BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan.
Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan. Bila terbukti terdapat fraud dalam perusahaan tersebut, auditor diwajibkan untuk melaporkan adanya fraud tersebut, baik kepihak manajemen, pihak yang berwenang, maupun ke publik. Perusahaan yang go public sesungguhnya menginginkan gambaran kondisi perusahaannya dalam keadaan yang terbaik, hal ini yang dapat menyebabkan manipulasi pada laporan keuangan. Adanya manipulasi dalam laporan keuangan tersebut menyebabkan informasi menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan mekanisme pelaporan keuangan dimana suatu audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material dan memberikan keyakinan atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan (Koroy, 2008). Rezaee (2002) menyatakan bahwa dua dekade terakhir fraudulent financial statement telah meningkat secara subtansial. Manipulasi
pada
laporan
keuangan
dapat
merugikan
sekaligus
menguntungkan bagi pelaku bisnis. Keuntungan bagi pelaku bisnis yaitu dapat melebih-lebihkan hasil usaha sehingga dapat terlihat baik dimata publik serta memperkaya diri dan disisi lain dapat merugikan publik yang sangat
1
menggantungkan
pengambilan
keputusan
berdasarkan
laporan
keuangan,
seharusnya pelaku bisnis menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan bebas dari kecurangan. Fraud adalah kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta materiil yang dapat memengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahuinya keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta materiil, atau penyajian yang ceroboh yang memengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya. Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak aktivitas yang tidak dapat terlepas dari praktek kecurangan atau fraud. Kecurangan bisa saja dilakukan oleh perseorangan, tetapi bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang di dalam organisasi yang bekerjasama dalam praktek kecurangan. Meningkatnya kasus skandal akuntansi menyebabkan berbagai pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan atau manipulasi pada laporan keuangan (Skousen, et al., 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menunjukkan bahwa 58% dari kasus kecurangan yang dilaporkan dilakukan oleh karyawan pada tingkat manajerial, 36% dilakukan oleh manajer tanpa melibatkan orang lain, dan 6% dilakukan oleh manajer dengan
2
melakukan kolusi bersama karyawan. Hasil penelitian ACFE lainnya, pada tahun 2002 menunjukkan kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan di Amerika Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600 milyar dan secara persentase tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996 (Koroy, 2008). Selanjutnya Koroy (2008) menambahkan bahwa dari kasus-kasus kecurangan tersebut
jenis
kecurangan
yang
paling
banyak
terjadi
adalah
asset
misappropriations (85%), kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah paling sedikit (5%) adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent statements). Walaupun demikian kecurangan laporan keuangan membawa kerugian paling besar yaitu median kerugian sekitar $4,25 juta (ACFE, 2002). Statement of Auditng Standard (SAS) 1 (AU 110) menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji materil dalam laporan keuangan, kelemahan materil dalam pengendalian internal perusahaan, serta mendeteksi adanya fraud dalam laporan keuangan tersebut. SAS No. 82 (2005:5) menjelaskan bahwa “Misstatement yang materiil pada laporan keuangan adalah kesalahan penyajian laporan keuangan akibat dari penipuan (fraud) maupun dari kesalahan (error) yang dapat mengakibatkan para pengguna laporan salah dalam pengambilan keputusan. Misstatement laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur kecurangan laporan keuangan adalah earnings management (Spathis, 2002). Kecurangan laporan keuangan seringkali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi
3
fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Discretonary accrual digunakan sebagai proksi earning management dalam mengukur kecurangan laporan keuangan, Dechow (1995). Earnings management berkaitan erat dengan tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen (Rezaee, 2002). Teori fraud triangle yang dicetuskan Cressey (1953) sampai saat ini dipakai oleh para praktisi sebagai pendekatan dalam mendeteksi suatu tindak kecurangan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Cohen et al. (2008) mengenai peran
manajer
pada
perusahaan
yang
melakukan
kecurangan
dengan
menggunakan pendekatan teori fraud triangle. Hasil penelitian menunjukkan adanya konsistensi dengan pernyataan SAS No. 99 yaitu motif ekonomi selalu muncul pada perusahaan fraud serta faktor psikologi dan adanya kesempatan berperan penting dalam terjadinya kecurangan. Pendekatan teori fraud triangle juga dipakai Albrecht (2010) untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan perusahaan Chaebol di Korea melakukan kecurangan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan keluarga yang kuat di dalam perusahaan memainkan peran yang besar dalam hal tekanan dan kesempatan. Tekanan merupakan hal yang menjadi pemicu adanya kecurangan, karena pada dasarnya individu yang tertekan akan cenderung bertindak nekat. Tindakan nekat manajemen ini akan merugikan pihak principle, baik pemilik perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan seperti kreditur dan investor. Tekanan muncul karena adanya kewajiban yang harus diselesaikan. Tekanan ini sebenarnya diperlukan oleh perusahaan untuk maju dan berkembang, akan tetapi tekanan
4
yang berlebihan justru akan mengakibatkan munculnya keinginan untuk melakukan kecurangan demi memenuhi kebutuhan pribadi manajemen. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan individu, dan target keuangan. External pressure merupakan tekanan yang diterima dari pihak luar. Cara mengukur tekanan eksternal ini digunakan variabel kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Variabel ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar aktiva yang ada di perusahaan yang berasal dari hutang. Dengan adanya hutang ini maka pihak manajemen berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajibannya tersebut. Tekanan untuk memenuhi kewajibannya inilah yang dirasakan perusahaan terlalu membebani sehingga kadangkala perusahaan melakukan pemanipulasian dalam menampilkan laporan keuangan yang dibuatnya. Laporan keuangan yang ditampilkan akan menunjukkan keadaan perusahaan yang baik untuk menarik kepercayaan pihak kreditur dalam memberikan pinjaman. SAS No. 99 mengklasifikasi peluang yang mungkin terjadi dalam kecurangan laporan keuangan dalam tiga kategori. Jenis peluang tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Hasil pengujian tersebut berhasil memprediksi secara benar dan menunjukkan peningkatan yang substansial dibandingkan model prediksi fraud lainnya. Nabila (2013) berpendapat bahwa opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas
5
mereka tidak akan terdeteksi. Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah, pengawasan manajemen yang kurang baik atau melalui penggunaan posisi. Kesempatan untuk melakukan fraud berdasarkan pada kedudukan pada umumnya, manajemen suatu perusahaan memiliki potensi yang lebih besar untuk melakukan fraud dibandingkan dengan karyawan. Tetapi patut digaris bawahi bahwa kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Kegagalan dalam menetapkan prosedur yang memadai untuk kondisi fraud juga mampu meningkatkan adanya misstatement laporan keuangan. Dari ketiga elemen fraud triangle, kesempatan memiliki kontrol yang paling atas dalam kasus misstatement laporan keuangan atau manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu dalam mendeteksi adanya aktivitas kecurangan maka perusahaan perlu membangun sebuah proses, prosedur dan kontrol yang efektif. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Natalie dalam (Tanjung) pada tahun 2010 mengenai “Pengaruh Fraud Risk Factor terhadap Penentuan Risiko Salah Saji Materil pada Siklus Persediaan dan Pergudangan”, yang menghasilkan tiga Simpulan, yang pertama yaitu
fraud risk factor memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam proses memulai audit, yang kedua pengendalian internal yang diterapkan disiklus persediaan dan pergudangan masih belum cukup untuk menurunkan resiko terjadinya fraud dan yang ketiga terdapat adanya salah saji yang materil pada siklus persediaan dan pergudangan yang cukup signifikan. Penelitian yang dilakukan Carissa Natalie yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko kecurangan pada siklus persediaan dan pergudangan penulis pun tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh proksi-proksi
6
dalam fraud triangle yang dapat menimbulkan salah saji materil pada laporan keuangan. Penelitian fraud triangle juga dilakukan dengan cara memproksikannya dalam berbagai kondisi. Lou dan Wang (2009) membuat suatu model melalui pendekatan fraud triangle yang diproksikan ke dalam berbagai kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa proksi signifikan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, dimana proksi-proksi tersebut adalah bagian dari tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Skousen, et al. (2009) juga membuat model pendeteksian kecurangan laporan keuangan yang berbeda dari penelitian Lou dan Wang (2009). Setelah diuji ternyata hanya proksi dari variabel tekanan dan kesempatan saja yang signifikan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Nabila (2013) dalam penelitiannya mencoba mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan dengan menggunakan perspektif fraud triangle. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa financial stability pressure yang diproksikan dengan asset change (ACHANGE), financial targets yang diproksikan dengan return on asset (ROA) dan external pressure yang diproksikan dengan free cash flow (FREEC) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sementara itu, personal financial need yang diproksikan dengan owner ship (OSHIP) dan effective monitoring yang diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen (IND) tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Berbeda dengan penelitian Rachmawati (2014) yang menguji pengaruh faktor-faktor dalam
7
perspektif fraud triangle terhadap kecurangan laporan keuangan, memeroleh hasil hanya faktor multi jabatan dewan komisaris dan pergantian auditor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Kedua penelitian ini menggunakan proksi yang hampir sama tetapi memeroleh simpulan yang berbeda. Jadi berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini mencoba menguji kembali proksi-proksi yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel opportunity fraud (kesempatan) sebagai pemoderasi hubungan antara external pressure (tekanan eksternal) pada misstatement (kecurangan) laporan keuangan. Penelitian ini akan mengacu pada penelitian Skousen, et al. (2009) untuk menguji kembali model pendeteksian kecurangan pada lingkup perusahaan di Indonesia. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian sebagai skripsi dengan judul: “Kemampuan Opportunity
Fraud
Memoderasi
Pengaruh
External
pressure
pada
Misstatement Laporan Keuangan” 1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, adapun rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah: 1) Apakah external pressure berpengaruh pada misstatement laporan keuangan ? 2) Apakah opportunity fraud berpengaruh pada misstatement laporan keuangan ? 3) Apakah opportunity fraud mampu memoderasi pengaruh external pressure pada misstatement laporan keuangan ?
8
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh bukti secara empiris
mengenai : 1) Pengaruh external pressure pada misstatement laporan keuangan. 2) Pengaruh opportunity fraud pada misstatement laporan keuangan. 3) Kemampuan opportunity fraud dalam memoderasi pengaruh external pressure pada misstatement laporan keuangan. 1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoretis a. Menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai fraud atau kecurangan yang sering terjadi dalam perusahaan serta mengetahui faktor penyebab terjadinya kecurangan. b. Dijadikan perbandingan dan penyempurnaan dari penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, diharapkan dapat memberikan tambahan literatur dan pertimbangan pada penelitian yang akan datang tentang fraud atau kecurangan dalam laporan keuangan. 2) Kegunaan Praktis a. Memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent dalam agency theory terkait tanggungjawabnya dalam melindungi kepentingan principle dalam hal ini kreditor. Manajemen akan lebih mengetahui dampak dari misstatement pada laporan keuangan bagi kreditor atau calon kreditor
9
perusahaan mereka. Disamping itu, kemungkinan terjadinya pailit akan lebih besar di perusahaan yang melakukan Financial Statement Fraud. b. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa fenomena Fraud sedang marak terjadi di lingkungan perusahaan dan mengenai tahapan dan cara dalam mendeteksi dan mencegahnya sedini mungkin. 1.5
Sistematika Penulisan Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori dan konsep yang relevan guna menunjang pembahasan terhadap masalah dalam penelitian, antara lain uraian mengenai teori keagenan, fraud tree, kecurangan laporan keuangan, fraud triangle, manajemen laba, discretionary accrual dan pembahasan penelitian terdahulu.
Bab III
Metode Penelitian Bab ini menyajikan metode penelitian yang mencangkup berbagai hal seperti desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode
10
penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memuat tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan penelitian melalui gambaran umum objek penelitian, analisis statistik deskriptif, dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini juga memuat tentang interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.
11