1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah reproduksi pada kaum laki- laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama dengan kaum wanita. Data di atas menunjukkan bahwa angka kejadian keputihan pada wanita di dunia, Eropa dan di Indonesia cukup tinggi (WHO, 2008). Wanita Indonesia 75% mengalami keputihan minimal 1 (satu) kali dalam hidupnya. Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau kuman Trikomonas vaginalis. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albican yang merupakan salah satu penyebab keputihan (Asri, 2008). Penyakit keputihan menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya dan 45% di antaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Asri, 2008). Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius, karena masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang, 1
2
seperti Indonesia karena kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Hal itu terbukti dari banyak penelitian menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai keputihan dikalanagan remaja putri. Khusus pada masa remaja wanita, mereka harus mengetahui tentang keputihan dan penyebabnya secara dini, karena menurut badan kesehatan dunia (WHO) 2008, pada masa peralihan anak-anak ke masa dewasa terdapat perubahan-perubahan fisiologis wanita khususnya, daerah organ reproduksi dan dapat menjadi masalah pada remaja jika tidak mengetahui permasalahan seputar organ reproduksinya dan hal tersebut merupakan pengalaman yang baru bagi remaja wanita. Kejadian keputihan banyak disebabkan karena bakteri Kandidosis vulvovagenitis dan juga dikarenakan banyak perempuan yang tidak mengetahui membersihkan daerah vaginanya (Depkes RI, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 20 Pebruari 2012, melalui wawancara terhadap 10 siswi di SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen terdapat 7 siswi (70%) tidak mengetahui informasi tentang keputihan, dan 3 siswi (30%) diantaranya mengetahui tentang keputihan dari pengertian sampai pencegahannya. Dengan rendahnya pengetahuan tentang keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen , maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen ”.
3
B. Rumusan Masalah “Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen. b. Mengetahui sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini mampu menambah wawasan bagi mahasiswa, yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai keputihan. 2. Bagi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya peningkatan
4
pengetahuan kesehatan reproduksi khususnya untuk menangani keputihan di SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen. 3. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk peneliti selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang sama belum pernah dilakukan penelitian, akan tetapi ada beberapa penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu : 1. Wiwit Putri Noviati (2008) yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku merawat organ genetalia eksterna wanita dengan keputihan yang dialami siswi SMU Negeri 2 Semarang”. Peneliti melakukan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan jenis penelitian metode Survey analitik. Hasil dari penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku merawat organ genetalia eksterna dengan keputihan yang dialami siswi SMUN 2 Semarang. Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel tingkat pengetahuan. Perbedannya dengan penelitian Wiwit Putri Noviati adalah tingkat pengetahuan dan perilaku merawat organ genetalia eksterna wanita dengan keputihan, sedangkan
5
penelitian ini menggunakan variabel yaitu tingkat pengetahuan dan sikap penanganan tentang keputihan. 2. Lia Cahyawati (2010) yang berjudul ” Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan dan sikap Remaja Putri tentang Keputihan di SMA Sultan Agung 1 Semarang”. Peneliti melakukan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan metode penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan siswi tentang keputihan meliputi pengertian keputihan, klasifikasi keputihan,infeksi keputihan dan pencegahan keputihan mayoritas masih kurang (70%). Persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini adalah menggunakan variable tingkat pengetahuan dan sikap. Perbedannya dengan penelitian Lia Cahyawati adalah menggunakan
pendekatan
kualitatif
menggunakan pendekatan kuantitatif.
sedangkan
penelitian
ini
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain
yang
penting
akan
terbentuknya
tindakan
seseorang
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.
6
7
Untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari enam peringkat: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007). Dalam tingkatan ini, tekanan utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip, aturan, atau strategi penyelesaian masalah. Beberapa kata kerja yang dipakai untuk mengukur kemampuan tingkat tahu (know) antara lain: atur, kutip, urutkan, tetapkan, daftar, ingat-ingat, gambarkan, cocokkan, kenali, perkenalkan, sebutkan, hubungkan, beri nama, garis bawahi, nyatakan, ulangi, reproduksi, tabulasi, pilih (Shirran, 2008). 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007). Dalam tingakatan pengetahuan ini, seseorang telah dapat menafsirkan fakta, menyatakan kembali apa yang ia lihat, menerjemahkan menjadi satu konteks baru, menarik kesimpulan dan melihat konsekuensi. Beberapa kata kerja yang dipakai untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang antara lain: perbaiki; pertahankan; uraikan; klasifikasi; cari ciri khasnya; jelaskan; pertajam; bedakan; perluas; ubah; berikan; generalisir; diskusikan; simpulkan; ringkas; laporkan; prediksikan; perkirakan; identifikasi; nyatakan kembali (Shirran, 2008).
8
3) Aplikasi (aplication) Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan untuk mengukur tingkat aplikasi seseorang adalah: terapkan; demonstrasikan; siapkan; perhitungkan; buat eksperimen; temukan; pilih; buat; kaitkan; klasifikasikan; upayakan; selesaikan;
kembangkan; ambil
contoh; pindahkan;
gambarkan; atur; pakai; tunjukkan; manfaatkan; hasilkan; tafsirkan (Shirran, 2008). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-kesalahan
logis,
menunjukkan
kontradiksi
atau
membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, asumsi dan simpulan serta mampu menggambarkan hubungan antar ide (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan dalam pengukuran tingkat analisis antara lain: analisis; garis bawahi; bedakan; tunjukkan; rincikan; asosiasikan; gambarkan; bedakan; pisahkan; buat diagram; simpulkan;
9
tegaskan; bedakan; hubungkan; kurangi dan bandingkan (Shirran, 2008). 5) Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru (Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan dalam mengukur tingkat sintesis adalah: kategorikan; susun; bangun; sintesiskan; desain; integrasikan; temukan; hipotesiskan; prediksikan; hadapkan; integrasikan; susun; kumpulkan;
kombinasikan;
ciptakan;
rencanakan;
perluas;
formulasikan; hasilkan; rencanakan; teorisasikan (Shirran, 2008). 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada sehingga, mampu
menyatakan
alasan
untuk
pertimbangan
tersebut
(Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat evaluasi seseorang adalah: taksir; pertahankan; dukung; pertimbangkan; kritik; kurangi; kontraskan; beri komentar; beri alasan; bandingkan; evaluasi; verifikasi; nilai; putuskan dan validasikan (Shirran, 2008).
10
b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima pengetahuan (Irmayanti, 2007). Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak. 2) Usia Semakin banyak usia seseorang maka semakin bijaksana dan banyak pengalaman/ hal yang telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata (Irmayanti, 2007). 3) Sumber informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002).
11
Informasi yang diperoleh dari beberapa sumber akan mengetahui tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Irmayanti, 2007). c. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto ( 2002 ) tingkat pengetahuan di bagi menjadi tiga yaitu: 1. Tingkat pengetahuan baik Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang
mampu
mengetahui,
memahami,
mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76% - 100% pengetahuan. 2. Tingkat pengetahuan cukup Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mengintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - < 76% pengetahuan. 3. Tingkat pengetahuan kurang Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang kurang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan
12
dapat
dikatakan
kurang
jika
seseorang
mempunyai
<56%
pengetahuan.
d. Cara pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003).
2. Keputihan a. Pengertian Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Banyak wanita yang mengalaminya, tetapi sering terabaikan karena kurangnya informasi tentang keputihan (Kasdu 2005). Jumlah, warna dan bau dari cairan keputihan akibat infeksi mikroorganisme
tergantung
dari
jenis
mikroorganisme
yang
menginfeksinya. Infeksi yang disebabkan oleh Trichomosnas vaginalis ciri-cirinya : cairan yang keluar bersifat encer, berwarna hijau terang dan berbau tidak sedap, disertai dengan rasa gatal, sering buang air kecil tapi sedikit-sedikit dan
rasanya panas.
Infeksi jamur Candida albicans
mempunyai ciri-ciri : cairan vagina yang keluar berwarna putih, kental, ada bercak putih yang melekat pada dinding vagina, seringkali disertai rasa gatal yang intensif. Infeksi oleh bakteri Gardnerella vaginalis menimbulkan cairan yang berwarna putih keruh keabu-abuan, agak
13
lengket, berbau
tidak sedap rasa rasa gatal
dan panas pada vagina
(Shadine, 2009). Keputihan, walaupun tidak mengandung bahaya maut (kecuali pada karsinoma servisis uteri), cukup menggangu penderita mental. Sifat dan banyaknya keputihan data memberi petunjuk ke arah etiologinya. Perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, banyaknya, warnanya, baunya, disertai rasa gatal/nyeri atau tidak (Prawirohardjo, 2007). b. Jenis Keputihan Keputihan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan penyakit abnormal (patologis). 1) Keputihan yang fisiologis terjadi pada saat menjelang, sesudah, atau di tengah-tengah siklus menstruasi. Jumlahnya tidak terlalu banyak, jernih/putih, tidak biasanya keputihan fisiologis ini disebabkan oleh hormon yang ada di dalam tubuh kita. 2) Keputihan patologis ditandai dengan jumlahnya yang amat banyak, berwarna, berbau, dan disertai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi pembengkakan, panas dan pedih ketika buang air kecil, serta dan nyeri di perut bagian bawah. Keputihan karena fisiologik dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh hari, waktu menarche, wanita dewasa
apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu
14
koitus (Coitus), waktu ovulasi, pada wanita berpenyakit menahun dengan neurosis, dan wanita dengan ektropian porsionis uteri (Shadine, 2009). Sementara keputihan patologik utamanya disebabkan infeksi (jamur, kuman, parasit, virus). Namun dapat pula akibat adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin terutama di leher rahim (Shadine, 2009). Infeksi akibat kuman (bakteri), misalnya akibat : a) Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhea. Kuman ini mudah mati
setelah terkena
sabun, alkohol,
deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannnya
melalui
senggama. b)
Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata tarakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
c)
Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas
15
clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan. d)
Treponema pallidium,
adalah penyebab
penyakit
kelamin
sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan. e)
Infeksi akibat jamur
biasanya disebabkan spesis
candida.
Cairannya kental, putih susu (sering berbentuk kepala susu), dan gatal. Vagina
menjadi kemerahan
akibat radang.
Predisposisisnya adalah kehamilan, diabetes melitus, akseptor pil KB (Shadine , 2009) Keputihan karena trikomoniasis dan candidiasis hampir selalu di sertai
rasa gatal (Prawirohardjo, 2007)
c. Penyebab Keputihan 1) Penyebab utama dari keputihan adalah suatu jenis binatang satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan menimbulkan cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas. Datangnya infeksi kuman ini bisa datang sendiri, misalnya dari tangan atau celana tanpa sengaja, atau saling menukar pakaian. Namun menurut pene litian, sebagian besar Trichomonas menular melalui hubungan seks. Untungnya, keputihan jenis ini tidak terlalu berbahaya dan mudah disembuhkan. 2) Penyebab lain yang sering timbul adalah sebangsa jamur. Beda keputihan jenis ini adalah gatalnya yang luar biasa dan bisa timbul
16
setiap saat. Akibatnya, si penderita menggaruk-garuk terus organ seksnya. Tetapi jenis ini pun cukup mudah disembuhkan, karena obat-obat anti jamur sangat ampuh terhadap keputihan ini. 3) Penyebab lain dari keputihan adalah bakteri-bakteri yang banyak sekali jenisnya. Tetapi yang terpenting adalah menular melalui hubungan seks. Ada dua bakteri yang sangat sering menimbulkan keputihan dan tertular melalui hubungan seks yang disebut Gonorhoe (GO) dan Chlamydia. Kedua penyakit ini hampir sama gejalanya yakni menimbulkan keputihan yang berat dan warna cairan umumnya putih kuning dengan bau yang cukup menyengat. Pada GO sering disertai rasa perih waktu buang air kecil. Pada Chlamydia hal itu tidak begitu terasa. 4) Keputihan lain karena bakteri mungkin saja terjadi walaupun tidak melalui hubungan seks. Karena berbagai perubahan dalam vagina serta masuknya kuman-kuman baru, maka timbul infeksi bakteribakteri tertentu. Ada wanita yang cebok di WC umum jadi keputihan. Bisanya bakteri ini juga menimbulkan gejala yang hampir sama dengan penyakit kelamin, yaitu keputihan berupa keluarnya nanah dan berbau sangat menyengat. 5) Wanita sebaiknya tidak terlalu sering dan terlalu lama memakai celana jins ketat dan tebal. Ditambah dengan udara yang semakin panas, maka udara di daerah vagina pun menjadi tambah panas. Dari situlah penyakit keputihan bisa menyerang wanita.
17
Menurut Shadine dalam bukunya Penyakit wanita tahun 2009, dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat diketahui penyebab keputihan. 1) Infeksi gonore, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan 2) Parasit Trichomonas vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu 3) Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker. 4) Kelelahan yang sangat. d. Penanganan Keputihan 1. Upaya Penanganan Dini Tidak
perlu panik jika mengalami keputihan. Umumnya, wanita
memang mengalami keputihan, apalagi di Indonesia yang tingkat kelembapan udaranya tinggi. Upaya penanganan, dapat berupa : a) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih mudah menyerap. b) Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih
18
setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuak tetap menjaga vagina dalam keadaan kering. c) Hindari suasana vagina lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian celana jins terlalu ketat juga meningkatkan kelembapan daerah vagina. Ganti tamon atau panty liner pada waktunya. d) Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau larutan antispetik khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan berlebihan karena hanya akan mematikan flora normal vagina dan keasaman gagina juga terganggu. Jka perlu, konsultasikan dulu ke dokter. e) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi. f) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman. g) Setia
kepada pasangan merupakan langkah awal untuk
menghindari keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.
19
2. Langkah yang dapat dilakukan bila menderita keputihan a) Berkonsultasilah ke dokter kandungan, dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab. Umumnya keputihan yang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi penyebabnya. Obat-obatan
yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan mengatasi infeksi mengatasi
sesuai dengan
flukonazol untuk
candida dan golongan metronidazol untuk
infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat
berupa
sediaan oral yang berupa tablet atau kapsul, topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. b) Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan. c) Jika masih belum sembuh juga, lakukan uji resistensi obat dan mengganti obat lain. Ada kemungkinan bahwa kuman ternyata resisten terhadap obat yang diberikan. d) Bagi yang sudah menikah, lakukan pap smear. Apalagi jika sudah berumur 35 tahun dan keluhan keputihan diikuti dengan adanya sesuatu yang mencurigakan di mulut rahim karena dikhawatirkan adalah virus yang dapat memicu kanker. Idealnya, pap smear dilakukan setahun sekali.
20
e) Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim
dengan menggunakan alat pembesar
yang
diletakkan di luar bibir vagina. Sebagai penunjang, lakukan pula tes urin dan tes darah (Wijayanti, 2009). e. Penyembuhan Keputihan Pemeriksaan keputihan
dokter
sebaiknya
segera
dilakukan
bila
mulai menyerang anda. Tujuannya menentukan letak dari
bagian yang sakit,
dalam hal ini mencari
darimana
keputihan itu
berasal. 1) Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat
kelamin yang lebih baik, seperti
melakukan pemeriksaan koloskopi yang berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan. 2) Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Obat-obat penawar misalnya Betadine Vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekedar membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selian itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostika. Sedangkan obat pemunah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksiklin, eritroimisin, dan sebagainya.
21
Hal-hal yang perlu diketahui/diperhatikan : 1) Jagalah kebersihan daerah organ reproduksi untuk mencegah beberapa penyakit / penyebab keputihan 2) Jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilasan vagina secara rutin dan berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya flora normal yang ada di vagina yang bertugas melindungi terhadap kuman dari luar 3) Hindari stress yang berlebihan 4) Pada penderita diabetes usahakan kadar gula yang stabil 5) Segera ke dokter bila keputihan berlebihan Untuk mengantisipasi munculnya keputihan, seorang wanita harus rajin membersihkan daerah vaginanya, dan rajin mengganti celana dalamminimal tiga kali sehari. Kalau ada tanda-tanda keputihan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk menghindari akibat yang lebih parah (Indriyani, 2008). f. Pengobatan Menurut (Dalimartha, 2002) pengobatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut : 1) Larutan Antiseptik Digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari liang senggama. Larutan ini hanya untuk membersihkan, karena tidak dapat
membunuh penyebab infeksi maupun menyembuhkan keputihan akibat penyakit lainnya
22
2) Obat – obatan Sebagai contoh Asiklovir yang berupa tablet atau krim. Obat ini digunakan bila penyebab keputihannya adalah virus herpes. 3) Hormon Estrogen Tablet atau krim yang mengandung hormon estrogen diberikan pada perempuan menopause atau usia lanjut yang mempunyai banyak keluhan. 4) Operasi kecil Hal ini dilakukan bila penyebabnya tumor jinak seperti papiloma, atau bila ada kelainan condiloma. 5) Pembedahan, penyinaran (radioterapi) atau sitostatik (khemoterapi) Tindakan ini dilakukan bila penyebabnya kanker serviks atau kanker kandungan lainnya, tergantung stadiumnya.
3. Sikap (Atitude) a. Pengertian Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek rangsangan (Sarwono, 2003). Sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya. Dari batasan-batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah merupakan penilaian tentang keadaan sekitar yang ditunjukkan dengan perasaan.
23
b. Komponen sikap Struktur sikap terdiri atas tiga komponen menurut Azwar (2009) yaitu: 1. Komponen kognitif (cognitive) Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu terhadap suatu objek. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah kontroversial. 2. Komponen afektif (affective) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. 3. Komponen konatif (conative) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Interaksi antara komponen tersebut adalah selaras dan konsisten. Hal ini dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap
24
tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap (Azwar, 2005). c. Tingkatan sikap Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu : 1.Menerima ( receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespons (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu setuju dan tidak setuju. Orang yang setuju terhadap
25
suatu objek maka arahnya positif dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut : 1. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan
dan
penghayatan,
seseorang
harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
26
2. Pengaruh orang lain Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang diharapkan, yang tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. 3. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila hidup dalam masyarakat yang mempunyai norma sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan
individualisme
yang
mengutamakan
kepentingan
perorangan. 4. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya media
27
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaranannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. 6. Faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
28
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh factor emosional adalah prasangka (prejudice). Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi. e. Pengukuran Sikap Skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala Likert adalah sebagai berikut: 1) Pernyataan positif meliputi: sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju atau SS- S- TS –STS dengan nilai 4, 3, 2, 1. 2) Pernyataan negatif meliputi: sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan nilai 1, 2, 3, 4 (Hidayat, 2007). Sikap yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan : 1) Tingkat sikap sangat setuju (sangat baik) bila skor 76%-100% 2) Tingkat sikap setuju (baik) bila skor 51%-75% 3) Tingkat sikap tidak setuju (tidak baik) bila skor 26%-50% 4) Tingkat sikap sangat tidak setuju (sangat tidak baik) bila skor 0%25%
29
B. Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan tahu memahami aplikasi analisis sintesis evaluasi Sikap penanganan keputihan
Faktor yang mempengaruhi Sikap: 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain 3. Kebudayaan 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan 6. Faktor emosional
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : (Notoatmodjo, 2007 ; Azwar, 2005 dengan modifikasi )
30
C. Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
Tingkat Pengetahuan
sikap penanganan keputihan
Faktor yang mempengaruhi : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain 3. Kebudayaan 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan 6. Faktor emosional
Keterangan
: : Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
31
D. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen.
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dengan Cross Sectional, yaitu penelitian berdasarkan data yang menunjukan titik waktu tertentu atau pengumpulannya dilakukan dalam waktu yang bersamaan yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan (Arikunto, 2006). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami keputihan di SMK Komputer Kabupaten Kebumen yang berjumlah 200 responden. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,
32
33
2006). Prinsip yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu dengan cara memilih sampel antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008). Berdasarkan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga dan dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar, maka peneliti hanya mengambil 20 %. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Nomogram Harry King (Sugiono, 2007). Rumus Nomogram Harry King : n=PxN Keterangan : n
= Besar sampel
P
= Persentase besar sampel
N
= Jumlah populasi
n
= 20 % x 200 = 40 = 40 responden
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini 40 responden Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang yang sesuai dengan kriteria inklusi.
a) Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti karakteristik sampel yang layak diteliti.
34
1) Siswi yang mengalami keputihan sebelum atau ketika keputihan. 2) Siswi yang dapat membaca dan menulis 3) Siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. b) Kriteria ekslusi : 1) Siswi yang tidak hadir saat diadakan penelitian 2) Siswi keputihan yang sedang menjalani pengobatan
C. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen. Pengambilan data penelitian pada siswi di SMK Komputer Karanganyar Kabupaten Kebumen adalah bulan April sampai Mei 2012.
D. Variabel Penelitian 1. Variabel penelitian yang diteliti adalah menggunakan variabel bebas (Independen Variable), yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi stimulus input (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan. 2. Variabel terikat (Dependen Variable), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas out put kriteria (Sugiyono, 2003). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah sikap penanganan keputihan.
35
E. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan
karakteristik
memungkinkan peneliti untuk
yang
diamati,
sehingga
melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Aziz, 2008).
36
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional 1. Tingkat Segala sesuatu pengetahu yang diketahui an siswi tentang keputihan yaitu, pengertian, jenis keputihan, penyebab,cara penanganan dan penyembuhan keputihan 2. Sikap penangan an keputihan
Reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, yang meliputi: 1. Upaya penanganan dini 2. Langkah yang dapat dilakukan bila menderita keputihan
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala
Diukur dengan kuesioner dengan pertanyaan tentang tingkat pengetahuan tentang keputihan yang terdiri dari 15 pertanyaan, bila jawaban benar nilainya adalah 1 dan jika jawaban salah nilainya adalah 0
Diperoleh nilai minimal 0 dan nilai maksimal 15. Nilai kemudian dikategorikan : 1. 75-100% baik 2. 60-75% cukup 3. <60% kurang
Menggunakan kuesioner sebanyak 20 Pernyataan. Dengan pengukuran likert yaitu responden ditanya untuk mengidentifikasikan sangat setuju,setuju,tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap statement yang disusun oleh peneliti.
Untuk pernyataan Ordinal yang mendukung diberi skor:SS = 4; S = 3; TS=2; dan STS = 1 Untuk pernyataan yang tidak mendukung diberi skor: SS = 1; S = 2;TS = 3; dan STS = 4 Dengan penilaian sesuai kategori : 1. Sikap sangat baik bila skor 76%-100% 2. Sikap baik bila skor 51%-75% 3. Sikap tidak baik bila skor 26%-50% 4. Sikap sangat tidak baik bila skor 0%-25%
Ordinal
37
F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara untuk data sekunder dan kuesioner untuk data primer. Wawancara dilakukan langsung kepada guru bimbingan konseling tentang perilaku penanganan keputihan dan menggunakan kuesiner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner dibuat untuk mendapatkan data yang diinginan tentang hubungan
tingkat
pengetahuan
tentang
keputihan
dengan
sikap
penanganan keputihan. Dengan ini peneliti dapat menetapkan bobot jawaban terhadap item yang ditetapkan. G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengelolaan data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan langkah-langkah sebagai berikut : a Editing, Mengedit kuesioner yang telah di isi dengan melakukan pengecekan kembali kelengkapan data dan isian data yang terkumpul untuk kemudian di klasifikasikan. b Coding, Kegiatan memberi kode setiap data yang diperoleh, kemudian memberinya skor dengan tujuan untuk mempermudah analisis data, baik untuk analisis deskriptif maupun analisis inferensialnya. c Tabulasi, Data dinilai, dikumpulkan dan dikelompokkan secara teliti dan teratur ke dalam tabel.
38
d Analiting, Pengolahan data dengan menggunakan program penghitungan dan statistik di computer. 2. Teknik Analisa Data Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan pengelolaan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) (Santoso, 2003). Adapun analisis yang digunakan : a. Analisis Univariat Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoadmojo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat (sikap penanganan keputihan), variabel bebas (tingkat pengetahuan). b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variabel baik komparatif, asosiatif maupun korelasi (Saryono, 2008). Analisa bivariat dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan program komputer yang mengacu pada rumus korelasi non parametris Kendall’s Tau sebagai berikut : ∑A-∑B = N(N-1) ______ 2
39
Keterangan : = Koefisien korelasi kendall tau ∑A
= H = Jumlah rangking atas
∑B
= L = Jumlah rangking bawah
N
= Jumlah Anggota sampel
Dari hasil perhitungan yang didapatkan, jika p diterima,
yang
pengetahuan
artinya
tentang
terdapat
keputihan
Ha
hubungan dengan
antara
sikap
tingkat
penanganan
keputihan pada siswi SMK Komputer Kabupaten Kebumen. Sedangkan jika p
berarti Ha ditolak yang artinya tidak
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan sikap penanganan keputihan pada siswi SMK Komputer Kabupaten Kebumen. H. Instrument Penelitian Menurut Nursalam (2003) kuesioner merupakan alat pengumpul data kepada subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode angket dibuat sendiri oleh peneliti. Metode angket ini digunakan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan tanggapan, dan informasi (Arikunto, 2006). Responden pada saat mengisi kuesioner tidak dipengaruhi oleh siapapun atau pihak manapun dan tanpa paksaan. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
40
Wawancara yang digunakan meliputi masalah tentang keputihan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang tersusun secara terstruktur yang berisi pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode angket. Metode angket ini digunakan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan tanggapan, dan informasi (Arikunto, 2006). 1. Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan Kuesioner tingkat pengetahuan menggunakan check list yaitu responden membubuhkan tanda check list () pada kolom yang telah disediakan. Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan tentang keputihan. Responden diminta untuk memilih 2 jawaban dari 15 item pertanyaan. Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Menghitung prosentase jawaban skor tertinggi dengan rumus: Skor : nilai : nilai yang diperoleh x 100 Skor yang diperoleh x 100 maksimal SkorSkor maksimal b. Kategori Baik
: bila skor jawaban benar 76%-100%
c. Kategori Cukup : bila skor jawaban benar 56%-75% d. Kategori Kurang : bila skor jawaban benar 40%-55%
41
Tabel.3.2 Kisi-kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan No Variabel 1
Indikator
Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan
1. 2. 3. 4. 5.
Butir Pertanyaan
Pengertian jenis keputihan penyebab cara penanganan penyembuhan keputihan
1,2,11 4,5,13 3,14,15 6,7,8,9 10,12
Jumlah
Jumlah item 3 3 3 4 2
15
2. Sikap Penanganan Keputihan Kuesioner
sikap
menggunakan
check
list
yaitu
responden
membubuhkan tanda check list () pada kolom yang telah disediakan. Ada 20 item pernyataan tentang pengetahuan yang terdiri 10 pernyataan positif (favourable), jika menjawab Sangat setuju ( SS ) diberi skor 4, Setuju ( S ) diberi skor 3, Tidak Setuju( TS ) diberi skor 2, serta Sangat Tidak Setuju ( STS ) diberi skor 1 dan 10 pernyataan negatif (unfavourable), jika menjawab Sangat setuju ( SS ) diberi skor 1, Setuju ( S ) diberi skor 2, Tidak Setuju( TS ) diberi skor 3, serta Sangat Tidak Setuju ( STS ) diberi skor 4 . Kemudian setiap skor pertanyaan 1-20 dijumlahkan dan dimasukkan dalam kategori. Diperoleh nilai minimal 20 dan nilai maksimal 80. Nilai kemudian dikategorikan : a. Tingkat sikap sangat baik bila skor > 76%-100% b. Tingkat sikap baik bila skor 51%-75% c. Tingkat sikap tidak baik bila skor 26%-50% d. Tingkat sikap sangat tidak baik bila skor 0%-25%
42
Tabel.3.3 Kisi-kisi kuesioner Sikap Penanganan Keputihan variabel
Sikap Penanganan Keputihan
Indikator
1.Kognitif
pernyataan positif negatif 4 3
2.Afektif
3
4
3.Konatif
3
3
No soal 1,2,3,4, 11,12,13
7
5,6,7, 14,15,16,1 7
7
8,9,10 18,19,20 Jumlah
10
Jml item
10
6 20
I. Uji Validitas dan Reabilitas 1) Uji Validitas Uji validitas dilakukan di SMK Tamtama Karanganyar pada tanggal 25 April2012, sebanyak 20 responden. Uji validitas yang peneliti lakukan menggunakan korelasi product moment, yaitu sebagai berikut :
rxy
N xy ( x)( y )
N x 2 ( x) 2 N y 2 ( y ) 2
Keterangan:
N
: koefisien korelasi : jumlah subjek : jumlah perkalian skor item dengan skor total item
43
: jumlah skor total item : jumlah skor item kuadrat (Riwidikdo, 2009). Jika koefisien korelasi rxy antara skor butir dengan skor total yang diperoleh lebih besar dari pada koefisien di tabel nilai-nilai r (r tabel) pada α = 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya butir tersebut dinyatakan tidak valid bila rxy lebih kecil dari r tabel. Cara yang mudah untuk menentukan valid tidaknya butir pengujian bila menggunakan program komputer adalah mengacu pada nilai signifikan (p) yang diperoleh. Bila nilai signifikan (p) yang diperoleh lebih kecil dari pada 0,05 maka butir yang diujikan dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas diketahui dari 15 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, item pernyataan no 9 dinyatakan tidak valid karena item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) karena kurang dari r tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 dengan jumlah responden 20 orang untuk uji validitas sebesar 0,444 yaitu (0,277) lalu diperbaiki dan di uji lagi. Setelah dilakukan uji validitas lagi diketahui dari 15 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan semua dinyatakan valid dengan jumlah responden 20 orang dengan nilai 0,000 – 0.006 berarti valid karena p <0.05.
44
Untuk sikap diketahui dari 20 item pernyataan semua dinyatakan valid dengan jumlah responden 20 orang dengan nilai 0,000 – 0.001 berarti valid karena p <0.05. 2) Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitan ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus:
Keterangan : α : koefisien reliabilitas yang dicari K : jumlah butir pertanyaan Si2 : varian butir-butir pertanyaan Si2 : varian skor total test. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7. Berdasarkan hasil reliabilitas, tingkat pengetahuan sejumlah
15 soal
didapatkan nilai alpha 0,945 berarti reliabel karena nilai alpha > 0,7. Dan sikap sejumlah 20 soal dengan nilai alpha 0,970 berarti reliabel karena nilai alpha > 0,7. J. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti
45
menjamin hak asasi responden dalam penelitian ini, dengan menekankan prinsip etika meliputi : 1. Prinsip manfaat a) Bebas dari penderitaan, artinya dalam penelitian ini tidak menggunakan tindakan yang menyakiti atau membuat responden menderita. b) Bebas dari eksploitasi, artinya data yang diperoleh tidak digunakan untuk hal-hal yang merugikan responden. 2. Prinsip menghargai hak a) Informed consent Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan, apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka calon responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya. b) Anonymity Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam pengolahan dan penelitian, peneliti akan menggunakan nomer dan kode responden. c) Confidientiality Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.