BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai
harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan berbagai usaha serta langkah-langkah dalam pencapaiannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa perencanaan karir dan pemilihan karir untuk masa depan. Untuk meraih cita-cita tersebut banyak yang terlebih dahulu harus dilalui seseorang, salah satunya dengan menempuh pendidikan terlebih dahulu sebagai bekal untuk menggapai cita-cita tersebut. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah (SMP), pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), dan pendidikan tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas). Pendidikan formal memainkan peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui jenjang pendidikan formal seseorang mendapatkan banyak pengetahuan yang berguna untuk mengembangkan potensi dirinya. (Sistem Pendidikan Nasional, DIKNAS) Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh selama tiga tahun setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sejak tahun 2004/2005 Pemerintah memberlakukan program wajib belajar 12 tahun, artinya sampai
1
Universitas Kristen Maranatha
2
dengan jenjang SMA. Pada tahun kedua, siswa SMA dapat memilih salah satu dari tiga jurusan yang tersedia, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga, yakni kelas XII SMA, siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional atau UAN. Ujian Akhir Nasional (UAN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan pemerintah, yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya sudah dihapus. UAN merupakan alat ukur untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan selama Sekolah Menengah Atas. Lulusan Sekolah Menengah Atas dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja (Pendidikan Formal di Indonesia). . Di Kota Cimahi terdapat lima Sekolah Menengah Atas Negeri. SMA Negeri 5 Cimahi merupakan salah satu dari SMA Negeri yang letaknya berada di tengah kota Cimahi yang sudah terakreditasi A sejak tahun 2007. Di akhir kelas 3 atau kelas XII, siswa siswi SMA Negeri 5 Cimahi dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Persiapan tersebut biasanya menjadi suatu hal yang membingungkan bagi para siswa mengenai rencana pendidikannya di masa depan. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru BK SMA Negeri 5 Cimahi, setiap tahun fenomena mencolok dari para siswa yaitu kesulitan untuk memilih dan menentukan jurusan di perguruan tinggi. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya, misalnya kurangnya informasi, minat yang belum terarah dan masih sering berubah-ubah, serta masih belum memiliki gambaran mengenai dunia perkuliahan, cara belajar diperkuliahan dan seperti apa saja materi-materi yang di pelajari di jurusan yang akan diambil nanti. Ada pula siswa yang sudah
Universitas Kristen Maranatha
3
memiliki minat masuk ke jurusan tertentu, namun terhambat oleh tuntutan orang tua serta keluarga. Salah satu contoh yang sering terjadi dari tahun ke tahun adalah, orang tua yang menuntut anak-anaknya masuk ke pendidikan militer seperti orang tua nya waktu itu, padahal siswa tersebut sebenarnya menginginkan kuliah di universitas lain dan bukan di sekolah militer. Menurut guru BK, dari tahun ke tahun kurang lebih sekitar 20 % sampai dengan 30 % siswa pada akhirnya memilih tidak meneruskan kuliah, sebagian siswa biasanya ada yang memilih langsung bekerja, berwirausaha dan menikah, adapula karena alasan faktor ekonomi sehingga tidak melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Bila dilihat dari data kondisi orang tua siswa siswi SMA Negeri 5 Cimahi pendidikan orang tua siswa lebih banyak di tingkat SMA sederajat. Pendidikan terakhir orang tua untuk tahun ini saja, sebanyak 59,51 % berada di tingkat SMA. Sedangkan, untuk pendidikan terakhir orang tua yang berada di tingkat perguruan tinggi sebanyak 32,54 %. Berdasarkan hasil kuesioner survei awal kepada 74 siswa siswi angkatan 2011 kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi, sebanyak 73 % siswa ternyata lebih banyak yang tertarik memilih melanjutkan ke perguruan tinggi meskipun latar belakang pendidikan orang tua mereka lebih banyak SMA. Sedangkan, 17,6 % siswa lainnya memilih bekerja, 5,4 % siswa memilih untuk berwirausaha, dan 4 % siswa belum memiliki rencana karir setelah lulus SMA. Bila dikaitkan dengan tugas perkembangan, menurut Santrock (2003), masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan mengenai masa depan, teman yang dipilih, apakah akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi.
Universitas Kristen Maranatha
4
Karena masa meningkatnya pengambilan keputusan, maka konflik orang tua pada masa remaja akan meningkat seiring dengan perubahan kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri. Menurut Havighurst (dalam Nurmi, 1991) minat remaja lebih tertuju pada pendidikan di masa depan, pekerjaan, keluarga dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masa depan. Gambaran yang dimiliki oleh siswa siswi mengenai masa depannya disebut dengan orientasi masa depan. Menurut Nurmi (1989), orientasi masa depan tercermin melalui motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Bila dilihat dari tugas perkembangan remaja, maka orientasi masa depan sangat penting bagi remaja karena kaitannya sangat erat dengan kesiapan individu di masa depannya. Dengan adanya orientasi masa depan maka siswa siswi memiliki suatu pedoman atau persiapan diri guna mengarahkan dirinya pada pencapaian jurusan kuliah yang diinginkan setelah lulus SMA. Ketika siswa kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi memiliki orientasi masa depan yang jelas, maka ia dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan ditemui dalam merealisasikan tujuan akademiknya di masa depan. Sebanyak 73 % atau 54 siswa yang memilih kuliah, 30 siswa diantaranya memiliki pengetahuan dan tujuan yang spesifik mengenai masa depannya. Mereka bisa menentukan minatnya, serta jurusan dan universitas yang akan diambil atau yang disebut tahap motivasi, mereka juga telah mampu merumuskan langkahlangkah apa yang akan dilakukannya agar tujuan yang diinginkannya dapat tercapai atau tahap perencanaan. Misalnya, 11 siswa yang ingin masuk ke jurusan
Universitas Kristen Maranatha
5
akuntansi sudah mempersiapkan diri dengan membeli buku-buku soal latihan dan mengikuti try out. Dari 11 siswa tersebut, 5 diantaranya sudah mempersiapkan alternatif jurusan lain dan alternatif universitas lain apabila tidak diterima di jurusan yang diinginkan atau tahap evaluasi. Sebanyak 24 siswa yang memilih kuliah, belum memiliki pengetahuan dan tujuan yang spesifik mengenai masa depannya. Kebanyakan dari mereka, memilih jurusan karena mengikuti teman-teman dan perintah orangtuanya, belum ada usaha yang dilakukan serta pengetahuan yang masih kurang. Misalnya beberapa siswa ingin masuk fakultas kedokteran atas perintah orangtuanya, namun mereka sendiri belum memiliki gambaran mengenai apa yang akan dilakukan selama kuliah di fakultas kedokteran. Dalam perkembangannya, orientasi masa depan yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh cultural context dan social environment. Faktor cultural context memiliki variasi perbedaan pada setiap kebudayaan, belief dan pola aktivitas yang berdasarkan pada banyak faktor. Sepanjang rentang kehidupan terdapat perubahan dalam kesempatan untuk bertingkah laku dan adanya model sebagai contoh untuk menyelesaikan tugas perkembangan yang merupakan suatu dasar untuk membuat perencanaan dan strategi untuk mencapai orientasi masa depan. Misalnya, siswa siswi mengetahui tuntutan tugas perkembangannya yang berlaku di budayanya ketika memasuki tahap perkembangan yang sama seperti siswa lain, sehingga siswa siswi melanjutkan kuliah karena melihat teman-teman di lingkungan sekitarnya juga melanjutkan kuliah.
Universitas Kristen Maranatha
6
Faktor social environment merupakan lingkungan sosial saat ini yang berhubungan dengan siswa siswi, seperti keluarga. Pertama, orang tua menjadi model dalam mengatasi tugas perkembangan yang dimiliki siswa, misalnya orang tua yang setelah lulus SMA lebih banyak yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, maka siswa siswi kemungkinan akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas pada bidang akademik. Kedua, dengan menetapkan standar, orang tua dapat mempengaruhi minat, nilai dan goal pada siswa siswi. Misalnya, orang tua menanamkan pentingnya kuliah setelah lulus SMA agar kelak mudah dalam mencari pekerjaan yang layak, maka hal ini akan dijadikan nilai oleh siswa dan akan membuat orientasi masa depan siswa siswi lebih jelas dalam menentukan jurusan kuliah yang diinginkan. Ketiga, interaksi dalam keluarga juga menjadi dasar untuk mempelajari mengenai keterampilan dalam penyusunan rencana dan strategi dalam memecahkan masalah. Misalnya, orang tua memberikan contoh mengenai cara beradaptasi selama di perkuliahan, maka siswa akan lebih terarah dalam melakukan perencanaan untuk meraih jurusan yang diinginkannya. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejelasan orientasi masa depan bidang akademik adalah interaksi dengan orang tua. Tietjen (1985, dalam Vaux, 1988) menyatakan bahwa peran keluarga dalam kehidupan individu antara lain dalam menciptakan rasa aman untuk membina relasi, sebagai model interaksi yang membangun dan menciptakan kesempatan untuk mengadakan interaksi sosial. Keadaan keluarga yang harmonis, relasi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan memungkinkan pemberian dukungan orang tua yang lebih besar bagi anaknya.
Universitas Kristen Maranatha
7
Dukungan merupakan proses yang kompleks dan terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan adanya dukungan dari orang tua, maka diharapkan individu akan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Dukungan yang berorientasi pada perkembangan tanggung jawab, prestasi, dan pekerjaan individu berasal dari orang tua (Steinberg, 1993 dalam Vaux, 1988). Dukungan orang tua menurut House (Vaux, 1988) merupakan hubungan interpersonal antara orang tua dan anaknya yang melibatkan satu atau lebih hal-hal berikut: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dukungan emosional yang diberikan orang tua dapat berupa rasa senang, rasa memiliki, kasih sayang kepada anaknya, misalnya orang tua menanyakan kepada anaknya sejauh mana anaknya mengetahui gambaran mengenai jurusan kuliah yang diinginkan. Dukungan penghargaan dapat berupa persetujuan gagasan anak dan imbalan positif dari perbuatan anak. Dukungan instrumental mencakup bantuan secara langsung, dapat berupa pemenuhan kebutuhan anak yang sifatnya materi maupun non materi, misalnya orang tua memberikan uang untuk mengikuti bimbingan belajar yang berkaitan dengan jurusan kuliah yang diinginkan. Orang tua juga menyediakan waktu untuk berdiskusi mengenai rencana akademik anaknya. Dukungan informatif dapat berupa pemberian informasi dan nasehat, misalnya pemberian informasi bisa pula berupa nasihat kepada anaknya agar bisa fokus mencapai jurusan kuliah yang diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang siswa dari 75 orang siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi, sebanyak 7 siswa diantaranya
Universitas Kristen Maranatha
8
menghayati bahwa orang tua memberikan dukungan. Misalnya, 4 siswa menghayati orang tua mereka sering mendengarkan keluh kesah dan memberi kepercayaan atas pilihannya setelah lulus SMA atau bentuk dari dukungan emosional. Orang tua juga memberi saran, arahan dan bimbingan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan agar dapat mencapai tujuan
yang
diinginkan setelah lulus SMA atau bentuk dari dukungan informatif. Orang tua juga
menyediakan
fasilitas-fasilitas
yang
merupakan
bentuk
dukungan
instrumental yang menunjang pendidikan, misalnya transportasi seperti motor dan mobil, uang sebagai ongkos transportasi, SPP, makan, biaya bimbingan belajar, membeli buku paket dan LKS. Orang tua juga menanyakan kemajuan pendidikan terutama nilai-nilai yang telah diraih oleh anaknya dan memberikan support atas pilihan mereka atau bentuk dari dukungan penghargaan. Segala bentuk dukungan yang diberikan orang tua, seperti fasilitas, informasi, perhatian serta kebebasan menentukan masa depan mempermudah mereka dalam menentukan minat, membuat rencana-rencana agar tujuan mereka tercapai. Keempat orang siswa tersebut telah mengetahui langkah-langkah atau perencanaan apa saja yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, siswa yang ingin masuk perpajakan sudah mencoba mengikuti try out STAN. Mereka juga sudah bisa mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mendukung serta menghambat mereka dalam mencapai tujuannya setelah lulus SMA. Sebanyak 3 siswa lainnya menghayati bahwa orang tua mempercayai langkah yang harus diambil dan diberi kebebasan oleh orang tua dalam menentukan rencana masa depannya, namun kebebasan yang diberikan orang tua
Universitas Kristen Maranatha
9
tersebut membuat mereka merasa bingung, sehingga mereka kesuliatan dalam menentukan tujuannya. Berdasarkan hasil wawancara 10 orang siswa, sebanyak 3 siswa menghayati orang tua hanya memberikan dukungan berupa materi atau dukungan instrumental. Ketiga siswa ini menghayati kurang mendapatkan dukungan informasi, emosional, serta kurangnya penghargaan atas hasil yang telah dicapai. ketiga siswa ini mengahayati orang tuanya hanya memberikan fasilitas atau dalam bentuk dukungan instrumental. Orang tuanya hanya menuntut dirinya agar mendapat nilai besar saja tanpa menanyakan kemajuan pendidikannya tanpa bertanya atau berbagi perasaan mengenai kesulitan yang sedang dihadapi, sehingga siswa ini belum memiliki tujuan yang spesifik. Sebanyak 2 siswa mengatakan sudah memiliki minat serta tujuan yang spesifik ketika lulus SMA, namun 1 siswa lagi mengatakan sudah memiliki minat untuk kuliah di bidang IT, namun ia masih merasa bingung dan belum melakukan usaha apapun karena terganjal oleh tuntutan orang tuanya. Selain itu kurangnya informasi dari orang tua membuat ia menjadi bingung dan belum bisa menentukan tujuan yang lebih spesifik. Berdasarkan hasil survei yang telah diungkapkan, terlihat bahwa orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi bervariasi. Sebagian siswa yang menghayati mendapat dukungan dari orang tua, namun orientasi masa depan bidang akademiknya tidak jelas. Siswa yang memiliki orientasi masa depan bidang akademik yang tidak jelas dapat dilihat dari belum mampunya menentukan jurusan kuliah yang spesifik setelah
Universitas Kristen Maranatha
10
lulus SMA, belum mampu membuat rencana yang dapat membuatnya mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan, tidak akurat dalam melakukan evaluasi mengenai pencapaian jurusan perkuliahan yang diinginkan
atau bahkan
ketiganya. Sebaliknya ada pula siswa yang kurang mendapatkan dukungan orang tua, tetapi sudah mengetahui gambaran jurusan kuliah yang akan diambil setelah lulus SMA. Siswa kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi yang telah memiliki orientasi masa depan yang jelas di bidang akademik akan memiliki tujuan yang jelas mengenai masa depannya. Siswa telah menentukan jurusan kuliah yang akan diambil setelah lulus SMA. Siswa juga telah mampu merumuskan langkah-langkah apa yang akan dilakukannya agar jurusan kuliah yang diinginkan dapat tercapai. Siswa juga mampu mengevaluasi berbagai faktor yang dapat mendukung dan menghambat dirinya dalam mencapai jurusan kuliah yang diinginkan. Melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara dukungan orang tua dan orientasi masa depan di bidang akedemik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
1.2.
Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui sejauh mana keeratan hubungan antara
dukungan orang tua dan orientasi masa depan di bidang akademik pada siswa siswi kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
Universitas Kristen Maranatha
11
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan orang tua dan orientasi masa depan di bidang akademik pada siswa siswi kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai hubungan antara setiap dukungan orang tua dengan orientasi masa depan bidang akademik serta faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
1.4.
Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Ilmiah 1. Memberikan informasi pada bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi keluarga, mengenai hubungan antara dukungan orang tua dan orientasi masa depan di bidang akademik pada siswa kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 2. Memberikan sumbangan informasi mengenai gambaran hubungan antara dukungan orang tua dan orientasi masa depan bidang akademik kepada peneliti-peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara
Universitas Kristen Maranatha
12
dukungan orang tua dengan orientasi masa depan di bidang akademik pada siswa kelas XII di SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai hubungan antara dukungan orang tua dengan orientasi masa depan khususnya di bidang akademik, agar pihak sekolah dapat memberikan masukan kepada orang tua mengenai perencanaan karir pendidikan anaknya. 2. Memberikan informasi kepada orang tua dari siswa siswi SMA Negeri 5 Kota Cimahi mengenai hubungan antara dukungan orangtua dan orientasi masa depan. Sehingga orang tua dapat memberikan dukungan berupa emosional, informasi, instrumental, dan penghargaan agar siswa siswi dapat membentuk gambaran masa depannya yang jelas terutama di dalam bidang akademik.
1.5
Kerangka Pemikiran Saat ini siswa sisiwi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi berada pada
masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal. Menurut Santrock (2003) masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan mengenai masa depan, teman yang dipilih, apakah akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Karakteristik yang digunakan adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat mengenai pendidikan lanjutannya. Siswa dituntut untuk
Universitas Kristen Maranatha
13
memikirkan rencana apa yang akan dilakukan setelah lulus SMA, apakah akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi atau tidak. Di masa remaja akhir ini, peran orang tua masih mempengaruhi siswa dalam pengambilan keputusan mengenai rencana karirnya di masa depan. Masa remaja awal adalah waktu dimana konflik orang tua-remaja meningkat lebih dari konflik orang tua-anak (Montemayor,1982; Steinberg, 1991, dalam Santrock 2003). Peningkatan ini terjadi karena faktor pendewasaan yang melibatkan perubahan kognitif, namun konflik orang tua-remaja berkurang pada akhir masa remaja (Lauren & Ferreira, 1994, dalam Snatrock, 2003). Cara pandang mengenai masa depan remaja disebut juga dengan orientasi masa depan yang menyangkut motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Gambaran ini membuat siswa siswi mampu untuk mengantisipasi kejadian secara mental, serta memberi pemaknaan personal terhadap kejadian tersebut dan mengusahakannya secara mental. Siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi diharapkan sudah merencanakan masa depannya, terutama mengenai jurusan yang akan dipilih ketika masuk ke perguruan tinggi. Siswa dituntut untuk membuat keputusan mengenai rencana akademik yang akan dijalaninya. Siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi juga akan dihadapkan dengan UAN (Ujian Akhir Nasional) merupakan tanda berakhirnya masa sekolah. Oleh karena itu, siswa siswi diharapkan sudah memikirkan rencana akademik yang akan dilakukan setelah lulus SMA dan membuat rencana agar jurusan perkuliahan yang diinginkannya dapat tercapai.
Universitas Kristen Maranatha
14
Berdasarkan Cognitive Psychology & Action Theory (Nurmi, 1989), orientasi masa depan dapat dikarakteristikan sebagai proses yang mencakup tiga tahap, yaitu : motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Tahap pertama yaitu motivasi, mengacu kepada apa yang menjadi minat, perhatian, dan tujuan siswa di masa yang akan datang. Siswa menentukan tujuan mereka berdasarkan perbandingan antara motif-motif dan nilai-nilai umum dengan pengetahuan yang mereka miliki mengenai usaha pemenuhan tugas perkembangan dengan menetapkan tujuannya setelah lulus dari SMA yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan mengeksplorasi pengetahuan yang berhubungan dengan motif dan nilai, siswa dapat mengarahkan minatnya menjadi lebih spesifik. Setelah mengetahui dan memperkirakan apa yang akan dilakukannya setelah lulus SMA, maka mereka dapat lebih spesifik dalam menentukan tujuan akademik yang ingin dijalani. Misalnya, siswa yang berencana melanjutkan kuliah, dapat mencari dan bertanya mengenai informasi mengenai jurusan dan universitas kepada guru BK, setelah itu siswa memperkirakan jurusan apa yang akan dipilih. Sehingga diharapkan siswa siswi dapat memilih jurusan yang paling sesuai dengan minat, motif dan tujuan yang mereka miliki. Tahap kedua adalah tahap perencanaan yang mengacu pada bagaimana siswa siswi merencanakan realisasi dari minatnya dalam konteks masa depan yang diperlukan sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan, yaitu mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan. Aktivitas perencanaan dapat diketahui berdasarkan tiga hal yaitu, jumlah pengetahuan mengenai goal, kompleksitas rencana yang telah disusun, dan level realisasinya.
Universitas Kristen Maranatha
15
Hal pertama yang harus dilakukan adalah siswa perlu mengetahui gambaran mengenai jurusan perkuliahan yang diinginkan serta konteks masa depan dimana tujuan tersebut dapat teralisasi. Misalnya, untuk masuk ke jurusan kedokteran, maka siswa sudah jelas mengambil jurusan dan Universitas yang diambil serta mengetahui segala persyaratan agar bisa masuk ke jurusan kedokteran. Kedua hal tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan siswa tentang konteks aktivitasnya di masa depan. Selanjutnya siswa harus membentuk rancangan atau strategi untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dalam konteks yang dipilih, misalnya siswa mengikuti bimbingan belajar yang berkaitan dengan jurusan yang akan diambil. Membangun rencana sama dengan proses memecahkan masalah (problem solving) dimana siswa harus menemukan jalan yang membawa pada peraihan goal dan kemudian memutuskan jalan mana yang paling efisien. Perbandingan solusi yang berbeda dapat dilaksanakan dengan berpikir maupun melaksanakannya. Siswa juga harus dapat mengetahui hal – hal yang menghambat, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Fase ketiga aktivitas perencanaan adalah pelaksanaan rencana dan strategi yang dibentuk. Sama seperti perencanaan umum, pelaksanaan rencana dan strategi juga dikontrol oleh perbandingan antara gambaran goal dan konteks aktual. Misalnya siswa yang mengetahui kenyataan yang terjadi diluar sana bahwa persaingan untuk masuk ke jurusan kedokteran itu sangat ketat. Dengan situasi seperti itu, biasanya siswa harus dapat memodifikasi rencana yang telah mereka
Universitas Kristen Maranatha
16
susun, misalnya dengan cara memberikan uang sumbangan dengan nominal lebih besar agar dapat diterima di jurusan kedokteran. Tahapan ketiga dari orientasi masa depan yaitu evaluasi, mengacu kepada minat mana yang mungkin untuk direalisasikan di masa depan. Siswa harus mengevaluasi kemampuan untuk merealisasikan goal berupa jurusan perkuliahan yang sudah ditetapkan dan rencana yang telah dibentuk. Akan tetapi, karena goal dan rencana untuk mencapai jurusan perkuliahan belum direalisasikan, proses ketiga ini sebagian besar termasuk evaluasi kemungkinan perealisasiannya. Evaluasi dalam orientasi masa depan terlihat berdasarkan 2 hal pula yaitu, penilaian secara kognitif dan evaluasi emosi mengenai atribut diri untuk dapat mencapai jurusan yang diinginkan. Pertama, siswa mengevaluasi kemungkinan tercapainya jurusan kuliah yang diinginkan berdasarkan kemampuan mereka dan kesempatan – kesempatan yang mereka miliki, seperti keterampilan, pengetahuan, relasi, waktu dan sebagainya.
Kedua, berdasarkan pengetahuan, rencana, kesempatan dan
kemungkinan yang telah dipikirkan, siswa siswi dapat merasa yakin atau pesimis mengenai pencapaian jurusan kuliah yang diinginkan. Apabila lebih banyak hal yang mendukung pencapaian tersebut, maka siswa dapat merasa lebih yakin, begitu juga sebaliknya. Emosi umum yang dirasakan siswa siswi terhadap masa depannya, berhubungan juga dengan tingkat keyakinannya. Semakin siswa siswi merasa yakin dapat masuk ke jurusan yang mereka inginkan, maka mereka pun dapat merasa semakin tinggi harapan untuk mencapainya. Selain itu semakin
Universitas Kristen Maranatha
17
mereka merasa dapat mengontrol pencapaian tujuan maka mereka pun dapat semakin yakin dan semakin memiliki harapan yang tinggi. Dalam perkembangannya, orientasi masa depan yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh cultural context dan social environment. Faktor cultural context memiliki variasi perbedaan pada setiap kebudayaan, belief dan pola aktivitas yang berdasarkan pada banyak faktor. Sepanjang rentang kehidupan terdapat perubahan dalam kesempatan untuk bertingkah laku dan adanya model sebagai contoh untuk menyelesaikan tugas perkembangan yang merupakan dasar untuk membuat perencanaan dan strategi untuk mencapai orientasi masa depan. Faktor social environment merupakan lingkungan sosial saat ini. Pertama, orang tua menjadi model dalam mengatasi tugas perkembangan yang dimiliki siswa. Kedua, dengan menetapkan standar, orang tua dapat mempengaruhi minat, nilai dan goal pada siswa siswi. Ketiga, interaksi dalam keluarga juga menjadi dasar untuk mempelajari mengenai keterampilan dalam penyusunan rencana dan strategi dalam memecahkan masalah. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejelasan orientasi masa depan bidang akademik adalah interaksi dengan orang tua. Tietjen (1985, dalam Vaux, 1988) menyatakan bahwa peran keluarga dalam kehidupan individu antara lain dalam menciptakan rasa aman untuk membina relasi, sebagai model interaksi yang membangun dan menciptakan kesempatan untuk mengadakan interaksi sosial. Keadaan keluarga yang harmonis, relasi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan memungkinkan pemberian dukungan orang tua yang lebih besar bagi remaja.
Universitas Kristen Maranatha
18
Menurut House (1981, dalam Vaux, 1988), dukungan orang tua merupakan hubungan interpersonal antara orang tua dan anaknya yang melibatkan satu atau lebih hal-hal berikut: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif (Vaux, 1988). Dukungan emosional, berupa dukungan yang berhubungan dengan rasa senang, rasa memiliki, kasih sayang dari orang tua terhadap anaknya. Misalnya pengungkapan empati, memelihara, penuh perhatian, dan mendengarkan. Pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Cimahi dukungan ini dapat berupa kesediaan orang tua untuk mendengarkan rencana studi siswa setelah lulus SMA. Dukungan penghargaan yaitu tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan penghargaan terhadap perbuatan siswa siswi, misalnya pengekspresian akan imbalan positif terhadap perbuatan siswa, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan siswa mengenai rencana akademiknya, perbandingan positif antara siswa dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri siswa. Dukungan instrumental merupakan tingkah laku orang tua yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi maupun tenaga, misalnya uang, makanan, pakaian, dan tenaga. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh orang tua misalnya transportasi dan uang untuk membeli formulir ujian saringan masuk dan untuk membeli buku yang sangat menunjang siswa. Selanjutnya, dukungan informasi yaitu dukungan orang tua yang berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat, misalnya pemberian nasihat, penghargaan, sugesti atau umpan balik mengenai apa yang dilakukan oleh orang lain yang dapat memperjelas orientasi masa depan bidang akademik.
Universitas Kristen Maranatha
19
Keempat jenis dukungan orang tua yang dihayati siswa siswi akan berkaitan dengan ketiga tahapan dari orientasi masa depan bidang akademik. Perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada siswa, membuat siswa memaknakan bahwa orang tuanya memberikan dukungan emosional yang besar. Dukungan ini membuat siswa merasa didukung dan dicintai, sehingga merasa dirinya berharga dan memiliki kemampuan. Perasaan didukung akan membuat siswa tidak takut untuk mengevaluasi dirinya sendiri sehingga siswa bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh dirinya, siswa juga akan mengetahui minat dan kemampuannya. Pengetahuan mengenai minat dan kemampuan dapat membuat siswa menentukan jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimilikinya. Dengan diberikannya kepercayaan oleh orang tua, maka siswa akan merasa bertanggung jawab untuk mencapai jurusan perkuliahan yang telah ditetapkan dengan menyusun rencana yang mengarah pada tercapainya jurusan kuliah yang diinginkannya. Ketika melakukan evaluasi, siswa siswi merasa yakin karena merasa mendapatkan dukungan dari orang tua, dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan syarat untuk masuk ke jurusan yang diinginkan. Dukungan penghargaan dimana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak untuk maju, memberikan support bagi siswa ketika memilih jurusan apa yang diinginkan, akan meningkatkan motivasi yang dimiliki siswa dalam mengarahkan minatnya untuk mencapai jurusan perkuliahan yang sesuai dengan keinginannya. Dukungan ini juga akan memudahkan siswa dalam melakukan perencanaan, sehingga siswa dapat menyusun strategi untuk mencapai jurusan
Universitas Kristen Maranatha
20
yang diinginkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan dapat mengevaluasi kemungkinan yang akan terjadi dalam mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkan, sehingga siswa merasa dirinya berharga dan bernilai. Dukungan instrumental yang diberikan oleh orang tua, baik berupa materi maupun non-materi seperti fasilitas akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Kesempatan ini membuat pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi bertambah, siswa juga bisa mengeskplorasi bidang minatnya. Dengan mengeksplorasi bidang minat, siswa dapat menentukan jurusan perkuliahan sesuai dengan minatnya. Pada tahap evaluasi, keyakinan yang dimiliki siswa pun akan bertambah, karena siswa memiliki pengetahuan yang lebih. Orang tua yang memberikan dukungan informasi kepada siswa seperti memberikan informasi melalui nasihat yang membangun mengenai pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi yang dianggap paling baik untuk dijalani oleh siswa. nasihat-nasihat tersebut akan membuat siswa berpikir untuk melanjutkan kuliah yang sesuai dengan minatnya. Nasihat yang diberikan orang tua mengenai cara beradaptasi selama di perkuliahan atau cara belajar yang baik agar dapat berprestasi selama masa kuliah, akan menjadi feed back bagi siswa dalam menyusun rencana, yang membuat siswa memiliki rencana yang matang untuk mencapai jurusan diinginkannya. Semakin besar siswa menghayati dukungan orang tua yang diterimanya, maka siswa akan memiliki orientasi masa depan yang semakin jelas. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang memiliki tujuan yang jelas mengenai rencana pendidikan
Universitas Kristen Maranatha
21
yang akan dilakukannya setelah lulus SMA, siswa juga memiliki pengetahuan untuk merencanakan realisasi dari tujuan dan minat-minatnya serta dapat melakukan
evaluasi
terhadap
faktor-faktor
yang
mendukung
serta
menghambatnya dalam merealisasikan rencana yang telah ia buat. Ketika siswa menghayati dukungan orang tua yang diterimanya semakin kecil, maka orientasi masa depannya semakin tidak jelas. Hal tersebut tampak pada siswa yang memiliki tujuan dalam bidang akademik yang tidak jelas atau realistis mengenai jurusan yang diinginkan setelah lulus SMA, siswa juga bisa tidak memiliki pengetahuan untuk merencanakan realisasi dari tujuan dan minatminatnya atau tidak akurat dalam melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor yang mendukung serta menghambatnya dalam merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.
Universitas Kristen Maranatha
22
Dukungan Emosional
Dukungan Penghargaan
Dukungan
Dukungan
Orang tua
Instrumental
Dukungan Informasi
Siswa kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi
Orientasi Masa
Tahapan OMD
Jelas
Depan Bidang
- Motivasi
Akademik
- Perencanaan - Evaluasi
Tidak Jelas
Faktor yang mempengaruhi : - Cultural context - Social environment (model orang tua, standar normatif, interaksi dalam keluarga)
Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran
Universitas Kristen Maranatha
23
1.6.
Asumsi Dari uraian di atas, maka dapat diambil asumsi sebagai berikut :
1. Kejelasan orientasi masa depan pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi ditentukan berdasarkan tiga tahap, yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi. 2. Motivasi yang kuat, perencanaan yang jelas, evaluasi yang akurat pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi dapat membentuk orientasi masa depan bidang akademik yang jelas, dan sebaliknya 3. Dukungan orang tua yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif merupakan salah satu faktor yang mendukung kejelasan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 4. Hubungan antara masing-masing dukungan orang tua dan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi dapat berbeda-beda.
Universitas Kristen Maranatha
24
1.7.
Hipotesis Berdasarkan asumsi yang telah dijabarkan, maka hipotesis yang diajukan
adalah : 1. Terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 2. Terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 3. Terdapat hubungan antara dukungan penghargaan dengan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 4. Terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi. 5. Terdapat hubungan antara dukungan informasi dengan orientasi masa depan bidang akademik pada siswa siswi kelas XII SMA Negeri 5 Kota Cimahi.
Universitas Kristen Maranatha