BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pendidikan
merupakan
upaya
yang
terorganisir,
berencana
dan
berlangsung kontinyu kearah membina manusia atau anak didik menjadi insan sempurna, dewasa dan berbudaya. Sesuai Undang-Undang No.20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Pasal 1 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Terlihat dari pengertian diatas, bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapan dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, BAB VI Pasal 15 menyebutkan bahwa “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.” Salah satu pendidikan teroganisir, berencana, dan dapat berlangsung sepanjang hayat yang mampu mendidik
dan
menyiapkan
tenaga
1
ahli
ialah
pendidikan
kejuruan.
2
Penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI Pasal 15 menerangkan juga bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Adapun lembaga yang didirikan oleh pemerintah dalam rangka mengembangkan pendidikan kejuruan salah satunya ialah dengan mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang lulusannya disiapkan untuk memasuki dunia kerja dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Bandung merupakan salah satu SMK kelompok teknologi dan rekayasa yang diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap bekerja di dunia industri. Ada lima kompetensi keahlian yang dimiliki oleh SMKN 2 Kota Bandung, yaitu (1) kompetensi keahlian Teknik Gambar, (2) Teknik Pabrikasi Logam, (3) Teknik Pengelasan Logam, (4) Teknik Komputer Jaringan, dan (5) kompetensi keahlian bidang Teknik Pemesinan. Kompetensi keahlian bidang Teknik Pemesinan terdiri atas beberapa mata pelajaran kejuruan yang dikelompokan dalam dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan. Sejumlah mata pelajaran yang dikelompokan dalam dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan merupakan bagian dari kelompok program produktif, yaitu mata pelajaran yang materi pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi keahlian untuk memenuhi standar kompetensi di dunia kerja. Salah satu mata pelajaran program produktif yang dipelajari di SMKN 2 Kota Bandung, khususnya pada kompetensi keahlian Teknik Pemesinan
3
ialah
mata pelajaran
kompetensi
kejuruan
dengan
standar kompetensi
menginterpretasikan sketsa gambar teknik. Peserta didik SMKN 2 Kota Bandung dapat dikatakan menguasai standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik apabila mereka mampu menguasai kompetensi dasarnya, yaitu menyiapkan sket tangan dan mengartikan detail sket tangan. Silabus SMKN 2 Kota Bandung menyebutkan bahwa, indikator dalam kompetensi
dasar
mengartikan
detail
sket
tangan
diantaranya
adalah
mengidentifikasi detail sket tangan, dan menerapkan detail sket tangan. Pemahaman terhadap konsep dalam mengidentifikasi detail sket tangan dan menerapkan detail sket tangan melalui teori-teori yang dipelajari, merupakan harapan dari hasil belajar peserta didik. Hasil pengamatan penulis ketika melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) semester genap tahun ajaran 2009/2010 di SMKN 2 Kota Bandung menemukan bahwa, kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik masih terpusat pada guru, semua peserta didik dituntut untuk memperhatikan dan mengikuti uraian materi yang disampaikan. Guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan kepada peserta didik tanpa memperhatikan bahwa setiap peserta didik telah paham dan mengerti apa yang telah disampaikan dan disimpulkan oleh guru tersebut. Kesempatan peserta didik untuk aktif bertanyapun terbatas pada proses pembelajaran yang didominasi oleh guru dan ketakutan untuk bertanya setiap peserta didik itu sendiri, sehingga peserta didik terkesan pasif dalam belajar. Pelaksanaan proses belajar yang didominasi oleh guru dengan banyaknya peserta didik didalam satu kelas dengan rata-rata jumlah kelas antara
4
30 sampai 35 orang, mengakibatkan guru kurang memperhatikan perbedaan kemampuan setiap peserta didik. Kegiatan pembelajaran seperti ini pada umumnya mendukung kesulitan peserta didik dalam belajar menguasai standar kompetensi menginterpretasikan sketsa. Tingkat
penguasaan
peserta
didik
terhadap
standar
kompetensi
menginterpretasikan sketsa dapat dicerminkan oleh hasil belajar peserta didik sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dengan nilai 70. Tabel 1.1 Persentase Hasil Belajar Kelas X Teknik Mesin (TM) Standar Kompetensi Menginterpretasikan Sketsa Gambar Teknik Semester Genap Tahun Ajaran 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010 No 1. 2.
Keterangan Nilai ≥ KKM Nilai < KKM Jumlah
Kelas X Teknik Mesin Tahun Ajaran 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Total Jmlh
%
53
58,2
58
64,4
59
63,5
170
62
38
41,8
32
35,6
34
36,5
104
38
91
100 90 100 93 100 274 100 (Sumber: Guru mata pelajaran SMKN 2 Kota Bandung)
Data di atas dapat mencerminkan bahwa persentase dalam perolehan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada tiga tahun kebelakang masih dapat dikatakan cukup banyak, dengan perolehan nilai sebanyak 38 % dari 274 peserta didik, walaupun dari 274 peserta didik itu telah ada peserta didik yang sudah lulus menurut KKM sebanyak 170 orang (62 %), data ini menunjukan bahwa hasil belajar yang diharapkan belum tercapai karena masih ada peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Permasalahan yang terjadi dilihat dari hasil belajar dan hasil pengamatan adalah
disebabkan
karena
adanya
ketidakcocokan
penggunaan
model
5
pembelajaran Klasikal (Classical) dengan kemampuan belajar setiap peserta didik, terutama dalam memahami teori-teori pada kompetensi dasar mengartikan detail sket tangan yang diajarkan. Penggunaan model pembelajaran yang memperhatikan kemampuan belajar setiap peserta didik diharapkan mampu memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Salah satu alternatif pembelajaran yang memperhatikan kemampuan belajar setiap peserta didik, serta dapat mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik adalah model pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching). Penggunaan model pembelajaran Reciprocal ini didasari pada kegiatan pembelajaran yang mampu memberi pengaruh besar terhadap kemajuan berpikir peserta didik dan pemberian kesempatan pada peserta didik untuk senantiasa memahami materi pelajaran dengan sendirinya serta dapat menumbuhkan sifat kerja sama dalam bentuk diskusi. Reciprocal
Teaching
ini
merupakan
model
pembelajaran
yang
menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu (1) Menyimpulkan sendiri bahan ajar, (2) Menyusun pertanyaaan dan menyelesaikannya, (3) Menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, (4) Kemudian memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada peserta didik. Trianto (2007:96) mengemukakan bahwa penggunaan pendekatan atau model pembelajaran ini dipilih karena beberapa sebab, yaitu: a. Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca atau peserta didik; b. Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca atau peserta didik peluang untuk memantau pemahaman sendiri; c. Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama (diskusi).
6
Penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Castrena (2009), yang meneliti tentang Perbandingan Penggunaan Model Pembelajaran Reciprocal dengan Pembelajaran Konvensional terhadap Hasil Belajar Dasar Elektronika Digital dan Komputer di SMK, menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Reciprocal untuk hasil belajar peserta didik lebih
efektif
dibandingkan
dengan
penggunaan
model
pembelajaran
Konvensional. Uraian-uraian di atas dapat menjadi dasar mengapa penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh penerapan model pembelajaran Reciprocal terhadap peningkatan hasil belajar pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik. Adapun judul penelitian yang akan penulis lakukan adalah “Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Reciprocal terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Standar Kompetensi Menginterpretasikan Sketsa Gambar Teknik di SMKN 2 Kota Bandung.”
1.2
Identifikasi Masalah Masalah yang timbul perlu diidentifikasi faktor-faktornya, maka dapat
penulis identifikasi masalah pada penelitian ini, ialah sebagai berikut: 1. Kegiatan
pembelajaran
peserta
didik
pada
standar
Kompetensi
menginterpretasikan sketsa gambar teknik kurang optimal. 2. Rendahnya keinginan, keberanian, dan kesempatan peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
7
3. Model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas dengan jumlah peserta didik yang banyak masih kurang bervariasi dan kurang memperhatikan kemampuan setiap peserta didik atau dilakukan secara Klasikal.
1.3
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup
penelitian dan agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Reciprocal Teaching untuk kelas eksperimen dan model Klasikal untuk kelas kontrol. 2. Model pembelajaran Klasikal yang dimaksud adalah model pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi yang biasa dilakukan oleh guru di SMKN 2 Kota Bandung dalam memberikan materi pelajarannya. 3. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik yang meliputi tiga ranah, yaitu: a. Pada ranah kognitif, dibatasi pada level pemahaman. b. Pada ranah psikomotor, dibatasi pada level mekanisme. c. Pada ranah afektif, dibatasi pada level merespon. 4. Peserta didik yang akan menjadi objek penelitian adalah peserta didik kelas X pada kompetensi keahlian Teknik Pemesinan (TP) di SMKN 2 Kota Bandung tahun ajaran 2010/2011.
8
5. Materi yang diteliti dibatasi pada materi gambar potongan pada kompetensi dasar mengartikan detail sket tangan, standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik.
1.4
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pokok penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Reciprocal pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik? 2. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Klasikal pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik? 3. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Reciprocal terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik apabila dibandingkan dengan penggunaan
model
pembelajaran
Klasikal
pada
standar
kompetensi
menginterpretasikan sketsa gambar teknik?
3.5
Tujuan Penelitian Adapun tujuan pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Reciprocal pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Klasikal pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik.
9
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Reciprocal terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik apabila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran Klasikal pada standar kompetensi menginterpretasikan sketsa gambar teknik.
1.6
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang akan didapat diharapkan memberi manfaat,
diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan penulis dalam menerapkan alternatif model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan mutu pendidikan. 2. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan potensi peserta didik menjadi peserta didik yang kompeten dalam bidangnya. 3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam melaksanakan proses pembelajaran. 4. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka memperbaiki mutu pengajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku disekolah.
1.7
Penjelasan Istilah Perbedaan penafsiran istilah pada judul penelitian dapat saja terjadi, maka
perlu dibuat suatu penjelasan istilah yang dapat memberikan gambaran tentang isi penelitian. Adapun penjelasan istilah pada penelitian ini adalah:
10
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dalam penelitian ini yang dimaksud pengaruh adalah daya yang timbul karena adanya penggunaan model pembelajaran Reciprocal yang dapat memberikan perubahan dalam hasil belajar peserta didik.
2. Model pembelajaran Reciprocal merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didiknya sebagai subjek belajar, dengan kata lain peserta didik dapat lebih banyak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini di fokuskan dalam bentuk dialog antar guru dengan peserta didik mengenai bagian dari suatu teks. Aktivitas dialog tersebut disusun dalam empat strategi, yaitu merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan), dan memprediksi. 3. Hasil belajar adalah ketercapaian standar kompetensi peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dengan nilai skor atau angka yang diperoleh melalui pos-test. 4. Standar kompetensi menginterpretasikan sketsa adalah salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk kompetensi keahlian Teknik Pemesinan dengan kode 012.KK 006. Standar kompetensi ini mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk menyiapkan sketsa tangan dan mengartikan detil sketsa tangan.
1.8
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Kota Bandung, yang beralamat di
Jl. Ciliwung No. 4 Telp./Fax (022) 4231857/7234285 Bandung 40112.
11
1.9
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I merupakan bagian awal dari penelitian yaitu pendahuluan yang
berisi tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah, lokasi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II mengungkapkan masalah Landasan Teori, yang meliputi teoriteori tentang belajar mengajar peserta didik, aktivitas belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar, model pembelajaran Reciprocal, dan model pembelajaran Klasikal. BAB III tentang metodologi penelitian, meliputi metode penelitian yang digunakan, variabel yang diteliti, data dan sumber data, objek penelitian, teknik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, analisis data dan penafsiran data. BAB IV tentang hasil penelitian dan pembahasannya, meliputi laporan hasil penelitian, penyajian hasil penelitian yang diikuti pembahasan seperti sikap ilmiah peneliti, rangkuman secara ringkas dan terpadu sejak dari persiapan hingga penelitian berakhir. BAB V Penutup, meliputi pemaknaan peneliti secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh, dan saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditafsirkan.