BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang tersebut, pada pasal 5 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dari Undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap elemen yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia wajib mengusahakan terciptanya pendidikan yang bermutu. Salah satu yang terlibat dalam hal ini adalah guru, karena pendidikan yang bermutu hanya akan tercapai jika pembelajaran yang berlangsung di kelas berjalan sebagai mana mestinya seperti yang direncanakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran akan berpengaruh pada hasil pencapaian pembelajaran itu sendiri. Telah berkembang berbagai macam teori tentang model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). M.Hosnan (2014:295) model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
1
Model PBL seperti yang disebutkan sebelumnya dapat mengembangkan aspek kemandirian belajar. Pada UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penerapan model PBLdapat menjadi salah satu cara untuk mencapai fungsi pendidikan nasional karena dapat mengembangkan kemandirian belajar. Model PBL memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Jamil (2013 : 216) menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran, yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, maka pengetahuan yang didapat akan bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan siswa yang pasif. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan model PBL membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga prestasi yang diperoleh akan optimal. Pembelajaran yang menggunakan model PBL cocok diterapkan pada siswa yang telah memiliki struktur kognitif yang tinggi karena pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi. Atas dasar alasan tersebut, maka model pembelajaran semacam ini cocok bagi siswa SMA atau sederajat. Pada
2
penelitian ini, siswa yang dipilih sebagai objek penelitian adalah siswa kelas X SMK N 1 Saptosari. SMK N 1 Saptosari merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Gunungkidul. Salah satu jurusan yang ada di SMK N 1 Saptosari adalah Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Siswa pada jurusan ini seharusnya memiliki prestasi belajar tinggi di bidang eksak. Salah satu pelajaran eksak yang wajib dipelajari pada jenjang ini adalah matematika. Akan tetapi, pada kenyataannya prestasi belajar matematika siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari bisa dikatakan rendah dilihat dari nilai Ujian Tengah Semester (UTS) genap tahun 2014/2015. Berikut diskripsi data nilai UTS siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari. Tabel 1. Diskripsi Data Nilai UTS Statistic Uts
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
40,8656 36,0467
Upper Bound
45,6845
5% Trimmed Mean
39,9961
Median
36,7000
Variance
354,027
Std. Deviation
Std. Error 2,40909
18,81561
Minimum
10,00
Maximum
93,00
Range
83,00
Interquartile Range
24,50
Skewness Kurtosis
,674 ,178
,306 ,604
Dari Tebel 1 tentangdiskripsi data nilai UTS, dapat diketahui bahwa ratarata nilai UTS siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari adalah 40,8656. Padahal di SMK N 1 Saptosari, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah 75. Dengan KKM tersebut, hanya terdapat 3 dari 61 siswa
3
dapat dikatakan tuntas. Hal ini memperlihatkan bahwa prestasi belajar matematika untuk siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari masih rendah. Selain prestasi belajar di bidang eksak, siswa SMK N 1 Saptosari harus memiliki kemandirian belajar. Hal ini disebabkan karena siswa lulusan SMK dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja. Agar dapat menjadi pekerja yang profesional, maka dibutuhkan kemandirian dari siswa lulusan SMK tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati pembelajaran di kelas, siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari kurang memiliki kemandirian belajar. Hal ini ditunjukan dengan ketergantungan siswa terhadap guru masih begitu tinggi. Siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran matematika. Bahkan ketika guru berhalangan hadir dan meninggalkan tugas, siswa lebih sering mengabaikan tugas tersebut. Penggunaan model pembelajaran Ekspositori yang masih dominan menjadi salah satu alasan kemandirian dan prestasi belajar matematika siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari masih rendah. Hal tersebut juga berdampak pada hasil Ujian Nasional siswa SMK N 1 Saptosari pada tahun 2013. Berikut Tabel 2 tentang daya serap Ujian Nasional mata pelajaran matematika pada materi yang diajarkan di kelas X. Tabel 2. Daya Serap Ujian Nasional Matematika SMK N 1 Saptosari No Kemampuan yang diuji Daya Serap 1. Data dan Pengukurannya 2. Fungsi dan Program Linear 3. Operasi Hitung Bilangan Real 4. Matriks dan Vektor 5. Logika Matematika (Sumber: Pusat Pendidikan Nasional)
53,36 54,63 56,48 63,58 65,12
4
Dari Tabel 2 di atas, terdapat 3 kemampuan yang duijidengan daya serap kurang dari 60, yaitu data dan pengukuran, fungsi dan program linear, serta operasi hitung bilangan real. Apabila memperhatikan keluasan materi, maka materi fungsi dan program linear merupakan materi yang cukup luas. Pada materi fungsi sendiri masih terbagi menjadi beberapa jenis fungsi yang harus dipelajari oleh siswa. Hal tersebut dapat menjadi salah satu alasan mengapa daya serap untuk materi fungsi masih rendah. Materi fungsi di kelas X SMK meliputi fungsi linear, kuadrat, eksponen, logaritma, dan trigonometri. Namun, di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari materi fungsi yang akan diajarkan adalah fungsi linear dan fungsi kuadrat saja. Guru beralasan karena di kelas XI, siswa akan mendapatkan materi eksponen, logaritma, dan juga trigonometri. Selain itu, alokasi waktu yang telah direncanakan pada pembelajaran di kelas X sedikit terganggu dengan persiapan Ujian Nasional yang akan dikuti siswa kelas XII. Fungsi kuadrat merupakan salah satu bentuk dari fungsi aljabar yang banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan perubahan variabel dan berkaitan dengan nilai ekstrim (maksimum dan minimum). Berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan kaidah fungsi kuadrat untuk menyelesaikannya. Biasanya masalah tersebut disajikan dalam bentuk kalimat, sehingga perlu memahami dan menentukan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Paul Eggen dan Don Kauchak (2012:136) menyatakan bahwa langkah pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning meliputi (1) meriview dan menyajikan masalah, (2)
5
menyusun strategi (3) menerapkan strategi, dan (4) membahas dan mengevaluasi hasil. Dari pernyataan tersebut, maka materi fungsi kuadrat yang banyak terkait dengan masalah sehari-hari cocok menggunakan model Problem Based Learning. Umdatun
Nafiah
(2013)
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Pengembangan Bahan Ajar Matematika Pokok Bahasan Fungsi Kuadrat bercirikan Problem Based Learning untuk Siswa Kelas X SMA RSBI”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Hal ini memperkuat pernyataan bahwa model Problem Based Learning cocok digunakan untuk materi fungsi kuadrat. Dengan beberapa alasan tersebut, penelitian ini akan mengambil materi fungsi kuadrat sebagai materi yang digunakan untuk penelitian. Beberapa fakta di atas menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian tentang efektifitas model Problem Based Learning pada pembelajaran matematika ditinjau dari kemandirian dan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa PBL cocok bagi siswa SMA atau sederajat, maka dipilih siswa kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari sebagai objek penelitian. Selain itu, penelitian ini juga akan menguji efektifitas model Problem Based Learning dibandingkan dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari pada pembelajaran matematika, yaitu model Ekspositori.
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut. 1.
Salah satu tujuan pendidikan nasioanal adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang mandiri, namun pembelajaran matematika di kelas
X
TKJ
SMK
N
1
Saptosari
belum
berorientasi
untuk
memumbuhkembangkan kemandirian belajar siswa. Hal tersebut dilihat dari masih dominannya penggunaan model pembelajaran Ekspositori. 2.
PBL yang memiliki karakteristik khusus dan secara teori dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemandirian serta prestasi belajar siswa belum diuji keefektifannya di kelas X TKJ SMK N 1 Saptosari.
3.
Lulusan siswa SMK yang disiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja seharusnya memiliki kemandirian belajar tinggi agar menjadi pekerja yang profesional. Namun dari hasil observasi di SMK N 1 Saptosari, tingkat ketergantungan belajar siswa kelas X terhadap guru masih sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kemandirian belajar siswa masih kurang. Masih kurangnya kemandirian belajar siswa dilihat dari kesadaran siswa untuk belajar secara mandiri tidak berjalan dengan baik.
4.
Siswa SMK jurusan TKJ seharusnya kuat dalam pelajaran di bidang eksak, seperti matematika. Namun dari data hasil Ujian Tengah Semester siswa SMK N 1 Saptosari kelas X menunjukan prestasi belajar masih sangat kurang. Hal tersebut didasarkan pada rata-rata nilai UTS sebesar 40,8656 dan
7
hanya 3 dari 61 siswa yang mampu melampaui nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 5.
Daya serap Ujian Nasional siswa SMK N 1 Saptosari pada materi fungsi masih rendah, yaitu sebesar 54,63.
C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan masalah tidak terlalu luas serta keterbatasan dari pihak peneliti dari segi waktu dan kemampuan, maka guna keefektifan dan keefisienan penelitian, peneliti membatasi bahasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemandirian dan prestasi belajar siswa SMK N 1 Saptosaari kelas X dalam pembelajaran matematika pada materi Fungsi Kuadrat dengan menggunakan model Problem Based Learning. D. Perumusan Masalah Dari batasan masalah yang dibuat oleh penulis, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah penerapan model Problem Based Learning efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
2.
Apakah penerapan model Problem Based Learning efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
3.
Apakah penerapan model pembelajaran Ekspositori efektif ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
4.
Apakah penerapan model pembelajaran Ekspositori efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
8
5.
Apakah model Problem Based Learning lebih efektif dari pada pembelajaran Ekspositori jika ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
6.
Apakah model Problem Based Learning lebih efektif dari pada model pembelajaran Ekspositori jika ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan diantaranya: 1. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model Problem Based Learning ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 2. Untuk mendiskripsikan keefektifan penerapan model Problem Based Learning ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 3. Untuk
mendiskripsikan
keefektifan
penerapan
model
pembelajaran
Ekspositori ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 4. Untuk
mendiskripsikan
keefektifan
penerapan
model
pembelajaran
Ekspositori ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 5. Untuk mendiskripsikan apakah penerapan model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi fungsi kuadrat. 6. Untuk mendiskripsikan apakah penerapan model Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Ekspositori ditinjau dari prestasi belajar siswa pada materi fungsi kuadrat.
9
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pihak Sekolah, yaitu sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Bagi Guru penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan dan inovasi baru dalam pemilihan model yang tepat dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi Peneliti, sebagai sarana menambah pengalaman penelitian dan juga sebagai sarana untuk mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan.
10