BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari–hari. Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui komunikasi. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang lain dan sebagainya. Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Tanpa komunikasi tidak ada hubungan dan kesepian dalam menjalankan aktivitas. Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan sehari–hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Semua itu juga terkait dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan dan lainnya. Komunikasi sangat berarti didalam berbagai kegiatan manusia, dan memberikan manfaat didalam kelangsungan hidup dan aktivitas manusia, yang sekaligus merupakan bagian dari kehidupan manusia terutama didalam melakukan interaksi dan berhubungan dengan manusia lainnya. Bagi remaja komunikasi juga sangat penting. Komunikasi yang dilakukan oleh para remaja dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Bentuk komunikasi yang di lakukan para remaja saat ini seperti:
8 Universitas Sumatera Utara
1.
Hubungan orang tua dan anak yg mulai tumbuh remaja dirumah berjalan baik, seperti antara orang tua dan anak selalu terbuka dalam memecahkan permasalahan remaja, orang tua tidak pernah meninggalkan anak remajanya bila anak - anak memerlukan informasi.
2.
Komunikasi
remaja
sebagai
murid
atau
pelajar
disekolah
seperti komunikasi remaja dengan sesama teman disekolah, dengan para guru, dengan aktivitas disekolah. 3.
Komunikasi remaja dengan lingkungan sekitarnya, seperti kegiatan di RT/RW,atau organisasi
Inilah yang dinamakan komunikasi secara intensif, yaitu adanya kontak antara remaja sendiri dengan pihak lain dalam kegiatan mereka. Banyak remaja yang lebih merasa nyaman bercerita atau terbuka terhadap teman atau sahabat, dibandingkan kepada orang tua. Beberapa fakor yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satunya kurangnya informasi yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya, sehingga anak itu sendiri berusaha untuk mendapatkan informasi melalui media, ataupun dari orang lain. Ini yang seharusnya lebih diperhatikan oleh orang tua. 1. Masa remaja adalah masa-masa seseorang akan menemukan hal-hal yang menarik. Dimana masa-masa ini seseorang akan mulai mempelajari dunia kedewasaan dan pencarian jati diri. Namun demikian, saat masa-masa remaja inilah dimana seseorang dapat dengan mudahnya terjerumus dalam penyimpangan sosial terutama penyimpangan perilaku seks bebas.
1
(http://lonol.org/releated/pengertian+komunikasi+remaja-1.html)
9 Universitas Sumatera Utara
Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak- kanak ke masa remaja atau usia belasan tahun. Masa remaja juga di artikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan tanda- tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder. Perilaku seks yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya bagi remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Perilaku seksual pada remaja dapat di wujudkan dalam tingkah laku yang bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di balik baju, dan melakukan senggama ( Sarwono 47 : 2003 ). Pertumbuhan budaya seks bebas di kalangan pelajar mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah menemukan indikator baru yakni makin sulitnya menemukan remaja putri yang masih memiliki keperawanan (virginity) dikota-kota besar. Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku seksual pranikah, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko tinggi. Berdasarkan survey Sumber Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia
(SKKRI) di tahun 2002-2003, remaja mempunyai teman yang pernah
10 Universitas Sumatera Utara
berhubungan seksual pada: usia 14-19 tahun, perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%. Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. SKRRI pun melanjutkan analisanya pada tahun 2003 dengan memetakan beberapa faktor yang mempengaruhi mereka melakukan seks pra nikah. Menurut SKRRI, faktornya yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual antara lain: Pertama, pengaruh teman sebaya atau punya pacar. Kedua, punya teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah. Ketiga, punya teman yang mendorong untuk melakukan seks pra nikah. Dan berdasarkan data dari survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja di kota medan yang sudah tidak perawan lagi. Dari hasil penelitian ini harusnya membuat para orang tua lebih maksimal dalam mengawasi ataupun berkomunikasi dengan anak terlebih masalah seksual. 2 Lebih mengejutkan lagi, perilaku seksual pranikah dikalangan remaja ini tidak hanya terjadi pada remaja yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena seks pranikah ini juga terjadi pada remaja yang berstatus sebagai pelajar. Keterlibatan pelajar dalam perilaku seks pranikah ini juga sudah tidak menjadi rahasia lagi. Dikota kota besar seperti kota Medan kita dapat dengan mudah menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat umum seperti cafe ataupun pondok yang dengan mudahnya mereka melakukan hubungan yang biasa di lakukan oleh suami istri itu, bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat dengan mudah melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan nilainilai sosial.
2
http://news.okezone.com/read/2010/12/04/338/400182/tiap-tahun-remaja-seks-pra-nikahmeningkat
11 Universitas Sumatera Utara
Seks dikalangan remaja kini sudah menjadi rahasia umum. Faktanya, 15% remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks sebelum menikah (sumber lain menyatakan lebih dari 63%!) 3 Kebanyakan dilakukan bersama pacar atau teman. Ada beragam alasan yang menjerumuskan remaja kedalam hubungan seks pranikah. Selain rasa penasaran atau suka sama suka, hal yang paling penting adalah kurangnya komunikasi orang tua dan anak. Para orang tua masih sulit untuk membicarakan masalah seksual terhadap anak- anaknya. Selain itu, lebih dari 80% remaja merasa lebih nyaman membicarakan masalah seksual dengan teman. Sehingga tidak menutup kemungkinan informasi yang mereka terima masih simpang siur. Masalahmasalah seperti ini sering terjadi di karenakan kurangnya efektivitas komunikasi yang di lakukan oleh para orang tua. Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil penelitian
Seotjiningsih
(2006)
menunjukkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua - remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Minimnya kualitas komunikasi orang tua dan anak dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja menurut Hurlock (dalam Amrillah, dkk, 2006). Selain itu, dari hasil penelitian penulis terhadap remaja yang telah melakukan seks pranikah dapat di ketahui bahwa, yang melatar belakangi hal itu
3
(http://mylearningissue.wordpress.com/2010/02/21/genting-pendidikan-kesehatan-reproduksi/
12 Universitas Sumatera Utara
terjadi di karenakan pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga. Anak memiliki kebebasan penuh dalam pergaulannya tanpa ada yang mengontrol. Orang tua cenderung sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kurang memperhatikan kehidupan anaknya. Oleh karena itu kualitas komunikasi orang tua- anak tentang seksualitas di perlukan untuk menghindari anak dari perilaku seksual pranikah. Kualitas komunikasi orang tua-anak mengenai masalah seksual, berarti dalam memberikan pendidikan seks kepada anak orang tua harus menghilangkan anggapan tabu terhadap seks, orang tua mampu mengarahkan anak untuk menghindarkan hal-hal yang merangsang seks dengan memberi informasi secara lengkap tentang pengetahuan seks dan cara penanggulangannya, kualitas komunikasi yang baik antara orang tua-anak akan menimbulkan pengertian, kepercayaan dan hubungan baik dengan anak. Dengan demikian orang tua mudah menyampaikan segala sesuatu hal dengan lebih mudah dan bisa diterima oleh anak ( Chilman dalam Wulandari, dkk, 2006). Faktor lingkungan yang memang sangat berpengaruh terhadap perilaku seks remaja di antaranya adalah faktor keluarga. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan anak. Nilai-nilai moral, agama, dan norma-norma sosial dikenalkan kepada anak melalui interaksi di dalam keluarga. Di sinilah letak pentingnya efektivitas komunikasi keluarga tentang seksualitas antara orang tua dengan anaknya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang tua (Rakhmad & Sudirman dalam Magdalena, 2000). Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak memiliki peranan yang penting dalam membentuk karakter dan
13 Universitas Sumatera Utara
perilaku seksual anak. Selain itu, dengan komunikasi yang baik akan memberikan gambaran atau pandangan mengenai pemaknaan seks yang benar sehingga anak dapat mengerti batasan mana yang seharusnya baik atau tidak baik bagi mereka. Melalui komunikasi yang baik pula, orang tua dapat membimbing serta memberikan pemahaman- pemahaman mengenai seksualitas dan perilaku seksual yang bertanggung jawab pada anak. Dengan komunikasi tersebut, orang tua dapat segera menyadari masalah-masalah yang terjadi pada diri anak remajanya, termasuk masalah seksualitas anak dan dapat membantu mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di antaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006) menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah perilaku seksual pranikah remaja, begitu juga sebaliknya. Selain Faktor hubungan antara orang tua dan anak yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja adalah tekanan teman sebaya, dan eksposur media pornografi. Pendidikan seks bagi remaja sangat di perlukan, sehingga informasi yang remaja dapatkan menjadi valid dan tidak menjerumuskan. Ini dimaksudkan agar remaja tidak salah persepsi dan tidak berperilaku asusila hingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja tentang masalah seks. Dengan mengetahui informasi yang benar dan resiko-
14 Universitas Sumatera Utara
resikonya, diharapkan remaja bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah fakor lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Penelitian di lakukan di Lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia karena peneliti melihat ada beberapa remaja yang terlalu bebas dalam bergaul sehingga menyebabkan mereka terjerumus ke dalam perilaku seks pranikah. Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Bagaimana Komunikasi Remaja pelaku seks pranikah di lingkungan XXII Desa Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana komunikasi remaja pelaku seks pranikah di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia.”
15 Universitas Sumatera Utara
1.3 PEMBATASAN MASALAH Sesuai dengan masalah penelitian yang di rumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang di teliti menjadi jelas, dan tidak terlalu luas sehingga dapat di hindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan di teliti adalah : 1. Bagaimana komunikasi remaja pelaku seks pranikah 2. Faktor- faktor apa saja yang menjadi alasan remaja putri melakukan hubungan seks pranikah
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun Tujuan penelitian ini untuk: 1. Memperoleh gambaran komunikasi remaja pelaku seks pranikah 2. Mengungkapkan alasan seks pranikah di kalangan remaja.
1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU Medan 2. Secara praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja di lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia
1.5 KERANGKA TEORI Dalam penelitian di perlukan teori-teori dan kerangka berpikir yang berguna sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan secara jelas dan
16 Universitas Sumatera Utara
sistematis. Mengingat masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi orang tua tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja. 1.5.1 Teori Interaksi Simbolik Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan
suatu proses penyampaian “makna”.
Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam interaksi simbolik. Interaksi simbolik juga di definisikan secara implisit melalui gerakan tubuh. Dalam gerakan tubuh ini akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara atau vocal, gerakan fisik, dan sebagainya yang mengandung makna. Hal- hal yang di contohkan itu adalah symbol yang significant dari interaksi simbolik. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa
17 Universitas Sumatera Utara
simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.
1.5.2 Komunikasi Istilah komunikasi atau communicataion berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata komunis yang berarti “sama “, yakni “ sama makna” ( lambang ) Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut Ruben ( Arni,1992 : 3), komunikasi adalah suatu proses melalui individu berhubungan dengan kelompok, organisasi, dan masyarakat, menciptakan,
18 Universitas Sumatera Utara
menyampaikan,
dan
menggunakan
informasi
untuk
mengkoordinasikan
lingkungannya dan orang lain. Sedangkan menurut Effendy ( 2005 :50 ), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang berkomunikasi. 1.5.3 Komunikasi Antar Pribadi Secara umum komunikasi antar pribadi (KAP) dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek yaitu : 1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus 2. KAP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. 3. Mengandung Makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
19 Universitas Sumatera Utara
Dari ketiga aspek tersebut maka KAP menurut Judy C. Pearson memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. KAP di mulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita. 2. KAP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan. 3. KAP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi. 4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi. 5. KAP melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi 6. KAP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan Menurut Devito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi merupakan penggunaan pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik berlangsung (Aloliliweri,1991 :12) Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang di lancarkan komunikator. Dalam komnikasi antar pribadi, karena situasinya tatap muka, tanggapan kominikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan. 1.5.4 Teori Self Disclosure Teori ini di perkenalkan oleh Joseph Luft ( 1969 ) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal ini dapat di kelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang di tunjukkan dalam suatu gambar yang di sebutnya dengan jendela Johari ( Johari Window)
20 Universitas Sumatera Utara
Jendela Johari ( Johari Window ) Di ketahui Sendiri Tidak di ketahui sendiri Diketahui Orang lain
1. Terbuka
2. Buta
Tidak diketahui orang
3.Tersembunyi
4. Tidak di kenal
lain
Gambar yang di sebut Johari Window tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang ( Jendela ) itu. Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga kedua belah pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya di ketahui orang lain namun tidak di ketahui dirinya sendiri. Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni, masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak di ketahui oleh orang lain. Bidang 4, bidang tidak di kenal, dimana kedua belah pihak sama – sama tidak mengetahui masalah hubungan antar mereka. Keadaan yang di kehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi adalah bidang 1, dimana antara komunikator dengan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama, meskipun kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal yang di harapkan, ini di sebabkan karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang di hadapinya.
21 Universitas Sumatera Utara
1.5.5 Komunikasi Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya ( Kurniadi,2001: 271 ). Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki – laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak – anak. Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri ( 2004 ), komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata – kata, sikap tubuh ( gesture ), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Hafied Cangara ( 2002 : 62 ) menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga adalah meningkatkan hubungan insani ( Human relation ), menghindari dan mengatasi konflik – konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi yang khas. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah–masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran dan keterbukaan ( Friendly : 2002 : 1). Dengan adanya
22 Universitas Sumatera Utara
komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
1.5.6 Remaja Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004). Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting 2. Masa remaja sebagai periode peralihan. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan 4. Masa remaja sebagai periode bermasalah 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. 7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam
23 Universitas Sumatera Utara
masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
1.5.7 Perilaku seksual remaja Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002). Perilaku seksual merupakan bagian perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Contohnya, antara lain mulai dari berdandan, merayu, menggoda, bersiul termasuk juga yang berkaitan dengan aktivitas dan hubungan seks. Perilaku seksual remaja di Indonesia melalui berbagai tahap mulai dari menunjukkan perhatian pada lawan jenis, berkencan, lips kissing, deep kissing, genetal stimulor petting dan intercourse (Hasmi, 2001).
1.6 KERANGKA KONSEP Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang di capai ( Nawawi, 1995:33).
24 Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, ada 2 kategori yang di teliti, yaitu : 1. Kategori berdasarkan komunikasi remaja Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah konteks komunikasi seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa. 2. Kategori berdasarkan seks pranikah Dalam penelitian ini yang hendak di teliti adalah mengenai alasan remaja putri melakukan hubungan seks pranikah.
1.7 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasioanal adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46) 1. Komunikasi remaja a. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi di antara dua individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media.
b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu- ibu, dan lain- lain. c. Komunikasi Massa, adalah komunikasi ini melibatkan media, misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain. Dalam hal ini apakah remaja itu sendiri sering membaca bacaan yang porno ataupun menonton VCD porno.
25 Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku seks pranikah b. Pengaruh teman sebaya, dorongan yang di berikan oleh teman dalam hal ini untuk melakukan hubungan seks pranikah c. Minimnya komunikasi orang tua-anak, rendahnya kualitas komunikasi yang di berikan oleh orang tua terhadap anak untuk memberikan informasi tentang masalah seksual.
26 Universitas Sumatera Utara