BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan audit merupakan salah satu produk jasa dari akuntan publik yang memberikan informasi akurat dan memadai untuk pengambilan keputusan (IAPI, 2011). Para pengguna laporan audit mengharapkan laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Kasus kredit macet yang terjadi di Jambi sebagaimana dilansir oleh kompas (Selasa, 18 Mei 2010) tidak terlepas dari campur tangan akuntan publik. Independensi, objektivitas dan salah saji material merupakan etika yang dilanggar oleh akuntan publik. Begitupula dengan kasus Enron pada tahun 2001. Betapa pentingnya laporan audit yang berkualitas di mata para penggunanya sebagai bahan pengambilan keputusan yang tepat, bukan menyesatkan. Kualitas laporan audit yang dihasilkan akuntan publik harus dilaksanakan oleh seorang profesional (ahli) di bidang akuntansi dan auditing. IAPI (2011) sebagaimana tertuang dalam standar professional akuntak publik mengharuskan seorang auditor terlebih dahulu harus menjalani pendidikan dan pelatihan yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Hal ini juga ditegaskan dalam UU No. 34 tahun 1954, yang di mengatur syarat-syarat kecakapan dan
1
kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik (Mulyadi, 2002). Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi terletak pada bagian dalam setiap manusia dan selamanya
ada pada kepribadian seseorang yang dapat
memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan atau jobs task (Spencer sebagaimana dikutip oleh Moeheriono, 2009). Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki (Mulyadi, 2013). Sementara Messier dan Quilliam (1992), mengungkapkan dalam risetnya bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam pengambilan keputusan ‘hasil pemeriksaan’. Terlepas dari elemen yang telah disebutkan, seorang auditor harus memperhatikan tentang integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya. IAPI (2011) menyebutkan bahwa seorang anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektifitas, harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan
salah
saji
material
yang
diketahuinya
atau
mengalihkan
pertimbangan kepada pihak lain. Maka, untuk menjaga integritas dan objektifitas seorang auditor harus profesional. Seorang yang professional memiliki suatu keahlian dan mempunyai kualifikasi tertentu serta berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya (Tjiptohadi, 1996).
2
Berkaitan dengan tuntutan sikap yang harus dimiliki oleh auditor dalam menghasilkan audit ‘hasil pemeriksaan’ yang bekualitas, Mulyadi (2013) melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
pengalaman
kerja, kompetensi,
independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit, menunjukkan bahwa pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Penelitian oleh Sukriah (2009) tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektif, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan, hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman kerja, indpendensi, objektifitas, integritas, dan kompetensi berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan. Maka, mendasarkan atas fenomena dan konstruk penelitian Mulyadi (2012) dan Sukriah (2009) yang memililiki variabel berbeda dalam menentukan kualitas hasil pemeriksaan oleh auditor. Peneliti berusaha menggabuktan diantara varibel-varibel tersebut, sehingga menarik judul dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. 1.2 Motivasi Penelitian Timbulnya motivasi untuk melakukan penelitian ini berawal dari berkembangnya peran KAP dalam pengambilan keputusan bisnis, semakin hari semakin dipertanyakan oleh banyak pengguna jasa tersebut tentang kualitas hasil pemeriksaannya yang erat kaitannya dengan kode etik keprofesian, diantaranya
3
kompetensi, independensi, integritas, objektivitas, akuntabilitas, kompleksitas tugas, profesionalisme, dan pengalaman kerja. Disamping itu, peneliti tertarik untuk menggabungkan penelitian yang dilakukan Mulyadi (2013) dan Sukriah (2009) yang juga diteliti oleh banyak peneliti (Christiawan, 2002; Lastanti, 2005; Herliansyah, 2006; Mardisar, 2007; Alim dkk, 2007; Ardini, 2010; Singgih & Bawono, 2010; Indrasti, 2011; Taringan; 2011; Setyorini, 2011; Irawati, 2011; Sari, 2011; Satria, 2012; Firmansyah, 2012; Badjuri, 2012; Kencana, 2013; Samuel & Afiah, 2013; Septyaningtyas et al, 2013; Agusti & Pertiwi, 2013) sehingga membuat model baru terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kompentensi, independensi, integritas, objektivitas, profesionalisme, akuntabilitas, kompleksitas tugas, dan pengalaman kerja berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk Mengetahui kompentensi, independensi, integritas, objektivitas, profesionalisme, akuntabilitas, kompleksitas tugas, dan pengalaman kerja apakah berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan. 1.5 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain; 1. Kontribusi Teori
4
Hasil penelitian tentang komponen yang berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan ini memberikan kontribusi pada teori yaitu : a. Peneliti berusaha memberikan bukti empiris tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. 2. Kontribusi Praktik a. Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya. b. Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan hasil auditnya. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian tentang elemen yang berkontribusi dalam kualitas hasil pemeriksaan diharapkan dapat digunakan IAPI supaya memberikan perhatian khusus dalam membuat standar terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit sebagaimana disebutkan dalam penelitian ini. Hal ini untuk membuktikan bahwa hasil pemeriksaan oleh KAP benar-benar berkualitas.
5
BAB II KAJIAN TEORI DAN REVIEW PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Review Penelitian Terdahulu Menurut Elisha Mulyani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan secara parsial pengalam tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
6
Menurut Ike Sukriah, Akram, dan Biana Adha Inapty (2009), dalam penelitiannya mengatakan bahwa Pengalaman kerja, Objektivitas, dan kompetensi berpengaruh positif dan signifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi dan intigritas tidak mempunyai pengaruh.
Menurut Ahmad Badjuri (2012), dalam penelitiannya menyatakan bahwa Integritas dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan pengalaman kerja, independensi dan objektifiktas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan
penelitian
terdahulu
yang
diuraikan,
peneliti
akan
mengembangkan penelitian yang sudah ada dengan menggabungkan variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, yaitu dengan menggunakan delapan varibel, yang terdiri dari kompetensi, independensi, integritas, objektivitas, akuntabilitas, kompleksitas tugas, profesionalisme, dan pengalaman kerja. Selain itu yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah 1) menggunakan delapan variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan; 2) alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan smartPLS karena varibel yang akan diuji lebih dari empat, yang sebelumnya menggunakan SPSS; 3) objek penelitian ini berfokus pada KAP yang ada di daerah Jawa Timur dengan menggunakan purposive sampling, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel acak sederhana. 2.2 Kajian Teori 2.2.1 Kualitas Audit
7
Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor, dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal auditor, seperti pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas auditor tersebut melaporkan penyelewengan tersebut tergantung pada independensi auditor. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi
ketentuan
atau
standar auditing. Standar auditing mencakup mutu professional (profesional qualities) auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. 1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. 2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang cukup dan kompeten. 3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengung-kapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
8
2.2.2 Kompetensi Pengertian kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang bekaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Lee dan Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara obyektif. Pendapat lain adalah dari Dreyfus sebagaimana dikutip oleh Saifudin (2004), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari “pengetahuan sesuatu” ke “mengetahui bagaimana”, seperti misalnya: dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pertanyaan
yang
bersifat intuitif. Kompetensi menurut Wibowo (2007) mengemukakan ”Suatu kemampuan untuk malaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu tersebut”. Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dansangat jarang atau tidakpernahmembuat kesalahan. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) sebagaimana dikutip
9
oleh Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Adapun Bedard (1986) sebagaimana dikutip oleh Lastanti (2005) mengartikan keahlianatau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalampengalaman audit. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. 2.2.3 Independensi Kata independensi merupakan terjemahan dari kata”independence” yang berasal dari Bahasa Inggris. Dalam kamus Oxfor Advanced Learner’s Dictionary of Current English terdapat entri kata “independence” yang artinya “dalam keadaan independen”. Adapun entri kata “independent” bermakna “tidak tergantung atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak mendasarkan diri pada orang lain; bertindak atau berfikir sesuai dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang lain” (Hornby, 1987). Makna independensi dalam pengertian umum ini tidak jauh berbeda dengan makna
independensi
yang
dipergunakan
secara
khusus
dalam
literatur
pengauditan.Independensi secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Hal ini senada dengan America Institute of Certified public Accountant (AICPA) Meutia
10
(2004) menyatakan bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. Meskipun integritas dan obyektivitas dapat
diukur
tidak
dengan pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi
profesi akuntan publik. Integritas merupakan prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta seperti apa adanya. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan proses audit, akan memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. Mautz (1974) sebagimana dikutip oleh Supriyono (1988) mengutip pendapat Carman mengenai pentingnya independensi sebagai berikut:” Jika manfaat seorang sebagai auditor rusak oleh perasaan pada sebagian pihak ketiga yang meragukan independensinya, dia bertanggung jawab tidak hanya mempertahankan independensi dalam kenyataan tetapi juga menghindari penampilan yang memungkinkan dia kehilangan independensinya.” Agoes (2004) mengklasifikasikan aspek independensi seorang auditor menjadi 3 aspek: (1) Independensi senyatanya (independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif. (2) Independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu pandangan pihakluar terhadap diriauditor sehubungandennganpelaksanaanaudit. (3) Independensi dari sudut
11
keahlian atau kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuam auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Menurut Taylor (1997) sebagaimana dikutip oleh Susiana & Arleen (2007) ada dua aspek independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan, penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor, jika KAP menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini bersih. Berdasarkan pembahasan mengenai pentingnya independensi akuntan publik tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Independensi merupakan syarat penting bagian uditor dalam melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan; 2) Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan keuangan sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai mengenai asersi manajemen; dan 3) Independensi merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit. 2.2.4 Integritas Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). 2.2.5 Objektivitas
12
Pusdiklatwas BPKP (2005) menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya seseorang
dari
pandangan
subyektif
pihak-pihak
lain
yang
pengaruh
berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, serta (5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.
2.2.6 Akuntabilitas Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab. Tetclock (1984) dikutip oleh Mardisar dan Sari (2007) mendifinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Dalam sektor publik, akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
13
telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Meissier dan Quilliam (1992) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap proses kognitif seseorang dalam bekerja. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa subjek dengan akuntabilitas tinggi melakukan proses kognitif yang lebih lengkap. Sejalan dengan
penelitian Meissier dan Quilliam (1992); Teclock dan Kim (1987) juga
meneliti
pengaruh akuntabilitas
terhadap proses kognitif seseorang. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa subjek yang diberikan instruksi diawal (postexposure accountability) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, melakuka pnroses kognitif yang lebih lengkap, memberikan respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang lebih realistis. Cloyd (1997) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor.
Hasil
penelitian
Cloyd
(1997)
membuktikan
akuntabilitas
dapat
meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999) dengan menilai kualitas hasil kerja berdasarkan kompleksitas kerja yang dihadapi. Hasil penelitian Tan dan Alison (1999) ini tidak konsisten dengan Cloyd (1997). Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas (secara langsung) tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.
14
Sementara Tetclock (1984) sebagaimana dikutip oleh Mardisar dan Sari (2007) mendefinisikanakuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuanaudit yangdimiliki tinggi.Asumsi yangdigunakandalampenelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Seorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa
pekerjaan
mereka
akan
diperiksa
oleh
supervisor/manajer/pimpinan
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah (Mardisar dan Sari, 2007). Seseorang dalam standar umum dikatakan auditor independen harus melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Kecermatandan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya itu. Jadi kecermatan dan keseksamaan
merupakan
tanggungjawab
setiap
auditor.
Akuntabilitas
(tanggungjawab) yang harus dimiliki auditor, yaitu: Tanggungjawab Kepada Klien dan Tanggungjawab Rekan Seprofesi. 2.2.7 Kompleksitas Tugas Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat
15
didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Kompleksitas tugas menurut Wood (1988) dikutip oleh Sanusi dan Iskandar (2007) mendefinisikan sebagai fungsi dari tiga dimensi dari tugas itu sendiri: a. Sejumlah
perbedaan
komponen
dan informasi penting yang digunakan
untuk menyelesaikan tugas. b. Komplikasi pada pola hubungan antara informasi, tindakan, dan produk. c. Stabilitas pola hubungan di atas dari waktu ke waktu. Bonner (1994) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan: 1. Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. 2. Sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada
kompleksitas tugas audit. 3. Pemahaman terhadap kompleksitas dari 4. Sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan mene- mukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. 2.2.8 Profesionalisme
16
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya wadah bagi para akuntan profesional Publik
Indonesia
menerbitkan buku berjudul Standar Profesional Akuntan
(SPAP) dimana didalam buku tersebut tercantum enam tipe standar
profesional yang mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik, yaitu: (a) standar auditing, (b) standar atestasi, (c) standar jasa akuntansi dan review, (d) standar jasa konsultasi, (e) standar pengendalian mutu, (f) aturan etika kompartemen akuntan publik. Adanya standar profesional tersebut akan mengikat auditor profesional untuk menurut pada ketentuan profesi dan memberikan acuan dalam melaksanakan pekerjaannya dari awal sampai akhir.
2.2.9 Pengalaman Kerja Marinus et al, dkk. (1997) dalam Herliansyah dkk. (2006)
menyatakan
bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan
kesimpulan
bahwa seorang karyawan
yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan; dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan.
17
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kualitas audit merupakan sebuah tuntutan tugas audit dengan cara memenuhi standar pekerjaan lapangan yaitu memperoleh bukti audit kompeten yang cukup melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan (Ikhsan, 2011). Mulyadi (2012) menguji enam item faktor yang mempengaruhi kualitas audit, yaitu pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme dan kompleksitas tugas audito yang hasilnya menunjukkan bahwa variabel-varibel tersebut mempengaruhi kualitas audit. Selanjutnya
18
penelitian Mulyadi (2012) ini dijadikan acuan oleh peneliti dan memadukan dengan penelitian (Sukriah, Akram dan Inapty, 2009) menyatakan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif (Lee dan Stone, 1995). Dreyfus dan Dreyfus (1986) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian seseorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari “mengetahui sesuatu“ ke “mengetahui bagaimana“. Seperti misalnya dari sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pernyataan yang bersifat intuitif. Independensi Independensi merupakan sikap mental yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan tugasnya. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002). Obyektifitas didefinisikan oleh Pusdiklatwas BPKP (2005) sebagai bebasnya seseorang dari pandangan subyektif pihak-pihak lain yang pengaruh
19
berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Akuntabilitas adalah bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya (Tetclock, 1984). Profesionalisme merupakan sikap bertanggungjawab terhadap apa yang telah ditugaskan kepadanya. Sikap profesionalisme akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu berdasarkan yang petama pengabdian pada profesi, auditor yang mengabdi kepada profesinya akan melakukan totalitas kerja dimana dengan totalitas ini dia akan lebih hati-hati dan bijaksana dalam melakukan audit sehingga dapat menhasilkan audit yang berkualitas. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan
20
sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982). Pengalaman kerja dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Marinus
dkk, 1997).
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan
yang
diaudit
sehingga
akan
menambah
dan
memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002) Berdasarkan pada kajian teori dan penelitian sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model Kerangka Konsep
Kompetensi Independensi Integritas Objektivitas Akuntabilitas Kompleksitas Tugas Profesionalisme 21 Pengalaman Kerja
Kualitas Audit
3.2 Pengembangan Hipotesis Studi ini dalam proses penelitiannya mengalami pengembangan hipotesis. Hipotesis dikembangkan melalui proses berpikir peneliti yang berdasar pada teori, riset terdahulu dan pola pikir logis. Berikut pengembangan hipotesis dalam penelitian ini. 3.2.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H1: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan. Christiawan (2002) dan Alim dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi
auditor
akan
semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian lainnya yang menunjukkan hasil yang sama bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan (Ardini (2010); Badjuri, 2012; Firmansyah, 2012; Mulyadi, 2012). 3.2.2
Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
22
H2: Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Penelitian Alim dkk (2007) dan Cristiawan (2002) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Singgih dan Bawono (2010); Ardini (2010); Irawati (2011); Agusti dan Pertiwi (2013) menemukan hal yang sama bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh independensi. Sementara Mulyadi (2012) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
3.2.3 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H3: Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit (Alim dkk, 2007). Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian lainnya (Taringan, 2011; Sari, 2011; Kencana, 2013) yang menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
23
3.2.4 Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H4: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Standar umum dalam Standar Audit menyatakan bahwa dengan prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Penelitian Sukriah et el., (2009) tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan menemukan bahwa objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil tersebut dikuatkan penelitian lainnya menunjukkan bahwa objektifivitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan (Taringan, 2011; Sari 2011; Kencana 2013; Samuel dan Afiah, 2013). 3.2.5 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H5: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Penelitian Mardisar (2007) dan Ardini (2010) tentang kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Singgih dan Bawono (2010) yang menguji pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa secara simultan akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal tersebut juga dikuatkan dengan hasil penelitian Mulyadi (2012) meneliti enam item faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 3.2.6 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
24
H6: Kompleksitas tugas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Setyorini (2007) dan Indrastri (2011) meneliti tentang kualitas audit menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh postif terhadap kualitas hasil audit. Hal yang sama menurut Mulyadi (2012) juga meneliti tentang pengaruh pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa kompleksitas tugas auditor berpengaruh dan signifikan terhadap kualitas audit. Fakta ditunjukkan oleh Widiarta (2013) bahwa kompleksitas tugas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
3.2.7 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H7:
Profesionalisme
tugas
berpengaruh
positif
terhadap
kualitas
hasil
pemeriksaan Hasil penelitian oleh Singgih dan Bawono (2010) tentang kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Mulyadi (2012) yang meneliti tengtang pengaruh pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit menemukan hasil yang sama bahwa profesionalime berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Selanjutnya Agusti dan Pertiwi (2013) meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kualitas hasil menyatakan bahwa
25
profesionalime berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian lain yang menunjukkan bahwa bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan (Wulandari, 2010; Satria, 2012; Septyaningtyas, Rifa, dan Herawati, 2013). 3.2.8 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan H8: Pengalaman Kerja berpengaruh positif kualitas hasil pemeriksaan Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta
dituntut
untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman
dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dan Beasley, 2008). Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang iaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Penelitian Setyorini (2007) menunjukkan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sukriah et el., (2009) meneliti tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pengalaman kerja bepengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian lain oleh Singgih dan Bawono (2010) dan juga diteliti oleh Mulyadi (2010) hasilnya menyatakan bahwa kualitas hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh pengalaman kerja secara positif.
26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berdomisi di Jawa Timur. Berdasarkan Institut Akuntan Publik Indonesia jumlah KAP yang terdaftar di daerah Jawa Timur sebanyak 54 KAP, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Surabaya sebanyak 45 KAP dan Malang sebanyak 9 KAP. Alasan memilih KAP di Daerah Jawa Timur sebagai objek penelitian; 1) Jawa Timur sebagai salah satu daerah ekonomi terbesar di Indonesia dengan jumlah KAP yang besar; 2) KAP di Jawa Timur banyak yang menjadi anggota dari ‘Big Four’ di Indonesia.
27
Penentuan sampel penelitian menggunakan purposive sampling. Alasan melakukan purposive sampling adalah 1) untuk memperoleh hasil kualitas yang terbaik, karena tidak sekedar KAP yang menjadi objek penelitian; 2) peneliti dapat menentukan kreteria sampel yang akan menjadi objek penelitian (KAP) untuk memperoleh hasil yang berkualitas; dan 3) keterbatasan waktu dan biaya penelitian yang cukup besar, jika peneliti harus mengambil seluruh KAP yang ada di Jawa Timur. Adapun kreteria yang dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut; 1. KAP yang memiliki karyawan minimal 10 orang; 2. KAP yang berdiri diatas 10 tahun; dan 4.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, disebut dengan data primer. Auditor yang menjadi sampel, akan dikirimi kuesioner yang berisi kumpulan pertanyaan tentang kompetensi, independensi, integritas,
objektivitas,
akuntabilitas,
kompleksitas
tugas,
profesionalisme,
pengalaman kerja dan kualitas audit. Peneliti akan mendatangi langsung KAP yang menjadi sampel penelitian untuk menyebarkan kousioner penelitian agar memberikan kesan positif terhadap responden bahwa peneliti serius dalam melakukan penelitian tersebut. Disamping itu memberikan kepastian kepada peneliti bahwa KAP yang menjadi sampel penelitian antusias kerhadap penelitian yang kita lakukan atau tidak. Selanjutkanya peneliti memberikan rentan waktu kurang lebih 1 minggu untuk melakukan pengisian kuisioner oleh responden. 4.3 Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
28
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi, independensi, integritas,
objektivitas,
akuntabilitas,
kompleksitas
tugas,
profesionalisme,
pengalaman kerja dan kualitas audit. Pengukuran indikator tiap-tiap variabel menggunakan skala likert enam poin mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS) (1), Tidak Setuju (TS) (2), Agak Tidak Setuju (ATS) (3), Agak Setuju (AS) (4), Setuju (S) (5), dan Sangat Setuju Sekali (SSS) (5). Alasan menggunakan skala likert enam poin dengan menghilangkan poin ‘Netral’ adalah berkaitan dengan perilaku orang Indonesia yang memiliki potensi besar untuk menjawab ‘netral’. Berikut operasional tiap-tiap variabel dalam penelitian ini: 1. Independensi (X1) Independensi adalah adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 1998). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur variable Independensi adalah: a. Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien b. Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien 2. Kompetensi (X2) Kompetensi adalah Suatu kemampuan untuk malaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan
pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan itu tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable kompetensi (Mulyadi, 2012) adalah:
29
a. Mutu personal b. Pengetahuan umum c. Pengetahuan khusus 3. Integritas (X3) Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Ada empat indikator yang diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005) yang terdiri dari: a. b. c. d.
Auditor untuk bersikap jujur dan transparan. Auditor untuk bersikap berani. Auditor untuk bijaksana, dan Auditor untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.
4. Objektivitas (X4) Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya seseorang
dari
pengaruh
pandangan
subyektif
pihak-pihak
lain
yang
berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya. Menurut Sukriah (2009) unsur perilaku yang menjadi indikator obyektifitas antara lain; a. Dapat diandalkan dan dipercaya. b. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaanpekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa. c. Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain. d. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi. e. Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.
30
5. Akuntabilitas (X5) Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable akuntabilitas (Mulyadi, 2012) adalah: a. Motifasi b. Kewajiban sosial 6. Kompleksitas Tugas (X6) Kompleksitas Tugas adalah tugas yang kompleks, terdiriatas bagianbagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur variable kompleksitas (Mulyadi, 2012) adalah: a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian substantif b. Pemeriksaan kesalahan dalam tugas audit 7. Profesionalime (X7) Profesionalisme adalah jika seseorang memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi mematuhi
etika
yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan profesi
yang
telah
ditetapkan.
Indikator
yang
digunakanuntukmengukurvariable profesionalisme (Mulyadi, 2012) adalah:
31
a. Pengabdian pada profesi. b. Kemandirian. c. Hubungan dengan sesama profesi. 8. Pengalaman Kerja (X8) Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lainnya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja dalam penelitian ini adalah: a. Lamanya bekerja sebagai auditor. b. Banyaknya tugas pemeriksaan. 9. Kualitas Audit (Y) Kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor akan baikdan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalamlaporan materi keuangan klien (DeAngelo, 1981). Audit kualitas telah didefinisikan dalam berbagai cara. Indikator yang digunakanuntukmengukurvariable kualitas audit adalah: a. Besarnya imbalalan atau kompensasi yang diterima. b. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan tugas audit. c. Kehati-hatian dalam mengaudit. 4.4 Metode Statistik Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam studi ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan bantuan program SmartPLS ver. 2.0 M3. Alasan penggunaan PLS adalah (1) PLS dapat dijalankan pada sampel dengan jumlah kecil, tidak mensyaratkan data berdistribusi normal, dan
32
dapat menguji model penelitian dengan dasar teori lemah (Hartono dan Abdillah, 2009), (2) PLS dapat menggabungkan metode regresi dan analisis factor dalam satu teknik statistika (Thompson, Higgins, dan Howel, 1991). Hartono dan Abdillah (2009) menjelaskan tahapan dalam menjalankan PLS adalah sebagai berikut: 1. Menggambar diagram jalur. 2. Menentukan banyak block (variable laten) yang dibangun dengan indikator pada tiap variable laten. 3. Melakukan estimasi tiap variable laten sebagai total bobot indikator. 4. Memperbaharui “inner relations” selanjutnya memperbaharui
“outer
relations”. 5. Melakukan estimasi regresi sederhana tiap indikator terhadap proksi variable laten dan regresi berganda proksi variabel laten terhadap seluruh indikatornya. 6. Melakukan estimasi “case values” untuk tiap observasi dengan menggunakan bobot 4.4.1
formatif
atau
proporsional
bobot
terhadap
loading
dengan
mempertimbangkan kendala varian (F) =1. Model Spesifikasi Model spesifikasi dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: outer
model, inner model, dan weight relation. Outer model menunjukkan hubungan antara konstruk dengan indikator, inner model menunjukkan hubungan antar konstruk, dan weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan konstruk sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian sama dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas. 4.4.2
Outer Model Outer modelmenggambarkan bagaimana hubungan antara indikator dengan
konstruknya. Berdasarkan konstruksi diagram jalur, persamaan dari outer model dalam studi ini adalah sebagai berikut:
33
Tabel 4.1 Outer Model Jenis Variabel
Konstruk
Variabel Laten Eksogen
Independensi
Variabel Laten Eksogen
Kompetensi
Variabel Laten Eksogen
Integritas
Variabel Laten Eksogen
Objektivitas
Variabel Laten Eksogen
Akuntabilitas
Variabel Laten Eksogen
Kompleksitas Tugas
Variabel Laten Eksogen
Profesionalisme
Variabel Laten Endogen
Kualitas Audit
Persamaan Outer Model X1 = λx1 β1 + e1 X2 = λx2 β1 + e2 X3 = λx3 β2 + e3 X4 = λx4 β2 + e4 X5 = λx5 β2 + e5 X6 = λx6 β3 + e6 X7 = λx7 β3 + e7 X8 = λx8 β3 + e8 X9 = λx9 β3 + e9 X10 = λx10 β5 + e10 X11 = λx11 β5 + e11 X12 = λx12 β5 + e12 X13 = λx13 β5 + e13 X14 = λx14 β5 + e14 X15 = λx15 β6 + e15 X16 = λx16 β6 + e16 X17 = λx17 β7 + e17 X18 = λx18 β7 + e18 X19 = λx19 β8 + e19 X20 = λx20 β8 + e20 X16 = λx21 β8 + e21 Y1 = λy1η1 + ε1 Y2 = λy2 η1 + ε2
Keterangan: Yi = Indikator dalam suatu variabel laten endogen ke i Xi = Indikator dalam suatu variabel laten eksogen ke i η = Variabel laten endogen β = Variabel laten eksogen e = Tingkat kesalahan pengukuran variabel eksogen ε = Tingkat kesalahan pengukuran variabel endogen λ = Faktor loading pada setiap indikator 4.4.3 Inner Model Inner model menggambarkan hubungan antar konstruk. Persamaan dari inner model dalam studi ini adalah: η1 = X1 β1 + X2 β2 + X3 β3 + X4 β4 + X5 β5 + X6 β6+ X7 β7+ X8 β8+e
34
Keterangan: η1 = Variabel laten endogen X1 = Konstruk Independensi X2 = Konstruk Kompetensi X3 = Konstruk Integritas X4 = Konstruk Objektivitas X5 = Konstruk Akuntabilitas X6 = Konstruk Kompleksitas Tugas X7 = Konstruk Profesionalisme X8 = Konstruk Pengalaman Kerja β1 = Koefisien Independensi β2 = Koefisien Kompetensi β3 = Koefisien Integritas β4 = Koefisien Objektivitas β5 = Koefisien Akuntabilitas β6 = Koefisien Kompleksitas Tugas β7 = Koefisien Profesionalisme β8 = Koefisien Pengalaman Kerja e = error pengukuran 4.4.4
Weight Relation Weight relation menunjukkan hubungan nilai varian antar indikator dengan
konstruk sehingga diasumsikan memiliki nilai rata-rata sama dengan nol dan varian sama dengan satu untuk menghilangkan konstanta dalam persamaan kausalitas. 4.5 Evaluasi Model Hipotesis Penelitian Evaluasi model PLS dilakukan dengan melakukan evaluasi pada outer model dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Inner model merupakan model structural untuk menilai hubungan antara konstruk atau variabel laten. 4.5.1 Outer Model Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model (Hartono dan Abdillah, 2009). Peneliti dalam studi ini akan menguji reliabilitas item pada setiap konstruk melalui pengujian validitas konstruk,
35
yaitu uji validitas konvergen dan uji validitas diskriminan. Adapun parameter pengukuran dari outer model yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pengujian Uji Validitas Konvergen
Uji Validitas Diskriminan
Uji Reliabilitas
Tabel 4.2 Parameter Pengukuran Outer Model Rule of Keterangan Parameter Thumbs Tambahan Faktor Loading Lebih dari 0.7 Jika faktor loading antara 0.5-0.7, sebaiknya peneliti tidak menghapus indicator tersebut sepanjang skor AVE dan Communality Average Variance Lebih dari 0.5 >0.5 pada konstruk Extracted(AVE) yang dimaksud. Communality Lebih dari 0.5 Akar AVE dan Korelasi variabel laten
Akar AVE > Korelasi Variabel Laten
Cross Loading
Lebih dari 0.7 dalam satu variabel Lebih dari 0.6
-
Lebih dari 0.6
-
Cronbach Alpha Composite Reliability
4.5.2
-
-
Inner Model Inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan
kausalitas antar variabel laten (Hartono dan Abdillah, 2009). Model struktural PLS diuji dengan mengukur R2 dan koefisien path melalui perbandingan t-statistics
36
dengan nilai t-tabel pada output smartPLS. Berikut adalah parameter pengukuran inner model dalam PLS: 1. R Squere (R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 menggambarkan seberapa besar variabel laten dependen dapat dipengaruhi oleh variabel laten independennya. 2. Koefisien Path Nilai koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis.Nilai koefisien path dijelaskan melalui nilai t-statistics. Nilai t-statistics akan dibandingkan dengan nilai t-value dalam pengujian hipotesis. t-value untuk hipotesis dua ekor adalah 1,96 sedangkan untuk hipotesis satu ekor adalah 1,645. Nilai t-statistics yang lebih besar dari nilai t-value menandakan hipotesis diterima. 4.6 Model Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis H1 hingga H2menggunakan analisis PLS. Pengujian hipotesis dalam studi ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu: 1. Menentukan level signifikan atau nilai kritis yaitu sebesar 5%. 2. Membandingkan nilai t-statistics pada tampilan output bootstrapping program smartPLS dengan nilai t-tabel. Jika t-statistics lebih tinggi dibandingkan nilai ttabel, berarti hipotesis terdukung.
DAFTAR PUSTAKA
37
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FE-Universitas Trisakti. Agusti, Restu dan Pertiwi, Nastia P. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013. Riau: Universitas Riau. Alim, M Nizarul dkk. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar. Ardini, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 3 Desember 2010. Surabaya: Universitas Airlangga. Arens, A.A. dan Beasley, M.S., 2008. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Badjuri, Achmad. 2012. Analysis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa Tengah). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Nopember 2012, Hal: 120-135 Vol. 1, Nomor 2. ISSN: 1979-4878 Bonner, S. E. 1994. A Model of the Effects of Audit Task Complexity, Accounting, Organizations and Society. 19 (3): 213-234. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4 (2), 7992. Surabaya: Universitas Pelita Harapan. Cloyd, C. Bryan. (1997). Performance in Reseach Task: The Joint Effect of Knowledge and Accountability. Journal of Accounting Review 72: 111-131. DeAngelo, L.1981b. Auditor Size and Auditor Quality. Journal of Accounting and Economics 33 1 (December): 183-199. Dreyfus, H.L & S.E Dreyfus. 1986. Mind over Machine: The Power of Human Intuition and Expertise in the Era the Computer. New York: The Free Press. Firmansyah, Indra. 2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis (SNAB), Bandung, pada tanggal 27 Maret 2012 Hal. 635-641. Hartono, Jogiyanto dan Abdillah. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS. Yogyakarta: BPFE-UGM. Herliansyah, Yudhi dan Meifida, Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judgment. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.
38
Hornby, AS. 1987. Oxford Advance Learnerâms Dictionary English, Revised and Update. England: Oxford University Press.
of
Current
IAPI. 2011. Standar professional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat Ikhsan, Arfan. 2011. Metodologi penelitian ‘Akuntansi dan keperilakuan’. Yogyakarta: Graha Ilmu. Indrasti, Anita W,. 2011. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Kompleksitas Tugas, Objektivitas dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Empirik pada 25 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2011) . Jakarta: FE-Universitas Budi Luhur. Irawati, St. Nur. 2011. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: FE-Universitas Hasanuddin. Jiambalvo, J. dan Pratt, J. 1982. Task Complexity and Leadership Effectiveness in CPA Firms. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 4. Kencana, Vanessa Y,. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas, Objektivitas, Motivasi dan Etika terhadap Kualitas Hasil Audit di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: FEBUniversitas Katolik Soegijapranata. Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditin dan Informasi , Vol. 5 No. 1 April 2005, Hal 85-97. Lee, Tom & Mary Stone. 1995. Competence and independence: The congenial Twins Of Auditing?. Journal Of business finance and Accounting, 22 (8), (December), Pp 1169-1177. Mardisar. D dan R. Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makassar. Messier, William F JR. dan Qilliam, William C. 1992. The Effect of Accountability on Judgement Develompment of Hypothesis for Auditing: Journal of Practice & Teory 11: 123 -138. Mulyadi. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, Profesionalisme Dan Kompleksitas Tugas Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah. Surakarta: STIE Adi Unggul Bhirawa. Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Keempat. Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasi eksperimen pada Auditor dan Mahasiswa). Tesis Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Dipenogoro.
39
Samuel & Afiah, Nunuy Nur. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results. Proceedings of 8th Asian Business Research Conference, Bangkok, Thailand, ISBN: 978-1-922069-20-7. Sanusi, Mohd and Iskandar, T.M. 2007. Audit Judgment Performance: Assessing the Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity. Managerial Auditing Journal, 22: 34-52. Sari, Nungky N,. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Semarang: Universitas Dipenogoro. Satria, Wira. 2012. Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Motivasi Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah Se-Provinsi Riau. Riau: Universitas Riau. Septianingtyas, Serlind, Rifa, Dandes, dan Herawati. 2013. Pengaruh Independensi, Integritas, dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing. Jakarta: Universitas Bung Hatta. Setyorini, Andini Ika and Dewayanto, Totok. 2011. Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu, dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Variabel Moderating Pemahaman Terhadap Sistem Informasi (Studi Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Singgih, Elisha M dan Bawono, Icuk R. 2010. Pengaruh Independensi Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII UJSP, Purwokerto. Stanbury, WT. 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of Government: More Myth than Reality. Canada: Fraser Institute Digital Publication. Sukriah, Ika, Akram, Inapty, Biana A. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektif, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XII, Palembang. Supriyono, RA. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisa Pengaruh Indepedensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.
40
Tan, Tong Han dan Alison, Kao. 1999. Accountability Effect on Auditor’s Performance: The Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task Complexity: Journal of Accounting Research 2:209-223. Tarigan, Sabri. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tetclock, P, E dan Kim, J, L. 1987. Accountability and Judgment processes in a Personality Prediction Task. Journal of Personality and Social psychology, (April): 700-709 Thompson, R.L, Higgins, C.A and Howell, J.W. 1991. Personal Computing Toward a Conceptual Model of Utilization. MIS Quartely. pp 124-143. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Wood, R. 1988. Task Complexity: Definition of the Construct. Organisational Behaviour and Human Decision Processes 37, (February): 60- 83. Wulandari, Winda. 2010. Pengaruh Independensi Kompetensi dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Laporan Hasil Audit (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan Wilayah Sumbar). Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.
Lampiran
41
No.
Nama Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Survei pada KAP di Bandung)
Kompentensi dan Independensi secara simultan signifikan, dan dinyatakan berpengaruh positif terhadap kualitas pemeriksaan.
Ahmad Badjuri (2012)
Analisis factor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan audit sektor public (Studi empiris pada BPKP Perwakilan Jawah Tengah)
Integritas dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan pengalaman kerja, independensi dan objektifiktas auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Andini Ika Setyorini (2011)
Pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi (studi empiris pada Auditor di Semarang)
Kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan menggunakan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi.
Norma Kharismatuti (2012)
Pengaruh Kompentensi dan Independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (studi empiris pada internal auditor BPKP DKI Jakarta)
Kompentensi dan Independensi terhadap kualitas audit adalah signifikan, dan berpengaruh positif (dengan menggunakan etika auditor sebagai variabel moderasi)
5
Lilis Andini (2010)
Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit (Studi pada KAP di Surabaya)
Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan motivasi berpengaruh postif dan signifikan terhadap kualitas Audit.
6
Muh. Taufiq
Pengaruh
1
2
3
4
Indra Firmansyah (2012)
Kompetensi, Kompentensi dan motivasi
42
Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Efendy (2010) Pengawasan Keuangan Daerah (Studi empiris pada pemerintah kabupaten gorontalo)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan independensi tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
7
Mulyadi (2012)
Pengaruh pengalaman kerja, kompetensi, independensi, akuntabilitas, profesionalisme, dan kompleksitas tugas auditor terhadap kualitas audit (studi empiris pada KAP Surakarta dan Jogjakarta).
8
Elisha Mulyani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010)
Pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit (Studi pada KAP Big Four di Indonesia)
Independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan secara parsial pengalam tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.
9
Ike Sukriah, Akram, dan Biana Adha Inapty (2009)
Pengaruh pengalaman kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan
Pengalaman kerja, Objektivitas, dan kompetensi berpengaruh positif dan signifikanterhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi dan intigritas tidak mempunyai pengaruh.
10
Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi (2013)
Pengaruh kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi pada KAP di Sumatera)
Kompetensi, Independensi, dan profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
11
ST. Nur
Pengaruh
Kompetensi
43
dan Kompetensi
dan
Irawati (2011)
Independensi Auditor secara Independensi Auditor simultan berpengaruh positif terhadap kualitas Audit (Studi dan signifikan terhadap pada KAP di Makasar) kualitas audit.
44