BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia yang hidup didunia akan mengalami tahap demi tahap kehidupan mulai dari bayi, anak ʹ anak, remaj, dewasa, dan lanjut usia (lansia) seperti yang tercantum dalam Al-YƵƌ͛ĂŶƐƵƌĂƚů-Insyiqaaq ayat 19 yang artinya: ͞Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)͟;Y^͘ůInsyiqaaq : 19). Proses menua merupakan proses yang terus- menerus yang di mulai sejak manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan kemampuan jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses menua ini dipengaruhi berbagai macam faktor. Manusia akan mengalami tua, akan tetapi akan menjadi lebih baik menjadi tua yang sehat (Darmojo, 2006). Beberapa tahun terakhir ini pertambahan penduduk di seluruh dunia semakin cepat, di perkirakan akan mencapai 1,2 miliar pada tahun 2025, khususnya orang lanjut usia, Penduduk lanjut usia di Indonesia meningkat terutama karena jumlahnya yang cenderung meningkat pesat. Berdasarkan SUSENAS Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 menunjukkan jumlah lanjut usia di Indonesia sebesar 16.805.294 jiwa dari 215.933.691 penduduk atau
15
sekitar 7,78% dari jumlah penduduk dan di perkirakan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,34% dari total penduduk Indonesia (BPS DIY, 2006). Seiring dengan bertambahnya usia, kontribusi lanjut usia menjadi kurang dihargai, masyarakat cenderung lebih menghargai daya tarik, energi, usia muda dan sebagian masyarakat percaya bahwa lanjut usia menjadi tidak berharga setelah mereka tidak bekerja lagi. Pemikiran diatas telah mengarahkan masyarakat pada konsep ageisme (lansiaisme) yaitu diskriminasi terhadap individu lanjut usia sehingga pada akhirnya lanjut usia akan mengalami kecemasan dan penolakan untuk menerima penuaan sebagai proses normal (Potter & Perry, 2005). Notoatmojo (2007), mengatakan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia. Masalah tersebut jika tidak di tangani akan berkembang menjadi masalah yang lebih kompleks. Masalah yang kompleks pada lanjut usia seperti perubahan fisik, mental, dan sosial. Secara alamiah sebagian besar sistem organ mengalami kehilangan atau penurunan fungsi 1% setiap tahun dan di mulai sejak awal usia muda yaitu sekitar usia 30 tahun. Penurunan fungsi sistem organ tersebut akan terasa secara fungsional setelah lansia. Setelah usia 60 tahun, karena proses penuaan
16
(degeneratif) dapat timbul berbagai penyakit, dengan prosentase : reumatik 24%, hipertensi 21%, hipertensi serta reumatik 6%, sesak napas 5%, diabetes 4%, katarak 3%, osteoporosis 3%, jantung 3%, stroke 2%, hipertensi serta komplikasi stroke 1%, dan lainnya 27% (Nurchasanah, 2005). Karakteristik penyakit pada lansia biasanya penyakit bersifat multiple (tidak berdiri sendiri), saling terkait dan kronis, bersifat degeneratif, sering menimbulkan kecacatan atau kematian, seringkali disertai dengan masalah psikologi dan sosial. Hal tersebut akan menyebabkan terganggunya kebutuhan dasar pada lansia yang akan menyebabkan lansia lebih cenderung bergantung pada orang lain (Kuntari,2006). Menurut Potter & Perry (2005) kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yang merupakan hal penting untuk bertahan hidup dan sehat, walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang dipenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentan sehat sakit. Nadhirin (2008), teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (1908-1970) setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai tingkat yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi
17
maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkatan paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan fisiologis (physiological needs). Tingkatan lebih tinggi dicantumkan kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs). Tingkatan berikutnya adalah berbagai kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs). Kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (self esteem needs) berada pada tingkatan ke empat.
Tingkatan
yang
paling
tinggi
dicantumkan
kebutuhan
untuk
mengaktualisasikan diri (self actualization needs). B. Rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini LJĂŝƚƵ ͞ĂŐĂŝŵĂŶĂ ŐĂŵďĂƌĂŶ ƉĞŵĞŶƵŚĂŶ ŬĞďƵƚƵŚĂŶ ĚĂƐĂƌ ŵĞŶƵƌƵƚ Maslow ƉĂĚĂůĂŶƐŝĂĚŝW^dtƵĚŝ>ƵŚƵƌĂŶƚƵů͕zŽŐLJĂŬĂƌƚĂ͘͟ C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum. Mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar menurut Maslow pada lansia di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus. 1.
Diketahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow dalam hal kebutuhan fisiologis di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
18
2.
Diketahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow dalam hal rasa aman dan perlindungan di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
3.
Diketahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow dalam hal rasa cinta memiliki dan dimiliki di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
4.
Diketahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow dalam hal harga diri di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
5.
Diketahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow dalam hal aktualisasi diri di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian. 1. Bagi keperawatan. Untuk meningkatkan wawasan keperawatan dalam praktek keperawatan dengan lanjut usia. 2. Bagi lanjut usia. Taraf hidup lanjut usia tetap di pertahankan dengn terpenuhinya kebutuhan dasarnya, lanjut usia akan hidup lebih sejahtera serta berdaya guna bagi dirinya sendiri dan orang lain. 3. Bagi pimpinan PSTW Budi Luhur.
19
Sebagai bahan masukan dalam profesionalisme asuhan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi lansi / di PSTW Budi Luhur. 4.
Bagi peneliti. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan dasar lansia menurut Maslow di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta.
5.
Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian berikutnya.
E. Keaslian Penelitian. Penelitian tentang Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar Menurut Maslow Pada Lansia di PSTW Budi Luhur Bantul, Yogyakarta sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang pernah diteliti tentang aktivitas dasar sehari-hari usila, kemandirian lansia, yaitu : 1. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemampuan melakukan aktivitas dasar sehari-hari usila di Dusun Gamping Kidul, Purwandari (2008). Rancangan yang digunakan adalah metode non eksperimental dengan desainpenelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas usila yang mendapatkan dukungan keluarga di Dusun Gamping Kidul memiliki tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari secara mandiri.
20
2. Faktor ʹ faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia di Kelurahan Jambangan, Suhartini (2004). Rancangan yang digunakan adalah metode observasinal dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesehatan lebih besar pengaruhnya. Perbedaan penelitian tersebut diatas dengan penelitian ini terletak pada karakteristik kasus, variabel, responden yang akan diteliti dan lokasi penelitian ƉĞŶƵůŝƐ ŵĞŶĞůŝƚŝ ƚĞŶƚĂŶŐ ͞'ĂŵďĂƌĂŶ WĞŵĞŶƵŚĂŶ <ĞďƵƚƵŚĂŶ ĂƐĂƌ DĞŶƵƌƵƚ Maslow pada Lansia ĚŝW^dtƵĚŝ>ƵŚƵƌĂŶƚƵů͕zŽŐLJĂŬĂƌƚĂ͘͟WĂĚĂƉĞŶĞůŝƚŝĂŶŝŶŝ metode yang digunakan desktiptif eksploratif yang menggambarkan tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan memberikan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup.
21