1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam undangundang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak
serta
peradapan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.1 Tujuan pendidikan nasional menyebutkan “menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia” dalam praktik pendidikan di sekolah-sekolah, terimlementasi dalam mata pelajaran pendidikan agama termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi peserta didik yang beragama Islam. Oleh karena itu, Penddidikan Agama Islam mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk karakter peserta didik termasuk dalam pengembangan perilaku jujur. Penddikan Agama Islam (PAI) menekankan penanaman iman dan akhlak mulia. Pendidikan tersebut diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan
1
Undang-undang no. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab II pasal 3 (Jogjakarta: Media Wacana, 2003), hlm. 12
2
manusia yang bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Selain itu, PAI juga diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang martabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.2 Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan sentral dalam membentuk karakter peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia termasuk bersiakap jujur. Dalam konteks ini pendidikan Agama Islam (PAI) lebih disepesifikan lagi kedalam pelajaran Aqidah Akhlak yang berfungsi untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan dasar kepada pesrta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan akhlak Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Mata pelajaran Aqidah Akhlak pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan 2
dan
meningkatkan
keimanan
peserta
didik
yang
Zaenal Abidin E.P dan Neneng Habibah, Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikuturalisme, (Jakarta: Balai Penelitian dan pengembangan agama 2009), hlm.12
3
diwujudkan dalam Akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Aqidah Akhlak pada dasarnya menekankan penanaman iman. Pendidikan tersebut diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.3 Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila berarti pila cara tersebut sangat tepat untuk membina mental anak remaja. Penanaman nilai-nilai Akhlaqul Karimah sangat tepat bagi anak remaja agar di dalam perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan penyimpangan kearah negatif. Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.4 Kejujuran adalah salah satu bentuk
3
Ibid, hlm. 4 Dharma Kesuma, Cepi Triana dan Johar permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 16 4
4
nilai. Dalam hubungannya dengan manusia, tidak menipu, berbuat curang atau mencuri merupakan salah satu cara menghormati orang lain.5 Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal ketika anak melaksanakan tes atau ujian. Perbuatan mencontek merupakan perbuatan yang mencerminkan anak berbuat tidak jujur kepada diri, teman, orang tua dan gurunya. Anaak memanipulasi niali yang didapatkannya seolah-olah menampakkan kondisi yang sebenarnya dari kemampuan anak, padahal nilai yang didapatkannya bukan merupakan kondisi yang sebenarnya. Di sisi lain, praktik kenegaraan dan politik selama ini telah bergelimang dengan ketidak jujuran. Ketidak jujuran itu menjelma dalam pelaksanaan profesional, tugas atau pekerjaan yang penuh kelicikan dan kemunafikan hingga merebakkan ketidakadilan. Seperti yang dilakukan sebagian hakim, pengacara, jaksa dan polisi yang menabiri ketidak benaran dengan pasal-pasal undang-undang.6 Jika jujur, disiplin, kerja keras dan seterusnya merupakan modal untuk sukses sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak didik agar dapat sukses dalam kehidupan di kemudian hari, maka seharusnya sifat dan perilaku itulah yang dikembangkan dalam pendidikan.7
5
Thomas Lickona, Educating For Carakter Mendidik Untuk Membentuk Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2013),hlm. 74 6 Agus wibowo, Pendidikan Anti Korupsii Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),hlm. 9 7 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm vi
5
Dalam aktivitas sehari-hari pada umumnya sebagian besar para peserta didik di MTs NU 01 Banyuputih mengabaikan pentingnya kejujuran. Banyak sebagian peserta didik yang belum bisa berlaku jujur meskipun
itu
menyangkut
hal-hal
yang
sangat
sepele.
Contoh
ketidakjujuran adalah para peserta didik pada umumnya mencontek saat ulangan, mencontek tugas milik teman hanya demi mengejar nilai dan keamanan dari hukuman guru-guru. Padahal apa yang dilakukan itu akibatnya sangat fatal. Selain berlaku tidak jujur juga akan merugikan diri sendiri karena peserta didik jadi tidak menguasai materi dan ilmunya. Tindakan ini dilakukan oleh sebagian besar peserta didik. Yang dipikirkan hanya kebutuhan sesaat yaitu bagaimana caranya agar nilai selalu baik. Apa jadinya negara ini jika generasi mudanya ternyata tidak punya kompetensi, karena bisanya hanya mencontek. Masalah tersebut merupakan masalah yang harus dipecahkan oleh semua pihak baik orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam hal
ini
sekolah
mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu
mengembangkan misi moral dan memperbaiki Aqidah Akhlak peserta didiknya sesuai
dengan tuntunan
Islam.
Jika nilai-nilai karakter
tanggung jawab dengan pembelajaran Aqidah Akhlak ini terlaksana dengan baik, maka akan menghantarkan peserta didik pada perilaku atau watak baik pula.
6
Jika diperhatikan kondisi anak setingkat MTs dan sederajat, mereka berada pada usia pra remaja dan menginjak remaja yang sedang mengalami perkembangan dari masa anak-anak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab yang disertai
pertumbuhan
fisik
yang
sangat berbeda sehingga akan
mempengaruhi aspek psikis lainnya. Anak pada usia 12-15 tahun muncul kecenderungan untuk memisahkan diri dari orang tua serta mencari teman sebaya. Dengan
kondisi
seperti
ini,
maka
perlu
perhatian
dan
bimbingan yang positif dari orang tua juga dari pihak sekolah. Alasan saya mengambil judul tersebut karena melihat fenomena perilaku ketidak jujuran seperti contoh diatas akan berdampak besar, selain akan menghambat siswa dalam menerima pembelajaran di kelas juga akan merusak dalam sendi kehidupan bermasyarakatnya karena dari sikap tidak jujur akan berimbas pada hal-hal buruk yang lebih besar. Hal ini menurut penulis ada kaitanya dengan nilai-nilai karakter tanggung
jawab
dan Aqidah
Akhlak.
Karena sangat
pentingnya
masalah penanaman nilai karakter tanggung jawab terutama bagi pembelajaran Aqidah Akhlak, maka kenyataan tersebut menjadi satu hal yang unik yang mengundang perhatian untuk dilihat, dicermati dan dipelajari. Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian
tentang “Implementasi Pengembangan
7
Perilaku Jujur Pada Anak Didik melalui Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU 01 Banyuputih Kabupaten Batang.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU 01 Banyuputih kabupaten Batang? 2. Bagaimana Implementasi pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU 01 Banyuputih kabupaten Batang? 3. Apakah
ada
faktor
pendukung
dan
penghambat
melalui
Implementasi pengembangan perilaku jujur pada anak didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Nu 01 Banyuputih kabupaten Batang? Dari perumusan masalah diatas maka penulis perlu memberikan batasan istilah-istilah yang terkandung guna memudahkan dalam hal pembahasan penelitian ini dan untuk menghindari kekaburan serta penyimpangan dari pokok bahasa dan supaya tidak ada perbedaa persepsi antara penulis dengan pembaca.
8
1. Implementasi Implementasi
mempunyai
arti
pelaksanaan,
penerapan.8
Mengimplementasikan adalah melaksanakan, menerapkan. 2. Pengembangan pengembangan adalah proses, perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna, menjadi lebih baik. 3. Prilaku Jujur Jujur dalam kamus umum bahasa indonesia diartikan dengan lurus hati, tidak curang. Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia, jujur diartikan dengan lurus hati, tidak curang, tulus, ikhlas.9 kejujuran sendiri diartikan sebagai kelurusan hati dan ketulusan hati. 4. Mata Pelajaran Akidah Akhlak mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang berisi tentang dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim serta nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. C. Tujuan dan kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan pokok diatas, tujuan yang diinginkan dicapai dalam penelitian ini adalah :
8
J.S Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2003), hlm. 149. 9 WJS Poerwadartaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm.369
9
a. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU 01 Banyuputih kabupaten Batang. b. Untuk mengetahui Implementasi pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU 01 Banyuputih kabupaten Batang. c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Nu 01 Banyuputih kabupaten Batang. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan teoristis dan kegunaan praktis. 1. Secara teoristis Diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan tentang prilaku jujur. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadikan sebagai inspirasi untuk sekolah-sekolah lain sebagai panutan bila ada pendidikan baik di dalamnya.
10
D. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu maka individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal seperti konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab dan ketrampilan.10 Imam suraji dalam bukunya Etika dalam persepektif Al Quran dan Al-Hadist, bahwa jujur atau benar dalam bahasa Arab disebut shiddiq. Secara hakikat jujur dapat diartikan dengan menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada. Penyampaian tersebut tidak hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui tulisan, isyarat dan perbuatan. Kejujuran harus meliputi seluruh aktifitas setiap muslim, dimulai dari niat sampai pelaksanaannya, baik berupa perkataan, tulisan, kesaksian ataupun perbuatan-perbuatan lainnya. Kejujuran atau kebenaran adalah salah satu sendi penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.11
10
Imam Suraji, Etika Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadist,(Jakarta: Pustaka AlHsna Baru, 2006),hlm. 27 11 Imam, Suraji, Etika Dalam Persepektif Al-Quran dan Al-Hadist,(Jakarta: Pustaka AlHusna Baru, 2006),hlm.250
11
Kejujuran adalah menjadi salah satu tanda dari pada akhlak yang baik, dan karenanya diperintahkan oleh islam.12 Jujur atau benar, ialah memberitahukan, menuturkan sesuatu sebenarnya lawannnya ialah dusta yaitu memberitakan sesuatu berlainan dengan sebenarnya, walaupun tidak sengaja.13 Akhlak adalah tingkah laku atau perangai manusia yang melekat dalam hati manusia yang dari padanya keluar kemauan pilihan atas baik buruknya perbuatan.14 Menurut Buchari Alma, selama ini manusia tidak jujur dan korup lahir dari hasil pendidikan kita yang penyelenggaraan dan prosesnya mengandung ketidak jujuran. Akibatnya para peserta didik, setelah tamat mereka menjadi polisi, tentara, jaksa, pengacara, pegawai pajak, guru, pemborong, pengusaha, berbaur dengan lingkungan eksternal yang sudah rusak oleh generasi pendahulu. Prosese pendidikan yang mengandung ketidak jujuran tersebut antara lain nyontek dalam proses ujian adalah simpil yang amat stategis yang perlu dibasmi dalam proses ujian dunia pendidikan.15 Perangai jujur jelas bersumber dari hati. Pengertian jujur amat sukar dipisahkan dari perangai adil. Orang yang jujur dalam menilai dirinya sendiri maupun orang lain akan bersikap adil. Schulman dan
12
Abu Tauhied MS, Seratus Hadist Pendidikan dan Pengajaran (terjemah dan komentar), (Purwekerto: Yayasan pendidika islam/perguruan tinggi”imam puro”,1987),hlm. 61 13 Moh. Rifai, Akhlak Seorang Muslim,(Semarang:wijaksana),hlm. 74 14 Abu Tauhied MS, op, cit,hlm. 49 15 Syaiful Sagala dan Syawal gultom (editor), Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI,(Bandung: Alfa beta,2011), hlm.54
12
Mekler (1990) dengan pendekatan yang berbeda, dalam publikasinya berjudul Bringing up A Moral Child menekankan bahwa pengertian just (adil) tidak sekedar adil tetapi juga jujur dan menghargai hak-hak orang lain. 16 2. Penelitian Tedahulu Dalam skripsi karya Risdiana yang berjudul “Kedisiplinan dan Kejujuran Mahasiswa Dalam Menggunakan Jasa Perpustakaan” menyatakan bahwa kedisiplinan dan kejujuran mahasiswa dalam menggunakan jasa perpustakaan stain pekalongan adalah menerapkan sikap disiplin dan jujur dalam menggunakan jasa perpustakaan dengan adanya kesadaran diri mahasiswa untuk selalu menaati peraturan yang ada di perpustakaan stain pekalongan. Dapat dikatakan prilaku beberapa mahasiswa dalam menggunakan jasa perpustakaan STAIN pekalongan kurang disiplin dan kurang jujur, namun ada sebagian mahasiswa yang benar-benar disiplin dan jujur.17 Skripsi karya I’anah yang berjudul“Pemanfaatan Kantin Kejujuran Sebagai Media Pendidikan Akhlak Siswa SMP N 1 Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan” hasil penelitian menyatakan bahwa kantin kejujuran berperan penting dalam mendidik akhlak siswa, khususnya akhlak yang baik seperti bersikap jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, serta ikhlas dalam perbuatan. Serta adanya pemanfaatan kantin 16
Muchlas Samani dan Hariyanto, konsep dan model pendidikan karakter,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 135 17 Risdianah,”Kedislipinan dan Kejujuran Mahasiswa dalam Menggunakan Jasa Perpustakaan Stain Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), hlm. viii
13
kejujuran sangat membantu mempengaruhi akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari.18 Skripsi karya Khaerul Huda yang berjudul “Urgensi pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Membentuk Kejujuran Siswa di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan”, hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al Hikmah Proto Pekalongan mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan kejujuran siswa, namun dibutuhkan juga kerjasama antara peran guru dan orang tua siswa, sehingga dalam kesehariannya kepribadian siswa tidak kehilangan arah setelah usai jam sekolah. Dalam merubah adab mendidik karakter perilaku siswa dibutuhkan proses pembelajaran mengenai perilaku yang harus ditunjukkan oleh guru dan orang tua siswa, yang berdasarkan pada keimanan. Kerjasama antara guru dengan orang tua di perlukan dalam hal ini guna sang anak tidak kehilangan sosok panutan di rumah. Proses pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk karakter dasar siswa dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.19 Skripsi karya Tutik Fidyaningrum yang berjudul “Korelasi PAI dengan pembentukan karakter kejujuran peserta didik kelas VIII SMP N 1 Wonotnggal” menyatakan bahwa PAI peserta didik kelas VIII
18
I’anah “ Pemanfaatan Kantin Kejujuran sebagai Media Pendidikan Akhlak Siswa SMP N 1 Sragi Kecamatan Sragi kabupaten Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm 76-77 19 Kherul Huda “Urgensi Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Membentuk Kejujuran Siswa di MTs Al-khikmah Proto Kedungwuni Pekalongan”,Skripsi Sarjana Pendidikan Islam,(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012),hlm.82
14
SMP N 1 Wonotunggal memiliki korelasi positif yang signifikan dengan karakter kejujuran peserta didik. Indikator kejujuran adalah dalam perbuatan, perkataan, berfikir dan pergaulan.20 Berdasarkan dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kejujuran adalah sifat yang terpenting yang harus dimiliki oleh peserta didik agar kedepannya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermoral. Dan dalam pengembangannya harus ada peran-peran penting dari orang tua dan guru di sekolahan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, penelitian ini lebih menekankan pada imlementasi perilaku jujur pada pelajaran Aqidah Akhlak dimana pelajaran Aqidah Akhlak ini sangat berperan dalam pengembangan perilaku siswa termasuk perilaku jujur didalamnya. 3. Kerangka Berfikir Jujur berarti mengatakan yang sebenarnya. Ini berarti tidak menyesatkan orang lain untuk keuntungan kita sendiri. Ini juga berarti berusaha
untuk
membuat
keputusan, terutama
yang penting,
berdasarkan bukti dan bukan prasangka. Jujur mencakup berurusan dengan orang lain dan jujur dengan diri kita sendiri. Untuk memahami pentingnya jujur kepada orang lain, anak-anak kita perlu belajar hidup bersama yang tergantung pada kepercayaan. Tanpa kejujuran, tidak mungkin ada kepercayaan satu sama lain. Jujur dengan diri kita 20
Tutik fidyaningrum,”Korelasi PAI dalam Pembentukan Karakter Kejujuran Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.73
15
melibatkan pengakuan pada kesalahan kita sendiri, bahkan ketika kita harus mengakuinya kepada orang lain. Ini termasuk kritik terhadap diri sendiri. Intinya adalah untuk belajar dari kesalahan kita dan melakukan yang terbaik untuk memperbaikinya. Perilaku jujur merupakan suatu sikap yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut akhlak dan tingkah laku seseorang. Jujur termasuk salah satu akhlak utama yang terbesar, sifat manusia yang paling mulia dan asas keimanan. Dengan kejujuran akan tampak kemuliaan, cita-cita dan keluhuran. Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Padahal kejujuran adalah sifat yang terpenting yang harus dimiliki oleh peserta didik agar kedepannya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermoral. Pelajaran aqidah akhlak merupakan bagian integral atau pelajaran dasar dari pendidikan agama Islam secara keseluruan, karena didalamnya mengajarkan tentang bagaimana bertingkah laku dan pembentukan karakter moralitas anak didik atau peserta didik. Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk karakteristik peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, termasuk
16
mengamalkan nilai-nilai kejujuran yang selalu ditekankan dalam ajaran
islam.
Melalui
pembelajaran
aqidah
akhlak
berusaha
menanamkan ajaran islam kepada peserta didik. E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian dan pendekatan yang digunakan Dalam skripsi ini, penelitian yang akan dilakukan termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.21 2. Sumber data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.22 Sumber data penelitian dibagi mejadi dua bagian, yaitu: a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan
mengenakan
alat
pengukuran
atau
alat
pengambilan data langsung pada sunjek ssebagai sumber informasi yang dicari.23 Sumber data dari penelitian ini yaitu guru Aqidah Akhlak dan peserta didik di MTs NU 01 Banyuputih Batang. Guru dalam hal ini bukanlah fisiknya, melainkan perilakunya dalam
21
Lexy Maloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. 17, hlm. 4 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 1998), cet. XI, hlm. 114 23 Saifudin azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), hlm. 91.
17
memberikan pembelajara. Sedangkan peserta didik masuk data primer karena data yang diperoleh secara langsung dari narasumber. b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi atau laporan yang sudah tersedia.24 Data sekunder ini mencangkup: kepala sekolah, karyawan dan wali murid di MTs NU 01 Banyuputih Batang serta buku-buku yang dapat menjadi rujukan atau literatur dalam penelitian ini. 3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: a. Metode Observasi Metode observasi merupakan pengamatan atau pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang bagaimana implementasi pengembangan prilaku jujur pada anak didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nu 01 Banyuputih kabupaten Batang, dengan cara pengamatan langsung di dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dan untuk memperoleh data-data mengenai problem, respon peserta didik serta inisiatif
24
Op,cit Hlm. 91 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1978), hlm. 4 25
18
guru dalam penerapan pengembangan perilaku jujur pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs NU 01 Banyuputih, Batang. b. Metode Interview Metode
interview
adalah
sebuah
wawancara
yang
dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari terwawancara.26 Interview juga dapat dimaknai sebagai teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.27 Metode ini ditujukan kepada para siswa dan guru Aqidah Akhlak di MTs NU 01 Banyuputih Batang dan metode ini dimaksudkan untuk memperolah data-data yang dibutuhkan guna melengkapi data pada penelitian ini. c. Teknik dokumentasi Metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan meneliti data dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan
tujuan
penelitian.28
Bentuk-bentuk
dokumentasi
diantaranya struktur organisasi sekolah, data-data tentang sekolah, buku-buku paket Aqidah Akhlak serta RPP dan silabus mata pelajaran Aqidah Akhlak.
26
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 145 Sutrisno Hadi, Op,Cit., hlm. 193 28 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 27 27
19
d. Teknik analisis data Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif yaitu mengungkapkan dan memaparkan data serta fakta yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dalam penelitian dideskripsikan dan dipaparkan
hasil
dari
wawancara,
dokumentasi,
maupun
pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan implementasi pengembangan perilaku jujur pada anank didik dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nu 01 Banyuputih Kabupaten Batang. Analisis atau penafsiran data merupakan proses mencari dan menyusun atur secara sitematis catatan temuan peneliti melalui
pengamatan
dan
wawancara
dan
lainnya
untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus yang dikaji.29 Disamping itu analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan materi lainnya yang peneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti sendiri tentang data dan memungkinkan peneliti untuk mempresentasikan apa-apa yang telah ditemukan pada orang-orang lain sebagai objek peneliti.30 Adapun analisa data untuk memperoleh data tentang Implementasi Pengembangan Perilaku jujur pada anak didik
29
Dr. Tohirin, M. Pd. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling (jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013) hlm. 141 30 M. Djunaidi Ghony & Fauzan almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 246
20
dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nu 01 Banyuputih. Penulis menggunakan analisa kuantitatif. Dengan menggunakan statistik deskriptif, dimana peneliti menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dengan maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan data sampel yang telah diambil. F. Sistematika pembahasan Untuk mempermudah dalam penyusunan dan penulusan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II landasan teori, meliputi : Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs dan perilaku jujur, mata pelajaran aqidah Akhlak meliputi: tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak, perilaku jujur meliputi : pengertian kejujuran, jenis-jenis kejujuran, dan faktor-faktor yang menimbulkan ketidak jujuran. Bab III Pertama Gambaran umum MTs NU 01 Banyuputih Batang yang meliputi : Sejarah Berdirinya Madrasah, Letak geografi Madrasah, visi dan Misis Mts NU 01 Banyuputih, stryktur Organisasi MTs Nu Banyuputih, Sarana dan Prasarana MTs Nu 01 Banyuputih, Profil Guru dan Karyawan, profil peserta didik, kegiatan pengambangan keagamaan di
21
Mts Nu 01 Banyuputih, Kedua Perencanaan Pengembangan Perilaku Jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII MTs NU
01
Banyuputih
Kabupaten
Batang,
ketiga
Implementasi
pengembangan perilaku jujur pada peserta didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Nu 01 Banyuputih, Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak
kelas VIII di Mts NU 01
Banyuputih Kabupaten Batang. Bab IV Analisis Perencanaan pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs NU Banyuputih kabupaten Batang. Analisis Imlementasi pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas VIII MTs NU 01 Banyuputih Batang, Analisis faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan perilaku jujur pada anak didik melalui mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTs Nu 01 Banyuputih Batang. Bab V Penutup meliputi : Kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.