BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro. Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Baik itu Wisatawan lokal mapun wisatawan mancanegara, hampir tidak pernah absent untuk berkunjung ke Malioboro setiap kali datang ke kota yang terkenal sebagai kota Pelajar dan kota Budaya ini. 1
Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung Kawasan Malioboro semakin meningkat bahkan sangat pesat peningkatannya. Dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung di Malioboro pasti akan timbul dampak, baik dampak positif maupun negatif. Ada beberapa dampak positif dari meningkatnya wisatawan di Malioboro yaitu bertambahnya pendapatan daerah; membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat maupun masyarakat yang jauh dari Kawasan Malioboro yang bekerja di Kawasan Malioboro; menjadikan Malioboro sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta; banyak seniman yang berminat untuk menjadikan Malioboro tampak indah dengan memasang hasil seninya di sepanjang Malioboro, dan masih banyak keuntungan lainnya. Dampak negatifnya adalah kebersihan di Malioboro menjadi kurang terjaga, banyak wisatawan yang membuang sampah sembarangan padahal sudah disediakan tempat sampah; rusaknya taman yang ada di Malioboro, rusak dan kurang terawatnya sarana prasarana yang ada; tingkat kriminalitas meningkat; terjadi banyak pelanggaran, dan lain – lain. Dengan adanya dampak positif dan negatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan Peraturan Walikota membentuk Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro. Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro atau disingkat UPT Malioboro adalah untuk menunjang operasional Dinas dalam pengelolaan Kawasan Malioboro yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. UPT
2
Malioboro mempunyai fungsi pengelolaan pariwisata, kebersihan, keindahan pemeliharaan sarana prasarana, pembinaan ketentraman dan ketertiban, usaha perdagangan, penataan kawasan parkir dan transportasi yang berada di Kawasan Malioboro. B. Ruang Lingkup Penelitian ini memliki ruang lingkup agar penulis mendapatkan hasil yang lebih maksimal selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Yogyakarta yang ditempatkan di UPT Malioboro. Agar tidak terjadi perluasan dan keluar dari tema yang ditentukan, maka pembatasan dalam penelitian ini yaitu Kawasan Malioboro, Peranan UPT Malioboro dalam upaya pengelolaan dan pengembangan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan tema yang dipilih yaitu “Peranan UPT Malioboro Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta” adapun perumusan masalah yang dianalisis, yaitu : 1.
Apa saja perencanaan pengelolaan dan pengembangan Kawasan Malioboro yang sudah dicapai ataupun yang belum dicapai oleh UPT Malioboro?
2.
Apa yang menjadi kendala UPT Malioboro dalam pengelolaan dan pengembangan Kawasan Malioboro?
3
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk : 1.
Mengetahui perencanaan UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro untuk mengelola dan mengembangkan Kawasan Malioboro yang sudah dicapai ataupun yang belum dicapai oleh UPT Malioboro.
2.
Mengetahui apa yang menjadi kendala UPT Malioboro dalam pengelolaan dan pengembangan Kawasan Malioboro.
E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya manfaat yang ingin dicapai tantara lain : 1.
Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pariwisata pada umumnya.
2.
Praktis : a.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pemerintah daerah, pengelola, serta masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pengembangan.
b.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak UPT Malioboro untuk lebih memperhatikan Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta.
4
F. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan penelitian mengenai Kawasan Malioboro, penulis menggunakan beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan tema yang diangkat, yaitu sebagai berikut : 1.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan dengan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas
Gadjah
Mada
(1997)
dalam
penelitiannya
“Penyusunan Rencana Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan” mengemukakan bahwa Kawasan Malioboro yang terletak pada jantung Kota Yogyakarta, merupakan kawasan komersial yang tidak hanya memiliki potensi strategis perdagangan namun juga sarat akan potensi wisata, yang menjanjikan harapan yang menggembirakan bila dikelola dengan baik. Banyak fasilitas yang terdapat di kawasan ini sehingga memberikan nilai tambah kawasan yang pada mulanya merupakan fungsi sosial untuk kemudian berkembang sebagai kawasan wisata. 2.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (1984) dalam penelitiannya “Rencana Pengembangan Kawasan Malioboro Rencana Detail Tata Ruang dan Teknik Ruang Jalan” menyatakan penanganan Malioboro dari waktu ke waktu merupakan permasalahan yang selalu penuh tantangan dan mendapat perhatian serta sorotan yang tajam. Sebagai suatu penggal atau ruas jalan di dalam Kota
5
Yogyakarta, ternyata Malioboro mempunyai arti, sejarah dan fungsi atau peranan yang penting dan khas. G. Landasan Teori Yogyakarta merupakan kota wisata memiliki potensi wisata yang cukup besar. Ada beberapa potensi wisata seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata religi, wisata budaya, wisata belanja, dan lain sebagainya. Salah satu potensi wisata yang tidak pernah ditinggalkan oleh wisatawan adalah wisata belanja. Salah satu pusat wisata belanja di Kota Yogyakarta adalah Malioboro. Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan seseorang
atau
sekelompok
orang
dalam
suatu
peristiwa”
(Poerwadarminta, 1995:751). Berdasarkan pendapat di atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Soerjono Soekanto ( 2002;243 ) Pengertian Peranan adalah sebagai berikut : Peranan merupakan
aspek
dinamis
kedudukan
(status)
apabila
seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan.
6
Konsep tentang Peran (role) menurut Komarudin ( 1994;768 ) dalam buku “Ensiklopedia Manajemen“ mengungkap sebagai berikut : 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen 2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya 5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan 2 ( dua ) variabel yang merupakan hubungan sebab akibat. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
7
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Menurut
undang-undang
No.10/2009
Bab
VIII
tentang
Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Pemerintah berwenang : 1. Menyusun
dan
menetapkan
rencana
induk
pembangunan
kepariwisataan nasional 2. Mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintas provinsi
8
3. Menyelenggarakan kerja sama internasional di bidang kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 4. Menetapkan daya tarik wisata nasional 5. Menetapkan destinasi pariwisata nasional 6. Menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistem pengawasan dalam penyelenggaraan kepariwisatan 7. Mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan 8. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali 9. Melakukan dan menfasilitasi promosi pariwisata nasional 10. Memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan dini yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan wisatawan 11. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimiliki masyarakat 12. Mengawasi,
memantau,
dan
mengevaluasi
penyelenggaraan
kepariwisataan 13. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan 14. Memberikan informasi dan/atau peringatan H. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah metode penelitian deskriptif analisis yaitu metode untuk mengamati dan menganalisis secara langsung objek penelitian, sehingga
9
dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan atau kelompok tertentu. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data tersebut antara lain: 1. Pengamatan atau observasi langsung Dalam penelitian ini, penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan. Pengamatan atau observasi langsung untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan Kawasan Malioboro. 2. Wawancara Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan Kepala dan Ka Sub Bag Umum UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta. 3. Dokumentasi Pada penelitian ini penulis melakukan dokumentasi untuk memperolah berbagai dokumen atau data tertulis, gambar objek serta foto-foto lain yang ada di objek yang sekiranya berguna untuk penelitian.
10