1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sukses merupakan upaya untuk mengoptimalkan apa yang dimiliki dan meminimalisirkan kekurangan yang dipunyai oleh setiap individu. Dalam kehidupan manusia sudah seyogyanya memiliki prioritas dan fokus, fokus pada kekuatan pada apa yang dimiliki untuk mampu mengaktualisasikan potensi meraih prestasi. Potensi merupakan suatu kekuatan; kesanggupan; kemampuan dan daya serta kefungsian. Dalam mengelola potensi setiap individu harus mempunyai rasa mampu dan bersikap positif, sesuai dengan arti Self Confidence atau kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.1 Sikap percaya diri menjadi begitu penting dalam kehidupan karena akan menghasilkan berbagai peluang yang lebih banyak dibandingkan yang yang tidak mempunyai kepercayaan diri.2 Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal, karenanya tidak sedikit pula yang memberikan pandangannya mengenai teknik-teknik membangkitkan rasa kepercayaan diri atau self confidence.3
1
http:// ogrg.lib.ltb.ac.id. Izzatul Jannah, Everyday Is PE DE Day, (Solo: Era Eureka,2003), 13. 3 http://www.republika.co.id. 2
2
Peneliti di lapangan menemukan bahwa rasa percaya diri santriwati menurun, karena didapatkan bahwa banyak dari santriwati menyimpan rasa takut, kekhawatiran terhadap penolakan, pesimis dan takut gagal serta cenderung canggung dalam menghadapi khalayak ramai, tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara di hadapan khalayak. Fenomena di atas merupakan tuntutan sosial yang penting untuk diteliti karena Self Confidence merupakan hal yang penting dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan persaingan seperti sekarang ini.4 Dengan Self Confidence seseorang berusaha membangunkan perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan yang kuat terhadap dirinya dan pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki.5 Menurut Nazhif Masykur, percaya diri ini muncul karena mereka berada dalam kebenaran yang nyata. Kualitas kepercayaan diri berbanding lurus dengan kuatnya hubungan dengan Allah. Jadi pada hakikatnya kepercayaan diri seorang mukmin muncul dari kemuliaan dalam penyandaran diri sepenuhnya terhadap jalan hidup yang Allah tetapkan.6 Dalam konsep Al-Qur’an ternyata percaya diri itu sangat berkaitan erat dengan keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat percaya dirinya.7 Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kepercayaan diri
4
Ahmadi Sofyan, Success On Writing, (Jombang: Alfa Media, 2005),27 http://dennyhenrata.wordpress.com 6 Muhammad Nazhif Masykur, Living Smart, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2007), 201. 7 Izzatul Jannah, op,cit., hal 9 5
3
yang berupa perasaan nyaman, tenteram, tanpa rasa sedih, takut, dan khawatir akan datang kepada orang-orang yang beriman kepada
Allah SWT.8
Sebagaimana firman Allah dalam QS.fushilat 30
> َ ْا َوBDُ EَFGَ > H َأJُ Kَ Mِ NَOPْ اQُ Rِ Sْ NَT َ ل ُ VH َWXَ Gَ ْاBYُ EَZXَ [ ْ اQH \ُ ] ُ اEَW_^ ْا َرBPُEَa b َ cْ ِdPHن ا H ِإ .وْ َنlُ Tَ ْBGُ ْQXُWْ ُآnِXPH اJِ WHgَ Pْ Eِ_ وْاhُ iِ _ْ ْا َوَأBjُVَ kْ Gَ Artinya” sesungguhnya orang-orang mengatakan, “ Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.9 Dari penjajakan awal kasus menurunnya rasa kepercayaan diri pada santriwati faktor utamanya adalah minimnya kebiasaan atau latihan untuk mengutarakan ide-ide atau gagasan gagasan secara formal di hadapan publik, sehingga di sini Muhadharah merupakan hal yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan atau membangun rasa percaya diri (Self Confidence) pada santriwati. apabila ditinjau arti Muhadharah itu sendiri sama artinya dengan ceramah, pidato.10 Pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan didepan khalayak.11 Selanjutnya diungkapkan oleh Yunus Hanis Syam, pidato adalah suatu teknik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat mempengaruhi 8
Ibid., hal 10 Al-Qur’an, 41: 30 10 Ahmad Warson Allmunawir, Kamus Al-Munawir: Arab-indonesia, (yogyakarta: Pustaka Progresif,1984), 294. 11 Luqman Hadinegoro, Teknik Seni Berpidato Mutakhir, (Yogyakarta: Absolut,2007), 1. 9
4
komunikan sesuai dengan situasi komunikan tersebut, orang yang berpidato selalu berhubungan dengan orang banyak, yang bisa disampaikan di atas mimbar atau tidak di atas mimbar.12 Pidato merupakan suatu bentuk perbuatan berbicara dalam situasi tertentu dan dengan pendengar tertentu pula, dan juga pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi secara lisan.13 Adapun kegiatan Muhadharah yang dikatakan sebagai salah satu program Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo untuk mencetak kader-kader muballigh putri yang mana ini sangat berperan besar terhadap keterampilan dan kreativitas serta dalam
peningkatkan kepercayaan diri santriwati (Self
Confidence) yang kuat. Dari latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian adalah PERANAN MUHADHARAH DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE (Studi Kasus Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo)
B. Fokus Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
masalah
dan
mengingat
pentingnya
kepercayaan diri (Self Confidence) bagi santriwati, maka penelitian ini tentang peranan muhadharah dalam meningkatkan kepercayaan diri (Self Confidence) santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah difokuskan pada latar belakang
12 13
Yunus Hanis Syam, Kiat Sukses Berpidato, (Yogyakarta: Media Jenius Lokal, 2004), 7. http://smatengaran. Blogspot.com/2007/12/pidato.html
5
muhadharah, bentuk-bentuk muhdlarah, faktor pendukung dan penghambat muhadharah, dan makna muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang akan di kaji dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo? 2. Bagaimana bentuk bentuk Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo? 3. Apakah faktor pendukung dan penghambat Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo? 4. Bagaimana makna Muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendiskripsikan latar belakang Muhadharah di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Jetis Ponorogo 2. Untuk mendiskripsikan bentuk bentuk Muhadharah di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Jetis Ponorogo 3. Untuk
mendiskripsikan
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
Muhadharah di pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo 4. Untuk mendiskripsikan makna Muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo
6
E. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut” 1. Manfaat secara teoritis, telah ditemukan model peningkatkan Self Confidence santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi lembaga, agar lebih memperhatikan kegiatan Muhadharah yang di laksanakan oleh santriwati. b. Bagi santriwati, agar kegiatan muhadharah ini dapat meningkatkan Self Confidence santriwati dengan sebaik mungkin. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.14 Ada enam macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan. Dalam hal ini jenis
14
Lexi J.Meleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 4
7
penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.15 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.16 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi di Pesantren Putri Al-Mawaddah yang berada di jl.Mangga coper jetis ponorogo, karena pertimbangan dari peneliti PP.Al-Mawaddah merupakan lembaga pendidikan
yang tidak hanya
mengutamakan pendidikan agama atau diniyah namun juga mengedepankan pendidikan umum dan pendidikan mental serta sesuai dengan visi misinya mencetak generasi yang kreatif, global.
15 16
Ibid., 2 Ibid., 117
produktif, inovatif, serta tangguh di era
8
4. Sumber Data Lofland dan lofland mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain., dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data lain tertulis, foto dan statistik sebagai sumber data tambahan.17 Dan peneliti melakukan wawancara, dokumentasi, serta observasi dengan beberapa informan di lembaga terkait. 5. Prosedur Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subjek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
a. Tehnik Wawancara Wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan 17
Ibid., hal 112.
9
pada para informan. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan informan dan kegiatannya dilakukan secara lisan.18 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (a) mengkontruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. (b) merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami di masa lalu. (c) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang. (d) memverifikasi mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia meupun bukan manusia, (e) memverifikasi mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.19 Dalam menggunakan metode wawancara mendalam. Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas tinggi.20 Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga
18
P.Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 39. Lexy J. Meleong, 135. 20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 19
88-89.
10
data-data yang dibutuhkan dalam pnelitia dengan teknik purposive sampling yakni pengambilan sampel bertujuan sehingga memenuhi kepentingan peneliti. Adapun informan terdiri dari: 1. Pengasuh Pesantren Putri Al-Mawaddah Pengasuh merupakan suatu badan yang menangani kelancaran seluruh program yang terkait dengan ekstrakurikuler. Seperti kegiatan pramuka, Muhadharah, oswah dan lainnya 2. Direktur Pesantren Putri Al-Mawaddah Direktur suatu badan bertanggungjawab atas Proses Belajar Mengajar atau di luar ekrakurikuler. 3. Ustadzah pembimbing Muhadharah di Pesantren Putri.Al-Mawaddah. Ustadzah pembimbing Muhadharah merupakan badan yang menaungi pengurus Muhadharah serta santriwati dan mengontrol kelancaran pelaksanaan Muhadharah sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan Muhadharah tersebut. 4. Pengurus Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah. Pengurus merupakan suatu badan dalam naungan bagian pengajaran dan bagian penggerak Bahasa yang bertugas memberikan bimbingan dalam berbahasa dalam Muhadharah. 5. Santriwati dari perwakilan masing-masing kelas di Pesantren Putri AlMawaddah.
11
Alasan memelihh Santriwati sebagai informan karena santriwati merupakan pelaksana kegiatan muhadharah, dan juga yang merasakan adanaya kekurangan dan kelebihan selama kegiatan muhadharah berlangsung. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. b. Tehnik Observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan21. Sanafiah faisal mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi tak terstruktur (unstructured observation), dalam penelitian ini digunakan teknik observasi partisipatif, di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.22 Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam catatan lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalakan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada
21 22
P. Joko Subagyo, hal 63 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: Alfabeta, 2005), 64.
12
waktu di lapangan membuat “catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “Catatan Lapanagn” (CL).23 c.
Tehnik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang bebrbentuk tulisan misalnya catatan harian. Sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biagrafi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa lain lain.24 Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, di catat dalam format transkip dokumentasi.
6. Analisis Data Teknik
analisa
data
adalah
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.25 Tehnik analisa data dalam kasus ini menggunakan analisa data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan miles dan huberman, yang mana mereka mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas 23
Lexy J Meleong, 153 Sugiyono, 82. 25 Lexy J Meleong, 103. 24
13
dalam analisis data meliputi: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.26
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data Kesimpulan
a.
Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, dalam mersduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display (Penyajian Data) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Bila pola-pola yang 26
Sugiyono, 91-99
14
ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c.
Conclusion Drawing/verification Langkah ketiga dala analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kesahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reliabilitas).27
Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data), dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang triangulasi ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan peranan Muhadharah dalam meningkatkan self confidence santriwati, (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan 27
Lexy J Meleong, 171.
15
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber-sumber, metode, penyidik, dan teori.28 Dalam penelitian ini digunakan teknik tringulasi dengan sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang
dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan
berbagai
pendapat
dan
pandangan
orang
yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahap tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap tahap penelitian tersebut adalah: (1) tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian 28
Ibid., 178.
16
dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian. G. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan penelitian ini terbagi menjadi 5 bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut: Bab pertama, memuat tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian (berisi tentang: pendekatan dan jenis penelitian, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan tahapan penelitian) dan sistematika pembahasan. Bab kedua, kerangka teoritik yang berisi tentang Self Confidence dan Muhadlarah, yang dipergunakan sebagai landasan melakukan penelitian. Bab ketiga, berisi tentang paparan data bab ini mengemukakan secara rinci data-data umum, antara lain sejarah beridirinya Pesantren Putri.Al-Mawaddah, letak geografis, keadaan sarana dan prasarana,struktur organisasi Pesantren Putri Al-Mawaddah, keadaan santriwati, ustazd, dan ustadzah, kegiatan belajar mengajar di Pesantren Putri Al-Mawaddah. Sedangkan data khusus meliputi latar belakang Muhadharah, bentuk-bentuk Muhadharah, faktor-faktor pendukung dan
17
penghambat Muhadharah, dan makna Muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence. Bab keempat, merupakan analisa data tentang latar belakang Muhadharah, bentuk-bentuk Muhadharah, faktor pendukung dan penghambat Muhadharah, dan makna Muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence Bab lima, merupakan titik akhir dari pembahasan yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta penutup yang terkait dengan hasil penelitian.
18
BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Muhadharah Dalam Meningkatkan Self Confidence 1. Pengertian Muhadharah Muhadharah berasal dari kata h{kc -h{| yang berarti hadir, sebagai mashdar mim menjadi ةh~ EkY yang artinya ceramah atau pidato.29 Pidato bisa disamakan dengan Retorika (Yunani) atau public speaking ( inggris). Pidato mempunyai arti “ suatu seni penyampaian berita secara lisan yang isinya bisa berbagai macam.30 Pidato adalah tehnik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat mempengaruhi komunikan sesuai dengan situasi dan kondisi komunikan tersebut. Orang yang berpidato selalu berhubungan dengan orang banyak, yang bisa disampaikan di atas mimbar atau tidak di atas mimbar. Misalnya dalam rapat, diskusi, panel, atau juga pidato di suatu perkebunan karena memberi pengarahan atau penerangan kepada petani setempat atau bisa juga dilakukan di depan mahasiswa (kuliah), semua itu dinamakan dengan “pidato”. Hal tersebut dilakukan dengan jelas dan gamblang. Karenanya tidak heran jika berpidato haruslah ada ilmunya dan ada pengetahuannya.31
29
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), 294 30 Yunus Hanis Syam, Kiat Sukses Berpidato. ( Jogjakarta: Media Jenius Lokal, 2004), 7 31 Ibid., 8
19
Menurut Luqman Hadinegoro, makna pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk di ucapkan didepan khalayak, dengan maksud agar para pendengar dari pidato tadi dapat memahami, mengetahui, menerima serta dapat diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan terhadap mereka, pidato juga merupakan seni berbicara di depan umum.32 Pidato merupakan suatu bentuk perbuatan berbicara dalam situasi tertentu dan dengan pendengar tertentu pula. Ada juag pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi secara lisan, oleh sebab itu unsur-unsur yang berupa intonasi (tempo, tekanan, dan panjang pendek ucapan), gerak gerik dan mimik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pidato.33 Suryountoro mengungkapkan, bahwa pidato adalah berbicara di muka orang banyak dengan tujuan tertentu dan maksud tertentu.34
Dari
definisi tersebut, maka terdapatlah unsur-unsur pidato di antaranya: di muka orang banyak dan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian berbicara di muka satu atau dua orang saja, bukan disebut berpidato, yang dimaksud orang banyak tidak ada ukuran yang umum. Tapi disini diberi batasan, sekelompok orang yang berkumpul; umpamanya: 15 orang atau lebih. Adapun yang dimaksud tujuan tertentu 32
Luqman Hadinegoro, Teknik Seni Berpidato Mutakhir, (Yogyakarta: Absolut, 2007), 1. http://smatengaran.blogspot.com/2007/12/pidato.html 34 S.suryountoro, Contoh Contoh Pidato, ( Malang: Bintang Pelajar, 1979), 5 33
20
ialah dalam mengemukakan sesuatu hal, soal, masalah dan sebagainya. Jadi jika hanya berbicara tanpa tujuan atau tanpa pokok persoalan, maka bukanlah pidato.35 2. Fungsi Muhadharah Fungsi pidato sangat banyak dan beragam, yang kesemuanya akan merujuk pada tujuan yang hendak dicapai dengan adanya pidato tersebut, dapat disebutkan, fungsi-fungsi pidato tersebut diantaranya adalah: a. Memberikan informasi b. Menghibur c. Membujuk d. Menarik perhatian e. Meyakinkan f. Memperingatkan g. Membentuk kesan h. Memberikan instruksi i. Membangun semangat j. Menggerakkan massa, dan lain-lainnya. Dari banyaknya fungsi-fungsi dari sebuah pidato, maka fungsi yang paling sering digunakan adalah: memberikan informasi (to inform), yang bertujuan untuk menyampaikan informasi atau keterangan kepada pendengar, khalayak diharapkan untuk mengetahui, mengerti, dan menerima informasi 35
Ibid., 5
21
yang disampaikan. Menghibur (to entertain), atau the speech to entertain bertujuan menghibur, melepas ketegangan, menggairahkan suasana, atau hanya sekedar memberikan selingan yang enak setelah menjalani rangkaian acara melelahkan. Tetapi perlu diketahui pidato rekreatif bukan berarti harus selalu melucu.36 Meyakinkan (to convince), dan memberikan instruksi (to instruct), keempat fungsi itulah yang paling sering digunakan orang pada masa kini untuk meyampaikan pidatonya.37 3. Bentuk-Bentuk Muhadharah Seperti yang telah dijelaskan di depan, bahwa fungsi dari pidato demikian banyak dan beragam, fungsi yang paling sering digunakan adalah untuk memerikan informasi, menghibur, meyakinkan dan memerikan instruksi. Mengingat fungsi yang beragam, maka bentuk atau macam pidato pun beragam adanya yang sesuai dengan maksud serta tujuan yang hendak dicapai, adapun bentuk-bentuk tersebut adalah:
a. Pidato instansi Pemerintah Pidato ini datangnya selalu dari pemerintah untuk semua warga atau rakyat dimana isinya berupa pesan-pesan khusus dan resmi, yang dapat dipertanggungjawabkan. Cara penyampaian pidato ini dapat dilakukan
36 37
Yunus hanis syam, 88. Luqman Hadinegoro, 6-7
22
dengan berbagai macam, semisal: dengan melalui pertemuan langsung antara pejabat pemerintah dengan rakyat, melalui berbagai media massa seperti televisi atau radio, dan lain-lainnya. Mengingat pendengarnya orang dalam jumlah banyak, dalam hal ini rakyat atau warga negara, maka diperlukan kejelasan, ketepatan, dan kepastian dari isi pidato tersebut. Kesalahan atau ketidakbenaran isi pidato yang disampaikan dapat berakibat fatal bagi pemerintah,karena akan berhadapan
langsung
dengan
rakyat
atau
warga
negara
secara
keseluruhan.38 b. Pidato dalam Parlemen Pidato jenis ini bersifat resmi atau formil karena diselenggarakan oleh suatu negara dengan para peserta dari negara-negara tetangga atau negara-negara sahabat. Isi dari pidato dalam parlemen ini biasanya menyangkut hubungan antar negara atau untuk melakukan kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.39
c. Pidato Penerangan Instansi Pidato jenis ini biasanya bersifat informative, yakni memberi penerangan dan deductive atau mendidik. Seperti: instansi kesehatan memberi pengarahan kepada masyarakat perihal cara memberantas jentik-
38 39
Ibid., 8-9 Ibid., 9
23
jentik nyamuk demam berdarah serta penanggulangan bagi orang yang terkena penyakit demam berdarah dan lain-lainnya.40 d. Pidato dari suatu Perusahaan Isi pidato jenis ini biasanya berupa iklan atau propaganda yang dimaksudkan untuk memperkenalkan dan menunjukkan barang yang diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan, yang menyangkut perihal: mutu atau kualitas, kelebihannya, harga, isi, kandungan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk atau barang dari perusahaan tersebut. Cara penyampaian pidato jenis ini beragam sesuai dengan kemajuan jaman, dapat melalui sarana massa media yang tersedia, seperti: televisi atau radio dan lain-lainnya.41 e. Pidato yang bersifat Mendadak Sesuai dengan namanya, pidato jenis ini bersifat mendadak, seperti pada acara tertentu, semisal: perayaan, pembukaan suatu bengunan, pembukaan pasar raya, perayaan ulang tahun dan acara-acara lainnya.
4. Kepribadian dan sikap dalam Muhadharah Sikap dan kepribadian sangatlah penting dalam berpidato. Sikap dan kepribadian syarat utama sukses atau keberhasilan dalam berpidato, karena sukses para pemimpin, baik dalam bidang politik, industri dan perdagangan
40 41
Ibid., 9 Ibid., 11
24
lebih-lebih berpidato delapan puluh persen ditentukan oleh sikap dan kepribadian dan sisanya adalah kecerdasan, pengetahuan. Sikap dan kepribadian pembicara dapat mempengaruhi serta menarik perhatian para pendengar untuk mengikuti jalannya pidato dengan baik. Dengan keterangan serta uraian di atas sudahlah jelas bahwa sikap dan kepribadian sangatlah penting dalam berpidato, disamping persiapanpersiapan yang matang. Adapun makna dari sikap adalah sikap dalam garis besarnya ialah gerak-gerik atau tingkah laku manusia. Sikap ada dua macam, sikap baik dan sikap jelek. Sedangkan kepribadian adalah rangkuman semua yang ada pada badan manusia, baik yang tampak kelihatan maupun yang tidak tampak kelihatan, serta sikap di dalamnya.42 Di antara sikap dan kepribadian yang dimaksud sebagai berikut: 1. Berpakaian yang rapi, bersih, dan enak dipakai tidak longgar dan tidak sempit. Serta warna yang sesuai. 2. Dalam hal berpakaian hal-hal yang sekecilpun harus diperhatikan, misalnya: kancing, dasi, dan lain sebagainya 3. Berkata haruslah sopan jangan sekali-kali mengeluarkan perkataan yang jorok, dan mengulang kata-kata. Carilah kata-kata perbandingan yang baru dan segar, untuk menggantikan kata-kata pembantu yang terlalu lazim.43 4. Makan sedikit sebelum bebicara
42 43
Rahman Hakim, Tehnik, Pedoman dan Seni Berpidato, (Surabaya: Indah), 11-12 Ibid., 15-16
25
5. Jangan
berbicara
saat
lelah,
namun
sebaliknya
istirahat
untuk
mengumpulkan energi cadangan 6. Tersenyum. Kemudian datang ke depan pendengar dengan menunjukkan sikap bahwa kita senang berada di tengah-tengah pendengar.44 B. Upaya Meningkatkan Self Confidence 1. Pengertian Self Confidence Pengertian kepercayaan diri (al- tsiqqah bi al-nafs) merupakan sumber potensi utama seseorang dalam hidupnya. Jika seseorang sudah tidak percaya diri, maka akan hilanglah segala seluruh sumber potensi pada dirinya.45 Jika seseorang sudah tidak lagi percaya diri, misalnya tidak percaya akan cita-cita hidupnya dan keputusan-keputusan yang diambilnya serta tidak percaya akan potensi dan segala kemungkinan dari dirinya atau al iman bi dzatihi, maka hilanglah seluruh sumber potensi dirinya. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.46 Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut. Seseorang merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia 44
Dale Carnegie, Bagaimana meningkatkan kepercayaan Diri dan Mempengaruhi Orang, (Mitra Media, 2008), 109. 45 Izzatul Jannah, 10 46 http://ogrg.lib.ltb.ac.id, diakses 16 Februari 2008
26
bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. 2. Karakteristik Self Confidence Ada beberapa karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri diantaranya 1. Percaya
akan
kompetensi
atau
kemampuan
diri,
dan
tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, dan penerimaan. 2. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain 3. Mempunyai pengendalian diri yang baik 4. Mempunyai cara pandang yang positif.47 5. Berani tampil beda tentunya dalam hal yang positif dan tidak hanya asal beda, percaya diri tetaplah sesuatu yang dilandasi oleh keimanan dan pemahaman terhadap syari’at. Jika tidak syar’i maka percaya diri justru menjadi penyakit. Kepercayaan diri tumbuh ketika seorang merasa tentram, nyaman, dan tidak takut. Keyakinan tumbuh pada akar keimanan 6. Berani menerima tantangan berarti berani belajar menerima hal yang baru. 7. Asertif, yang berarti tegas dan ia mempunyai pendapat, serta ia berani berkata tidak, dan ia tahu kapan saat untuk berkata ia dan kapan berkata tidak.48 47
Ibid., 3
27
8. Mandiri, seseorang yang percaya adalah seorang yang mandiri, ia percaya pada kemampuan dan kekuatn dirinya dalam mengatasi permasalahn. Dalam konteks keimanan, ia lebih sering bergantung hanya pada Allah dan kurang bergantung kepada yang lain, selain Allah. 3. Upaya membangun Self Confidence Kepercayaan merupakan jalan menuju kesuksesan dalam hidup. Jatuh di bawah tekanan perasaan negatif, bimbang, tidak yakin dengan kemampuan yang ada adalah awal dari kegagalan. Banyak energi terbuang sia-sia karena orang
tidak
memahami
kemampuan
yang
dimiliki.
Jika
mereka
menggunakannya dengan baik maka dengan kemampuan itu mereka pasti dapat melakukan banyak hal. a. Tentukan tanpa ada unsur berlebih-lebihan, terutama dalam pemikiran dan sifat negatif. b. Pilihlah setiap ide atau sifat secara tepat c. Pikirlah secara logis analistik yang mengarah kepada pemahaman, yaitu dengan mengetahui sebab-sebab dan hakikatnya, apakah itu kenyataan yang benar-benar nyata ataukah hanya angan-angan dan khayalan saja d. Usahakanlah salalu agar pikiran dalam keadaan jernih dan jauh dari gangguan, bersikap positif dalam hidup.49
48 49
Izzatul Jannah, 23-24 Awadh Al-Qarny, Meta Morfoself, (Surakarta: Aulia Press Solo 2007), 80-81.
28
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada setiap individu: evaluasi diri secara obyektif, yaitu belajar menilai diri secara jujur dan obyektif, memberi penghargaan yang jujur terhadap diri, sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang dimiliki, karena semua itu diperoleh melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri.50 Menurut Ahmadi Sofyan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam membangkitkan kepercayaan diri, ialah mengintensifkan perilaku ibadah, optimis akan mencapai kesuksesan, tidak takut memulai (mencoba) sesuatu yang diyakini akan menghasilkan sesuatu yang positif, yakin bahwa tuhan tidak akan merubah hamba-Nya kecuali hamba-Nya berusaha untuk melakukan perubahan terlebih dahulu.51 Allah berfirman:
ْQRِ ِ ُ jْ E_ِ EYَ وْاhُ S َ cُ nXH | َ ْ ٍمBZَ _ِ EYَ hُ S َ cُ > َ ] َ نا H ِإ Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.52 4. Pengertian Kesehatan Mental
50
http://ogrg.lib.ltb.ac.id, diakses 16 Februari 2008 Ahmadi Sofyan, 27. 52 Al-Qur’an 13:11 51
29
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang pesat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas berbagai permasalahan yang melingkupinya, pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa indonesia, khususnya yang berkaitan dengan krisis yang menyusup dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik, sosial ekonomi, maupun budaya, serta berbagai kerusuhan etnis di berbagai pelosok negeri.53 Ada beberapa pengertian kesehatan mental di antaranya: 1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosisi) 2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 3. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).54 5. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
53 54
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), 142 Ibid., 142-143
30
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri, prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakina diri dan kepercayaan pada diri sendiri. 2. Keterpaduan antara Integritas Diri, yang dimaksud keterpaduan di sini adalah adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres. 3. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal. Kecakapan dalam hidupnya merupakan dasar bagi kesehatan mental yang baik. 4. Berminat dalam tugas dan pekerjaan 5. Pengawasan diri 6. Rasa benar dan bertanggung jawab.55 C. Peranan Muhadharah Dalam Meningkatkan Self Confidence 1. Tahap Persiapan Muhadharah Di kalangan ahli pidato, penceramah, orang atau orator terdapat sebuah pameo yang menjadi sebuah pegangan yang sangat bagus dalam mengukur keberhasilan sebuah aktifitas berpidato yang di lakukan. Berpidato untuk kepentingan apapun, dalam peran apapun, dan saat apapun. Pegangan tersebut berbunyi sebagai berikut: “Qui ascendit sine labore, descendit sine bonore” artinya: “Siapa yang naik tanpa kerja, akan turun tanpa kehormatan” 55
Ibid., 145-147.
31
Dalam hubungan dengan proses pidato yang dilakukan oleh seorang orator adalah berpidato tanpa melakukan persiapan, akan mengalami kegagalan yang berarti kehormatannya akan jatuh. Kegagalan sebagai akibat dari beberapa faktor, termasuk permasalahan kecemasan diri. Karenanya, sebelum berpidato para orator harus melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan merupakan
kunci sukses berpidato, utamanya untuk
membangun rasa percaya diri, melenyapkan “demam panggung”, memuaskan audience,
dan
mendapatkan
kepuasan
pribadi
karena
mampu
mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik. Ada beberapa tahap yang perlu dipersiapkan sebagai berikut: 1.
Sebelum berbicara adalah menentukan tujuan pembicaraan. Dengan itu, kita bisa menyampaikan pidato sesuai dengan misi dan visi kita berpidato.
2. Pengenalan audience ini penting untuk menentukan gaya bahasa dan tehnik penyampaian agar pembicaraan mudah dimengerti. Dalam hal ini ada beberapa hal
yang perlu di kenali dari audience,
yaitu:
karakteristiknya, tingkat pendidikan, usia, golongan atau kelompok sosial dan latar belakang sosial budayanya, perasaan, harapan, kepentingan dan keinginan mereka. Apa yang mereka inginkan untuk dibicarakan.
32
3. Topik yang menarik bagi audience, apabila kita mengetahui apa yang audience inginkan dan sukai, bagaimana keadaan audience, maka audience akan lebih tertarik terhadap apa yang kita kataakan. 56 4. Siapkan tujuan utama sebelum menulis ataupun menyampaikan pidato tersebut. Tujuan persiapan ini adalah untuk mendapatkan hasil maksimal dari audience Persiapan yang maksimal akan menghasilkan pidato yang tidak saja baik, tetapi juga berpengaruh terhadap pendengar. Pendengar mendapatkan sesuatu yang belum diketahuinya sebelumnya.57 2. Konsep Peningkatan Self Confidence Ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan percaya diri, sebagaimana berikut: 1. Self
concept
adalah
bagaimana seseorang
menyimpulkan
secara
keseluruhan, bagaimana ia melihat potret diri secara keseluruhan, mengkonsepsikan diri secara keseluruhan. 2. Self esteem adalah sejauh mana individu memandang positif terhadap dirinya, sejauh mana ia merasa bernilai atau berharga bagi dirinya sendiri, sejauh mana ia meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam dirinya sendiri. 3. Self efficacy adalah sejauh mana individu mempunyai keyakinan terhadap kapasitas yang dimiliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani
56 57
Yunus Hanis Syam, 41-45. http://dwplondonmedia. Blogsome. Com.
33
persoalan dengan hasil yang baik (to succeed). Ini yang disebut dengan general self efficacy. 4. Self confidence adalah sejauh mana individu mempunyai keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan individu tersebut bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self efficacy. Berdasarkan empat istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah efek dari bagaimana individu merasa, meyakini, dan mengetahui. Orang yang mempunyai kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri berarti memiliki perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, memiliki keyakinan yang lemah terhadap kemampuan dirinya dan mempunyai pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya.58 Berbagai studi dan pengalaman menjelaskan bahwa kepercayaan diri seseorang terkait dengan dua hal yang paling mendasar dalam praktik hidup sehari-hari. Pertama, kepercayaan diri terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya meraih sesuatu (prestasi atau performansi), seperti dikatakan Mark Twin bahwa, apa yang dibutuh kan oleh individu untuk berprestasi adalah memiliki komitmen yang utuh dan rasa percaya diri. Kedua, kepercayaan diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah yang menghambat perjuangannya. Mengutip perkataan Mohammad Ali,
58
http://dennyhenrat wordpress.com..
34
“satu-satunya yang membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan diri.59 Dalam peningkatan kepercayaan diri tidak bisa dipisahkan dengan perannya motivasi dalam diri individu, karena tanpa motivasi dan tujuan tertentu kemungkinan rasa percaya diri individu belum dapat terwujud. Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara istilah “motivasi” adalah “sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak”. Secara umum motivasi itu semangat, spirit, atau sesuatu yang membuat orang mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.60 Pengertian lain menyebutkan bahwa motivasi adalah ‘alasan’. Mungkin alasan bergerak atau hal-hal yang menjadi pusat perhatian seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Motivasi merupakan ‘api’ yang akan membakar diri kita agar bersemangat.
Ada 3 jenis motivasi orang melakukan sesuatu, diantaranya: 1. Fear motivation (motivasi atas dasar kekuatan). Orang melakukan sesuatu karena takut jika tidak melakukan sesuatu itu, maka yang tidak diinginkan akan terjadi
59 60
Ibid., 2. Prembayun Miji Lestari, Get Big Spirit, (Klaten: Inas Media, 2007), 89.
35
2. Achievment motivation (motivasi ingin mencapai sesuatu). Seseorang melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. 3. Inner motivation (motivasi yang didorong kekuatan dari dalam). Ini didasarkan values atau keyakinan. Orang ini bekerja bukan sekedar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi), tetapi lebih pada proses belajar dan proses yang harus dilalui untuk mencapai misi hidup. Motivasi jenis inilah yang kita milki. Kita melakukan aktivitas berdasarkan keyakinan dan kesadaran diri bahwa apa yang kita lakukan bertujuan baik.61
.
61
Ibid.,90.
36
BAB III PERANAN MUHADHARAH DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE A. Gambaran Umum Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Pesantren putri Al-Mawaddah merupakan lembaga pendidikan islam yang berbentuk pesantren khusus mendidik remaja putri. Pesantren ini didirikan oleh nenenda Nyai Hj.sutichah sahal dengan nama lengkap “ Ma’hadul Mawaddah al-salamy Lilbanaat”. Sebagai realisasi dari pada amanat salah satu pendiri Pondok Modern Gontor almarhum KH. Ahmad Sahal, yang kemudian diteruskan oleh nenenda Nyai HJ.Sutichah Sahal bersama putra-putri beliau. Semasa hidupnya beliau bercita-cita mendirikan pesantren putri
yang
merupakan kelengkapan dari Pondok Modern Gontor yang khusus mendidik santri putra saja. Mulanya pesantren Putri Al-mawaddah akan didirikan di desa Nglumpang Mlarak Ponorogo. Dengan alasan selain famili keluarga dan tanah di sana cukup banyak dan luas serta dekat dengan Pondok Modern Gontor. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan antara jarak santri putra dan santri putri terlalu dekat sehingga diletakkan di desa Coper Jetis Ponorogo. Selain itu transportasi sekarang adalah mudah, lain dengan zaman dahulu yang mesti jalam kaki yang membutuhkan waktu lama. Adapun Pesantren Putri Al-mawaddah berdiri pada tanggal 09
37
dzulqo’dah 1409/ 13 juni 1989 dengan diresmikan oleh bapak Drs.H. Abdurrahman Aziz Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Ponorogo, Pada tanggal 21 oktober 1989.62 Pada dekade pertama berdirinya Pondok Modern Gontor pada tahun 1926. santrinya terdiri dari putra dan putri yang berasal dari daerah sekitar dan diasuh bersama dalam satu sekolah yang diberi nama Tarbiyatul Athfal (TA). Kemudian pada tahun 1936 didirikan kuliyatul Mu’alimin Al-Islamyah (KMI) sebagai lanjutan dari TA. KMI berdiri setelah KH.Imam Zarkasyi dari padang dalam rangka menuntu ilmu. Salah satu guru beliau adalah Prof.Dr, Mahmud Yunus. Pada tahun pertama berdirinya KMI ini santrinya terdiri dari putra dan putri bahkan sempat meluluskan alumni, namun setelah Pondok Modern Gontor semakin dikenal masyarakat secara luas, dan santrinya terus semakin bertambah yang bukan dari ponorogo dan sekitarnya, tetapi juga dari luar daerah bahkan dari luar jawa. Maka KMI tidak lagi menerima santri putri. Bersama dengan pengelolaan TA diserahkan kepada alumni KMI yang berasal dari daerah sekitar Gontor. Namun meski KMI tidak lagi menerima santri putri, tetapi cita-cita untuk memajukan pendidikan wanita ini tidak lepas dari fikiran KH. Ahmad Sahal. Pondok Putri harus tetap berdiri akan tetapi tempatnya tidak di Gontor. Oleh sebab itu sewaktu beliau membeli tanah di Desa coper yang menurutnya 62
Lihat Lampiran Dokumentasi Nomor: 01/D/F-1/29.II/2008 dalam lampiran laporan penelitian.
38
jaraknya tidak terlalu dekat dengan pondok putra dan dikhususkan untuk santri putri. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, kemudian KH.Ahmad Sahal mengirimkan putra putrinya ke Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta, karena ketika itu belum ada sekolah putri yang baik dan maju selain di Yogyakarta. Namun sebelum cita-cita beliau itu terwujud sangat disayangkan beliau telah dipanggil Allah SWT. (tanggal 19 April 1977). Dengan demikian seolah-olah cita-cita itu ikut terkubur walaupun seolah-olah putra putrinya melupakan citacita ayahnya, namun bagi nenenda Nyai Hj.Sutichah Sahal sebagai istri beliau selalu mengingatkan putra putri beliau tentang wasiat tersebut. Pada tahun 1989 Almarhum KH.Ahmad Sahal sudah genap 12 tahun meniggal. Namun cita-cita tersebut belum terwujud. Hal ini sangat merisaukan hati ibu Sutichah Sahal, yang usianya semakin tua itu. Dengan nada putus asa dihadapan putra putrinya beliau mengatakan: “ hoalah (Ya Allah) Apakah pondok coper berdiri setelah saya mati ya !”. Rupanya kata-kata beliau itu menggugah putra putri beliau untuk mempercepat proses kelahiran pondok putri yang dicita-citakan ayahnya. Sehingga tahun itu juga (1989) dimulailah penggalian pondasi bangunan pesantren. Setelah mulai proses yang panjang akhirnya ditetapkan namanya “ Pesantern Putri Al-Mawaddah”. Dalam memberikan nama lengkap ini menggunakan istilah “Pesantren” bukan Pondok. Karena pesantren secara
39
lughowi berarti tempat mondok sepintas kata itu sama, dan sering dijadikan semacam kata majmuk menjadi Pondok Pesantren. Tapi kalau dilihat dari asal usulnya
ternyata
ada
perbedaannya.
Dalam
sejarah
adanya
pondok
diterangkannya bahwa mula-mula ada kiai kemudian ada santri. Lamakelamaan santri bertambah banyak tidak lagi ditampung di rumah kiai, tetapi dibuatkan pondok sekitar rumah. Tetapi Pesantren Putri Al-Mawaddah tidak demikian. Bangunan diadakan lebih dahulu pagar disekitar di lengkapi, baru datang santri dan kiai bersamasama. Maka dalam menetapkan lembaga tersebut dengan menggunakan istilah “ Pesantren” saja. 2. Letak Geografis Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Pesantren putri Al-Mawaddh ini terletak di Desa Coper Kec. Jetis Kab. Ponorogo. Tepatnya arah utara dari Pacitan, arah barat dari Trenggalek, arah selatan dari Madiun, atau arah tenggara dari kota Ponorogo atau 6 KM dari Pondok Modern Gontor Ponorogo. Letak tersebut sangat strategis sebagai ukuran pondok modern, sebab pesantren ini terletak disebuah desa yang tidak terlalu sepi atau terpencil dan tidak terlalu ramai oleh banyak rumah penduduk dan dekat dengan toko dan pasar kecil. Untuk bisa masuk ke pesantren ini bisa langsung dengan naik
40
angkodes dari terminal ponorogo atau naik ojek dari berbo. Sedangkan sarana penerangan sudah memakai PLN.63 Oleh karena itu, tampaknya tidak terlalu menyulitkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer atau skunder bagi para santriwati. Termasuk sarana komunikasi, informasi, dan transportasi. Sehingga tidak sedikit tamu yang datang untuk menengok putrinya untuk kepentingan atau keperluan lainnya. 3. Keadaan Sarana dan Prasarana Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo a. Keadaan Gedung Gedung pesantren putri Al-Mawaddah statusnya adalah milik pesantren itu sendiri. Di bawah yayasan Al-Arham yang dibangun atas biaya yayasan, SPP santriwati, dan sumbangan tidak terikat dari para dermawan (hasil observasi 2007). b. Keadaan Perpustakaan Adapun yang dimaksud keadaan perpustakaan disini adalah keadaan buku-buku yang ada di perpustakaan Pesantren Putri Al-Mawaddah, yang dapat menunjang keberhasilan santriwati dalam belajar. Secara bertahap perpustakaan Pesantren Putri Al-Mawaddah terus melengkapi koleksi dan inventarisasi berbagai macam buku yang dibutuhkan oleh santriwati. Di antara koleksi dan 63
penelitian.
Lihat Lampiran Dokumentasi nomor: 02/D/F-2/29.II/2008 dalam lampiran laporan hasil
41
inventarisasi buku-buku yang ada di perpustakaan dalam kitab-kitab induk seperti: kitab-kitab aqidah, tafsir, hadist, fiqih, dsb. Sedangkan buku-buku bacaan islami seperti : majalah-majalah berbahasa inggris, bahasa arab, dan bahasa indonesia, buku-buku penunjang pelajaran umum, khususnya SLTP dan SLTA c. Komputer Pesantren
Putri Al-Mawaddah adalah sebagai pesantren modern dan
tidak ingin tertinggal dengan pesantren-pesantren yang lain, meskipun Pesantren Putri Al-Mawaddah tergolong pesantren yang usianya masih muda, namun dalam hal perkembangan teknologi cepat mengikuti. Laboratorium komputer inilah merupakan salah satu upaya Pesantren Putri Al-Mawaddah dalam membekali santriwatinya dengan teknologi di samping ilmu pegetahuan sabagai bidangnya.64 Program komputer Pesantren Putri Al-Mawaddah ini telah di mulai sejak tahun 1993 yang merupakan salah satu program kegiatan ekstrkurikuler wajib bagi santriwati kelas IV, V, dan VI program komputer ini di mulai tepatnya 18 juni 1993 sebanyak 5 unit komputer dan 1 unit komputer arabik, dan 2 buah untuk keperluan kesekretariatan dan administrasi sehingga untuk kegiatan kursus komputer 25 unit komputer. (Pengelola Laboratorium Terpadu Pesantren
64
penelitian.
Lihat Lampiran Dokumentasi nomor: 03/D/F-3/29.II/2008 dalam lampiran laporan hasil
42
Putri Al-Mawaddah). Dan saat ini telah mendapatkan bantuan dari Departemen Agama sebanyak 40 unit, sehingga dalam sekali praktek telah mencukupi jumlah anak. 4. Struktur Organisasi Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis AlMawaddah STRUKTUR ORGANISASI PESANTREN PUTRI AL-MAWADDAH COPER JETIS PONOROGO
Yayasan Al-Arham
Direktur
Pengasuh
Wali Kelas
Dewan Guru
Ketua kelas
OSWAH
Seluruh santriwati
Dalam struktur organisasi Pesantren Putri Al-Mawaddah kekuasaan tertinggi berada pada yayasan, pengasuh menangani masalah keasramaan dan
43
pengasuhan atau penasehat umum. Sedangkan direktur menangani masalahmasalah pengajaran.65 5. Keadaan Santriwati, Ustazd, dan Ustadzah Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo a. Keadaan Santriwati Pesantren putri Al-Mawaddah saat ini telah memasuki usia 18 tahun. Dalam usianya yang masih relative muda jumlah santriwatinya menunjukan peningkatan dan penurunan dan telah mendapatkan kemajuan. Mulai program pendidikan dan pengajarannya, sarana pembangunan aktifitas santriwati semua menunjukan grafik naik dan turun. Dan semua ini berusaha lebih berkualitas dan berkembang dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Semenjak pesantren putri Al-Mawaddah mendirikan cabang yaitu Pesantren Putri Al-Mawaddah II di blitar dan Pesantren Putri Al-Mawaddah III (SMPIT) di Seloaji Ponorogo, maka jumlah santriwati di Pesantren Putri AlMawaddah I menurun.66 b. Keadaan Ustadz dan Ustadzah Pendidik merupakan figur yang menjadi uswah hasanah dan diteladani anak didiknya.maka dari itu pendidik harus tampil sebagai pembimbing bagi santriwati dalam mengembangkan kreatifitas dan mendororng serta membantu 65
Lihat Lampiran Dokumentasi nomor: 04/D/F-4/01.III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
66
penelitian.
Lihat Lampiran Dokumentasi nomor: 05/D/F-5/2.III/2008 dalam lampiran laporan hasil
44
tercapainya tujuan pendidikan danpengajaran sehingga terdapat kesatuan lengkah dan tindakan yang tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna. Tenaga pengajar dan guru di Pesantren Putri Al-Mawaddah terdiri Asatidz (guru-guru putra yang sudah beristri) dan Ustadzat (guru-guru putri) dari berbagai macam lembaga pendidikan sesuai dengan jurusan atau faknya masing-masing, antara lain alumni dari : Pondok Modern Gontor, PP.Wali Songo, LIPIA, IAIN, IKIP, UNMUH, INSURI, UNEJ, Alumni Pesantren Putri Al-Mawaddah. Dari guru-guru tersebut sebagian di antaranya tinggal di dalam pesantren untuk membimbing, membina, mengarahkan, dan tempat bertanya para santriwati dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan sehari-hari. 6. Kegiatan Belajar Mengajar Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Al-Mawaddah a. Pendidikan dan Pengajaran Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Pada tahun ajaran 2007/2008 Al-Mawaddah sudah memasuki usianya ke-12. Dalam pasca satu dasa warsa Al-Mawaddah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajarannya dengan berbagai cara dan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditargetkan. Pendidikan di Pesantren Putri Al-Mawaddah bertedensi pada dua dimensi pendidikan dan kedua merupakan idealisme yang mentargetkan lulusan Al-Mawaddah sejajar dengan Alumni
45
Pondok Modern Gontor, karena bentuk pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Gontor merupakan ide dasarnya. Pendidkan di Pesantren Putri Al-Mawaddah adalah pendidikan yang bernafaskan pesantren dan memberikan kesempatan kepada santriwati untuk mengikuti ujian persamaan MTs/MA. Sedangkan penerapan sistem pendidikan pada lembaga pendidika pesantren tersebut sebgai berikut : 1. Sistem pengajaran setingkat dengan SMP/SMA atau Tsanawiyah /Aliyah sedangkan kurikulum diambil dari perpaduan antara pondok modern dengan MTs/MA, termasuk kitab-kitab atau buku-buku paket yang dipakai, juga memberi kesempatan untuk mengikuti ujian negara. 2. Masa pendidikan bagi tamatan SD/MI yang sederajat dengan selama 6 tahun (dinamakan kelas biasa), sedangkan bagi tamatan SMP/MTs yang sederajat selam 4 tahun (dinamakan kelas pintas). Santriwati yang belajar di Pesantren Putri Al-Mawaddah sampai kelas VI akan mendapatkan 2 ijazah yaitu ijazah MAN dan ijazah bagi santriwati yang dari MTs dan SLTP, sedangkan santriwati yang berasal dari pendidikan formal SD/MI akan mendapatkan 3 ijazah yaitu ijazah MTsn, MAN, dan ijazah pesantren. Lembaga pendidikan juga membina kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler untuk menampung dan menyalurkan bakat dan minat santriwati
46
b. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Pesantren putri Al-Mawaddah Pesantren Putri Al-Mawaddah adalah lembaga pendidikan islam yang bertujuan membentuk santriwatinya menjadi al-Mar’ah as-Sholiha yang bebudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berfikiran bebas dan berbakti kepada masyarakat untuk mencapai kesejahtraan lahir dan batin di dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kepada santriwati ditanamkan sikap keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kebebasan dan ukhuwah islamiyah, selain itu kepada santriwati diberikan berbagai macam ketrampilan khususnya tentang keputrian. “Ikhlas”
berarti bersih atau tidak bercampur, Maksudnya adalah
bersihnya sesuatu pekerjaan dari kontaminasi motif-motif yang selain kepada Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin mendapatkan nama harum ataupun motif lain. Dalam kehidupan sosial edukatif Pesantren Putri Al-Mawaddah, yang pada umumnya mengabdikan diri demi kepentingan umat tanpa ada tendensi lain kecuali pengajaran dan ridho Allah semata. Kesederhanaan berarti memilih santriwati untuk hidup sederhana, tidak berlebihan dalam menggunakan atau memakai sesuatu seperti pakaian dan perhiasan. Kemandirian berarti kesanggupan untuk menolong diri sendiri, berusaha untuk dapat beridiri di atas kaki sendiri dengan tanpa menggantungkan kepada orang lain untuk mencukupi kebutuhannya sendiri
47
seperti mencuci pakaian, mengambil nasi, membersihkan kamar yang merupakan gemblengan mental yang bagus agar santriwati nantinya dapat mengurusi kebutuhannyasendiri tanpa harus memintak bantuan kepada pihak lain. Kebebasan, yang dimaksud bebas adalah kebebasan berbuat, kebebasan dalam menentukan masa depan, kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri serta kekbebasan berpendapat. Ukhuwah
Islamiyah
merupakan
persaudaraan
Islam,
yakni
persaudaraan yang diikat oleh nilai-nilai luhur ajaran islam. Dalam kehidupan di Pesantren Putri Al-Mawaddah, santriwati dididik agar memiliki rasa persaudaraan sesama muslim. Juga rasa persaudaraan antara santriwati dengan ustadz dan ustazdah, antara ustadz dan ustadzah. Dengan demikian hubungan hubungan antar unsur dalam pesantren dapat berkomunikasi secara terbuka sehingga kehidupan antara mereka diliputi oleh suasana kebersamaan dan kekeluargaan. c. Kurikulum Pengajaran di Pesantren Putri Al-Mawaddah Kurikulum di Pesantren Putri Al-Mawaddah perpaduan antara Pondok Modern Gontor dan kurikulum MTs/MAN maka team kurikulum di Pesantren Putri Al-Mawaddah selalu berusaha merampingkan kedua kurikulum tersebut dengan tujuan mencari efisiensi dan relevansi tujuan pendidikan dan pengajaran di Pesantren Putri Al-Mawaddah, yakni : mempersiapkan kaderkader muslimah yang berkualitas dalam pembentukan al-mar’atus sholiha dan
48
berbudi tinggi (moral being), berbadan sehat (phisical being), berpengetahuan luas (intelektual being), berpikiran bebas (social being), berjiwa ikhlas (religious being), serta tetap berpegang teguh pada kodrat kewanitaannya.67 Maka mata pelajaran yang diberikan secara keseluruhan adalah: 1. Program Umum Tauhid, Adyan, Al-Qur’an, Tafsir, Tarjamah, Faroid, Bidayah, Bahasa Indonesia, PPKN, dan Geografi. 2. Program Penunjang Bahasa Arab, Nahwu, Shorof, Balaghoh, Muthola’ah, Mahfudzot, Insya’, Imla’, Khot, Bahasa Inggri, Grammar, Compotition, Sejarah Indonesia, Sosiologi, Ekonomi, Kesenian, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi. 3. Progam Khusus Tarikh Islam, Sejarah Peradaban islam Agar
pelaksanaan
kurikulum
tersebut
berjalan
dengan
lancar,maka perlu diadakan evaluasi terhadap semua guru dalam setiap proses belajar mengajar.
67
penelitian.
Lihat Lampiran Dokumentasi nomor: 06/D/F-6/2.III/2008 dalam lampiran laporan hasil
49
B. Temuan Penelitian Tentang Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo 1. Latar Belakang Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Dari hasil wawancara dengan Pengasuh Pesantren Putri Al-Mawaddah Dra. Hj.Siti Aminah Sahal, M.Ag mengenai latar belakang muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah, sebagaimana data berikut: Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah, telah dicetuskan dan dilaksanakan sejak Al-Mawaddah berdiri pada tahun 1979, muhadlarah yang maksudnya latihan berpidato atau retorika. Seperti diketahui, bahwa pondok ini dikenal dengan bahasa Arab dan Inggrisnya. Sebenarnya ada tiga bahasa resmi yaitu: ada Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Indonesia. Dalam melatih santriwati tiga bahasa tersebut, mereka dilatih berbicara dan mendengarkan terutama dalam bahasa arab dan bahasa inggris. Maka, dengan muhadharahlah diharapkan sebagai 68 wahana yang dapat berperan dalam melatih dan membina mental santriwati.
Dalam melatih kemampuan menggunakan bahasa asing, santriwati diarahkan untuk sering melafalkan dan mendengarkan baik itu berbentuk kalimat ataupun kosakata, terutama dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, sebagaimana latar belakang muhadharah yang diungkapkan juga oleh Direktur Pesantren Putri Al-Mawaddah H. Ustuchori, MA. Sebagai data berikut: Muhadharah merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan di Pesantren Putri AlMawaddah, muhadharah telah dicetuskan sejak Al-Mawaddah berdiri pada tahun 1979, adapun kegiatan ini lebih tepat diberi nama khitabah, yang maksudnya latihan berpidato atau retorika. Seperti diketahui, bahwa pondok ini dikenal dengan Bahasa Arab dan Inggrisnya. Sebenaranya ada tiga bahasa resmi yaitu ada Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Indonesia. Dalam melatih santriwati tiga bahasa tersebut, mereka dilatih berbicara dan mendengarkan terutama dalam bahasa arab dan bahasa inggris. Sebab belajar bahasa asing itu kuncinya ada dua yaitu lidah 69 harus sering mengucap dan telinga harus sering mendengar. 68
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/1-W/F-1/03-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
69
penelitian.
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 02/2-W/F-1/03-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
50
Karena itulah santriwati disini dilatih dengan muhadharah tersebut, yang pelaksanaannya tiga kali dalam satu minggu. Jadi masing masing bahasa sekali dalam satu minggu. Santriwati dilatih secara bergantian ada yang jadi pengurus,pembicara, protokoler, serta audien dan seterusnya dan masingmasing akan mendapat giliran terhadap tugas-tugas tersebut.Disamping untuk melancarkan bahasa asing, hal itu juga dimaksudkan melatih keberanian anak untuk berbicaraa di depan publik, menguatkan mental, meningkatkan daya kritis anak, dan menghidupkan suasana berkompetitif di antara mereka, jadi bisa juga dikatakan bahwa kegiatan muhadharah merupakan suatu pola peningkatan (self confidence) kepercayaan diri santriwati.70 2. Bentuk-Bentuk Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Adapun untuk mengetahui bentuk-bentuk muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah, peneliti melakukan wawancara dan observasi secara lansung kepada pembimbing dan observasi terhadap kegiatan pelaksanaannya muhadharah, sebagaimana data berikut: Berdasarkan kelompok yang terdiri dari beberapa tingkatan diantaranya: a. Pertingkatan kelas b. Setiap masing-masing konsulat ( Asal Daerah) c. Campuran antara kelas 1-IV d. Bersama (di tempat tertentu seperti di Masjid, Aula) e. Per asrama atau rayon santriwati.71 70 71
penelitian.
Ibid., Lihat Transkip Wawancara Nomor: 03/3-W/F-2/04-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
51
Hal tersebut diungkapkan juga oleh Suslaili selaku pembimbing muhadharah, sebagaimana data berikut: 1. 2. 3.
Dengan metode berdiskusi, yang mana santriwati tidak monoton berpidato selamanya, akan tetapi sekali waktu diadakan forum diskusi tentang manfaat, tujuan, atau isi dari muhadharah Dengan pelatihan, setiap perantian pengurus/fasilitator dari muhadharah, mengenai contoh yang benar atau tata cara berpidato yang baik dan benar. Dengan berbagai perlombaan yang berkaitan dengan pidato maupun tentang kiat sukses berada di di depan publik.72
Dalam pelaksanaannya muhadharah ini tiga kali dalam satu minggu dan menggunakan bahasa yang bervariasi. Sebagaimana data berikut: Tabel 3.1 JADWAL MUHADHARAH No
Hari
Bahasa Pidato
Selasa
Bahasa Arab
Kamis
Bahsa Inggris
Sabtu
Bahasa Indonesia
1 2 3
Jadi masing masing bahasa sekali dalam satu minggu.73 Santriwati dilatih secara bergantian ada yang jadi pembicara atau pengurus, protokoler, pendengar dan seterusnya dan masing-masing akan mendapat giliran terhadap tugas-tugas tersebut.74
72
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 04/4-W/F-2/04-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 73 Lihat Transkip Dokumentasi Nomor01/D/F-1/08-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 74
Lihat Transkip Observasi Nomor: 01/O/F-1/01-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
52
Strategi pelaksanaan muhadharah memperlihatkan keteraturan atau ketertiban santriwati, dimana seorang protokoler sebagai pemandu atas berlangsungnya kegiatan muhadharah, sehingga terlihat jelas pengelolaan dan penyampaian dalam acara muhadharah tidak mengalami kerincuhan, yang pada akhirnya membuat santriwati (peserta) menjadi pasif dan penguasaan mereka kurang. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat muhadharah di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Jetis Ponorogo Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat muhadharah ini, tidak lepas dari perannya pengurus muhadharah, pengurus muhadharah adalah lembaga dalam naungan bagian pengajaran dan bagian penggerak bahasa yang bertugas memberikan bimbingan dalam berbahasa dan berpidato, peneliti memperoleh data dari pengurus muhadharah secara langsung, sebagaimana berikut: Dari segi pendukung diantaranya: 1. Muhadharah merupakan ekstrakurikuler wajib di Pesantren Putri Al-Mawaddah 2. Dukungan dari pimpinan untuk peningkatan bahasa baik arab maupun inggris 3. Antusias para santriwati untuk menjadi muballighoh sejati Adapun faktor penghambatnya 1. Kemampuan berbahasa para anggota yang masih minim terutama kelas 1 2. Mudabbiroh firqoh yang kurang dapat membawa anggota untuk lebih semangat.75
Faktor pendukung muhadharah ini semangat dan antusiasnya santriwati untuk menjadi seorang muballigoh, serta dukungan dari pimpinan atas
75
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 05/5-W/F-3/05-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
peningkatan bahasa asing santriwati. Adapun dari faktor penghambatnya ialah kurangnya pengusaan santriwati terhadap kosa kata dalam Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris. Hal serupa juga diungkapkan oleh Sari Prasetyowati, sebagaimana data berikut: Di antara faktor pedukungnya: Secara keseluruhan yaitu keaktifan anggota dan pengurus dalam penyelenggaraan kegiatan ini, adanya kekompakan sesama pengurus dalam me-menage waktu. Kesemangatan merupakan hal terpenting untuk berjalannya muhadharah Adapun faktor penghambatnya: Kurangnya keberanian ataupun percaya diri pada santriwati dalam menyampaikan pidato. Kurangnya kesadaran bahwa muhadharah ini merupakan hal sangat penting bagi diri individu untuk bersosialisasi menghadapi kehidupan di masyarakat nanti.76
Keaktifan dan kekompakan antara pengurus muhadharah dan anggota sangat mendukung terlaksananya muhadharah ini. Adapun keberanian anggota yang mendominasi kesemangatan anggota dalam berpidato. Diungkapkan oleh Faizatul Mukarromah, sebagaimana data berikut: Di antara faktor pedukungnya: 1. Kerjasama pengurus yang baik untuk mengurusi muhadharah 2. Keaktifan pengurus dalam membimbing anggota Adapun faktor penghambatnya: 1. Ketrampilan bahasa yang minim sehingga angota sulit dalam menyampaikan pidato 2. Kuranggnya keberanian77
Kerjasama yang baik antar pengurus dapat mendorong ketertiban dalam ber-muhadharah. Di mana di sini pengurus muhadharah berfungsi
76
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 06/6-W/F-3/05-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 77 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 07/7-W/F-3/05-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
54
membina kecakapan mental untuk mencetak kader-kader islami yang berkualitas dan menegakkan syari’at Islam. Hal serupa juga diungkapakan oleh Ismayati, sabagaimana data berikut: Di antara faktor pedukungnya: 1. Dorongan dari ustadzah pembimbing 2. Kerjasama yang baik antar sesama anggota muhadharah 3. Keaktifan pengurus dalam membimbing anggota Adapun faktor penghambatnya: 1. Kurangnya kesadaran dari semua pihak baik dari ustadzah, pengurus, dan anggota.78
Kerjasama dan dukungan dari masing-masing pihak baik dari Pimpinan atau Pengasuh, Direktur maupun Pengurus Muhadharah serta peran Anggota dapat meningkatkan ketertiban dalam bermuhadharah. 4. Makna Muhadharah Dalam Meningkatkan Self Confidence Santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Dari hasil wawancara dengan pembimbing muhadharah mengenai makna muhadharah dalam meningkatkan self confidence santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah, diperoleh data sebagai berikut: Muhadharah berasal dari bahasa arab yang artinya pidato atau kuliah. Dalam hal ini diartikan pidato sebagai latihan bagi santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah. Muhadharah merupakan salah satu unsur pendidikan karena santriwati dilatih untuk berbicara di depan publik atau umum, yang mana ini melatih mental dan juga kemampuan berbahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, disinilah santriwati dituntut untuk mampu menghadapi orang banyak yang harus dibekali rasa percaya diri. Diharapkan dari muhadharah ini akan lahir orator-orator yang handal dan tampil penuh potensi dan percaya diri.79
78
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 08/8-W/F-3/05-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 79 Lihat Transkip Wawancara Nomor: 09/9-W/F-4/06-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
55
Muhadharah ini mempunyai makna penting terhadap pendidikan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik santriwati. Karena dalam muhadharah santriwati selalu dilatih dan dibiasakan untuk berani dan percaya diri dengaan berbekal ilmu pengetahuan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Sa’adah Daroin, sebagaimana data berikut: Dengan kegiatan muhadharah yang ada di Pesantren Putri Al-Mawaddah ini rasa percaya diri saya meningkat, karena dengan muhadharah ini saya merasa harus tampil berani dan kuat mental dalam menghadapi orang banyak atau tampil di muka umum, secara otomatis rasa percaya diri saya dari hari ke hari meningkat. Dan muhadharah ini juga merupakan ajang kecil untuk berdakwah.80
Muhadharah berperan sekali bagi santriwati dalam meningkatkan rasa percaya diri dengan tujuan menggali potensi yang ada, meningkatkan rasa percaya diri pada masing-masing individu. Diungkapkan juga oleh Choliatus Sa’adah, sebagaimana data berikut: Kepercayaan diri saya meningkat dari pada yang sebelumnya, karena saya sudah berniat dari awal akan berusaha meningkatkan rasa percaya diri saya dalam kegiatan muhadharah atau pidato ini, karena percaya diri ini merupakan motto hidup, bahkan semua orang harus memiliki rasa percaya diri, tanpa rasa percaya diri potensi yang kita miliki tidak mungkin bisa 81 diaktualisasikan.
Percaya diri merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, melalui muhadharah kesempatan paling baik untuk meningkatkan rasa percaya
80
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 10/10-W/F-4/06-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 81
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 11/11-W/F-4/06-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
56
diri karena dalam hal santriwatidi tuntut tampil dimuka umum dengan segenap rasa percaya diri. Sebagaimana diungkapkan juga oleh Fitra Yuzarni: Saya merasa dengan muhadharah ini rasa percaya diri semakin meningkat, saya dapat mengetahui potensi diri saya, sehingga lambat laun akan berkembang.82
82
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 12/12-W/F-4/06-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
57
BAB IV ANALISA DATA TENTANG PERANAN MUHADHARAH DALAM MENINGKATKAN SELF CONFIDENCE
1. Analisa Data Tentang Latar Belakang Muhadharah di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Jetis Ponorogo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Ponorogo, Penulis dapat menyimpulkan Latar Belakang Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah adalah sebagai berikut: Pokok paling penting dan utama dalam meningkatkan kemampuan dan kelancaran dalam berbahasa khususnya Bahasa Arab dan Bahasa Inggris adalah pembiasaan, Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 umat manusia, bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Dan karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta Muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan. Dalam aplikasinya terdapat beberapa keahlian dalam bahasa Arab, di antaranya yaitu keahlian berbicara Maharatul kalam dan keahlian mendengar Maharatul Istima’. Adapun Maharatul Kalam yang berarti lidah harus sering megucapkan atau melafalkan dan Maharotul Istima’ yang berarti telinga harus sering mendengarkan suatu kalimat-kalimat atau kosa kata yang berkaitan dengan
58
kedua bahasa tersebut agar kedua bahasa tersebut dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya suatu bentuk kegiatan yang dapat mengaplikasikannya. Untuk merealisasikan urgensi tujuan tersebut, maka muhadharah dicetus dan dilaksanakan sejak berdirinya Pesantren Putri Al-Mawaddah.83 Muhadharah atau pidato merupakan tehnik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat mempengaruhi komunikan sesuai dengan situasi dan kondisi komunikan tersebut. Menurut Luqman Hadinegoro, makna pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk di ucapkan di depan khalayak, dengan maksud agar para pendengar dari pidato tadi dapat memahami, mengetahui, menerima serta dapat diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan terhadap mereka, pidato juga merupakan seni berbicara di depan umum. Pidato merupakan suatu bentuk perbuatan berbicara dalam situasi tertentu dan dengan pendengar tertentu pula. Ada juga pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi secara lisan, oleh sebab itu unsur-unsur yang berupa intonasi (tempo, tekanan, dan panjang pendek ucapan), gerak gerik dan mimik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pidato. Di Pesantren Putri Al-Mawaddah muhadharah merupakan ekstrakurikuler yang diwajibkan bagi seluruh santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah. Dalam 83
penelitian.
Lihat Transkip Wawancara Nomor: 01/1-W/F-1/03-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
59
pelaksanaanya secara rutin tiga kali dalam satu minggu, dengan bahasa pidato yang bervariasi, dilaksanakan secara tertib dan sistematis dengan berbagai peraturan yang ada. Ada beberapa komponen yang penting dalam pelaksanaan muhadharah yakni: adanya pembimbing muhadharah, pengurus muhadharah, protokoler, orator, dan juga audien. Sesuai dengan makna pidato ialah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan umum. Adapun kegiatan muhadharah ini dimaksudkan melatih keberanian santriwati untuk berbicaraa di depan publik, menguatkan mental, mental berhubungan dengan kejiwaan seseorang; rohani, batin, dan mengenai pikiran. Dalam hal ini diharapkan
mental santriwati stabil sehingga memiliki
mental yang sehat, menurut Sururin, kesehatan mental dalam islam adalah ibadah dalam pengertian luas atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agamanya, untuk mendapatkan alnafs al-muthmainnah, (jiwa yang tenang dan bahagia). Firman Allah:
Jً SH ~ ِ ْhYَ Jً Sَ ~ ِ َرا ِ _ َرnَP ِ ِإ ِ ْ ِارJُ WHMِ Oَ ْ Oُ Pْ ا ُ ْ WH P اERَ Xُ cH َأEcَ Artinya: Hai jiwa dalam ketenangan kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang senang dan diridhai-Nya. Dikemukakan juga oleh Sutardjo A Wiramihardja, bahwa kesimpulan mengenai mental yang sehat ialah perilaku yang dilandasi oleh pemanfaatan potensi pikir yang efektif dan optimal serta siap digunakan, emosionalitas yang
60
stabil dan dewasa, motivasi atau kemauan yang terarah dan bersumber dari diri sendiri, sosiabilitas yang kokoh, persepsi yang realistis, dan makna serta nilai hidup terbaik yang dimilikinya. Dengan adanya kesehatan mental pada masing-masing individu sehingga individu dapat menyesuaikan diri baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, meningkatkan daya kritis santriwati. dan diharapkan dapat menghidupkan suasana berkompetitif di antara mereka. Firman Allah:
] ُ ااQُ Kُ _ِ ت ِ ْcَ ْاBjُ ْBKُ Gَ EYَ b َ cْ ت َأ ِ اhَ Sْ F َ Pْ ْا اBZُ ِ Xَ [ ْ EDَ ERَ Sْ P Bَ Yُ Bَ ُهJٌ Rَ ْ ِو Kُ Pِ َو ،Eً Sْ Oِ َ .hٍ cْ lِ aَ ٍ Sْ َ ُآnNَT َ ] َ نا H ِإ Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Di Pesantren Putri Al-Mawaddah suasana atau keadaan tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan bertahap. Demikianlah, seharusnya dalam proses peningkatan, bahwa setiap santriwati dikenalkan dengan tata cara atau pola yang tepat, diusahakan untuk memahami manfaat dan kegunaanya, dilaksanakan secara rutin, termasuk juga usaha melakukan pengawasan terhadap pelaksaan muhadharah tersebut. 2. Analisa Data Tentang Bentuk-Bentuk Muhadharah Di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Jetis Ponorogo Muhadharah merupakan kegiatan ekstrakurikuler wajib di Pesantren Putri Al-Mawaddah. Dalam pelaksanaannya di bagi dalam beberapa bentuk,
61
berdasarkan hasil wawancara yang Penulis lakukan bersama ustadzah pembimbing muhadharah Pesantren Putri Al-Mawaddah bahwa bentuk-bentuk muhadharah yakni meliputi : pembagian berdasarkan kelompok dan terbagi kedalam beberapa tingkatan. Di antaranya, pertingkatan kelas. Per konsulat (asal daerah), campuran antar kelas, per rayon atau asrama, dan ada juga muhadharah gabungan atau muhadharah akbar yang dilakukan secara bersama untuk seluruh santriwati. Dan di tempat yang tertentu, seperti, di masjid, dan di aula. Selain pembagian berdasarkan kelompok, ada juga pembagian melalui bentuk metode yakni, dengan metode berdiskusi, yang bertujuan agar santriwati tidak merasa bosan dan jenuh dalam penyampaian pidato, akan tetapi sekali waktu diadakan forum diskusi adapun diskusi tentang manfaat, tujuan dan isi dari muhadharah tersebut. Dengan metode pelatihan, setiap pergantian pengurus atau fasilitator muhadharah, dijelaskan beberapa pokok atau aspek penting mengenai cara yang benar dalam berpidato. Dan selanjutnya dengan metode perlombaan yang berkaitan dengan muhadharah dan dilangsungkan dengan peragaan teknik penyampaiannya. Tehnik atau cara bicara merupakan hal yang penting dalam berpidato, retorika berasal dari bahasa inggris rethoric yang artinya “ilmu bicara” dalam perkembangannya, retorika disebut sebagai seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Retorika merupakan ilmu yang mengajarkan orang tentang ketrampilan tentang menemukan sarana persuasif yang objektif dari suatu kasus, demikian juga retorika adalah mengajarkan tindak
62
dan usaha yang efektif dalam persiapan, penetaan dan penampilan tutur untuk membina saling pengertian dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan uraian di atas dan hasil wawancara yang Penulis lakukan dengan
Ustadzah
pembimbing muhadharah
bahwasannya
bentuk-bentuk
muhadharah yang ada di Pesantren Putri al-Mawaddah sangatlah progresif, dalam usahanya membangkitkan kesemangatan santriwati dengan tujuan agar dapat mengaktualisasikan potensi yang mereka miliki, potensi merupakan suatu kekuatan; kesanggupan; pengaruh; kemampuan dan daya serta kefungsian. Sehingga dapat terbentuklah pribadi yang profesional dari adanya pembagian muhadharah berdasarkan kelompok, diskusi, pelatihan, maupun perlombaan, semua bentuk diatas tidak menjadikan anak pasif ataupun statis melainkan dapat menjadikan santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah yang dinamis dan selalu bersifat fleksibel ketika adanya pergantian kelompok atau bentuk program muhadharah tersebut, dengan personal yang selalu berubah-ubah, namun eksistensi muhadharah berkembang sangat baik dan progresif. 3. Analisa Data Tentang Faktor Pendukung Dan Penghambat Muhadharah Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Pesantren Putri AlMawaddah Coper Ponorogo, Penulis dapat menyimpulkan faktor pendukung dan penghambat muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah adalah sebagai berikut:
63
Dari faktor pendukung Muhadharah ialah Muhadharah merupakan ekstrakurikuler wajib di Pesantren Putri Al-Mawaddah, dukungan dari pimpinan terhadap peningkatan bahasa yang ada di Pesantren Putri Al-Mawaddah, serta antusias para santriwati untuk menjadi seorang muballighoh, namun secara keseluruhan terdapat pada keaktifan dan kerjasama yang baik antar anggota dan pengurus muhadharah dalam penyelenggaraannya. Demikian dengan beragamnya tata tertib, sehingga angota dapat melaksanakannya secara efektif dan efisien. Pada dasarnya pengurus Muhadharah merupakan suatu lembaga dalam naungan bagian bahasa dan bagian pengajaran yang bertugas memberikan bimbingan dalam berbahasa dan berpidato, adapun fungsi utamanya membina kecakapan mental untuk mencetak kader-kader islami yang berkualitas dan diharapkan dapat menegakkan syari’at Islam mampu berdakwa atau mengajak serta menyeru, dakwah adalah aktivitas mengubah situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan ajaran islam menjadi situasi yang sesuai dengan kehidupan islam, dengan demikian yang diinginkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Perkembangan Islam yang sangat pesat hampir seluruh penjuru dunia tidak lain adalah karena adanya dakwah islamiah. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam adalah sebagai dakwah, yang senantiasa akan berkembang karena dikembangkan oleh para pengikutnya dengan keyakinan yang mendalam. Perkembangan dakwah tersebut, akan senantiasa berkesinambungan secara terus
64
menerus, karena kewajiban dakwah juga diyakini merupakan kewajiban bagi setiap umat islam, baik secara individu maupun kolektif.
Firman Allah:
َ ِ ِهXPَ اEِ_ ْQRُ Pْ lِ َ َوJِ Wَ َk َ Pْ اJِ َT ِ ْBOَ Pْ َو اJِ Oَ Kْ k ِ Pْ اEِ_ َ _ِ َر ِ Sْ ِ [ َ ْPَع ِا ُ ُْاد b ُ َ| ْأ .b َ cْ lِ Xَ Rْ Oُ Pْ اEِ_ Qُ NَT ْ َأBَ ِ َو ُهNِSْ ِ [ َ ْbT َ َ~ َ ْbOَ _ِ Qُ NَT ْ أBَ ن َر_ ُه َ ِا Artinya: serulah (semua manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia maha mengetahui terhadap orang-orang yang memeperoleh petunjuk. Adapun dilihat dari segi penghambatnya bahwa bahasa merupakan kendala utamanya, sesuai dengan latar belakang muhadharah karena diadakan muhadharah ini untuk meningkatkan bahasa baik Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris, sehingga muhadharah merupakan suatu kegiatan yang tepat untuk pengembangan dan peningkatan berbahasa bagi lembaga Pesantren Putri AlMawaddah. Adapun kendala yang lain minimnya rasa percaya diri santriwati, kurangnya kesadaran pada individu bahwasannya muhadharah merupakan hal yang penting sebagai bekal untuk berinteraksi dengan
kehidupan sosial di
masyarakat. Berdasarkan uraian diatas dan hasil wawancara yang Penulis lakukan dengan pengurus Muhadharah bahwasannya faktor pendukung Muhadharah ini adalah keaktifan antara pengurus Muhadharah dan anggota serta pengawasan Ustadzah
pembimbing,
antusias
santriwati
dengan
tujuan
menjadikan
65
muhadharah sebagai wahana belajar untuk menjadi seorang muballig, adanya dukungan positif dari pimpinan dalam peningkatan bahasa baik Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris. Adapun dari faktor penghambatnya minim pengetahuan tentang ketatabahasaan baik dari Bahasa Arab maupun Bahasa Inggris, kurangnya kerjasama yang baik antara pengurus dan angggota Muhadharah, serta tidak adanya kesadaran pada individu akan arti pentingnya Muhadharah tersebut. Di Pesantren Putri Al-Mawaddah seluruh santriwati telah dipersiapkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan dihadapi oleh santriwati khususnya dalam menangani pelaksanaan kegiatan Muhadharah tersebut yang menjadi kegiatan ektrakurikuler wajib Pesantren Putri Al-Mawaddah serta dipersiapkan dengan berbagai bekal yang bermanfaat untuk menyongsong masa depan, dan kehidupan di era global, dengan pengetahuan dan ketrampilan. Kegiatan
Muhadharah
ini
dikemas
sedemikian
rupa
sehingga
pelaksanaannya bukan hanya latihan pidato saja, tetapi mereka juga dilatih menjadi pembawa acara, pembaca Al-Qur’an, sebagai peserta dan pengisi acara hiburan yang kesemuanya itu diatur secara bergiliran. Dengan demikian, secara sendirinya agar di dalam pelaksanaanya santriwati bisa menjalankannya dengan baik.
66
4. Analisa Data Tentang Makna Muhadharah Dalam Meningkatkan Self Confidence Di Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Jetis Ponorogo Mengenai makna Muhadharah dalam meningkatkan self confidence santriwati Al-Mawaddah, berdasarkan data yang diperoleh, bahwa Muhadharah sama artinya dengan pidato yang dalam hal ini pidato diartikan sebagai latihan bagi santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah Muhadharah merupakan salah satu unsur pendidikan dan mempunyai dampak positif terhadap dunia pendidikan baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik santriwati. Karena dalam muhadharah, santriwati dididik dan dibiasakan untuk berani dan tampil penuh percaya diri dengan berbekal ilmu pangetahuan. Sesuai dengan bagan beikut tentang model peningkatan Self Confidence yang dilakukan oleh Pesantren Putri Al-Mawaddah.
SELF CONFIDENCE
Motivasi
Bimbingan
1.Internal 2.Eksternal
1.Bimbingan firqoh Muhadharah 2.Bimbingan diskusi
1.Perlombaan 2.Language fair dan theater
Pembiasaan
67
Dari bagan diatas dapat di fahami bahwasannya Muhadharah sangat berperan dalam memotivasi santriwati untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kepercayaan diri merupakan sumber potensi utama seseorang dalam hidupnya. Jika seseorang sudah tidak percaya diri, maka akan hilanglah seluruh sumber potensi pada dirinya. Motivasi secara umum diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, secara istilah, motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak, dapat juga diartikan motivasi itu semangat, spirit, atau sesuatu yang membuat orang mau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengertian lain menyebutkan bahwa motivasi adalah ‘alasan’. Mungkin alasan bergerak atau hal-hal yang menjadi pusat perhatian seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Motivasi merupakan ‘api’ yang akan membakar diri kita agar bersemangat, Motivasi ibarat modal dalam perusahaan. Motivasi seperti darah dalam tubuh, dan bensin dalam mobil yang meneybabkannya bergerak. Semakin besar atau semakin kuat motivasi, akan semakin besar pula kemungkinan akan berhasil. Dengan adanya motivasi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada diri santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah dan dengan kepercayaan diri tersebut agar santriwati mampu menggali potensi yang ada, karena adanya potensi namun tanpa diiringi rasa percaya diri maka potensi tidak dapat diaktualisasikan sacara maksimal. Adapun bimbingan yang selalu dilakukan oleh ustadzah pembimbing
68
Muhadharah, ada bimbingan melalui Firqoh Muhadharah, dan bimbingan melalui kelompok diskusi, adapun pelaksanaanya satu kali dalam satu bulan, yang mana secara keseluruhan agar dapat meningkatkan Self Confidence santriwati. Dari bimbingan-bimbingan yang ada sehingga secara bertahap akan menghasilkan sikap percaya diri santriwati yang lebih baik, dan di lanjutkan dengan berbagai macam perlombaan rutin, yaitu adanya language fair dan
pembiasaan-
pembiasaan lainnya, yang bertujuan meningkatkan sikap percaya diri santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah. Dari data-data di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa makna Muhadharah cukup baik dalam perannya meningkatkan self confidence, Kepercayaan merupakan jalan menuju kesuksesan dalam hidup. Jatuh di bawah tekanan perasaan negatif, bimbang, tidak yakin dengan kemampuan yang ada adalah awal dari kegagalan. Banyak energi terbuang sia-sia karena orang tidak memahami kemampuan yang dimiliki. Jika mereka menggunakannya dengan baik maka dengan kemampuan itu mereka pasti dapat melakukan banyak hal. Terbukti dari hasil penelitian yang Penulis lakukan yaitu adanya peningkatan rasa percaya diri santriwati selama mengikuti kegiatan muhadhrah yang terjadinya secara evolusioner. Dan penulis menyimpulkan bahwa rasa percaya diri ini merupakan hal yang penting bagi setiap individu sehingga Muhadharah sangat signifikatif dalam peningkatan Self Confidence santriwati di Pesantren Putri Al-Mawaddah. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan
69
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisa data yang penulis lakukan, maka akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Latar belakang Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah difokuskan untuk merealisasikan peningkatan bahasa terutama Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, dalam hal ini Muhadharah merupakan wahana pembelajaran bagi santriwati untuk mengaplikasikan kedua bahasa tersebut. Pelaksanaannya tiga kali dalam satu minggu dengan bahasa yang bervariasi, dilaksanakan dengan jadwal yang telah ditentukan secara tertib dan sistematis. 2. Bentuk-bentuk Muhadharah di Pesantren Putri Al-Mawaddah dapat dikategorikan kedalam beberapa tingkatan yaitu pembagian berdasarkan kelompok dan terbagi kedalam beberapa tingkatan. Diantaranya, per tingkatan kelas, per konsulat, campuran antar kelas, per rayon, atau asrama, serta Muhadharah gabungan atau Muhadharah akbar. Dalam pelaksanaanya secara bersama dan di tempat tertentu seperti di masjid, dan aula. Selain berdasarkan kelompok terdapat pembagian melalui bentuk metode yakni metode diskusi. 3. Faktor pendukung dan penghambat Muhadharah, dari segi pendukung Muhadharah adanya dukungan dari pimpinan bahwa Muhadharah merupakan wahana peningkatan bahasa, adanya antusias santriwati untuk menjadi seorang Muballighoh, keatifan dan kerjasama yang baik antara pengurus
71
Muhadharah dan anggota Muhadharah. Dari segi penghambat, minimnya penguasaan bahasa bagi santriwati, serta tidak percaya akan kemampuan yang ada. 4. Makna Muhadharah dalam meningkatkan Self Confidence santriwati Pesantren Putri Al-Mawaddah, Muhadharah merupakan wahana latihan bagi seluruh santriwati untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab maupun Inggris, melatih keberanian, mental serta dapat meningkatkan rasa percaya diri pada masing-masing individu. B. Saran 1. Kepada Asatidzat pembimbing dan pengurus Muhadharah khususnya, sebagai pihak yang diberi tanggung jawab membimbing dan membina santriwati dalam kegiatan Muhadharah, mengingat sikap santriwati dalam merespon dan mendukung kegiatan tersebut, hendaknya berusaha melakukan upaya-upaya peningkatan dan mempertahankan kegiatan tersebut sehingga apa yang diinginkan dan diharapkan oleh Pesantren Putri Al-Mawaddah dari pada santriwatinya terdapat keselarasan. 2. Kepada seluruh santriwati, hendaknya turut andil dalam menjalankan program-program kegiatan yang ada di Pesantren Putri Al-Mawadaah, khususnya program kegiatan Muhadharah.
72
DAFTAR RUJUKAN Almunawir, Ahmad Warson. Kamus Almunawir: Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984. Arsyad, Azhar, dkk. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Al-Qarny, Awadh. Metamorfoself. Surakarta: Aulia Press, 2007. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo, 2006. Depag R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Mahkota Surabaya, 1989. Hadinegoro, Luqman. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut, 2007. Hakim, Rahman. Tehnik, Pedoman dan Seni Berpidato. Surabaya: Indah. http://dennyhenrata.wordpress.com
http://smatengaran.blogspot.com http://ogrg.lib.ltb.ac.id.
Jannah, Izzatul. Every Day Is PE DE Day. Solo: Era Eureka, 2003. Masykur, Muhammad Nazhif. Living Smart. Yogyakarta: Pro-U Media, 2007. Meleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Partanto, pius A. Kamus Populer Ilmiah.: Surabaya: Arkola, 1994. Sofyan, Ahmadi. Succes On Writing. Jombang: Alfa Media, 2005. Subagyo p, Joko. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Suryountoro, S. Contoh Contoh Pidato. Malang: Bintang Pelajar, 1979. Syam, Yunus Hanis. Kiat Sukses Berpidato, Yogyakarta: Media Jenius Lokal, 2004.
73
Sururin, S. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004. Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, trj. Kiat Sukses Berdakwah. Jakarta: Amzah, 2006. Wiramihardja, Sutardjo A. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika Aditama, 2004.