BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau menyatunya spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi yang berlangsung selama 40 minggu (Prawirohardjo, 2008). Meskipun merupakan suatu proses fisiologis banyak sekali penyulit yang biasanya menyertai kehamilan yang dapat mengakibatkan tingginya kematian maternal, salah satu penyulit tersebut adalah preeklamsi. Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul pada usia kehamilan >20 minggu (Wiknjosastro, 2007). Preeklamsi di bagi menjadi 2 yaitu: preeklamsi ringan dan preeklamsi berat. Dimana preeklamsi berat merupakan komplikasi dari preeklamsi ringan yang nantinya akan berisiko untuk kematian janin dan neonatus, serta menyebabkan kematian ibu hamil (Bobak, 2005). Etiologi terjadinya preeklamsi belum bisa diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsi yaitu primigravida/nulliparitas, usia ibu yang ekstrim (<20 th dan >35 th), riwayat keluarga pernah preeklamsi/eklamsi, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, diabetes melitus, penyakit trofoblas (70% terjadi pada kasus molahidatidosa) (Varney, 2006; Prawirohardjo, 2008).
1
2
Wiknjosastro dalam kepustakaannya melaporkan berkisar antara 310%, pada primigravida frekuensi preeklamsi lebih tinggi bila di bandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2007). Menurut National Center for Healt Statistic (Smith dkk., 1999). Sekitar 13 persen persalinan terjadi pada wanita berusia antara 15-20 tahun lebih memiliki risiko tinggi baik untuk ibu maupun untuk janinnya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Cunningham dan Leveno pada 900 wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan bermakna dalam insiden hipertensi, diabetes melitus, solusio plasenta dll. Angka kematian ibu lebih tinggi pada wanita yang memiliki usia-usia ekstrim yaitu <20 dan >35 tahun (Cunningham, 2006). Bobak 2005 mengatakan kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan resiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 20022003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran (Depkes, 2007). Sedangkan tahun 2007 menunjukkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2009). Angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah juga masih tinggi. Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2009 didapat angka sebesar 117,02/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,12% disusul kemudian pada
3
waktu bersalin sebesar 26,99% dan pada waktu hamil sebesar 23,89%. Penyebab kematian adalah perdarahan 22,42%, eklamsi sebesar 28,76%, infeksi sebesar 3,45% dan lain-lain sebesar 45,28%. Preeklamsi/eklamsi masih merupakan penyebab kematian tertinggi (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009). Pada tahun 2010 AKI di Jawa Tengah menurun menjadi 104,97/100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal paling banyak adalah waktu nifas sebesar 50,57%, disusul kemudian pada waktu hamil sebesar 25,04% dan pada waktu persalinan 24,39% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Penelitian-penelitian
sebelumnya
mengenai
preeklamsi
yang
dilakukan oleh Gitasari tahun 2008 di RSUD DR.M Ashari Pemalang dengan menggunakan responden sebesar 70 ibu hamil yang menderita preeklamsi menunjukkan ada hubungan antara usia ibu dan umur kehamilan dengan kejadian preeklamsi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lestari tahun 2010 dengan mengambil sampel 38 ibu hamil TM II dan TM III dari besar populasi 190 orang di RSUD kota Semarang menunjukkan ada hubungan antara umur, paritas, dan pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang preeklamsi dan eklamsi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Semarang, pada bulan Juli 2011-Desember 2011 terdapat 70 ibu hamil dengan preeklamsi, yaitu 52 pasien menderita preeklamsi berat dan 18 pasien menderita preeklamsi ringan.
4
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian preeklamsi di RSUD kota Semarang.
B. Rumusan Masalah Sebagaimana yang telah disebutkan dalam latar belakang bahwa kejadian preeklamsi/eklamsi masih merupakan masalah yang cukup serius penyebab kematian maternal khususnya di provinsi Jawa Tengah. Didukung oleh penelitian Cunningham 2006 bahwa wanita yang memiliki usia-usia ekstrim <20 dan >35 tahun menunjukkan peningkatan bermakna dalam insidensi preeklamsi. Penelitian Gitasari tahun 2008 di RSUD DR.M Ashari Pemalang juga menyebutkan ada hubungan atara usia ibu dan usia kehamilan dengan kejadian preeklamsi. Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama, paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan resiko meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain
itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di
RSUD kota Semarang pada Juli 2010-Desember 2011 terdapat 70 ibu hamil dengan preeklamsi, yaitu 52 pasien menderita preeklamsi berat dan 18 pasien menderita preeklamsi ringan. Berdasarkan uraian tersebut maka diperoleh rumusan masalah “Apakah ada hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian preeklamsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Semarang tahun 2012?”
5
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian preeklamsi.
2.
Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan usia ibu b.Mendiskripsikan paritas ibu c. Mendeskripsikan kejadian preeklamsi d.Menganalisis hubungan usia dengan kejadian preeklamsi e.Menganalisis hubungan paritas dengan kejadian preeklamsi
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat dijadikan referensi tentang hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian preeklamsi, serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang kejadian preeklamsi pada kehamilan dan bahan referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. b. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam perbaikan mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan pelayanan antenatal
6
maupun persalinan terhadap wanita primigravida muda maupun wanita yang memiliki usia ekstrim (<20 atau >35 tahun).
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama Tahun
sasaran
variabel
metode
Hasil
1.
Hubungan usia ibu dan umur kehamilan dengan kejadian preeklamsi pada ibu hamil di RSUD DR.M Ashari pemalang Tyastuti Gitasari, 2008
70 ibu hamil yang menderita pre eklamsi
Independen - usia ibu - umur kehamilan DependenPreeklamsi.
Deskriptif analitik dengan metode survey dan pendekatan retrospektif
Ada hubungan usia ibu dan umur kehamilan dengan kejadian preeklamsia
2.
Faktor resiko terjadinya preeklamsi pada ibu bersalin dengan riwayat hipertensi dan diabetes melistus di RS. R.Soeprarto Cepu kab. Blora 2010 Dwi Winarti,2010
100 orang ibu bersalin dengan preeklamsi dan 200 orang ibu bersalin normal
Independen - Riwayat penyakit (hipertensi dan DM) Dependen - faktor resiko preeklamsi
Pendekatan analitik kasus kontrol pendekatan retrospektif
Ada hubungan 2 variabel yang bermakna menjadi faktor pencetus preeklamsi yaitu riwayat penyakit hipertensi dan DM
3.
Hubungan karakteristik dengan pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia di RSUD kota Semarang tahun 2010 Ayu lestari, 2010
Sampel 38 ibu hamil yang diambil daripopulasi 190 ibu hamil TM II & TM III dengan teknik kuota
Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan penelitian kuantitatif studi korelasional
Ada hubungan antara umur, paritas,dan pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang preeklamsi dan eklamsi
Independen Umur, paritas, pendidikan Dependent Pengetahuan kejadian preeklamsia dan eklamsia
7
Perbedaan penelitian yang dilakukan
penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah terdapat perbedaan variabel, rancangan penelitian, dan tahun penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian preeklamsi dan variabel bebasnya adalah usia dan paritas dengan rancangan penelitian case control. Penulis ingin mengetahui hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian preeklamsi di RSUD kota Semarang tahun 2012.