BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, dan konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, peramalan, dan sebagainya. Maka tidak heran jika peradaban manusia berubah dengan pesat ditunjang oleh partisipasi matematika yang selalu mengikuti pengubahan dan perkembangan zaman. Matematika merupakan pelajaran yang penting karena berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilanganbilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan membantu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Asep, 2004). Matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran deduktif yang membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan. NCTM tahun 2000 menyatakan ada lima kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathmatical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connecting); (5) belajar untuk mempresentasikan ide-ide (mathematical representation). Berdasarkan hasil observasi secara tidak langsung kepada guru pengajar matematika kelas VIII di MTs. Al-Ihsan Kayuaro Kangean mengatakan bahwa siswa tidak terlalu antusias dalam mengikuti pelajaran matematika dikarenakan siswa menganggap pelajaran matematika rumit apalagi kalau berhadapan dengan soal pemecahan masalah. Selain hal itu juga siswa sering lupa terhadap pelajaran yang diterangkan oleh guru dalam hal ini pelajaran matematika tentunya, oleh karena itu guru mengulang-ulang materi pelajaran yang sudah dipelajari.
1
2
Pelajaran matematika memiliki peran penting karena matematika adalah ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai kehidupan. Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, efektif, dan efesien dalam memecahkan masalah. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan matematika salah satunya dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika ataupun ilmu-ilmu yang lainnya. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar siswa. Hasil belajar ini merupakan prestasi belajar siswa. Akan tetapi, pada kenyataannya prestasi belajar matematika masih rendah. Hasil penelitian di Indonesia yang menunujukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang (SD-PT) masih sekitar 34% (Masykur dan Fathani, 2007: 6). Hal ini sangat memprihatinkan banyak pihak, terutama yang menaruh perhatian dan minat khusus pada bidang ini. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah matematika dapat dilihat dari penguasaan siswa terhadap materi. Salah satunya adalah dengan memberikan soal berkaitan dengan materi tersebut kepada siswa. Kesulitan siswa dalam memecahkan soal terkait dengan materi yang bersangkutan dapat menjadi salah satu petunjuk untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesulitan tersebut perlu dianalisis agar solusi yang diberikan sesuai dengan masalah yag dihadapi oleh siswa. Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental, dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah direkam dalam pikirannya sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian tersebut, terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan, dan tentunya kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. Dengan demikian, terlihat jelas adanya hubungan antara
3
kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika. Hudujo dalam Masykur dan Fathani (2007: 44). Agar siswa menjadi orang-orang yang berkompeten di bidangnya pada masa yang akan datang dibutuhkan sistem pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad (2005) menemukan siswa kelas VIII SMP masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik. Selanjutnya menurut Anriani (2011) terhadap siswa SMP di kota Bandung, secara umum hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP belum memuaskan sekitar 30%-50% dari skor ideal. Perlu diketahui bahwa ilmu matematika berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Matematika memiliki bahasa sendiri, yakni bahasa yang terdiri atas simbol-simbol dan angka. Sehingga jika kita ingin belajar matematika dengan baik, maka langkah yang harus ditempuh adalah siswa harus menguasai bahasa pengantar dalam matematika, harus berusaha memahami makna-makna di balik lambang dan simbol tersebut. Pemecahan masalah model Polya merupakan cara yang dilakukan untuk
mencari
solusi
dalam
menyelesaikan
suatu
masalah
dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh George Polya. Dalam penerapan pemecahan masalah model Polya (dalam Muhsetyo, 2009:12) ini, ada empat langkah yaitu: a) pemahaman masalah; b) menyusun rencana pemecahan masalah; c) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan d) melihat kembali. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Menggunakan Langkah Polya pada Siswa kelas VIII MTs. Al-Ihsan Kayuaro Kangean ”.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah kesulitan dalam memecahkan masalah matematika menggunakan langkah polya pada siswa kelas VIII di MTs. AlIhsan materi Faktorisasi suku aljabar tahun ajaran 2014/2015. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kesulitan dalam memecahkan masalah matematika menggunakan langkah polya pada siswa kelas VIII di MTs. Al-Ihsan kayuaro Kangean materi Faktorisasi suku aljabar tahun ajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan hasanah keilmuan tentang kesulitan dalam memecahkan masalah matematika menggunakan langkah polya pada siswa kelas VIII dengan menggunakan langkah polya. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika, khusunya materi faktorisasi suku aljabar sehingga siswa dapat mengetahui kekurangannya dalam memecahkan masalah matematika sehingga kalau sudah tahu kekurangannya
maka
kekurangannya tersebut.
siswa
dapat
membenahi
dan
memperbaiki
5
E. Penegasan Istilah Berikut ini peneliti memberikan penegasan istilah agar pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan peneliti. 1. Kesulitan berarti kesukaran, kesusahan, keadaan sesuatu yang sulit. Kesulitan merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk mengatasi gangguan tersebut. (Subini, 2013:13). 2. Masalah adalah situasi yang memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a) Situasi tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan da kenyatan. b) Situasi tersebut membangkitkan motivasi bagi seseorang untuk berupaya menemukan jalan keluarnya. c) Tidak tersedia secara instant alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan keinginan tersebut untuk menemukan jalan keluarnya. Inisiasi (2009:2-3). 3. Pemecahan masalah adalah proses untuk menghadapi sesuatu berdasarkan informasi, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan cara-cara yang dapat dipergunakan dengan segera untuk memperoleh pemecahan. Slameto (dalam Ratih, 2010:7). 4. Langkah Polya Pemecahan masalah model Polya merupakan cara yang dilakukan dengan
untuk mencari solusi dalam menyelesaikan suatu masalah
menggunakan
langkah-langkah
pemecahan
masalah
yang
dikemukakan oleh George Polya. Dalam penerapan pemecahan masalah model Polya (dalam Muhsetyo, 2009: 12) ini, ada empat langkah yaitu: a) pemahaman masalah; b) menyusun rencana pemecahan masalah; c) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan d) melihat kembali.
6
a) pemahaman masalah Pada langkah ini yang harus dilakukan adalah membaca soal dengan seksama sehingga benar-benar mengerti dan paham terhadap semua kata dalam soal. Membuat tanda-tanda khusus untuk beberapa istilah yang dirgunakan kalimat dalam soal. Menetukan apa yang diketahui dan bagimana syarat-syaratnya. b) menyusun rencana pemecahan masalah Untuk menyelesaikan masalah, siswa harus dapat menentukan hubungan data yang ditanyakan. Siswa memilih teorema-teorema atau konsep-konsep yang telah dipelajari untuk dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi itu. c) melaksanakan rencana pemecahan masalah Penyelesaian masalah yang sudah direncanakan itu dilaksanakan. Di dalam penyelesaian masalah tersebut setiap langkah di cek, apakah langkah tersebut sudah benar terbukti atau tidak, dengan demikian siswa akan menghasilkan penyelesaiannya sendiri. d) melihat kembali atau memeriksa kembali Penyelesaian yang sudah diperoleh itu harus dicek kembali. Pertanyaanpertanyaan dari dalam diri siswa perlu ditumbuhkan. Misalnya: 1. Sudah cocokkah hasilnya? 2. Apakah tidak ada hasil yang lain? 3. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut? 4. Dengan cara berbeda apakah hasilnya sama?