BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975 secara resmi memasuki sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Kemudian kurikulum tersebut disempurnakan lagi pada kurikulum 1984. Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah juga dipertegas oleh peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang pendidikan dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang pendidikan menengah). Dengan dicantumkan bimbingan dan konseling pada kurikulum sekolah serta didukung oleh peraturan perundangan pemerintah, maka memberi legalitas yang cukup mantap tentang keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu lagi keberadaannya. 1 Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 bimbingan dan konseling sudah diperlihatkan suatu kemajuan yang besar mengenai perkembangan bimbingan dan konseling. I Djumhur dan Moh. Surya mengatakan: “Bimbingan dalam hal ini telah menjadi suatu pelayanan yang sangat penting dirasakan keperluannya di sekolah-sekolah di Indonesia, mulai tahun 1962 sekolah telah mengambil langkah yang diperlukan 1
31.
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 29-
2
untuk memasukkan program bimbingan penyuluhan (BP) sebagai salah satu bidang penting dalam program sekolah”. 2 Maka jelaslah kiranya bahwa semakin majunya dunia pendidikan dewasa ini sangat menguntungkan bagi perkembangan bimbingan dan konseling, di samping itu pendidikan di sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahanperubahan yang positif, tingkah laku dan sikap dalam diri siswa yang berkembang dalam kedewasaannya. Sedangkan bimbingan dan konseling merupakan bantuan pada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya. Dengan demikian bimbingan menjadi pelayanan khusus dalam keseluruhan kegiatan sekolah, sehingga harus ditangani oleh ahli dalam bidangnya. 3 Selanjutnya adanya kerja sama antara kepala sekolah, guru-guru dan tenaga bimbingan dan konseling (guru BK) diharapkan akan mendapatkan informasi tentang siswa selama belajar mengajar berlangsung karena belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku. Pada umumnya bimbingan konseling di sekolah sering disebut dengan “BK pola 17” disebut BK pola 17 karena di dalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang amat perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenisjenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling. Seluruh kegiatan 2
I Djumhur, Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975),
4. 3
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Bandung: PT. Gramedia, 1986), 10.
3
bimbingan konseling di sekolah ditujukan terhadap seluruh peserta didik (siswa yang secara langsung menjadi tanggung jawab guru pembimbing atau guru kelas). Pelayanan BK Pola 17 di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan. Sehingga pelaksanaan BK Pola 17 harus selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik. Sehingga diharapkan nantinya dapat membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadinya, mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta menumbuhkembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 4 Masalah memotivasi siswa dalam belajar, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan yang sederhana. Sehingga guru-guru termasuk guru BK harus menyadari pentingnya motivasi di dalam kenaikan singkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong murid- murid agar mau belajar. 5 Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sedangkan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. 6
4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 70-74. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang: PT. Rineka Cipta, 1990), 188-189. 6 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 73-75. 5
4
Pada lembaga pendidikan di SMP Negeri 4 Surabaya merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sudah menerapkan BK Pola 17 sesuai dengan pola umum bimbingan konseling yang meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan yang meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir sedangkan jenis-jenis layanan meliputi layanan orientasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan pembelajaran dan layanan bimbingan kelompok. Dan kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumentasi, konferensi kasus, alih tangan kasus, himpunan data, kunjungan rumah. Dalam pelaksanaannya BK pola 17 ini dilaksanakan saat masuk kelas berupa layanan dan materinya sesuai dengan buku melapendis. Di lembaga ini mempunyai kelebihan tersendiri yang mana dalam guru BK-nya sudah benarbenar profesional dalam bidangnya, dimana koordinator guru BK adalah merupakan ketua penataran bimbingan konseling se-Jawa Timur. Dan pola umum BK Pola 17 sudah terdapat di program bimbingan konseling di SMP Negeri 4 Surabaya. Sehingga mendorong penulis untuk meneliti hal tersebut karena SMP Negeri 4 Surabaya merupakan sekolah negeri yang menitik beratkan materi pelajaran maupun bimbingan, maka penulis menyoroti bentuk motivasi yang dilakukan konselor dalam usaha memberikan motivasi belajar bagi siswa di SMP Negeri 4 Surabaya. Dalam upaya memberikan motivasi belajar secara tepat terhadap siswa SMP Negeri 4 Surabaya, haruslah diketahui terlebih dahulu bentuk motivasi
5
belajar yang dibutuhkan siswa SMP Nege ri 4 Surabaya. Upaya konselor dalam memberikan motivasi belajar siswa melalui buku pengembangan diri siswa yang disesuaikan dengan materi bimbingan tersebut, misalnya materi bimbingan pribadi bentuk motivasi yang diberikan adalah pemberian hadiah, materi bimbingan sosial bentuk motivasi yang diberikan adalah pemberian angka, materi bimbingan belajar bentuk motivasi yang diberikan adalah memberi ulangan, materi bimbingan karir bentuk motivasi yang diberikan adalah memberi ujian. Penulis merasa penting untuk mengetahui upaya yang telah dan akan dilakukan oleh konselor dalam memberikan motivasi belajar bagi siswa di SMP Negeri 4 Surabaya selain untuk mengetahui BK pola 17 selama ini serta proses pelaksanaan dalam memberikan motivasi belajar, juga sebagai masukan kepada semua pihak yang terkait untuk lebih peduli dan membantu terselenggaranya proses pemberian motivasi di SMP Negeri 4 Surabaya dengan lebih baik. Apabila telah diketahui BK pola 17, motivasi belajar yang diberikan dan upaya konselor dalam memberikan motivasi belajar bagi siswa di SMP Negeri 4 Surabaya, maka siswa dan konselor serta pihak yang terkait dapat saling bekerja sama dan berperan serta demi mempertahankan kelangsungan proses dalam memberikan motivasi belajar dan meningkatkan keberhasilan proses bimbingan yaitu dengan mengikutsertakan siswa pada lomba misalnya lomba matematika dan fisika dengan memberikan bimbingan yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran tersebut. Adapun kaitannya dengan memotivasi belajar siswa di lembaga ini guru BK sangat berperan sekali (hasil dari interview kepada guru BK) yaitu terbukti dengan adanya siswa yang nilainya di bawah rata-rata akan mendapatkan remedi
6
langsung, dimana dalam pelaksanaannya guru bidang studi bekerjasama dengan guru BK melaksanakan kegiatan remedi. Di lembaga ini proses pelaksanaan BK Pola 17 benar-benar berfungsi terhadap siswa misalnya dengan memberi remedi, dalam motivasi belajar siswa itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dengan judul “Efektivitas BK Pola 17 dalam Memotivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 4 Surabaya”. Yang dalam penelitian ini bertujuan agar kegiatan BK Pola 17 dalam memotivasi siswanya di SMP Negeri 4 Surabaya dapat digeneralisasikan untuk yang lain. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana BK Pola 17 di SMP Negeri 4 Surabaya? 2. Bagaimana memotivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Surabaya? 3. Bagaimana efektivitas BK Pola 17 dalam memotivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Surabaya? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui BK Pola 17 di SMP Negeri 4 Surabaya 2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Surabaya. 3. Untuk mengetahui efektivitas BK Pola 17 dalam memotivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Surabaya.
7
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari segi akademis, dapat memberi kontribusi sendiri bagi pengembangan ilmu pendidikan tentang bimbingan konseling khususnya tentang BK Pola 17 itu sendiri. 2. Dari segi sosiologis, dapat mengetahui bentuk BK Pola 17, sehingga dapat memberikan alternatif solusi atau jalan keluar serta langkah praktis dalam motivasi belajar siswa sehingga mempermudah mengakses pelajaran yang disampaikan. 3. Sebagai pengetahuan dan bahan munaqosah dalam menyelesaikan ge lar sarjana strata satu.
E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 7 Dan
untuk
menghindari
kekeliruan
dan
kesalahpahaman
dalam
mengartikan judul skripsi ini penulis akan uraikan maksud judul tersebut:
7
Suryadi Suryabrata, Metodologi Penelitian I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1988), 76.
8
1. Efektivitas BK Pola 17 a. Efektivitas
: Ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan, adapun efektivitas yang dimaksud dalam hal ini adalah menunjang tujuan BK Pola 17 dalam motivasi belajar siswa. 8
b. Bimbingan
: Merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
c. Konseling
: Hubungan timbal balik antara individu, dimana seseorang (konseling) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang. 9
d. BK Pola 17 : Pola umum bimbingan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan konseling yang mencakup bidang bimbingan sejenis layanan dan kegiatan pendukung. 10 Jadi yang dimaksud efektivitas BK Pola 17 yang dimaksud dalam hal ini adalah pola umum bimbingan konseling yang meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan konseling itu sendiri dimana keseluruhan kegiatan bimbingan konseling dapat menunjang motivasi belajar siswa.
8
Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), 128. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 37-38. 10 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, 70. 9
9
2. Motivasi belajar siswa a. Motivasi : Kecenderungan organisme untuk melakukan sesuatu, sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan. 11 b. Belajar
: Berlatih (usaha) supaya mendapat kepandaian. 12
c. Siswa
: Peserta didik yang masih menempuh pendidikan di tingkat SD/SMP/SMA atau belum menempuh pendidikan kuliah.
Jadi yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa dalam hal ini adalah motivasi belajar siswa sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan semangat atau dorongan belajar tanpa adanya paksaan. Indikatornya adalah Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi yaitu sebagai penggerak dan setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari definisi di atas, maka dapat penulis tegaskan bahwa maksud dari judul efektivitas BK Pola 17 dalam memotivasi belajar siswa adalah bertujuan untuk mencapai suatu keinginan yang lebih baik dari sebelumnya dalam memotivasi belajar siswa yang merupakan bagian dari langkah untuk mempermudah mengakses pelajaran yang disampaikan dengan menggunakan BK Pola 17 itu sendiri sehingga akhirnya menghasilkan peningkatan belajar siswa.
11 12
Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, tt), W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1983),
10
F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pemahaman serta memperoleh gambaran isi dan kesimpulan tentang apa yang akan dibahas dalam naskah skripsi ini, maka sistematika pembahasan yang penulis susun adalah sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II
: Landasan Teori, pada bab ini diuraikan secara detail tentang pembahasan teori yang bersumber dari kepustakaan. Pada bab ini terdiri dari empat sub bab: Pertama, Pengertian bimbingan konseling, tujuan, fungsi bimbingan konseling, asas-asas, prinsip-prinsip dan bimbingan konseling (BK Pola 17). Kedua, BK Pola 17 meliputi bidang-bidang bimbingan, jenis layanan- layanan bimbingan, kegiatan pendukung bimbingan, Ketiga, pengertian motivasi belajar, macammacam dan bentuk motivasi di sekolah, fungsi motivasi dalam belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Keempat, adalah mengenai efektivitas BK Pola 17 dalam memotivasi belajar siswa.
BAB III : Metode Penelitian, yang membahas tentang jenis penelitian, informan, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, pengecekan keabsahan data dan analisa data. BAB IV : Laporan Hasil Penelitian, yang memuat tentang gambaran umum obyek penelitian, penyajian data BK Pola 17 dan analisa data. BAB V
: Penutup, bab ini berisi tentang simpulan dan saran hasil penelitian.