BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Sistem informasi pemerintahan telah tumbuh
pesat. Pemerintahan
merupakan salah satu penyedia jasa bagi masyarakat. Dengan demikian tantangan penggunaan sistem informasi pada bidang pemerintahan menjadi semakin meningkat.
Pengelolaan
yang
berkualitas
akan
menghasilkan
kinerja
pemerintahan yang baik. Sistem informasi adalah salah satu komponen terpenting dalam pengelolaan perusahaan karena pada dasarnya sistem informasi (SI) telah diimplementasikan di banyak perusahaan termasuk dalam bidang pemerintahan dengan biaya yang besar, namun masalah yang timbul adalah penggunaan yang masih rendah terhadap sistem informasi. Rendahnya penggunaan sistem informasi diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang mendasari terjadinya productifity paradox yaitu investasi yang mahal di bidang sistem tetapi menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah (Davis dan Venkatesh, 2000 dalam Muawanah dkk, 2016). Seiring dengan kemajuan dalam bidang teknologi komputer dan informasi dewasa ini, sistem informasi akuntansi telah berkembang menjadi sistem informasi berbasis komputer. Sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi memungkinkan pemakai laporan keuangan dapat melihat laporan keuangan setiap saat dengan lebih cepat dan akurat. Penyajian informasi keuangan dan nonkeuangan dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan adanya paket program
1
2
sistem informasi akuntansi yang dewasa ini semakin banyak variasinya dan dapat diperoleh dengan mudah dipasaran. Sehingga organisasi memiliki alternatif untuk memilih antara paket program sistem informasi akuntansi yang dijual dalam paket yang sudah jadi atau dapat memesan khusus sesuai dengan karakteristik perusahaan. Sistem informasi menawarkan sinergi dan efisiensi informasi pada suatu organisasi (Dewett dan Jones, 2001 dalam Muawanah dkk, 2016). Dengan sistem informasi, karyawan organisasi dapat mencari dan menyerap pengetahuan untuk menjalankan
pekerjaannya
atau
menyelesaikan
masalah-masalah
dalam
pekerjaannya, kemudahan komunikasi dengan memperpendek jarak dan mempersingkat
waktu
penyampaian
informasi.
Sistem
informasi
akan
meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan yang mencakup kemampuan untuk menyimpan dan memperoleh informasi yang cepat, murah dan akurat. Perkembangan Penggunaan
teknologi
teknologi
informasi
informasi,
termasuk
berdampak
pada
sistem
informasi
perusahaan. akuntansi,
diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Menurut (Romney and Steinbart, 2009 dalam Hidayat & Hariswanto, 2014), penerapan sistem informasi akuntansi di perusahaan dapat memberi nilai tambah bagi pengguna yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pencapaian kinerja individual dinyatakan berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi informasi yang ada. Kinerja yang lebih tinggi mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi,
3
efektivitas atau kualitas yang lebih tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada individu (Goodhue dan Thompson, 1995 dalam Muawanah dkk, 2016). Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja individu seseorang salah satunya adalah dengan meningkatkan efektivitas penggunaan SIA. Efektivitas dapat diartikan sebagai tingkatan pencapaian hasil yang diharapkan. Penggunaan teknologi sistem informasi diharapkan agar individu dari perusahaan yang merupakan pengguna sistem tersebut dapat menghasilkan output yang semakin baik dan kinerja yang dihasilkan tentu akan meningkat. Teknologi informasi melalui komputerisasi dan sistem informasi yang terintegrasi akan sangat mendukung aktivitas operasional. Pemrograman komputer dapat bermanfaat untuk melakukan pengolahan data secara cepat, menyeragamkan dokumentasi, ketepatan penghitungan, dan menghindari pemasukan data yang berulang-ulang (Tarigan, 2011 dalam Muawanah dkk, 2016). Penggunaan sistem informasi akuntansi dalam pemerintahan menuntut pemakai komputer (user) meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan komputer (Sari, 2009 dalam Muawanah dkk, 2016). Semakin lihai pengguna atau pemakai komputer (user) maka semakin efektif penerapan sistem informasi akuntansi didalam perusahaan sehingga kinerja semakin meningkat. Kepercayaan diperlukan oleh pemakai teknologi sistem informasi dalam menjalankan kegiatan operasional sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Seorang individu yang memiliki kepercayaan
terhadap penerapan sistem
informasi baru akan berusaha untuk menggunakan sistem informasi demi
4
mendukung kinerjanya. Sebaliknya, individu yang memiliki rasa skeptis terhadap sistem informasi baru akan merasa terhambat untuk membuktikan kinerjanya. Hal ini makin dapat dirasakan apabila penerapan sistem merupakan mandatori (wajib) bagi para pemakai (Endang, 2013 dalam Muawanah dkk, 2016). Tingkat kemampuan teknik di dalam suatu analisa data sangat diperlukan karena semakin bagus tingkat kemampuan teknik pemakai maka hasil analisa tersebut akan semakin akurat atau kesalahan akan semakin kecil dan kualitas informasi semakin bagus. Disamping itu dengan semakin singkatnya waktu yang diperlukan untuk memproses suatu data maka biayanya akan semakin kecil (Alannita dan Suaryana, 2014 dalam Muawanah dkk, 2016). Selain kemampuan pemakai SIA, kenyamanan disekitar pengguna komputer (user) juga dapat mendukung kinerja individu. Kenyamanan terhadap lingkungan maupun peralatan kerja (perangkat komputer dan sebagainya) yang baik memudahkan pengguna (user) dalam mencari data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas organisasi (Lubis, 2011 dalam Muawanah dkk, 2016). Fakta yang ada di Indonesia, masalah sering muncul ketika kinerja individu semakin menurun karena teknologi yang diterapkan dalam sistem informasi tidak sesuai atau tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakai sistem sehingga penerapan sistem informasi kurang memberikan manfaat dan tidak memberikan kontribusi positif terhadap kinerja individualnya. Penggunaan sistem informasi pada DPKAD di Kota Semarang masih sebatas penggunaan komputer untuk pengetikan dan mendukung proses administrasi semata. Fungsi teknik informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan
5
informasi publik masih jauh dari harapan, apalagi proses pengambilan keputusan berbasis sistem informasi masih belum menjadi fokus perhatian sehingga hal ini akan mempengaruhi kualitas penyediaan informasi publik. Upaya penerapan sistem informasi pada DPKAD di Kota Semarang masih mengalami beberapa kendala, hal ini menunjukkan bahwa sistem informasi pada DPKAD di Kota Semarang belum dijalankan dengan efektif. Penggunaan sistem informasi yang kurang efektif tersebut akan berdampak negatif pada kinerja dan mutu pelayanan. Tabel 1.1 Research GAP Muawanah, dkk (2016)
Suratini, dkk (2015)
Widyasari & Suardikha (2015)
Variabel Independen Efektifitas + + Penggunaan SIA Kepercayaan + Terhadap SIA Kemampuan + + Teknik Pemakai Kenyamanan + + Fisik Variabel Kinerja Individu Dependen Sumber : Disarikan dari berbagai artikel
Alannita & Suaryana (2014)
Ashianti & Fani (2013) +
+
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu (Studi Kasus Pada Karyawan Bagian Akuntansi di Kantor DPKAD Kota Semarang)”.
6
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi
berpengaruh
terhadap kinerja individu ? 2.
Apakah kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja individu ?
3.
Apakah kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja individu ?
4.
Apakah kenyamanan fisik berpengaruh terhadap kinerja individu ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu.
2.
Untuk mengetahui dan mrnganalisis pengaruh kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis Kenyamanan fisik terhadap kinerja individu
7
1.3.2 Manfaat Penelitian Dengan dicapainya tujuan penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1.
Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas, serta menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dan kemampuan dalam menganalisis teknologi informasi yang lebih mendalam, serta mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kinerja indvidu.
2.
Bagi Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh teknologi informasi terhadap kinerja individu.
3.
Bagi dunia di bidang pemerintahan terutama DPKAD Kota Semarang, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penyempurnaan dalam perbaikan sistem informasi dan mengamati kinerja karyawan yang didasarkan pada kemajuan teknologi informasi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Nilai variabel dapat berupa angka berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu kisaran nilai (Indriantoro dan Supomo, 2014). Dalam penelitian ini menggunakan variabel sebagai berikut: 3.1.1.1 Variabel Bebas (Independent variable) (X) Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Meliputi efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi, kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi, kemampuan teknik pemakai sistem akuntansi, dan kenyamanan fisik (Indriantoro dan Supomo, 2014). 3.1.1.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y) Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2014). Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) Kinerja Individu. 3.2
Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen 1.
Efektivitas Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi Kesusksesan sebuah sistem informasi harus diukur berdasarkan keefektifan teknologi informasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi, dan meningkatkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan. (Dehghanzade et al.
24
25
2011 dalam Ashianti dan Fani, 2013) mendefinisikan efektivitas sistem informasi akuntansi sebagai persepsi pembuat keputusan bahwa output informasi yang tersedia kepada mereka melalui pemrosesan transaksi, pelaporan manajemen, dan sistem anggaran memenuhi kebutuhan mereka untuk koordinasi dan pengendalian organisasi. Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu (Sierrawati dan Damayanthi, 2012 dalam Widyasari & Suardikha, 2015). Variabel ini diukur menggunakan skala likert dengan pernyataan yang menunjukkan presepsi responden terhadap penggaruh efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu dengan 5 skala pernyataan. Skor 1 mengindikasikan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 netral, skor 4 setuju dan sekor 5 sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. 2.
Kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi Kepercayaan digambarkan sebagai suatu tindakan kognitif (bentuk pendapat atau prediksi bahwa sesuatu akan terjadi atau orang akan berperilaku dalam cara tertentu), afektif (masalah perasaan) berupa masalah pilihan atau keinginan (Hamzah, 2009 dalam Ashianti & Fani, 2013).
26
Kepercayaan terhadap SIA adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada teknologi informasi dimana kita memiliki keyakinan terhadapnya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Variabel ini diukur menggunakan skala likert dengan pernyataan yang menunjukkan presepsi responden terhadap penggaruh kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu dengan 5 skala pernyataan. Skor 1 mengindikasikan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 netral, skor 4 setuju dan sekor 5 sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. 3.
Kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi Kemampuan teknik pemakai adalah tingkat pengetahuan pemakai dalam mengaplikasikan sistem informasi yang diterapkan oleh perusahaan (Fitri, 2012 dalam Muawanah dkk, 2016). Kemampuan ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan pemakai. Pemakai yang memiliki tingkat pengetahuan dalam bidang komputer memiliki kinerja yang lebih tinggi dibanding pemakai yang memiliki pengetahuan yang kurang dalam bidang komputer. Semakin tinggi tingkat pengetahuan pemakai akan meningkatkan penggunaan sistem informasi yang dapat meningkatkan kinerja pemakai sistem informasi akuntansi. Variabel ini diukur menggunakan skala likert dengan pernyataan yang menunjukkan persepsi responden terhadap pengaruh kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu dengan 5 skala
27
pernyataan. Skor 1 mengindikasikan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 netral, skor 4 setuju, skor 5 sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. 4.
Kenyamanan fisik Kenyamanan fisik merupakan rasa nyaman terhadap lingkungan maupun peralatan kerja (perangkat komputer dan sebagainya) yang baik memudahkan pengguna (user) dalam mencari data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas pemerintahan. Instrumen ini dikembangkan oleh
(Pratama dan
Suardikha, 2013 dalam Muawanah dkk, 2016). Variabel ini diukur menggunakan skala likert dengan pernyataan yang menunjukkan persepsi responden terhadap pengaruh kenyamanan fisik terhadap kinerja individu dengan 5 skala pernyataan. Skor 1 mengindikasikan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 netral, skor 4 setuju, skor 5 sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. 3.2.2 Variabel Dependen Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen kinerja individu, yaitu Kinerja lebih tinggi memiliki pengertian yakni terjadi peningkatan kualitas yang baik, sehingga tugas yang akan diberikan kepada individu (karyawan) dalam suatu organisasi dapat dilaksanakan dengan tepat waktu (Murty dan Hudiwinarsih, 2012 dalam Alannita & Suaryana, 2014). Kinerja yang baik terlihat apabila individu dapat menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Individu
28
diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan bantuan teknologi, sehingga tugas yang dikerjakan dapat diselesaikan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan mengajukan empat pertanyaan yang menunjukkan persepsi responden terhadap kinerja individu dengan 5 skala pernyataan. Skor 1 mengindikasikan sangat tidak setuju, skor 2 tidak setuju, skor 3 netral, skor 4 setuju, skor 5 sangat setuju terhadap pertanyaan yang diajukan. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No
1
Variabel penelitian
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Efektivitas Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (X1)
Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan , memproses dan menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah
a. Output yang disajikan dalam format yang berguna b. Informasinya jelas c. Sistemnya akurat d. Sistem memberikan informasi yang cukup e. Sistem memberikan informasi yang upto-date f. Mendapatkan informasi tepat waktu g. Sitem memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan h. Isi informasi memenuhi kebutuhan
(Ashianti & Fani, 2013)
29
informasi yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas maupun waktu. 2
Kepercayaan Terhadap Sistem Informasi Akuntansi (X2)
Kepercayaan terhadap SIA yaitu memiliki kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi akuntansi jika pemakai merasa bahwa dengan penggunaan teknologi sistem informasi tersebut tugastugas yang dihadapinya akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat.
a. Sistem informasi (Ashianti & akuntansi akan Fani, 2013). mempercepat penyelesaian pekerjaan b. Sistem informasi perusahaan harus selalu diperbaharui c. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk sistem informasi akuntansi tidak menjadi masalah jika output dari sistem tersebut bisa meningkatkan kinerja d. Saya percaya kinerja individual bisa dinilai secara adil dengan sistem informasi akuntansi
3
Kemampuan teknik pemakai Sistem Informasi Akuntansi (X3)
Kemampuan a. Kemampuan teknik Alannita & teknik pemakai sistem yang Suaryana sistem berhubungan (2014) informasi dengan komputer akuntansi b. Kemampuan teknik merupakan analisis yang faktor efektif berhubungan yang dengan organisasi, berpengaruh manusia dan terhadap lingkungan sekitar kinerja dan
30
dapat dilihat dari bagaimana pemakai sistem menajalankan sistem informasi akuntansi. 4
Kenyamanan fisik (X4)
Kenyamanan a. Suasana fisik lingkungan kerja merupakan rasa yang nyaman, yaman bersih, terhadap rapi serta fasilitas lingkungan keamanan yang maupun memadai peralatan kerja membuat (perangkat semangat kerja komputer dan meningkat sebagainya) b. Apakah yang baik keamanan di memudahkan tempat kerja pengguna sudah bekerja (user) dalam dengan mencari data baik sehingga yang mendukung diperlukan kenyamanan dalam dalam bekerja menyelesaikan tugas.
Pratama & Suardikha, 2013)
5
Kinerja Individu Kinerja individu a. Pemanfaatan sistem (Ashianti & komputer (Y) merupakan Fani, 2013). perusahaan suatu ukuran mempunyai yang dapat pengaruh besar dan digunakan positif untuk penyelesaian tugas menetapkan saya. perbandingan b. Sistem informasi hasil akuntansi pelaksanaan mempunyai arti tugas, tanggung dalam membantu jawab yang meningkatkan diberikan oleh kinerja individu. organisasi pada c. produktif dan periode tertentu, kreatif dan relatif dapat dalam tugas digunakan
31
untuk mengukur . prestasi kerja atau kinerja organisasi.
3.3
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel
3.3.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Yang menjadi objek penelitian ini adalah Kantor DPKAD di Kota Semarang. Unit sampel adalah suatu elemen atau kelompok elemen yang menjadi dasar untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 2014). Unit sampel penelitian ini adalah karyawan yang menggunakan sistem informasi akuntansi di Kantor DPKAD Kota Semarang. 3.3.2 Populasi dan Sampel Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014) Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Bagian Akuntansi di Kantor DPKAD Kota Semarang yang berjumlah 80 karyawan. Sampel merupakan sebagian elemen-elemen populasi, dalam peneliti ini pengambilan sampel dengan teknik Sensus, yaitu meneliti seluruh elemen populasi.
32
3.4
Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang
digunakan meliputi tanggapan responden mengenai pengaruh
efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi, kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi, kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi, kenyamanan fisik terhadap kinerja individu. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung dari responden. 3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap benda, kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2014: 147). Data primer meliputi data mengenai pendapat responden efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi, kepercayaan terhadap sistem informasi akuntansi, kemampuan teknik pemakai sistem informasi akuntansi, dan kenyamanan fisik dan kinerja individu di di Kantor DPKAD Kota Semarang. Data pada kuisioner tersebut berupa: a. Karakteristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan lama bekerja. b. Tanggapan responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu.
33
3.5 Metode Penggumpulan Data Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan kuisioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara : antara lain kuisioner secara personal dan kuisioner lewat pos (Indriantoro dan Supomo, 2014: 154) Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang digunakan adalah dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden dalam bentuk daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis. Kuisioner ini bertujuan untuk memperoleh data yang berupa jawaban dari responden. 3.6 Skala Pengukuran Untuk mengukur variabel penelitian yang telah ditetapkan, digunakan skala pengukuran. Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ke-tidaksetujuan-nya terhadap subyek, obyek, atau kejadian tertentu (indriantoro dan Supomo, 2014) Dengan skala 1-5 maka variabel yang akan diteliti dan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator itu menjadi titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang memakai skala likert pengukuran dan mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai sangat positif yang dapat berupa kata sebagai berikut:
34
STS = sangat tidak setuju, dengan nilai 1 TS
= tidak setuju, dengan nilai 2
N
= netral, dengan nilai 3
S
= setuju, dengan nilai 4
SS
= sangat setuju, dengan nilai 5 Selanjutnya menganalisis data kuantitatif. Analisis kuantitatif menekankan
pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis dengan prosedur statistik. 3.7 Metode Analisis Agar data yang dikumpulkan dapat bermanfaat maka harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu, sehingga dapat disajikan dasar pengambilan keputusan. Adapun metode analisis yang digunakan: 3.7.1 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif yaitu analisis dengan menggunakan input data kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik, metode yang bersifat analisis yang digunakan berdasarkan jawaban yang telah dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibagikan kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Ada beberapa tahap sebagai berikut mengolah setiap jawaban dari setiap kuisioner yang telah disebarkan memberi skor pada masing-masing pertanyaan. Pemberian nilai pada kuisioner yang telah disebarkan kepada responden (Ghozali, 2012). 3.7.2 Analisis Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau diskripsi satu data yang dilihat dari rata-rata standar devisiasi, variance, maksimum,
35
minimum, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2012). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah organisasi yang lebih jelas dan yang menjadi sampel statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan, serta penyajian hasil peningkatan tersebut (Ghozali, 2012)
3.7.3 Uji Kualitas Data 3.7.3.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu kuisioner. Kuisioner
dinyatakan
valid
jika
pertanyaan
pada
kuisioner
mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur kuisioner tersebut, (Ghozali, 2012). Untuk mengukur validitas, digunakan teknik corelation product moment dengan cara mengkorelasi skor butir dengan skor total. Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti memakai 80 responden dan tarif 5% dengan bantuan program SPSS 16. 3.7.3.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari satu variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2012). Indikator untuk uji reliabilitas adalah Cronback Alpha, suatu data dikatakan reliable jika variabel memiliki nilai Cronback Alpha lebih dari 0,70.
36
3.7.4 Uji Asumsi Klasik Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi uji asumsi-asumsi yang disyaratkan yaitu memenuhi uji asumsi normalitas dan bebas dari multikolonieritas, heterokedastisitas. 3.7.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel pengganggu atau residu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012). Untuk mengetahui data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
Kolmogorov-smirnov.
Jika
Kolmogorov-smirnov lebih besar dari α = 0,05, maka data normal (Ghozali, 2012). 3.7.4.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan ada atau tidaknya korelasi atar variabel bebas (Ghozali, 2012). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Manfaat dari hasil pengujian multikolonieritas adalah model regresi yang dipakai benar-benar teruji keandalannya untuk memprediksi variabel yang berpengaruh terhadap kinerja. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat digunakan beberapa cara sebagai berikut: a. Jika 𝑅2 yang dihasilakan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak
37
signifikan mempengaruhi variabel dependen, maka dalam model regresi terdapat adalanya multikolinearitas. b. Menganalisis matriks kolerasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Toleransi mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Toleransi). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Toleransi ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peniliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir 0,95. Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai Toleransi dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang saling berkolerasi.
38
3.7.4.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2012 ). Untuk memeriksa ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk keperluan mengetahui terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diamati pada grafik Scatterplot model regresi. 3.7.5 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi selain mengukur kekuatan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2012). Untuk bagaimana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini, model analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Berganda, yang digunakan : Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
39
Dimana: Y = Kinerja individu β1 sampai β4 = Koefisien arah regresi X1 = efektivitas penggunaan SIA X2 = kepercayaan terhadap SIA X3 = kemampuan teknik pemakai SIA X4 = kenyamanan fisik e = standar error
3.7.6 Uji Hipotesis Untuk mengatahui hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak, maka digunakan uji statistik sebagai berikut: 3.7.6.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan α = 5 persen (Ghozali, 2012). Kriteria pengujian berdasarkan probabilitas sebagai berikut: a. Jika probabilitas (signifikansi) lebih besar dari 0,05 (α), maka variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Jika probbilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (α), maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai yang lebih besar adalah variabel yang paling berpengaruh.
40
3.7.6.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2012). ANOVA (Analisis of Variance) dapat digunakan untuk melakukan uji signifikansi simultan. Untuk menjawab masalah, mencapai tujuan dan pembuktian hipotesis serta untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap variabel terikat, maka perlu dilakukan uji t. Sementara uji F digunakan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang digunakan secara silmutan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dilakukan dengan cara menguji nilai F. 3.7.6.3 Uji Koifisiensi Determinasi (𝑹𝟐 ) Koefisien determinasi (𝑅2 )
pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
41
masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai determinasi yang tinggi (Ghozali, 2012).