.5 ton per hari, serta 4 ton per hari untuk PPB atau 148 ton per hari. Total produktivitas penggilinag padi di Sukoharjo 1029.86 ton per hari. Jika kehilangan beras paling banyak terjadi pada penggilingan padi kecil, maka di Sukoharjo perlu upaya optimalisasi produksi beras pada penggilingan padi khususnya penggilingan padi skala kecil dengan memodifikasi sistem penggilingan untuk menigkatkan rendemen dan kualitas beras, agar Sukoharjo
6
sebagai kota “ Makmur “ dengan penyangga pangan nasional khususnya beras dapat ditingkatkan.
1.1.1. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, pemerintah dalam mengupayakan ketersediaan beras melalui penggilingan padi, baik penggilingan padi skala kecil (PPK), skala menengah (PPM), dan penggilingan padi besar (PPB). Produksi beras secara keseluruhan lebih dari 50% diproduksi pada penggilingan padi skala kecil. Kehilangan beras pada penggilingan padi skala kecil dibandingkan dengan penggilingan padi menengah diperkirakan sekitar 3,98% s.d 5% , maka berkaitan dengan penyediaan beras akan memiliki pengaruh yang signifikan. Kehilangan beras yang terjadi pada penggilingan padi skala kecil perlu diminimalisir dengan meningkatkan rendemen giling, kualitas beras, dan secara bersama-sama keduanya
melalui modifikasi sistem penggilingan. Nilai
keuntungan yang dapat dicapai
pada usaha penggilingan padi, dan sistem
penggilingan yang paling layak untuk diterapkan di masyarakat dapat diketahui melalui analisa ekonomi.
1.1.2. Pembatasan Masalah Setelah memperhatikan rumusan masalah dari uraian latar belakang masalah yang ada, luasnya wilayah dan adanya keterbatasan pengetahuan, waktu, serta luasnya permasalahan maka penelitian akan difokuskan pada
7
permasalahan
mengoptimalisasi produksi beras dengan modifikasi sistem
penggilingan untuk meningkatkan rendemen giling dan kualitas beras pada sistem penggilingan padi skala kecil di Sukoharjo: 1). Jenis padi atau gabah yang menjadi bahan penelitian ini adalah IR64. 2). Penggilingan padi skala kecil adalah penggilingan padi dengan sistem HP, yaitu satu pengupasan kulit gabah menggunakan mesin husker (H), dan satu kali penyosohan dengan mesin
polisher ( P ), dengan kapasistas
produksi sampai 1,5 ton per hari. 2). Spesifikasi peralatan atau mesin yang digunakan adalah perangkat penggilingan padi kategori Penggilingan Padi Kecil ( PPK ), yang terdiri dari husker, polisher, ditambah dengan separator. 3). Modifikasi sistem penggilingan padi pada peneltian ini adalah melalui perlakuan berbagai konfigurasi mesin atau alat penggilingan, yaitu sistem H–S–P, sistem 2H–P, sistem H–2P, sistem H–S–2P, dan sistem 2H–2P. 4). Putaran roll pada husker saat pengupasan gabah diatur pada putaran 1000 s.d 1035 RPM, jarak roll saat pengupasan 0,5 s.d 0,8 mm
1.1.3. Keaslian Penelitian Penelusuran terhadap berbagai pustaka ataupun sumber yang lain menunjukan bahwa
pernah ada penelitian yang berkaitan dengan
optimalisasi produksi beras dari produksi pertanian padi. Sebagai bahan
8
pendukung penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh 1. Uning Budiarti dkk, dengan judul Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi Dalam Menekan Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras ( BPTP Sumatera Barat : 2012 ). 2. Joko Triyanto, dengan judul Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah ( Universitas Diponegoro, Semarang 2006 ). 3. Uning Budiarti, dkk, dengan judul Perbaikan Konfigurasi Mesin Pada Penggilingan Padi Kecil Untuk Meningkatkan Redemen Giling Padi . Kesamaan dengan penelitian ini adalah pada permasalahan
untuk
menekan kehilangan beras atau berkaitan dengan rendemen pada tingkat penggilingan padi. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ; 1). penelitian sebelumnya menganalisa pengaruh konfigurasi alat terhadap peningkatan rendemen giling padi pada skala laboratorium. 2). Penggunaan alat pasca panen untuk menekan kehilangan beras serta meningkatkan mutu beras. Pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat rendemen giling dan kualitas beras pada tipe penggilingan skala kecil, selanjutnya akan dicari solusi untuk meningkatkan
rendemen giling dan kualitas beras untuk
mengoptimalkan produlsi beras melalui modifikasi sistem penggilingan melalui penyusunan mesin atau alat pada penggilingan padi skala kecil.
1.1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya :
9
1. Manfaat bagi Ilmu Penegetahuan a. Sebagai perbandingan atau acuan dari berbagai pihak untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya yang berhubungan dengan optimalisasi produksi beras yang berkualitas.
2. Manfaat Bagi Pemerintah a. Sebagai rujukan untuk meningkatkan produksi beras nasional secara optimal , sehingga persediaan pangan akan lebih baik. b. Sebagai upaya meningkatkan ekonomi atau kesejahteraan bagi petani dan pada industri penggilingan padi. c. Sebagai kebijakan alternatif dalam rangka peningkatan ketahanan pangan khususnya beras .
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat rendemen dan kualitas beras pada penggilingan padi skala kecil. 2. Mengoptimalisasi produksi beras dengan meningkatkan rendemen giling melalui modifikasi sistem penggilingan padi pada penggilingan padi skala kecil. 3. Mengoptimalisasi produksi beras dengan meningkatkan kualitas melalui modifikasi sistem penggilingan padi pada penggilingan padi skala kecil.
10
4. Mengoptimalisasi produksi beras secara kuantitas dan kualitas melalui modifikasi sistem penggilingan padi pada penggilingan padi skala kecil. 5. Menganalisis optimalisasi produksi beras dari sisi ekonomi untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi.