BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi
memiliki kontribusi positif dalam meningkatkan
pendapatan penduduk dan mengurangi pengangguran.
Dari tinjauan sejarah
diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara memiliki pasang surut berdasarkan siklus tertentu.
Hal tersebut secara alamiah disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi berdampak pada meningkatnya inflasi yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Untuk menstabilkan pertumbuhan
ekonomi, mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dan mengurangi tingkat pengangguran, maka diperlukan intervensi pengaturan kebijakan fiskal dan moneter oleh pemerintah. Salah satu kebijakan moneter adalah perubahan suku bunga, yang bertujuan untuk meredam inflasi dan memperkuat nilai tukar mata uang suatu negara. Secara teori, nilai tukar mata uang suatu negara tergantung dari hukum permintaan dan penawaran (demand dan supply) dan karenanya berfluktuasi dari waktu ke waktu dan tergantung dari fundamental dan kondisi ekonomi makro suatu negara dibandingkan
1
2
dengan negara lain, antara lain: perbedaan suku bunga, perbedaan tingkat inflasi, perbedaan nilai ekspor dan impor, perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan suku bunga dan perubahan nilai tukar mata uang merupakan hal umum yang dapat terjadi sepanjang waktu di suatu negara. Berdasarkan teori, perubahan suku bunga berhubungan negatif dengan harga saham. Jika dilihat dari perspektif investor,
peningkatan suku bunga akan
menyebabkan permintaan terhadap saham berkurang karena pengalihan kepada instrumen investasi lain yang memberikan imbal hasil berdasarkan suku bunga yang dinilai lebih menguntungkan pada saat kenaikan suku bunga. Sedangkan jika dilihat dari perspektif perusahaan, peningkatan suku bunga akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang dapat diperoleh karena pembayaran biaya bunga akan meningkat (jika perusahaan menggunakan pinjaman) dan kecenderungan penjualan akan menurun (untuk produk tertentu) karena konsumen mengurangi jumlah konsumsi dan meningkatkan tabungan. Dalam suatu negara yang menganut sistem devisa bebas dan telah terintegrasi dengan sistem keuangan internasional, maka keputusan investasi pada pasar modal, selain ditentukan oleh tingkat suku bunga juga sangat ditentukan oleh stabilitas nilai tukar mata uang negara tersebut. Jika terjadi penurunan (depresiasi) nilai tukar mata uang suatu negara, maka nilai investasi pada saham negara tersebut akan menurun jika dilihat dari mata uang negara lain. Pengaruh dua indikator makro ekonomi ini, yaitu suku bunga dan nilai tukar mata uang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut terhadap imbal hasil investasi
3
pada saham. Perbankan merupakan suatu industri keuangan yang terkait langsung dengan perubahan suku bunga dan perubahan nilai tukar. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa intermediasi keuangan, profitabilitas perbankan sangat ditentukan oleh selisih penempatan dana
(spread) antara suku bunga kredit dan suku bunga
nasabah dan karenanya profit bank sangat rentan terhadap
perubahan suku bunga. Jika suku bunga kredit meningkat, kemungkinan pinjaman bermasalah (non performing loan) yang tidak membayar bunga akan meningkat yang menyebabkan profit bank menurun. Depresiasi nilai tukar mata uang juga berpotensi untuk meningkatkan masalah bagi pinjaman yang diberikan dalam bentuk valuta asing kepada perusahaan yang pendapatannya bukan dalam valuta asing. Buruknya pengelolaan valuta asing pada suatu bank juga berpotensi menimbulkan kerugian jika terjadi fluktuasi nilai tukar. Manajemen bank yang baik harus dapat mengelola perubahan suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah untuk mendapatkan profit maksimal dan mengurangi risiko keuangan yang mungkin timbul akibat perubahan tersebut. Masing-masing bank memiliki struktur dan karakteristik
portfolio pendanaan (giro, tabungan,
deposito), portfolio pinjaman (korporasi, komersial usaha kecil menengah, konsumer) dan kemampuan transaksi valuta asing yang berbeda karena kompetensi manajemen dan karakteristik nasabah yang berbeda, sehingga pengaruh perubahan suku bunga dan nilai tukar rupiah akan berbeda di antara satu bank dengan bank lainnya. Sejarah mencatat bahwa puncak krisis ekonomi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1997/1998 dipicu oleh depresiasi rupiah yang sangat tajam, yaitu dari Rp. 2.300 per 1 US Dollar bahkan pernah mencapai mencapai Rp. 15.000 per 1 US
4
Dollar. Untuk meredam depresiasi nilai tukar rupiah yang sangat besar tersebut, pemerintah melakukan kebijakan uang ketat dengan meningkatkan suku bunga yang pernah mencapai angka tertinggi sekitar 70% per tahun.
Instabilitas nilai tukar
rupiah dan peningkatan tingkat suku bunga merupakan faktor pendorong utama perbankan Indonesia runtuh karena banyaknya kredit bermasalah dan menyebabkan perekonomian Indonesia anjlok. Dampak dari hal tersebut masih dirasakan sampai kini dimana pemerintah masih memikul beban pemulihan ekonomi tersebut, melalui pembayaran bunga dan pokok obligasi rekapitalisasi yang pada waktu itu digunakan untuk pemulihan kondisi perbankan nasional. Dalam keadaan ekonomi normal dan stabil sekalipun, perubahan suku bunga dan nilai tukar suatu negara dapat berfluktuasi sepanjang waktu tergantung dari berbagai faktor dan kondisi ekonomi negara tersebut. Perubahan suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar pada beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan suku bunga SBI 1 bulan dan nilai tukar rupiah terhadap USD periode Januari 2001 s/d September 2005. Mulai awal tahun 2001, suku bunga berada di kisaran 15% dan cenderung naik sampai akhir tahun 2001 mencapai sekitar 18%. Mulai awal tahun 2002 suku bunga bergerak menurun sehingga mencapai sekitar 8,3% di akhir tahun 2003. Mulai awal tahun 2004 suku bunga cenderung menurun secara perlahan sehingga suku bunga pada akhir tahun 2004 adalah sebesar 7,4%. Sejak awal tahun 2005 suku bunga bergerak naik perlahan dan mencapai sekitar 8,25% pada akhir September 2005.
5
20%
11,500
18%
11,000
16%
10,500
14%
10,000 12%
9,500
10%
9,000
ei M
Se pt '0
M
ei M
'0 5 Se p' 05
6% 3 Ja n' 04 M ei '0 4 Se pt '0 4 Ja n' 05
8,000 ei '0 3
8%
'0 2 Se pt '0 2 Ja n' 03
8,500
Periode
Kurs SBI 1 bln
Gambar 1.1. Grafik Pergerakan Tingkat Suku Bunga SBI 1 Bulan dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Periode Januari 2001 s/d September 2005 Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar juga bergerak fluktuatif antara Rp. 8.300 s/d Rp 11.700 pada periode Januari 2001 s/d September 2005. Nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2001 bergerak cukup fluktuatif dengan interval yang cukup besar. Sejak awal tahun 2002 nilai tukar rupiah memiliki kecenderungan menguat dan bergerak stabil sampai awal tahun 2004.
Suku Bunga SBI 1 bln
12,000
Ja n' 01 M ei '0 1 Se pt '0 1 Ja n' 02
Nilai Tukar Rupiah / 1 USD
Perubahan Suku Bunga SBI 1 bln dan Nilai Tukar Rupiah Periode Januari 2001 s/d September 2005
Pada pertengahan tahun 2004 sampai
dengan September 2005 nilai tukar rupiah memiliki kecenderungan melemah. Berdasarkan sejarah perbankan Indonesia, secara ekstrim dampak dari depresiasi nilai rupiah yang sangat tajam dan diikuti oleh suku bunga yang sangat
6
tinggi pada saat krisis moneter, telah mengakibatkan banyak bank mengalami defisiensi modal sehingga harus dilikuidasi untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Sebelum krisis, pada bulan Juni tahun 1997 terdapat sekitar 238 bank yang beroperasi di Indonesia. Krisis moneter yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keruntuhan perbankan Indonesia yang biayanya sangat mahal dan dampaknya sampai sekarang masih terasa membebani seluruh rakyat Indonesia. Untuk membangun kembali sistem perbankan, maka serangkaian kebijakan likuidasi, rekapitalisasi, merger dan konsolidasi telah dilakukan oleh pemerintah (Bank Indonesia dan Badan Penyehatan Perbankan Indonesia (BPPN)). Pada akhir September 2005 hanya tersisa 132 bank yang beroperasi di Indonesia. Investor akan selalu dihadapkan terhadap perubahan suku bunga dan nilai tukar, bagaimanakah investor tersebut harus bertindak dalam menghadapi perubahan suku bunga terkait dengan usaha untuk memperoleh imbal hasil maksimal pada investasi saham di Bursa Efek Jakarta dan secara khusus terhadap saham perbankan. Berdasarkan analisis data historis diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan jawaban yang dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Bank dan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”.
7
1.2
Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah: •
Bagaimanakah hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap kinerja bank?
•
Bagaimanakah hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap: imbal hasil (return) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ), return Indeks Keuangan Bursa Efek Jakarta dan return Saham bank?
•
Bagaimanakah hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar rupiah dan kinerja bank terhadap return saham bank?
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui, mengukur dan menganalisis hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap kinerja dari enam bank obyek penelitian berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan publikasi. 2. Mengetahui, mengukur dan menganalisis hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap return Bursa Efek Jakarta
8
(Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)),
return Indeks Keuangan,
return
saham dari enam bank obyek penelitian. 3. Mengetahui, mengukur dan menganalisis hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar rupiah, return IHSG, return Indeks Keuangan dan kinerja profitabilitas bank terhadap return saham dari enam bank
obyek
penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, adalah: 1. Menyajikan hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap analisis rasio kinerja profitabilitas dari bank-bank yang menjadi obyek penelitian. 2. Menyajikan hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap return saham dari bank-bank yang menjadi obyek penelitian. 3. Menyajikan hubungan dan pengaruh tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar rupiah dan kinerja profitabilitas bank terhadap return saham dari bank-bank yang menjadi obyek penelitian.
9
1.4
Ruang lingkup
Untuk mengantisipasi meluasnya pembahasan permasalahan dalam tesis ini, maka penulis hanya membatasi dalam ruang lingkup: 1. Rentang waktu data penelitian dari Januari 2001 hingga September 2005 (4,75 tahun atau 19 triwulan). 2. Tingkat suku bunga, berdasarkan indikator data suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 Bulan pada akhir bulan. 3. Perubahan nilai tukar rupiah yang digunakan adalah berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap 1 US Dollar dengan menggunakan kurs tutup akhir bulan Bank Indonesia. 4. Return saham bank yang dijadikan obyek penelitian, return Indeks Keuangan dan return IHSG berdasarkan perhitungan dengan menggunakan harga penutupan akhir bulan. 5. Laporan keuangan yang digunakan untuk analisis kinerja bank adalah laporan keuangan yang dipublikasikan bank melalui web site: www.bi.go.id, yang terdiri dari : Neraca dan Laba Rugi.
Rentang waktu data penelitian adalah dari bulan Januari 2001 s/d September 2005 berdasarkan pemikiran bahwa mulai awal tahun 2001 keadaaan ekonomi makro Indonesia sudah mulai stabil, sehingga tidak terdapat gejolak yang ekstrim baik terhadap tingkat suku bunga maupun nilai tukar rupiah. Pemilihan data sampai
10
dengan September 2005 dimaksudkan agar penelitian ini dapat meliputi data yang paling aktual sampai saat ini. Bank yang dijadikan obyek penelitian adalah bank-bank yang masuk ke Bursa Efek Jakarta sebelum Januari 2001, tidak melakukan merger dalam periode penelitian dan termasuk dalam 6 (enam) besar berdasarkan total aset pada akhir September 2005, sehingga dapat diperoleh dan dianalisis kinerja berdasarkan laporan keuangan dan return sahamnya. Berdasarkan kriteria tersebut maka terpilih bank-bank yang dijadikan obyek penelitian yaitu sebagai berikut: 1) Bank Central Asia (BBCA), 2) Bank Negara Indonesia 1946 (BBNI), 3) Bank Danamon Indonesia (BDMN), 4) Bank Internasional Indonesia (BNII), 5) Bank Niaga (BNGA) dan 6) Bank Lippo (LPBN).