BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya. Untuk mencapai tujuan perekonomian, selain diperlukan program yang terencana dan terarah, juga diperlukan modal atau dana pembangunan yang cukup. Dana pembangunan tersebut disusun oleh lembagalembaga perekonomian yang saling bekerja sama agar mendapat hasil yang optimal. Lembaga keuangan khususnya perbankan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian suatu negara (Felna dan Pratomo, 2013). Sejak 1 Januari 2014 OJK resmi mengambil alih beberapa tugas perbankan yang selama ini dilakukan BI, terutama mengawasi seluruh kinerja bank yang ada di Indonesia. Sementara BI fokus pada pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga likuiditas perbankan. Dalam memajukan perekonomian Indonesia masyarakat memiliki peran yang sangat penting pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) seperti mengurangi pengangguran dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan dan memiliki kreatifitas serta melakukan inovasi pada produk yang dihasilkan agar produk tersebut dapat bersaing dengan kualitas yang baik.
1
2
Perbankan memiliki peran dalam mengembangkan sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dengan cara memberikan penawaran kredit yang dapat digunakan untuk menjadi modal dan pengembangan usaha. Perbankan nasional di tahun 2014 ini mengalami beberapa ujian, seperti ketatnya
likuiditas,
terbatasnya
pertumbuhan
kredit
serta
melambatnya
pertumbuhan ekonomi domestik. Mengetatnya likuiditas tak dapat dipungkiri karena selama empat tahun terakhir ini pertumbuhan kredit melampaui pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dalam rangka meningkatkan daya saing perbankan, kebijakan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) akan dilanjutkan untuk memastikan mekanisme pasar berjalan dengan baik sehingga sasaran kebijakan dapat tercapai. Sebagai tindak lanjut dari sisi pengawasan bank, akan ditingkatkan enforcement ketentuan dengan mewajibkan Rencana Bisnis Bank (RBB) mencantumkan target-target peningkatan efisiensi dan penurunan suku bunga kredit pada level yang wajar. Bank Indonesia juga tengah “mengkaji” praktek pemberian tingkat bunga dana pihak ketiga (DPK) di atas tingkat bunga yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta mengkaji pembatasan pemberian hadiah bagi nasabah Aspek perlindungan nasabah dan tata kelola perbankan juga merupakan dua aspek yang perlu memperoleh perhatian. Beberapa kasus fraud di perbankan yang menyita perhatian pada tahun 2011 memerlukan penataan kembali kebijakan terkait dengan kedua aspek di tersebut. Pada tahun 2011 Citibank dibobol triliunan rupiah oleh Inong Melinda yang merupakan pegawai Citibank. Hal ini merupakan kejadian tindak pidana perbankan yang berdampak negatif terhadap
3
kinerja bank dan kepercayaan nasabah yang sedikit pudar/untrust dikarenakan dana tersebut sepenuhnya dari masyarakat (www.okezone.com). Meski pertumbuhan ekonomi mampu bertahan dikisaran 6,0 persen namun kondisi itu tetap memukul sektor usaha mapan dan sektor UMKM di daerah (www.antaranews.com). Menurut laporan Bank Indonesia, perlambatan ekonomi yang terjadi sejak 2013 memberikan dampak perlambatan pada perkembangan kredit UMKM. Meski tumbuh positif, penyaluran kredit UMKM melambat pada triwulan II-2014 yakni dari 17,0% pada triwulan 1-2014 menjadi 11,6% dengan posisi mencapai Rp651,3 triliun. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan relatif menurun. Kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) diperkirakan akan terus mengalami fluktuasi dalam perkembangannya. Pada triwulan II-2014, risiko kredit UMKM meningkat, tercermin dari rasio NPL (non performing loan) yang naik dari 3,66% di triwulan I-2014 menjadi 3,88%. Peningkatan rasio NPL UMKM secara keseluruhan disebabkan oleh beberapa faktor baik dari sisi internal bank maupun eksternal. Menurut www.investor.co.id PT Bank Mandiri Tbk mencatat pertumbuhan yang terjadi pada kredit mikro yang tumbuh 33,2% secara year on year menjadi Rp 36,03 triliun, disusul kredit business banking yang tumbuh 23,1% (yoy) menjadi Rp 57,24 triliun, dan kredit konsumer tumbuh 14,3% (yoy) menjadi Rp 64,71 triliun pada tahun 2014. Sementara itu, kredit yang tersalurkan untuk segmen UMKM mencatat pertumbuhan sebesar 13,6% menjadi Rp 73,4 triliun. Direktur utama Bank Mandiri mengatakan bahwa pihaknya akan memperbesar
4
porsi kredit ritel/UMKM dan mengurangi porsi korporasi dalam lima tahun kedepan. Perubahan porsi kredit tersebut dilakukan guna menyeimbangkan portofolio kredit. Dengan portofolio yang lebih seimbang, perseroan dapat meminimalkan risiko yang mungkin timbul dalam pengembangan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Bank Mandiri mengadakan program edukasi bagi sekitar 300 pengusaha mitra binaan terkait soal penghitungan pajak dan persiapan menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Direktur Commercial and Business Banking Bank Mandiri
Sunarso
menjelaskan
pihaknya
akan
memberikan
bimbingan
pengembangan bisnis dan semangat kewirausahaan. Salah satu cara agar UKM lokal bisa bersaing dengan pengusaha asing adalah dengan meningkatkan daya saing. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kemasan produk. (http://industri.bisnis.com) Kualitas kredit Bank Mandiri dapat terjaga bahkan membaik, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) per Desember 2012 sebesar 1,78% (gross), menurun dari posisi di akhir Desember 2011 sebesar 2,3%. Hal tersebut menunjukkan banyaknya jumlah kredit bermasalah di Bank Mandiri semakin kecil dan akan berpengaruh meningkatnya jumlah penyaluran kredit UMKM. Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan fungsinya. Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang berasal dari
5
masyarakat luas dan dana yang bersumber dari lembaga lainnya (Kasmir, 2011:45). Dalam memenuhi permintaan kredit dan menjaga likuiditasnya bank memiliki sumber dana, sumber dana bank paling besar adalah dana dari masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK). Dana tersebut berasal dari simpanan masyarakat berupa tabungan, giro, dan deposito. Dengan meningkatkan dana pihak ketiga maka semakin besar pendapatan yang diperoleh bank dari penyaluran kredit. Dengan demikian berarti jika DPK meningkat secara baik maka penyaluran kredit UMKM semakin baik pula. Dana yang diperoleh dari masyarakat dalam bentuk simpanan, oleh perbankan dana tersebut diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit. Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2012:25) Menurut Ismail (2011:131) bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh dan / atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Bunga pinjaman ataupun bunga simpanan yang ditentukan oleh bank dapat mempengaruhi secara langsung terhadap jumlah penyaluran pinjaman dan jumlah sumber dana yang diperoleh bank. Krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia berdampak secara langsung pada dunia perbankan dan menyebabkan terjadinya penurunan modal bank yang
6
cukup besar. Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan langkah resktrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan dengan tujuan mengembalikan kondisi permodalan bank agar sesuai dengan strandar internasional (Loen dan Erricsson, 2007:42) Berdasarkan siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 12 Maret 2015 tentang Rasio Kecukupan Modal (CAR) perbankan per Januari 2015 tercatat cukup tinggi sebesar 21,01% naik dibandingkan posisi Desember 2014 19,57%. Pada tahun 2015 ini, pertumbuhan kredit perbankan dan piutang pembiayaan diperkirakan akan meningkat. Perbankan memiliki alat likuid yang memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan DPK. Kualitas risiko kredit/NPL tergolong cukup baik meski pengalami kenaikan tipis. Setiap bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko kewajiban penyediaan modal minimum tersebut disebut dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Dengan adanya CAR maka ada batas tertentu dalam penyediaan modal bank itu berarti secara tidak langsung baik positif ataupun negatif CAR dapat mempengaruhi penyaluran kredit bank. Hal-hal tersebut dapat dikaitkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital adequacy ratio (CAR), Non performing loan (NPL) dan suku bunga kredit UMKM dapat mempengaruhi besar kecilnya penyaluran kredit UMKM. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul: “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Suku Bunga Kredit UMKM Terhadap Penyaluran Kredit UMKM (Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri Tbk).”
7
B.
Perumusan Masalah
UMKM merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk membantu rakyat kecil, yang pendanaan nya di salurkan oleh perbankan dalam bentuk pinjaman yang sering disebut kredit UMKM. Besar kecilnya penyaluran kredit dapat secara langsung atau pun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor internal bank dan faktor eksternal bank.
Bersadarkan hal tersebut penulis mengidentifikasikan masalah penelitian antara lain: 1. Apakah dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM pada bank Mandiri periode 2005-2014 ? 2. Apakah Ratio Capital Adequacy (CAR) berpengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Mandiri periode 2005-2014? 3. Apakah
Non
Performing
Loan
(NPL)
berpengaruh
terhadap
penyaluran kredit UMKM pada Bank Mandiri periode 2005-2014 ? 4. Apakah Suku Bunga Kredit UMKM berpengaruh terhadap penyaluran Kredit UMKM pada Bank Mandiri periode 2005-2014 ?
8
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis dan mengukur pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit UMKM pada PT. Bank Mandiri Tbk periode 20052014. 2. Menganalisis dan mengukur pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit UMKM pada PT. Bank Mandiri Tbk periode 2005-2014. 3. Menganalisis dan mengukur pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit UMKM pada PT. Bank Mandiri Tbk periode 2005-2014. 4. Menganalisis dan mengukur pengaruh Suku Bunga Kredit UMKM terhadap penyaluran kredit UMKM pada PT. Bank Mandiri Tbk periode 2005-2014.
9
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pelaku usaha MKM mengenai penyaluran kredit UMKM dan memberikan masukan bagi sektor perbankan dalam hal menentukan kebijakan penyaluran kredit UMKM. 2. Manfaat Akademis Memberikam informasi, perbandingan, dan masukan bagi kalangan akademisi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai penyaluran kredit UMKM.