BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas ekonomi masyarakat modern suatu negara tidak akan lepas dari tindakan-tindakan politis yang dilakukan negara tersebut. Hal ini disadari sejak setelah Perang Dunia Kedua, dimana terjadinya fenomena politik baru dalam politik global berupa kerjasama dan integrasi negara dalam suatu kawasan. Kerjasama-kerjasama yang terbangun antar negara tersebut disebabkan oleh banyak faktor, namun faktor yang paling mendukung dibeberapa tahun terakhir ini adalah bagaimana peluang dan ancaman diciptakan oleh globalisasi ekonomi. Globalisasi telah membuat dunia menjadi tanpa batas. Perekonomian nasional pada awalnya merupakan hal yang dapat dipenuhi sendiri, dan negara-negara terisolasi dengan batasan-batasan perdagangan lintas batas, perbedaan jarak, zona waktu, bahasa, dan segala perbedaan yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih pemerintahan yang berbeda. Globalisasi memberikan negara cara baru untuk saling berhubungan. Perkembangan ini membuat jaringan yang didukung oleh perkembangan pesat teknologi, dan dapat terlihat jelas dalam arus modal dan barang antar negara, bahkan tenaga kerja. Globalisasi telah menumbuhkan iklim interdependensi yang kental dalam hubungan internasional. Globalisasi
juga
telah
membawa
perubahan
tentang
bentuk
peperangan, atau cara suatu negara dalam upaya menguasai negara atau bangsa lainnya. Cara berperang dengan menggunakan kekuatan senjata atau 1
hard power dianggap tidak lagi efisien, sehingga muncul cara baru yang lebih efisien dengan menggunakan soft power. Soft power merupakan instrumen yang sangat menjanjikan dalam arus globalisasi saat ini karena metode metode secara fisik ataupun kekerasan sudah tidak efisien untuk dilakukan. Saat ini, propaganda melalui pemikiran kepada masyarakat pada umumnya lebih mudah dan lebih cepat dilakukan. Tujuan dari propagandanis adalah untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi diantara para sasarannya. Perusahaan Multinasional (MNCs) dan LSM (NGO) adalah tentara baru bagi negara kuat untuk menaklukkan negara lain yang lemah dan tertinggal. Kini tujuan perang telah bergeser dari peguasaan teritori menjadi penguasaan sumber daya atau dengan kata lain bertujuan ekonomi. Sebagai agen globalisasi, aktivitas MNCs tidak dapat dipisahkan dari kepentingan nasional negara asal (home country) MNCs tersebut. Robert Gilpin menyebutkan bahwa MNCs dapat berkembang sedemikian pesat dikarenakan mereka tergantung sekaligus menjalankan kepentingan nasional negara asal.1 Perusahaan multinasional telah banyak digunakan sebagai soft power home country ke negara-negara tujuan MNCs tersebut. Salah satu contoh perusahaan multinasional yang mengekspansi pasar ke Indonesia adalah perusahaan ritel LotteMart yang kini banyak dibangun dibeberapa kota besar di Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk keempat terbanyak di dunia setelah Cina dan India memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar ritel. Sejalan dengan perkembangan waktu dan perubahan gaya hidup masyarakat 1
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 219.
2
yang berpengaruh pada pola belanja, kegiatan bisnis ritel atau bisnis eceran modern di Indonesia menunjukan perkembangan pesat. Pada awal tahun 1980-an perkembangan pasar ritel ditunjukan dengan munculnya gerai perdagangan eceran modern di kota-kota besar dan pada awal 1990-an sampai dengan sekarang gerai perdagangan eceran modern merambah kota-kota kecil. Catatan tahun 2008, pasar ritel barang konsumen di Indonesia berkembang baik. Bahkan, pertumbuhan ritel di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 21 persen dan menempati urutan ke dua di Asia-Pasifik setelah China. Adanya krisis global bukan berarti industri ritel tidak bisa berekspansi, meskipun terjadi perlambatan namun ritel modern dapat tumbuh sekitar 20 persen. 2 Pusat ritel atau perbelanjaan makin menjamur seiring pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya masyarakat kelas menengah di Indonesia, termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tren pertumbuhan ritel di Makassar juga dapat
dilihat dengan kian ramainya tempat-tempat
perbelanjaan ritel, baik skala kecil yang dimainkan pengusaha lokal maupun pemain besar oleh investor asing. Bahkan, sejumlah peritel besar Asia diperkirakan akan masuk ke Makassar. Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Ilham Alim Bachrie mengatakan, peluang pasar ritel di Makassar memang terbuka lebar. Setelah Lotte Co.Ltd, perusahaan ritel
2
Sigit. 2010. Berita Pasar Modal (Laba Bersih Hero Supermarket Naik 78%). [Online]. http://www.businessreview.co.id/berita-pasar-modal232.html?page=rubrik_read&id=232&add=kom. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 22.15 Wita
3
asal Korea Selatan membuka Lotte Mart di Makassar, banyak peritel lainnya melirik potensi Makassar.3 Lotte Mart pertama kali memasuki pasar Indonesia pada September 2008 dengan mengakuisisi 19 brand perusahaan ritel Belanda, Makro. Toko ritel di Grandaria City di Jakarta adalah cabang ke-20 mereka sejak mereka mempromosikan nama brand “Lotte Mart” pada tahun 2010. Cabang Grandaria City di Jakarta dibuka hanya pada bulan Agustus tetapi penjualan telah mencapai 3 – 5 juta US Dollar. Padahal sektor wholesale di Indonesia sangatlah kompetitif dengan perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika yang beroperasi sejak awal 1990-an. Namun pada 2011, hanya dalam waktu tiga tahun setelah pendirian perusahaan, omset Lotte Mart mampu mencapai 1 milliar US Dollar dari omset tahunan, 25 persen melompat dari tahun sebelumnya.4 Setelah sukses mengembangkan Lotte Whole Sale di Makassar yang merupakan hasil akuisisi perusahaan ritel asal Korea Selatan itu dengan PT Makro Indonesia, PT LotteMart Indonesia kembali membidik Makassar dengan menanamkan investasi Rp50 miliar untuk Lotte Mart di Mal Panakkukang. Di Makassar Lotte akan berkompetisi dengan hypermarket lain menyusul kondusifnya perekonomian kota ini. Tahun lalu, pasar Lotte Mart di
3
Seputar Indonesia. Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makssar. [Online]. http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ Diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pukul 23.15 Wita.
4
TEMPO. Korean Wave. [Online] http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=article&id=34609: the-korean-wave . Diakses pada tanggal 11 September 2012 pukul 19.47 Wita
4
Makassar tumbuh 10 persen dan tahun ini, ditargetkan tumbuh lebih pesat.5 Dari fakta tersebut diketahui bahwa ternyata Lotte Mart berkembang pesat di Makassar karena setelah dirasa sukses memasarkan produknya di Makassar, Lotte Mart kembali membuka cabang barunya. Dibandingkan dengan peritel lain, Lotte Mart mengalami peningkatan yang cukup signifikan. PT Lotte Shopping Indonesia, pengelola gerai ritel dan grosir Lotte Mart, mencatatkan penjualan Rp 5,31 triliun sepanjang kuartal I 2011, naik 9% dibanding kuartal I 2010 yang sebesar Rp 4,87 triliun. Direksi perusahaan menilai faktor yang mendorong peningkatan tersebut adalah kerja sama kartu kredit yang dibuat Januari 2011 antara Lotte dengan salah satu bank milik pemerintah. Setiap hari penjualan grosir di 19 gerai mencapai Rp 3 miliar, sementara penjualan ritel mencapai Rp 700 juta yang dilayani oleh tiga unit gerai yang dikelola perseroan. 6 Ternyata selain sebagai peningkatan mobilitas kapital global dalam bentuk investasi oleh MNCs, juga digunakan untuk membangun citra home country MNCs tersebut. Bentuk soft power melalui brand image yang terbangun dari produk-produk yang ditawarkan oleh swalayan tersebut inilah yang digunakan oleh MNCs tersebut untuk membangun citra home country. Melalui brand image yang didukung oleh fasilitas yang serba digital membantu suatu negara memperkenalkan bentuk-bentuk produk yang mengandung nilai budaya negara asal perusahaan korporasi. Bentuk ini adalah 5
LotteMart Investasi Rp.50 Miliar di Panakkukang. [Online] http://www.fajar.co.id/read20110626093827-lotte-mart-investasi-rp50-miliar-di-panakkukang Diakses 19 Januari 2013 pukul 20.07 Wita. 6 Penjualan LotteMart naik 9%. [Online]. http://old.indonesiafinancetoday.com/read/7930/Penjualan-Lotte-Mart-Naik-9 Diakses 20 Januari 2013 pukul 21.35 Wita
5
unsur yang tidak melupakan nilai - nilai tradisional di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan modernisme yang merajalela dimasyarakat. Modernisasi tidak akan menghapus nilai - nilai tradisional suatu negara bila negara tersebut mampu melestarikan budayanya bila diharmoniskan dengan modernisme. Salah satu alat untuk mempropaganda masyarakat adalah dengan memperkenalkan budaya suatu
negara melalui produk-produk yang
dihasilkan oleh negara yang terkait. Tanpa sadar produk-produk impor yang kita konsumsi mengandung nilai-nilai suatu negara yang dengan mudah didapatkan melalui pasar-pasar swalayan sekitar kita mengingat pesatnya perkembangan globalisasi membuat semua hampir tak berbatas. Pasar-pasar swalayan ini merupakan perusahaan-perusahaan ritel yang bekerja sama dengan Indonesia untuk memasarkan produknya. Selain meraup keuntungan besar, mereka juga memasarkan produk-produk khas negara asal perusahaan ritel tersebut sebagai bentuk propaganda budaya mereka yang telah dibentuk oleh media. Dalam bidang share budaya, MNC mempunyai hegemoni yang signifikan dalam penyeragaman budaya yang kemudian dikenal dengan budaya pop. Dalam bidang politik, MNC telah mendobrak gaya diplomasi konvensional, yang tidak hanya melibatkan antarperusahaan, tetapi juga antarnegara.
Saat
ini
penyebaran
identitas
budaya
negara
yang
menghegemoni negara lain sedang marak dilakukan oleh negara-negara secara konvensional. Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang mewakili Korea di berbagai bidang seperti distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini, perusahaan ini 6
sedang berkembang menjadi perusahaan global yang memperkaya kehidupan orang-orang di seluruh dunia. Didorong oleh normalisasi hubungan diplomatik antara Korea dan Jepang pada tahun 1965, Pemilik Lotte, Shin Kyuk-ho,
seorang pengusaha Korea, yang unit usahanya kebanyakan
beroperasi di Jepang, membuat investasi berani dengan mendirikan Grup afiliasi bisnis pertama, Lotte Confectionery di Korea. Pada saat itu, Korea adalah negara yang sedang berkembang karena sisa-sisa Perang Korea. Investasi Mr. Shin adalah sebuah langkah pertama menuju modernisasi besarbesaran industri makanan.7 Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh atau daya “yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas lokal memasuki arena global. Dan memang inilah salah satu konsekuensinya. Bangsa – bangsa memang kehilangan sebagian kekuatan ekonominya. Namun demikian, globalisasi juga mempunyai dampak sebaliknya. Globalisasi tidak hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah, menciptakan tekanan-tekanan baru bagi otonom lokal. Globalisasi menjadi alasan bagi kebangkitan kembali identitas budaya lokal diberbagai belahan dunia. Nasionalisme lokal merebak sebagai respon terhadap globalisasi, seiring dengan melemahnya negara – bangsa lama.8 Seperti yang kita lihat bahwa sebagai respon atas terhadap globalisasi, Korean Wave sebagai identitas lokal Korea yang disebar melalui perusahaan korporasi seperti Lotte Mart yang ingin penulis teliti. Mengingat 7
LOTTE MART. [Online]. http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=aboutlotte-group diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 23.40 Wita 8 Anthony Giddens. 2001. Runaway World. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal: 8.
7
LotteMart merupakan perusahaan yang sangat pesat perkembangannya saat ini.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Keuntungan Lotte Mart berinvestasi di Makassar dengan membuka gerai baru ritel pertama di luar Pulau Jawa tidak hanya pada statusnya sebagai ibukota Sulsel. Makassar telah menjadi hub utama ke daerah kawasan timur Indonesia lainnya, sehingga bisnis ritel dapat tumbuh cepat. Pertumbuhan ekonomi Makassar yang mencapai sembilan persen menandakan struktur ekonomi masyarakat sangat bagus.9 Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Perkembangan ritel besar ini didukung oleh infrastruktur yang memudahkan masyarakat sekitar mengakses pusat Kota Makassar sebagai ibukota dari Sulawesi Selatan. Perkembangan Lotte Mart sebagai perusahaan ritel yang menjamah Makassar cukup pesat. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya geraigerai Lotte Mart. Perkembangan ini tentu memberi pengaruh pada hubungan Indonesia dengan negara-negara asal perusahaan korporasi tersebut, maka pengaruh dari brand image home country yang ditawarkan melalui perusahaan korporasi tersebut menjadi batasan penelitian dalam tulisan ini. Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
9
Lotte Perkuat Jaringan Ritel di Makassar. [Online]. http://www.fajar.co.id/read-20110623020134lotte-perkuat-jaringan-ritel-di-makassar diakses pada tanggal 10 November 2012 pukul 23.55 Wita
8
1. Apa yang menjadi faktor pendorong hadirnya Lotte Mart di Makassar sebagai salah satu perusahaan ritel? 2. Apa strategi Lotte Mart dalam membangun brand image home country terhadap masyarakat di Makassar? 3. Bagaimana pengaruh brand image home country yang dilakukan oleh Lotte Mart di Makassar terhadap masyarakat di Makassar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui dan menjelaskan yang menjadi faktor pendorong hadirnya Lotte Mart di Makassar sebagai salah satu perusahaan ritel b. Mengetahui dan menjelaskan strategi Lotte Mart dalam membangun brand image home country terhadap masyarakat di Makassar. c. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari brand image home country yang dilakukan Lotte Mart bagi masyarakat Makassar.
2. Kegunaan Penelitian Apabila tujuan tersebut dapat tercapai , maka penelitian diharapkan : a. Dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi ilmu hubungan internasional dalam hal kajian mengenai MNCs dan pembangunan citra suatu bangsa melalui brand image.
9
b. Dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan dalam meningkatkan brand image negara melalui MNCs.
D. Kerangka Konseptual Pada dasarnya setiap negara akan saling membutuhkan satu sama lain. Hal itu merupakan suatu
keniscayaan untuk tetap bertahan menghadapi
segala ancaman-ancaman yang mungkin terjadi apalagi untuk menghadapi arus globalisasi yang kuat. Karena kebutuhan tersebut maka masing-masing negara melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan negara lain sesuai kebutuhan masing-masing. Interaksi internasional sebagai bentuk hubungan antar bangsa yang berlangsung dalam masyarakat yang heterogen, dimana hubungan tersebut dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hubungan yang terjadi pada dasarnya dilatar belakangi oleh kebutuhan tiaptiap negara berbeda, sehingga kebutuhannya tidak dapat dipenuhi sendiri. Maka pemecahan permasalahan tersebut adalah dengan cara bekerjasama dengan negara lain, tentunya yang diharapkan adalah berlangsungnya polapola kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan. Secara umum ekonomi politik internasional merupakan studi yang mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi internasional dengan politik internasional, yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah dalam sistem internasional. Pengkajian ekonomi-politik internasional membutuhkan integrasi teori-teori dari disiplin ekonomi dan politik, misalnya masalah-masalah dalm
isu
perdagangan internasional,
moneter
dan 10
pembangunan ekonomi. Dapat pula dinyatakan bahwa ekonomi-politik internasional adalah sebuah studi tentang masalah internasional yang terfokus pada elemen-elemen interdependensi kompleks yang sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Ekonomi-politik internasional dapat diartikan juga sebagai interaksi global antara politik dan ekonomi. Robert Gilpin mendefinisikan konsep ekonomi politik sebagai dinamika pengejaran kekuasaan (politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi). Dalam definisi ini terdapat hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Negara dan pasar saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan dan kekayaan dalam hubungan internasional.10 Walaupun sebagian besar sistem pasar dikendalikan oleh dinamika internalnya, langkah maupun arah untuk gerakan selanjutnya sebagian besar dipengaruhi oleh faktor eksternal. Diantara variabel-variabel dari luar yang mempengaruhi jalannya pasar, antara lain adalah struktur masyarakat dan perkembangan teori keilmuan serta teknologi dari negara yang ada. Sedangkan Spero mengajukan suatu konstruksi berpikir yang berawal dari pengertian politik internasional dan ekonomi internasional guna memahami makna ekonomi - politik internasional. Politik internasional adalah interaksi diantara negara-negara dalam upaya mencapai tujuan masing-masing dan penentuan “who gets what, when and how?”. Ekonomi internasional merupakan perilaku negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnyadlam kondisi keterbatasan sumber daya. Maka, sebenarnya interaksi ekonomi adalah interaksi politik dalam arena internasional. Pada akhirnya dapat 10
Anak Agung Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung; PT Remaja Rosdakarya. Hal. 76
11
dikatakan bahwa hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat ekonomi politik internasional.11 Berdasarkan penjelasan mengenai ekonomi politik dan ekonomi politik internasional, dapat disimpulkan bahwa politik ekonomi memiliki fokus kajian pada pasar dan aktor-aktor yang sangat kuat. Selain itu, isu-isu yang dibahas dalam ekonomi politik memiliki kecenderungan lebih spesifik, seperti tujuan kesejahteraan sosial, memaksimalkan kekuatan nasional, dan sebagainya. Sedangkan politik ekonomi internasional merupakan interseksi antara politik dan ekonomi, sehingga isu-isu yang terdapat di dalam politik ekonomi internasional akan lebih holistik. Aktor-aktor yang di dalamnya pun berusaha mempengaruhi dan mendorong satu sama lain supaya terjadi interaksi yang berkesinambungan. Meningkatnya arus perdagangan bebas sebagai efek dari globalisasi, membuat praktik ekonomi-politik internasional semakin tampil dalam berbagai rupa. Multinational Corporations (MNCs) adalah salah satu jenis perdagangan internasional yang meraih prestasi gemilang mulai abad ke-20. Keberadaan MNCs ini bukanlah suatu hal yang benar-benar baru, karena jauh sebelum abad ke-20 pun, praktik MNC telah ada dan mencapai kejayaannya melalui perdagangan. Multinational Corporations (MNCs) adalah suatu perusahaan yang mempunyai pusat operasi di lebih dari suatu negara. Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai keberadaan MNCs ini. MNCs dalam pendapat yang pro dikatakan bahwa memberikan kesempatan di dalam pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di dalam dunia 11
Ibid.
12
pekerjaan. Selain itu, MNCs juga meningkatkan mutu yang lebih efisien dan rasional untuk memaksimalkan kuantitas dan memperkecil harga dari produksi internasional. Banyak pihak yang tidak setuju dengan munculnya MNCs ini. Dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh kapasitas produksi MNCs bagi perekonomian dunia mengkukuhkan bahwa mereka memang memegang peranan penting dalam hubungan internasional. Pentingnya keberadaan MNCs bukan hanya karena besarnya ukuran mereka, namun lebih karena keberadaan mereka. MNCs dapat dilihat dari tiga teori yang diutarakan oleh Spero dan Hart untuk melihat pertumbuhan yang sedemikian pesat dari aktivitas MNCs. Ketiga teori tersebut adalah internasionalisasi (internalization theory), teori daur hidup produk (product cycle theory), dan obsolescing bargain theory. Teori internasionalisasi menjelaskan bahwa MNCs melakukan ekspansi bisnis keluar dikarenakan keinginan untuk menginternasionalisasikan aktivitasnya dalam rangka mengisi ketidaksempurnaan pasar - situasi dimana mekanisme pasar tidak mampu menyediakan barang-barang sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan harga yang masuk akal dalam artian para konsumen tidak mendapatkan barang atau jasa dengan tingkat harga, kualitas, dan ketepatan waktu penyediaan seperti yang diinginkan. Teori daur hidup produk menjelaskan bagaimana MNCs harus bisa bertahan ditengah semakin ketatanya persaingan bisnis diantara MNCs. Obsolecing bargain theory diawali dengan adanya tawar menawar konsesi kerjasama antara MNCs dan
13
negara tujuan dikarenakan adanya keuntungan yang akan diperoleh kedua belah pihak.12 Tentu saja untuk mengikuti arus globalisasi yang pesat, perusahaanperusahaan tersebut harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Maka dari itu, salah satu kiat untuk mengunggulkan perusahaan adalah memperkuat brand image perusahaan tersebut. Merek (brand) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufakturan maupun penyedia jasa dan organisasi lokal maupun global. Merek dibuat agar konsumen dapat membedakan manakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Selain dalam hal persaingan, brand image inilah yang kemudian akan membantu untuk memperkenalkan nilai-nilai yang ingin diperkenalkan oleh negara asal perusahaan untuk memberi dampak intervensi dalam hal budaya. Brand image ini merupakan daya tarik konsumen untuk membeli produk-produk asal perusahaan korporasi sebagai bentuk kekaguman terhadap nilai-nilai negara asal perusahaan. Pengertian brand image menurut Keller: 1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. 2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. Membangun brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. Kombinasi yang baik dari elemen–elemen yang mendukung
12
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 217.
14
(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan brand image yang kuat bagi konsumen.13
Negara sebagai sebuah entitas politik, tentu tak dapat dipisahkan dari kehidupan politik dan ekonomi di dalamnya. Meskipun keduanya dipelajari dalam lingkup yang terpisah, namun seringkali memiliki keterkaitan yang erat satu dengan lain. Hubungan negara dengan ekonomi internasional selalu mempunyai masalah karena menurut Teori Realis, sistem internasional adalah anarki. Dan anarki sangat sulit untuk diatur walalupun dengan rezim yang efektif sekalipun. Apabila ekonomi internasional sangat penting terhadap kesejahteraan suatu negara maka otomatis menjadi suatu isu-isu politikal yang signifikan. Secara keseluruhan dari ekonomi nasional menjadi struktur internasional akan membuat beberapa isu ekonomi politik, dimana resolusi akan menjadi berbeda menurut keadaan yang spesifik dari industri akan sektor-sektor nasional ekonomi lainnya. 14 Seperti melindungi industri domestik melalui ketentuan perdagangan, proteksi, tarif prinsip dan quota telah menjadi cara yang konvensional untuk meyakinkan produksi domestik bukanlah tumpahan oleh import yang murah saja. Tapi apabila suatu industri sukses diperdagangan internasional maka perhatian industri tersebut kemungkinan tidak harus dilindungi, karena harus memikirkan biaya dari komponen-komponen yang esensial dan kekhawatian
13
Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran. [Online] http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/05/membangun-brand-image-produk.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul 14.56 Wita 14 Drs. T. May Rudy. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global. Bandung: PT Refika Aditama. Hal 11.
15
dari ancaman-ancaman pesaingnya. Maka sangat wajar apabila sebagian sektor industri/ ekonomi menginginkan dukungan dan perlindungan.15 Apabila kita tinggal didunia dengan model ekonomi internasional yang secara akurasinya dideskripsikan sebagai cara hubungan ekonomi antarnegara distrukturasikan, maka pendekatan kita untuk mengerti dan menjelaskan permasalahan yang telah dibuat akan mengarahkan kita untuk mencari kompetensi dan otoritas dari pemerintahan nasional dan organisasi pemerintahan nasional dan organisasi pemerintahan internasional, konstruksi dan pengoperasian rezim inetrnasional untuk menjalankan aktivitas ekonomi internasional. Maka pemecahannya akan menimbulkan keutamaan secara berkesinambungan dari perubahan-perubahan dan kita akan bekerja didalam dunia dengan esensi yang belum berubah sejak formalisasi dari sistem negara modern 200 tahun yang lalu.
E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci mengenai perkembangan Lotte Mart di Indonesia, Makassar pada khususnya dan kemudian mengidentifikasi masalah seperti mengapa konsumen Lotte Mart banyak, apakah ada pengaruhnya dengan hegemoni budaya yang saat ini sedang marak dilakukan oleh negara-negara sebagai cara yang konvensional. Kemudian membuat perbandingan dan evaluasi 15
Ibid.
16
mengenai masalah-masalah dan fakta-fakta yang terjadi saat ini mengenai Lotte Mart. Serta menyimpulkan apa yang dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah yang telah diidentifikasi. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan Lotte Mart seta data-data mengenai multinational coroporation dan brand image yang mendukung dalam menganalisis masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Data-data tersebut berupa buku-buku, dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, observasi lapangan secara langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Adapun, langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengamati langsung pelaksanaan branding image Korea melalui Lotte Mart dalam membangun citranya di Indonesia. b. Mengamati perkembangan branding image Korea di Indonesia Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara terhadap orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan judul yang diangkat untuk diteliti dan dapat dipercaya kebenarannya. Wawancara dimaksudkan untuk mendapat informasi tentang perkembangan lottemart serta strategi apa saja yang dilakukan LotteMart untuk memberikan pengaruh terhadap masyarakat Makassar. Selain itu, wawancara juga 17
dimaksudkan untuk memperoleh data tentang tanggapan konsumen Lotte Mart. Orang –orang yang diwawancara adalah pegawai Lotte Mart yaitu Yulianti, Supevisor Lotte Mart Cabang Mall Panakukang dan konsumen yaitu Ayu Riska Wahyudiya, salah seorang pelanggan setia Lotte Mart. Wawacara yang dilakukan adalah wawacara terbuka. Wawancara terbuka adalah bagian dari wawancara tak terstruktur dimana model wawacara luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-katanya dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara. Dimana tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan informasi yang dianggap bagian dari keseluruhan, agar datanya bersifat kualitatif dan representatif. Adapun tempat-tempat yang telah dikunjungi selama pengumpulan data, antara lain: 1. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar 2. Perpustakaan FISIP Universitas Hasanuddin di Makassar 3. Swalayan Lotte Mart di Makassar Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang obyektif.16 Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan
16
Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hal. 131.
18
dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal, majalah dan surat kabar.17 3. Teknis Analisis Data Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dianalisis
kemudian
disajikan
secara
deskriptif
menjelaskan,
menguraikan,
dan
menggambarkan
permasalahan
permasalahan
digambarkan
kualitatif, sesuai
berdasarkan
yaitu dengan
fakta-fakta
mengenai hadirnya Lotte Mart yang berkembang pesat kemudian mengkorelasikannya dengan persepsi masyarakat Makassar
untuk
kemudian ditarik sebuah kesimpulan mengenai pengaruh yang dilakukan Lotte Mart bagi masyarakat Makassar. Analisis deskriptif secara kualitatif dalam arti bahwa penarikan makna yang telah diperoleh, sebelumnya dilakukan dengan menghubungkan pernyataan-pernyataan dari berbagai bahan keterangan atau informasi yang telah peroleh dan relevan. Berpedoman pada penelitian kualitatif, pengolahan data, dan analisis data dilakukan bersamaan dengan proses penelitian. Proses awal analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara dengan para informan dan pengamatan yang sebelumnya sudah dijelaskan pada teknik pengumpulan data baik berupa dokumen maupun dokumentasi yang diperoleh oleh penulis selama mengadakan penelitian. Setelah memahami data, maka penulis membuat abstraksi data (rangkuman inti). Setelah rangkuman inti didapatkan, arah penelitian ini akan semakin jelas maka selanjutnya akan mengkategorikan 17
Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal. 85
19
data berdasarkan tema yang disesuaikan dengan penelitian ini. Penyajian data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini akan disajikan dalam bentuk uraian, kata-kata yang tentunya akan mengarah pada pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Politik Internasional Dalam studi Hubungan Internasional, ilmu mengenai ekonomi politik internasional menjadi sebuah kajian yang tergolong utama karena menjadi basis untuk menganalisa dan menanggapi isu-isu yang terjadi di dunia. Ekonomi politik internasional memiliki kaitan yang erat dalam Hubungan Internasional, karena merupakan studi yang tidak hanya membahas permasalahan nasional, namun juga hubungannya dengan negara-negara lain. Studi ekonomi politik internasional memiliki cakupan yang sangat luas dan berkembang dari masa ke masa. Ekonomi politik internasional mulai menjadi kajian dalam studi hubungan internasional sejak tahun 1970-an. Pada saat itu negara-negara di dunia sedang mengalami krisis minyak yang disebabkan oleh pemboikotan pasokan minyak bumi oleh negara-negara Arab. Hal tersebut menggoyahkan stabilitas politik dan ekonomi negara-negara didunia, sehingga krisis ini menjadi awal timbulnya kesadaran para pemegang otoritas pemetintahan bahwa faktor ekonomi menjadi sangat penting dan menentukan proses politik, dan sebaliknya. Pemahaman bahwa terdapat jalinan yang saling tergantung dan tidak dapat dipisahkan antara faktor ekonomi dan politik, serta antara negara dengan pasar semakin diakui.18
18
Anak Agung Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung; PT Remaja Rosdakarya. Hal.75.
21
Ekonomi
politik
internasional
selalu
mengalami
dinamika
perubahan dari masa ke masa. Dinamika perubahan tersebut membentuk ulang segala tatanan yang terdapat di dalam ekonomi politik internasional, dimana sistem pasar dan negara tetap menjadi aktor utama. Penstudi Hubungan Internasional memiliki pertanyaan fundamental yang menjadi titik tolak dalam menjabarkan tatanan kontemporer ekonomi politik internasional, yakni bagaimana cara menyelaraskan hubungan antara sistem pasar dan pemerintah supaya stabilitas tetap terjaga Ekonomi politik Internasional menurut Gilpin secara umum adalah Studi yang mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi internasional dengan politik internasional yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah yang terjadi dalam sistem internasional.19 Menurut Robert Gilpin, ketiadaan negara, mekanisme dan kekuatan pasar akan menentukan kegiatan ekonomi. Hal ini akan menjadi fenomena ekonomi murni. Sebaliknya tiadanya pasar, negara sendiri akan mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Inilah dunia ilmuwan politik. Meskipun tak ada dunia muncul dalam bentuk murni, pengaruh relatif negara atau pasar memberikan perubahan sepanjang waktu dan dalam lingkungan yang berbeda. Menurut Gilpin, istilah ekonomi politik memiliki ambiguitas. Adam Smith dan ekonom klasik menggunakannya untuk mengartikan apa yang sekarang disebut ilmu ekonomi. Baru-baru ini, sejumlah pakar seperti Garu Becker, Anthony Downs dan Bruno Frey mendefinisikan ekonomi politik sebagai aplikasi metodologi formal 19
Robert Gilpin. 1987. The political Economy of Internasional Relations. NJ: Princeton University Press. Hal. 3
22
ekonomi yang disebut model aktor rasional, untuk semua tipe perilaku manusia. Pakar lain menggunakan istilah ekonomi politik ini dengan pengertian penggunaan teori ekonomi khusus untuk menjelaskan perilaku sosial, permainan, tindakan kolektif dan teori Marxist. Sedangkan pakar lainnya memakai istilah ekonomi politik untuk merujuk pada masalah yang dihasilkan oleh interaksi kegiatan ekonomi dan politik. Gilpin mengistilahkan ekonomi politik untuk mengindikasikan serangkaian masalah yang dikaji dengan campuran yang lengkap metode analitik dan perspektif teoritis. Sedangkan fokus interaksi itu adalah aktivitas manusia antara negara dan pasar. Pengkajian ekonomi politik internasional membutuhkan integrasi teori-teori dari disiplin ekonomi dan politik, misalnya dalam masalah isu perdagangan internasional, moneter dan pembangunan ekonomi. Sehingga dapat pula dinyatakan bahwa ekonomi politik internasional sebagai berikut: Ekonomi politik internasional adalah sebuah studi tentang maslah internasional yang tefokus pada elemen-elemen interdependensi komples yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari. Ekonomi internasional merupakan perilaku negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnya dalam kondisi keterbatasan sumber daya, maka sebenarnya interaksi ekonomi adalah interaksi politik dalam arena internasional, pada akhirnya dapat dikatakan bahwa hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat ekonomi politik internasional.20
Lebih lanjut Spero mengemukakan bahwa ada empat cara faktor politik mempengaruhi ekonomi, yaitu: 20
Joan Edelman Spero. 1985. The Politics of International Economic Relations. NJ: Princeton University PressHal. 10
23
1) Struktur dan operasi sistem ekonomi internasional dipengaruhi oleh struktur dan operasi politik internasional. 2) Kepedulian-kepedulian politik selalumempengaruhi kebijakan ekonomi. 3) Kebijakan-kebijakan ekonomi dituntun oleh kepentingan politik. 4) Hubungan
dalam
ekonomi
internasional
adalah
proses
hubungan interaksi ekonomi internasional, dan hubungan politik dimana negara-negara dan aktor non-negara mengatur konflik dan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Rudi, Ekonomi politik internasional memberikan dan menyediakan kerangka konseptual dalam menganalisis dan menampung kenyataan-kenyataan yang kompleks dan saling berkaitan mengenai berbagai masalah hubungan internasional kontemporer.21 Berdasarkan teori diatas bahwa ekonomi politik internasional dapat menjadi sebuah konsep atau pemikiran dalam terjadinya hubungan internasional saat ini karena ekonomi politik internasional telah memberikan dan menyediakan kerangka-kerangka konseptual dalam menganalisis kenyataan hubungan internasional saat ini. Menurut David N Balam, Ekonomi politik internasional adalah hubungan kerjasama antara negara-negara dalam kerangka produksi, distribusi kekayaan dan kekuasaan, intervensi, dan lain-lain. Dalam tinjauan EPI bahwa 21
T. May Rudi. 1992. Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa Grup. Hal. 52-53
24
perlu adanya pendekatan level analisis terhadap individu, negara dan sistem internasional.22 Menurut
Balaam,
ekonomi
politik
internasional
adalah
menyangkut ekonomi yang berarti sesuatu yang berkaitan dengan cara bagaimana sumber-sumber langka dialokasikan untuk kegunaan yang berbeda-beda dan didistribusikan diantara individu melalui proses pasar yang desentralisasi. Analisa ekonomi dan analisa politik sering melihat kepada masalah yang sama namun analisa ekonomi berfokus pada tidak banyak soal kekuasaan dan kepentingan nasional. Tetapi kepada masalah pendapatan dan kekayaan serta kepentingan individual. Oleh sebab itu ekonomi politik, merupakan kombinasi dua cara memandang secara utuh terhadap
dunia
dalam
rangka
mengetahui
karakter
fundamental
masyarakat. Studi ekonomi politik internasional merupakan ilmu sosial yang didasarkan pada satu kerangka masalah, isu dan kejadian dimana unsur ekononomi, politik dan internasional terkait dan tumpang tindih sehingga menciptakan pola interaksi yang kaya. Dunia merupakan sebuah tempat yang kompleks yang dihubungkan dengan berbagai unsur yang saling berpengaruh. Mulai dari tingkat individu, elit politik-ekonomi sampai tingkat nasional bahkan tingkat kawasan melahirkan interaksi yang tidak sederhana. Kontak antar perbatasan dan antar nilai yang berbeda bahkan antar kepentingan yang beraneka ragam menimbulkan berbagai masalah. Ilmu sosial berusaha untuk memahami pola dan karakter kondisi manusia 22
David N. Balaam. 1996. Introduction to International Political Economy. Jersey; Prentice Hall. Hal. 3
25
di muka bumi dengan menganalisa penyebab dan sumber konflik serta bagaimana mereka menyelesaikannya. Studi ekonomi politik internasional ikut memberi andil dalam memahami ketegangan yang melibatkan kepentingan ekonomi dan politik antar bangsa. Berdasarkan
konsep
pemikiran
diatas,
ekonomi
politik
internasional secara sederhana menjelaskan sebagai interaksi global antara politik dan ekonomi, yang didefinisikan sebagai dinamika interaksi antara pengejaran kekuasaan dan kekayaan. Basis dalam ekonomi politik internasional, dihiasi beberapa ideologi utama yang pula menjadi ideologi terkemuka dalam studi Hubungan Internasional. Ketiga ideologi tersebut adalah merkantilisme (nasionalisme), liberalisme, dan marxisme. Ketiga ideologi ini akan memberikan penafsiran yang sangat kontras satu dengan lain dalam melihat posisi ekonomi dan politik. Dalam hal ini, aktor dari ekonomi, yakni pasar, dan negara sebagai aktor utama dalam politik, akan disorot lebih banyak karena memang terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Dalam studi ekonomi politik, MNC merupakan topik bahasan yang cukup sentral karena ia merupakan subjek khusus sebagai pelaku maupun sekaligus sebagai objek sasaran pelaku atau kajian pokok. Selain itu juga, isu mengenai MNC, melibatkan sejumlah perbincangan di negara-negara maju dan negara-negara berkembang satu sama lain telah merebak menjadi isu internasional, baik yang pro maupun yang kontra khasnya dalam interaksi menyangkut hubungan masing-masing Utara-Selatan. Dalam 26
konteks studi ekonomi politik, MNC dapat dikategorikan sebagai subjek aktor bukan negara (non state actors) yang memiliki peran yang sangat luas dalam pola hubungan antar negara saat ini. B. MNCs Salah satu wadah yang digunakan suatu negara untuk melancarkan soft power-nya terhadap negara lain adalah dengan menggunakan perusahaan korporasi. Pesatnya arus globalisasi mebuat aktor-aktor non negara seperti perusahaan korporasi (MNCs) bertumbuh kembang secara signifikan. Kemunculan MNCs sendiri menimbulkan beberapa perspektif mengenai definisi MNCs tersebut. MNCs sesungguhnya belum memiliki pengertian yang baku oleh karena belum adanya kesatuan pendapat dari para pakar dibidang tersebut. Akan tetapi ada berbagai istilah yang dianggap memiliki pengertian sepadan dengan Multinational Corporations dan seringkali digunakan. Istilah-istilah itu antara lain: transnational corporations (TNCs), direct investment international business, the international firm, the multinational family group, world wide enterprise, multinational enterprise (MNE), multinational company, multidomesticc company, global company, la grande enterprise plurinationale, la gan unite plurinationale, serta sebuah istilah satir yaitu the US corporate monster. John Dunning mendefinisikan MNCs secara sederhana sebagai “enterprise that engages in FDI (Foreign Direct Investmet) and organizes
27
the production of goods or services in more than one country”.23 Sama seperti pemahaman PBB yang dimaknai oleh Stephen Gilland dan Daivd Law dimana MNCs memiliki pengertian “all enterprise that controlfactories, mines, sales offices and the like- in two or more countries.”24 (Semua perusahaan yang mengontrol-indsutri, tambang, kantor-kantor penjualan, dan sebagainya-di dua atau banyak negara). Definisi ini memiliki keunggulan bahwa tidak ada aspek fenomena yang penting (misalnya keuangan atau jasa) atau masalah lain (misalnya pertanyaan yang terkait dengan perusahaan besar ataupun perusahaan kecil orientasi nasional) yang ditiadakan sewenang-wenang. Perusahaaan multinasional juga seringkali didefinisikan sebagai sejenis induk perusahaan (holding company) dengan sejumlah operasi luar negeri, masing-masing diberi wewenang untuk menyesuaikan produkproduk dan strategi pasarnya dengan apa yang dianggap oleh para manajer lokal sebagai aspek-aspek unik dari pasar-pasar individual mereka.25 Induk perusahaan diartikan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) sebagai perusahaan yang mengendalikan asetaset entitas atau entitas-entitas lainnya di negara atau negara-negara lain di luar negara asalnya, biasanya dengan kepemilikan modal yang paling
23
Malcolm Waters. 1995. Globalization. London: Routledge. Hal: 76. Yanuar Ikbar. 2002. Ekonomi Politik Internasional: Studi Pengenalan Umum. Jatinangor: PT Universitas Padjadjaran. Hal: 320. 25 Donald A. Ball, et. al. 2004. Bisnis Internasional: Tantangan Persaingann Global, terjemahan Syahrizal Noor. Jakarta: PT Salemba Emban Patria. Hal: 5 24
28
sedikit 10 persen sebagai syarat awal untuk pengendalian aset-aset dalam konteks ini.26 Meskipun MNCs dan TNCs dianggap memiliki pengertian yang sama, ada pula pakar yang berusaha membedakannya. MNCs diartikan sebagai “suatu perusahaan yang bergerak atau beroperasi di luar negerinya sendiri dengan saham yang terdiri dari beberapa negara ( lebih dari satu negara).” Sedangkan TNCs dianggap memiliki pengertian yang lebih luas daripada hanya sekedar suatu perusahaan sebagaimana MNCs. TNCs dilihat dari aktivitas, besarnya operasi modal diluar negeri yang mencakup negara dan memiliki manajemen yang bersifat komprehensif atau menjangkau skala perdagangan dan industri global.27 Sumantoro dalam tulisannya memandang MNCs sebagai FDI dari berbagai aspek yaitu: hukum, politik dan ekonomi. Dari segi politik fokus sentral kepada FDI sebagai subjek dalam hubungan internasional, terkalit dengan kekuatan politiknya di tingkat nasional dan internasional, serta pola manajemennya yang terpusat sehingga membawa pengaruh pada penguasaaan informasi sebagai kekuatan politik, pun kekuatan ekonomi bagi perusahaan tersebut terhadap pihak yang dihadapinya. Dari segi hukum, fokus sentralnya terletaak pada FDI sebagai badan hukum yang dapat merupakan cabang, usaha patungan atau perusahaan yang dimiliki umum ( public company)... Sedangkan dari segi ekonomi, fokus sentralnya pada aspek-aspek faktor produksi, modal keahlian manajemen dan keahlian teknologi, serta praktek-praktek usaha yang terkait dengan persaingan, besarnya pasar, monopoli, dan sebagainya.28 Sama seperti belum adanya definisi baku MNCs, hingga saat ini pun belum ada kesatuan pendapat kapan terbentuknya MNCs yang 26
Donald A. Ball. Ibid. Hal: 7 Sumantoro. 1987. Kegiatan Perusahaan Multinasional: Problema Politik, Hukum, dan Ekonomi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: PT. Gramedia Press. 28 Sumantoro. Ibid. 27
29
pertama kali. Tak ada yang tahu pasti akan hal itu. Oleh karena tidak adanya bukti-bukti yang pasti, perselisihan kapan, apa, dan dimana sebenarnya MNCs yang paling pertama terbentuk di seluruh dunia tampaknya masih akan terus bergulir. Meskipun disiplin ilmu menyangkut bisnis dan perdagangan internasional relatif baru, sebagai praktik ini bukanlah hal yang baru. Para sejarawan menunjukkan bahwa beberapa tipe MNCs dan penanaman modal langsung telah ada sejak abad terakhir dan bahkan lebih awal. Menurut sejarawan Perancis
Fernand Braudel,
ekonomi dunia lahir bersamaan dengan kapitalisme, selama abad 16, sebelum terbentuknya negara-bangsa. Historian are eager to point out some types of MNCs and foreign direct investment (FDI) existed already during the last century and even earlier. For French historian Fernand Braudel, the world economy emerged, along with capitalism, during the sixteenth century, before the formation of nation-state.29 Dutch East India Company disepakati oleh beberapa pakar sebagai perusahaan multinasional yang paling pertama. Ini merupakan gabungan dari sejumlah perusahaan Belanda yang dibentuk tahun 1950 untuk membuka rute-rute perjalanan ke timur serta membuka kantor-kantor cabang di Asia. Pada saat yang hampir sama, yakni tahun 1600, British East India Company, sebuah perusahaan dagang dibentuk dan mendirikan cabang-cabang luar negeri di seluruh Asia.30 Namun betapapun pendukung Ducth East India Company berargumen, banyak yang mengkalim Knights Templar yang didirikan pada tahun 1118 oleh Hugues de Payens sebagai 29
Charles-Albert Michalet. 1994. Transnasional Corporations ( Transnational corporationand the changing international economic system). United Nations: Volume 3, number 1. Hal: 10 30 Donald A. Ball. Op Cit. Hal: 9
30
MNCs yang pertama. Knights Templar mejadi sebuah perusahaa multinasional ketika istitusi itu bertarung ke dalam dunia perbankan pada tahun 1135. Meski demikian, sejak masa sebelum Masehi - jika ini dapat disamakan sebagai sebuah perusahaan - pedagang-pedagang Venesia dan Yunani sesungguhnya telah melakukan model-model dasar bisnis MNCs. Mereka megirimkan wakil-wakilnya ke luar negeri untuk berdagang dan mejual barang-barang. MNCs yang ada dulu dengan yang sekarang dimana diiringi dengan arus deras globalisasi, tentunya saja memiliki perbedaanperbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada kegiatan produksi yang dahulunya berbasis pada raw material dan agrikultural, sedangkan di era sekarang manufaktur, jasa, dan ritel merupakan kegiatan utama perusahaan mutinasional akibat dari adanya inovasi teknologi, transportasi, dan komunikasi.
Gilpin
didalam
‘The
State
and
the
Multinationls’
mendefinisikan MNCs sebagai “a firm of a particular nationality with partially or wholly owned subsidiaries within at least one other national economy”. Melalui Foreign Direct Investment (FDI), perusahaanperusahaan MNCs memperluas market nya hingga luar negeri, yang mana bertujuan untuk menguasai pasar, produk, fasilitas dalam ekonomi, baik secara parsial maupun sepenuhnya. Hal tersebut identik dengan teori lokasi dan comparative advantage, yang mana produksi akan dilokasikan dimana terdapat efisiensi yang besar. Ada beberapa perdebatan mengenai “whether MNCs has broken free from its home country and has become a powerful independent force 31
determining both international economy and political affair? Or MNCs remains a creature of its home economy?”. Perdebatan tersebut kemudian dijawab oleh mainstream economists, yang mana percaya bahwasanya perilaku perusahaan itu sepenuhnya ditentukan oleh sinyal pasar. Oleh karena itu nationalitas dari perusahaan dan apakah perusahaan itu beroperasi dalam ranah domestik maupun internasional tidak menjadi persoalan penting. Akan tetapi kemudian pendapat lain yang berporos pasar state-centric berpendapat bahwasanya didunia yang modern, keksuksesan MNCs ditentukan oleh international political environment. Selain itu mereka pun percaya bahwasanya “each MNCs is distinctive product of its home base and reflects its social, economic, and political values”.31 MNCs memiliki peranan penting di dalam ekonomi politik internasional, hal tersebut dapat dilihat bagaimana kemudian keputusan MNCs baik untuk mengekspor produk dari home market- nya atau untuk di ivestasikan di luar untuk memberikan pelayanan pada foreign market, secara kuat dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi setempat dan tingkat pertumbuhan ekonomi di dunia. Selain itu, kemajuan di dalam organisasi industri dan strategic trade theory, yang ditandai dengan kemajuan inovasi teknologi untuk comprative advantage, semakin menjadikan para ekonom semakin sadar akan penting nya MNCs. Hal tersebut dikarenakan MNCs disadari sebagai alat untuk mengurangi biaya transaksi, yang mana dirasa 31
Gilpin, Robert. 2001. “The State and The Multinationals”, dalam Global Political Economy: Understanding The International Economic Order. Princeton: Princeton University Press, hal. 278-279
32
lebih
murah
dengan
mengorgansasikan
semuanya
melalui
FDI
dibandingkan transaksi pasar. Penting nya peranan dari MNCs, secara meningkat telah merubah struktur dan fungsi daripada ekonomi global. Seperti yang diungkapkan oleh para pakar seperti Raymod Vernon, John Dunning, dan Micheal Porter, terdapat beberapa faktor yang kemudian meningkatkan peran MNCs, yakni Vernon mengungkapan kan pentingnya FDI dalam memperluas MNCs, Dunning pun menambahkan peran teknologi dalam perkembangan MNCs, dan Porter menekankan pada masuknya MNCs kedalam era strategic management, yang mana strategi perusahaan kemudian mempengaruhi ekonomi global. Seperti yang di tulis oleh Gilpin bahwasanya, These giant firms and their global strategies have become major determinants of trade flows and of the location of industries and other economis activities. Most FDI is in capital and technologyintensive sectors. These firms have become central in the expansion of technology flows to both industrialized and industrializing economies and therefore are important in determining the economic, political, social welfare of many nations. Controlling much of the world’s investment capital, technology, and access to global markets, such firms have become major players not only in international economic but in international political affairs as well, and this has triggered a backlash in many countries.32
C. Brand Image Brand Image (Citra merek) merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra merek adalah sekumpulan asosiasi
32
Ibid. Hal. 290
33
merek yang terbentuk pada benak konsumen.33 Menurut Setiadi, brand image dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan. Menurut Rangkuti, brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa brand image adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu dan dapat disampaikan melalui sarana komunikasi yang tersedia. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Menurut Rangkuti pemberian nama pada sebuah produk hendaknya bukan hanya sebuah simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian yang akan membentuk Brand Image, yaitu34: 1. Atribut Semua merek memiliki atribut. Artibut diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut yang terkandung dalam sebuah merek. Atribut merupakan kategori dengan fitur-fitur mengenai karakteristik produk dan jasa yang ada saat proses pembelian dan konsumsi. Atribut ini dapat digolongkan atas 2 bagian:
33 34
John C. Mowen. 1995. Consumer Behaviour 4th ed. Jersey: Prentice Hall. Hal: 82 Azka Nabila Islami. 2011. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sophie Martin Pada Mahasiswa Lembaga Pendidikan Politeknik MBP Medan. [Online].http://www.academia.edu/1147849/Pengaruh_Citra_Merek_Brand_Image_ Terhadap_Keputusan_Pembelian_Produk_Sophie_Martin_Pada_Mahasiswa_Lemba ga_Pendidikan_Politeknik_MBP_Medan. Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 13.55 Wita.
34
a. Atribut Produk Asosiasi, produk terbentuk secara langsung mengenai karakteristik dari produk dan jasa yang bersangkutan. Asosiasi ini merupakan strategi yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi ini sangat efektif karena atribut tersebutsangat bermakna dan dapat diterjemahkan dalam pembelian suatu merek. b. Atribut non Produk Atribut, non produk dapat langsung memperoleh proses pembelian dan konsumsitetapi tidak langsung mempengaruhi kinerja produk yang bersangkutan. Atribut non produk merupakan atribut yang tidak berhubungan langsung dengan kinerja produk dan terbentuk dari aktifitas bauran pemasaran. Berikut beberapa contoh atribut nonproduk : • Negara, perusahaan atau orang yang memproduksi • Warna dominan produk yang biasanya terlihat pada kemasan produk. • Kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh merek. • Mengaitkan dengan orang terkenal (Endorser) 2. Manfaat Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen antara lain membantukonsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen tidak membeli merek, tetapi konsumen membeli manfaat. Produsen harus mampu menerjemahkan atribut menjadi manfaat, baik manfaat fungsional maupun manfaat emosional. 35
Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk yang ditawarkan, sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau sesudahnya. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu, maka merek tersebut akan terhubung dengan merek tersebut artinya konsumen akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus karakteristik merek itu sendiri, dan manfaat yang diinginkan oleh konsumen akan mempengaruhi pilihannya terhadap berbagai merek.
3. Nilai Merek menyatakan sesuatu tentang nilai bagi konsumen. Nilai sering diartikan sebagai penilaian konsumen yang menyeluruh terhadap utilitas produk didasarkan atas persepsinya atas apa yang diterima dan dikorbankan. Berdasarkan defenisi ini, maka tidak mengherankan jika konsumen seringkali melakukan analisa biayamanfaat sebelum melakukan pembelian untuk menentukan besarnya nilai yang akan diterimanya. Merek yang memiliki nilai yang tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagi merek yang memiliki kelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut. Pelanggan menggunakan istilah nilai untuk empat pengertian yang berbeda,yaitu : 1. Nilai adalah harga yang murah. Beberapa pelanggan harga yang paling murah adalah nilai yang terbaik. 36
2. Nilai adalah mendapatkan apa yang diinginkan dari suatu produk atau jasa. Pelanggan ini mendefenisikan nilai dalam artian manfaat yang mereka terima dan bukannya harga yang mereka terima bukannya harga yang harus mereka bayar. 3. Nilai adalah kualitas yang didapatkan atas harga yang dibayar. Pelanggan menganggap nilai sebagai pertukaran antara harga yang mereka bayarkan dan kualitas yang mereka dapatkan.\ 4. Nilai adalah semua yang didapatkan atas semua pengorbanan yang telahdiberikan.
4. Kepribadian Merek memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian sipengguna akan tercermin dari merek yang digunakannya. Ikatan hubungan psikografis antara merek dan konsumen akan menjadi kuat dan memberi warna emosional ketika terdapat kecocokan antara merek dan kepribadian konsumen. Konsumen sering merasa kesulitan ketika harus mengekspresikan identitasnya karena itu biasanya mereka menggunakan merek yang mengandung simbol dan arti yang dapat menggambarkan dirinya. Oleh karena itu konsumen memiliki kecenderungan untuk membeli merek yang memilki kepribadian yang serupa dengan konsep dirinya. Dalam hal ini pemilihan merek merupakan salah satu cara individu mengekspresikan dirinya. Hal ini tentunya akan mendorong pemilik merek untuk menyelaraskan gaya 37
hidup konsumennya dengan nilai emosional merek. Jika terdapat kecocokan antara brand personality dan kepribadian konsumen, maka menurut Ferrinadewi, hal ini akan menyebabkan salah satu hubungan dari 3 bentuk berikut: 1. Hubungan yang sangat kuat akan mengembangkan kesetiaan konsumen. 2. Hubungan yang relatif sedang akan menimbulkan ancaman tindakan berpindah ke merek lain. 3. Hubungan yang lemah akan menimbulkan kecenderungan hubungan yangmemilki ciri-ciri tertentu. 5. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedez mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 6. Pemakai Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan anaogi orang-orang terkenal untuk penggunaan mereknya. Dengan demikian, brand adalah identifikasi yang berupa nama atau simbol, yang mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang membedakannya dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi pembeli
38
dan penjualnya. Menurut Durianto, merek menjadi sangat penting saat ini, dikarenakan beberapa faktor, yang antara lain35 : a) Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. b) Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya. Brand image paling sering dibangun melalui promosi, menurut Kotler, promosi adalah bagian dari komunikasi yang terdiri atas pesanpesan perusahaan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan.36 Dari teori-teori di atas, maka kita dapat menarik inti dari brand image ada pada konsumen, pandangan atau gambaran terhadap sebuah merek yang dibuat konsumen yang didasarkan atas apa yang mereka lihat (Iklan, kemasan, dan produknya) dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan konsumen dengan merek tersebut. Citra merek meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaaan merek tersebut, dan situasi penggunaaan
35
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00358-MN%20Bab%202.pdf Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 14.05 Wita. 36 Philip Kotler. 2002. Manajemen Perusahaan Edisi Milenium. Jakarta: PT. Prenhallindo. Hal: 22.
39
yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan emosi yang diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif). Menurut Timmerman, citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek. Citra merek terdiri: a. Faktor fisik : karakteristik dari merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek itu; b. Faktor psikologis : dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut.37 Keller menyebutkan bahwa citra merek yang dibangun dari asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa atau produk tersebut. Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek:38
37
Noble. 1999. Development in Marketing Science. Vol. 22, Corall Gables. Florida: Academy of Marketing Science. Hal. 1-5. 38 Keller. 2003. Strategic Brand Management: intl ed. Building, Measuring and Managing Brand Equity 2nd ed. New Jersey: Pearson Education. Hal. 2
40
1. Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merek. 2. Strength of brand association/familiarity of brand association / Kekuatan asosiasi merek. 3. Uniqueness of brand association / Keunikan asosiasi merek. Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa konsumen akan mengembangkan suatu kepercayaan akan merek. Kepercayaan konsumen akan merek tertentu dinamakan citra merek. Kepercayaan konsumen ini akan bervariasi sesuai dengan citra yang sebenarnya sampai konsumen suatu saat tiba pada sikap preferensi ke arah alternatif merek melalui prosedur evaluasi tertentu. Salah satu prosedur yang mempengaruhi evaluasi itu adalah kepercayaan merek atau citra merek.39 Pengetahuan akan suatu merek didalam memori/ingatan penting terhadap pembuatan sebuah keputusan dan telah didokumentasikan dengan baik dalam ingatan, sehingga pengetahuan merek (brand knowledge) sangat penting dalam mempengaruhi apa yang dipikirkan seseorang tentang suatu merek. Brand knowledge terdiri dari dua komponen yaitu kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image). Kesadaran
merek
berhubungan
dengan
dengan
pengenalan
dan
pengingatan kembali tentang kinerja suatu merek oleh konsumen. Sedangkan, citra merek mengacu pada serangkaian asosiasi yang berhubungan dengan merek yang tertanam didalam benak konsumen.40
39 40
Philip Kotler. Op. Cit Keller. Op.Cit. Hal: 2
41
Keller mengemukakan dimensi dari citra perusahaan (corporate image) yang secara efektif dapat mempengaruhi brand equity yaitu terdiri dari : a. Atribut produk, manfaat dan perilaku secara umum, terkait kualitas dan inovasi. b. Orang dan relationship, terkait orientasi pada pelanggan (customer orientation). c. Nilai dan program, terkait keperdulian lingkungan dan tanggung jawab sosial. d. Kredibilitas
perusahaan
(corporate
kredibility),
terkait
keahlian, kepercayaan dan menyenangkan. Beberapa keuntungan dengan terciptanya brand image yang kuat adalah: 1. Peluang bagi produk/merek untuk terus mengembangkan diri dan memiliki prospek bisnis yang bagus. 2. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan yang bagus. 3. Menciptakan loyalitas konsumen. 4. Membantu dalam efisiensi marketing karena merek telah berhasil dikenal dan diingat oleh konsumen. 5. Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing. Semakin
merek
dikenal
oleh
masyarakat,
maka
42
perbedaan/keunikan baru yang diciptakan perusahaan akan mudah dikenali konsumen. 6. Mempermudah dalam perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan. 7. Meminimumkan kehancuran atau kepailitan perusahaan. 8. Mempermudah
mendapatkan
investor
baru
guna
mengembangkan produk. Menurut Hogan, citra merek merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; yang pertama melalui pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan kepuasan emosional.41 Merek tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh konsumen dan juga memenuhi kebutuhan individual konsume - yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan merek tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo, fasilitasretail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak merek, media dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya 41
Hogan. 2005 Employees and Image: Bringing Brand Image To Life. The 2nd Annual Strategic Public Relation Conference. Chicago: Lippincot Mercer
43
itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya tersebut.42 D. Negara Negara merupakan realisasi dari tindakan dan keputusan kolektif. Negara sering diartikan lembaga-lembaga politik negara bangsa modern, kawasan geografis dengan hubungan yang relatif koheren sistem pemerintah. Negara bangsa itu sendiri merupakan sebuah lembaga legal dengan ruang lingkup jelas teritorial dan penduduk serta pemernitah yang mampu memikul kedaulatan. Misalnya wilayah Indonesia, rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia. Namun demikian kita juga perlu mempertimbangkan secara lebih luas pengertian negara dengan sesuatu yang kolektif dan perilaku politik yang terjadi pada banyak tingkat. Negara adalah suatu badan/organisasi
yang dikendalikan oleh
pemerintah dan di dalamnya dihuni penduduk.43 Negara adalah suatu alat untuk mensejahterakan penduduk. Tiga unsur yang menentukan eksistensi suatu negara: Lembaga, batas dan kemampuan membuat aturan.44 Ketiadaan tiga unsur tersebut mengakibatkan sulitnya negara berhubungan 42
Ibid. Hal. 11 Goldstein, Joshua S. 2005. International Relations. Pearson/Longman. Hal. 10 44 Minix, Dean dan Hawley, Sandra M. 1998. Global Politics. West/Wadsworth: West Publishing, chap. 3.Hal. 77 43
44
dengan negara lain. Lembaga yang dimaksud disini adalah pemerintahan yang sah, kemudian batas adalah wilayah dan kemampuan membuat aturan dalam batas tertentu. Tetapi, agar bisa disebut negara, negara harus memenuhi berbagai syarat, diantaranya memiliki wilayah, memiliki rakyat, pemerintahan yang berdaulat,dan yang paling penting pengakuan dari negara lain. Aktor negara mencakup pemimpin individual maupun organisasi birokrasi
(seperti kementerian luar negeri) yang bertindak atas nama
negara.45
Peranan
negara
dalam
hubungan
internasional
adalah
menetapkan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri sendiri merupakan perpanjangan dari kebijakan dalam negeri. Kebijakan luar negeri inilah yang dijadikan pedoman negara untuk melakukan hubungan dengan negara lain. Biasanya, kebijakan luar negeri tergantung kepada kepentingan dan kekuatan suatu negara dalam dunia internasional. Sebagai tambahan, partisipasi suatu negara dalam urusan internasional sebagai perwakilan dan penjamin rakyat. 46 Berbagai paradigma yang ada menjelaskan aktor-aktor yang berperan
dalam
dunia
internasional.
Paradigma
realis
misalnya
menyatakan bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional
yang
bersifat
rasional
memperhitungkan cost and benefit
45 46
dan
monolith,
jadi
bisa
dari setiap tindakannya demi
Op. Cit. Goldstein. Hal. 10 Opcit. Minix dan Hawley
45
kepentingan keamanan nasional.47 Berbeda dengan realis, paradigma liberalis menyatakan bahwa negara bukan satu-satunya aktor dalam hubungan internasional.48 Terdapat banyak aktor non-negara yang mempunyai pengaruh dan legitimasi yang independen dari negara. Negara boleh jadi aktor yang paling penting dalam hubungan internasional, tetapi mereka sangat tergantung, terbatasi dan dipengaruhi oleh aktor bukan negara.49 Menurut F.Isjwara secara etoimologis kata status dalam bahasa latin klasik adalah suatu istilah yang menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap.50 Sejak Cicero (104 SM-43 M) kata “status” atau “statum” itu lazim diartikan sebagai “standing” atau “station” dan dihubungkan dnegan kedudukan persekutuan hidup manusia sebagaimana diartikan dalam istilah “Status Civitatis” atau “Status Republicae”51. Dan baru pada abad ke-16 dipertalikan dengan kata negara.52 Lanjut menurut F.Isjwara bahwa negara diartikan sebagai kata yang menunjukkan organisasi politik territorial dari bangsa-bangsa. Sejak pengertian ini diberikan sejak itu pula kata negara lazim ditafsirkan dalam berbagai arti. Negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah, umpamanya apabila kata itu dipergunakan dalam pengertian kekuasaan negara, kemauan negara dan sebagainya. Kata negara lazim pula
47
Anak A.B. Perwita dan Yanyan M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal. 27 48 Ibid 49 Op. Cit. Goldstein. Hal. 12 50 F. Isjwara. 1999. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta. Hal. 90 51 J.W. Garner. Political Science and Government. Calcutta: World Press. Hal. 47 52 Ernest Barker. Principles of Social and Political Theory. Oxford: Clarendon Press. hal. 90-91
46
dipersamakan dengan bangsa, dan negara dipergunakan sebagai istilah yang menunjukkan baik keseluruhan maupun bagian-bagian negara federal.53
53
F.Isjwara. Ibid. Hal.92
47
BAB III PERKEMBANGAN MNCs DAN KOREAN WAVE DI INDONESIA A. Multinational Corporation (MNCs) Sejarah lahirnya perusahaan multinasional dimulai sekitar 300 tahun yang lalu, yang ditandai dengan beroperasinya perusahaanperusahaan dagang (trading companies) dari Belanda dan Inggris yang kemudian berkembang menjadi perusahaan-perusahaan Eropa yang melakukan overseas investment, terutama di sektor pertambangan ekstraktif.54 Meskipun jumlahnya tidak merata, namun pada kenyataannya MNCs merambah diberbagai sektor vital. Ada sektor yang tampaknya memang menjadi favorit oleh karena keuntungan yang berlimpah disektor tersebut daripada sektor lainnya yang hanya digeluti lebih sedikit MNCs. Kondisi tersebut nantinya menimbulkan efek-efek yang tidak sama disetiap sektor meskipun efek-efek itu saling terkait dan saling melengkapi serta terkadang sulit untuk dipilah-pilah. Sektor industri khususnya pertambangan merupakan salah satu industri favorit oleh karena prospeknya yang menjanjikan. Salah satu variabel yang biasanya digunakan untuk mengukur kapabilitas MNCs adalah dengan melihat peningkatan total investasi langsung diseluruh dunia telah meningkat empat kali secepat produksi dunia dan tiga kali lebih cepat dari perdagangan dunia. Di tahun 1995, MNCs menginvestasi US $325 miliar diluar negeri. Menurut Perserikatan
54
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/41.htm. Diakses 17 November pukul 07.33 Wita
48
Bangsa-Bangsa (PBB), ada hampir 40.000 MNCs atau hampir tiga kali angka dua puluh lima tahun yang lalu. Secara bersamaan perusahaanperusahaan ini mengasilkan kira-kira sepertiga aset sektor swasta dan gabungan GDP (gross domestic product) mereka ditahun 1993 sebesar US $ 5,5 triliun, yang hampir sama banyak dengan GDP Amerika Serikat.55 Menurut World Investment Report 1993 yang diterbitkan PBB, ada 37.000 perusahaan multinasional yang memiliki 170.000 anak perusahaan di luar negeri. Sebagian besar (90 persen) dari perusahaan-perusahaan multinasional itu berkantor pusat di negara-negara maju. Pada tahun 1992, total modal investasi langsung luar negeri seluruh dunia sebanyak 2 triliun dollar AS. Perusahaan-perusahaan multinasional yang mengontrol modal bertanggungjawab atas penjualan sebesar 5,5 triliun dollar AS diseluruh dunia dan 100 perusahaan multinasional terbesar di dunia menguasai sepertiga dari modal ini.56 Pada tahun 2000, total aset perusahaan afiliasi multinasional diluar negeri tumbuh 19,8 persen hingga mencapai $21,10 triliun. Setahun sebelumnya, UNCTAD melaporkan ada sekitar 60.000 induk perusahaan yang memiliki setegah juta afiliasi di luar negeri, yang menyumbangkan sekitar 25 persen hasil produksi global. Perusahaanperusahaan ini bertanggungjawab atas duapertiga perdagangan di dunia. Tahun 2001, seperti disebutkan Tony Clarke - seorang akademisi dan aktivis asal Canada - 52 dari pemegang kekayaan atau ekonomi dunia
55
John Micklewaith dan Andra Wooldridge.1998. The Witch Doctors, terjemahan Soesanto B., Jakarta: Elex Media Komputindo, hal. 103 56 Kompas. Privatisasi Pelayanan Publik. A. Prasetyantoko, 24 September 2003.
49
adalah MNCs dan sebanyak 70 persen dari perdagangan global dikontrol oleh hanya sekitar 500 perusahaan. Lalu setengah dari seluruh FDI di dunia, sahamnya dimiliki oleh hanya satu persen MNCs.57 Kenyataan membuktikan bahwa MNCs memiliki kemampuan perekonomian yang cukup sebanding dengan negara-negara maju. UNCTAD melaporkan bahwa “seratus perusahaan multinasional terbesar, diukur dari aset mereka diluar negeri, memegang posisi dominan dalam sistem produksi internasional yang baru.”58 Dalam Tabel 1 yang merupakan perbandingan antara kekuatan perekonomian negara-negara dengan kekuatan perekonomian perusahaan-perusahaan multinasional sekitar 29 tahun yang lalu terindikasi secara nyata bahwa MNCs menempati proporsi yang besar dan kuat dalam perekonomian dunia. Daftar urutan 21 negara yang GNP-nya melebihi korporasi Exxon, sebuah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak disektor industri kilang minyak (petroleum refining), merupakan negara terkaya didunia. Tingkat perekonomian Exxon jauh melebihi Belgia, Swedia, dan ratusan negara lainnya. Setelah Exxon, masih terdapat beberapa perusahaan multinasional minyak asal Belanda Royal Dutch Shell
57
Susan George. Republik Pasar Bebas : Menjual Kekuasaan Negara, Demokrasi danCivil Society kepada Kapitalisme Global, terjemahan Esti Sumarah. Jakarta: INFID. Hal. xv. 58 Donald A. Ball, et. al., Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global, terjemahan Syahrizal Noor. 2004. Jakarta: PT. Salemba Emban Patria. Hal: 14.
50
Tabel 1. Perbandingan Perekonomian Nasional dengan Perusahaan – Perusahaan Industri Terbesar Di Dunia Tahun 1983.59 Ranking (1983) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 59
Unit Analisis
Milliar Dollar Amerika Serikat 3.363 Uni Soviet 1.715 Jepang 1.016 Jerman Barat 648 Perancis 542 Inggris 483 Italia 347 China 313 Brazil 295 Kanada 289 Polandia 187 Spanyol 180 Meksiko 168 Jerman Timur 166 Australia 153 Chekoslowakia 147 Rumania 138 Belanda 137 Argentina 130 Saudi Arabia 120 Swiss 96 88 EXXON Belgia 85 Swedia 81 80 Royal Dutch & Shell Afrika Selatan 77 75 General Motors Nigeria 74 Korea Selatan 71 India dan Indonesia 70 Venezuela 69 Austria 67 Hongaria 65 Norwegia 56 55 Mobil Oil Turki & Yugoslavia 54 Taiwan 50
Ranking Unit Analisis Milliar (1983) Dollar 38. Finlandia & British 49 Petroleum 39. Ford 44 40. Aljir 43 41. Columbia, IBM & 40 Texaco 42. Yunani & Filipina 39 43. Thailand 38 44. Bulgaria & Du Post 35 45. Irak 30 46. Kuwait 28 47. Libya, Pakistan, Gulf 27 Oil dan Standard Oil 48. Malaysia, Alantic 25 Richfield, ENI ( Roma) & IRI (Roma) 49. Chili 24 50. Portugal 23 51. Israel 22 52. 20 Shell Oil, Toyota dan Unilever 53. 19 Occidental Petroleum 54. Selandia Baru, 18 Francaise de Petroles dan ElfAquitaine (French) 55. 17 Matsushita Electric dan US Steel 56. 16 Hitachi, Nissan Motors, PEMEX ( Mexico City), PETROBRAS ( Rio de Jenairo), Philips Elctric,dan Volkswagen
Theodore Colombus dan James H. Wolfe . “The World’s Largest Industrial Corporations”, Fortune 110 ( 20 Agustus 1984); dan United States, Central Intelligence Agency, The World Fact Book: 1984 (April 1984). Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Hal 377.
51
(petroleum refining) diposisi 25 dan General Motors (motor vehicle and parts) asal Amerika Serikat di posisi 27. Hal serupa terjadi pada tahun 2000, meski dengan pola ukur yag berbeda yakni Gross Domestic Product (GDP). Saat itu hanya 20 negara yang memiliki produk domestik bruto lebih besar dari penjualan total tahunan Wal-Mart (general merchandiser), perusahaan asal AS dengan penjualan terbesar didunia. Pada tahun 2000 itu juga, jumlah uang yang dibelanjakan di Wal-Mart di seluruh dunia lebih besar daripada jumlah produk domestik bruto beberapa negara seperti Republik Ceko, Aljazair, Peru, dan Pakistan.60 MNCs terbesar didunia hingga saat ini masih dikuasai oleh negara-negara industri yang tergolong negara maju. Berdasarkan data Fortune, 100 MNCs pada tahun 2007 berasal dari Amerika Serikat (34%), Meksiko, Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Britania Swiss, Italia, Belgia, Rusia) dan dari Asia ( Jepang, China, Korea Selatan). Lima dari sepuluh MNCs terbesar didunia berasal dari Amerika Serikat lalu disusul oleh Belanda, Britania, Jepang, Jerman, Perancis yang masing-masing memiliki satu. Meski seringkali menjadi perdebatan, MNCs yang bersifat padat modal dan teknologi, membuka lapangan kerja yang tidak sedikit diseluruh dunia. Ada yang berargumen bahwa yang dirugikan dengan penanaman modal langsung di negara berkembang adalah tenaga kerja home country, oleh karena mereka kehilangan pekerjaan beroperasinya perusahaan asal negara mereka dinegara lain. Namun, argumen bahwa 60
Ibid. Hal: 15
52
tenaga kerja lokal di host country tidak terlalu diuntungkan oleh karena terbatasnya keterampilan yang mereka miliki akan teknologi yang digunakan MNCs, tidak kalah kuat dan pentingnya. Meski demikian, dapat dilihat bahwa MNCs cukup berperan besar dalam penciptaan lahan kerja diseluruh dunia. 1. Karakteristik, Jenis, Serta Tujuan MNC Banyak buku dan penulis memberikan definisi singkat dari MNCs yakni suatu perusahaan yang mengontrol dan mengatur pembentukan proses produksi di minimal dua negara. Hanya saja ada beberapa karakteristik yang ditunjukkan oleh MNCs. Michael J. Carbaugh menyebutkan sedikitnya ada empat karakteristik dari MNCs. Pertama, MNCs disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang beroperasi didua atau lebih negara tujuan (host country) dimana perusahaan induk MNCs tadi berada di negara asal MNCs menjalankan keseluruhan bentuk strategi dunia yang terkoordinasi. Kedua, MNCs seringkali melakukan kegiatan research and development (penelitian dan pengembangan) di negara tujuan. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk menunjang aktivitas MNCs terutama dalam sektor manufaktur, pertambangan, ekplorasi minyak bumi dan aktivitas bisnis jasa lainnya. Ketiga, sifat kegiatan operasional perusahaan tadi adalah lintas batas negara. Keempat, adanya pemindahan modal yang ditandai dengan arus investasi asing langsung (foreign direct investment / FDI) dari daerah-daerah yang sedikit 53
memberikan keuntungan kepada MNCs ke daerah-daerah yang dianggap mampu memberikan kontributsi positif atas keberadaan MNCs. Robert Gilpin megatakan bahwa yag dimaksudkan FDI adalah pendirian anak atau cabang perusahaan asing atau pengambilalihan sebuah perusahaan asing.61 Pendapat yang sama diutarakan oleh Thomas Oatley, dimana Oatley menambahkan bahwa karakteristik dari MNCs adalah adanya sifat MNCs tadi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi negara tujuan atau negara tempat beroperasinya
MNCs.
Spero
dan
Hart
malah
menambahkan
karakteristik MNCs dengan menyebutkan bahwa MNCs biasanya memberikan share kepemilikan fasilitas produksinya (di negara lain) selain kepemilikan tunggal juga apa yang dikenal sebagai joint venture dengan perusahaan swasta maupun publik.62 Meskipun MNCs bersifat padat modal dengan teknologi modern, pada dasarnya MNCs tetap menyadari pentingnya peran sumberdaya manusia dalam pertumbuhan ekonomi, baik kuantitas terlebih kualitas. Secara umum, MNCs memiliki beberapa karakter, karakter yang tampak antara lain: a. Pusat-pusat MNCs umumnya terkonsentrasi di negara-negara industri sebagai negara induk (centre state) yang sebelumnya terpusat di daerah-daerah koloni atau tempat-tempat produk 61
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 212 62 Ibid. Hal. 213
54
primer. Daerah lain yang menjadi lokasi cabang usaha/ investasi justru dapat disebut sebagai daerah pinggiran (periphery). b. Umumnya MNCs mengkonsentrasikan diri pada industri manufaktur
(pengolahan),
khususnya
yang
berhubungan
dengan volume produksi dan teknologi tinggi yang juga semakin beragam bentuknya, dimana teknologi tinggi yang juga semakin beragam bentuknya, dimana sebelumnya adalah pada produk pertambangan dan perkebunan. c. Volume investasi sangat besar daripada nilai sebelumnya yang pernah terjadi sebab adanya keyakinan bahwa stabilitas politik di negara-negara sasaran memberi peluang membesarnya konsentrasi modal yang nantinya akan membuahkan imbal balik yang sangat menguntungkan. d. Adanya kecenderungan untuk mengatur jaringan cabang di luar negeri sebagai bagian integral dari perusahaan induk (integrasi vertikal) yang terjadi disebabkan berkurangnya kendala perdagangan internasional oleh karena banyak pemerintah negara-negara (negara berkembang) mendukung masuknya unsur MNCs dalam pembangunan negara.63
63
Yanuar Ikbar. Op Cit. Hal: 323
55
MNCs dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis atau tipe, tergantung pada objek analisanya. Dunning membedakan bentukbentuk MNCs ke dalam empat kriteria, yaitu: a. Multinational producing enterprise (MPE), yakni perusahaan yang memiliki dan mengontrol berbagai fasilitas produksi lebih dari satu negara. b. Multinational trade enterprise (MTE), yaitu perusahaan yang semata-mata bergerak dalam bidang perdagangan dengan menjual barang yang diproduksi didalam negeri, langsung kepada badan usaha atau orang di negeri lain. c. Multinational internationally owned enterprise (MOE), dan d. Multinational
(Financial)
controlled
enterprise
(MCE),
sebagaimana MOE, MCE diawasi oleh lebih dari satu negara.64 Sebagaimana setiap orang maupun organisasi yang memiliki target atau tujuan dalam menjalankan berbagai daya upayanya, MNCs pun demikian adanya. Sebagai lembaga ekonomi, MNCs takkan bisa lepas dari sifat yang mengarah pada motif ekonomi. Lalu, karena ekonomi dan politik selalu berjala beriringan, maka kekayaan dan kekuasaan pun akan senantiasa melekat padanya. Barnet dan Muller mengemukakan bahwa pada prinsipnya MNCs memiliki sifat serta tujuan-tujuan:
64
John Dunning. 1974. The Multinational Enterprises. George Allen & Unwin, ltd. New Jersey: Routledge. Hal: 420 - 426
56
a. Mencari
keuntungan
sebesar-besarnya,
baik
keunggulan
monopolis maupun keuntungan komparatif dalam rangka mengantisipasi saingan-saingan bisnis mereka diseluruh dunia. b. Memperluas pasar produksinya di seluruh dunia dengan jalan menempatkan pabrik-pabriknya dilokasi pasar terdekat untuk menekan biaya transportasi hasil produk. c. Memperoleh bahan-bahan primer sumber alam dan energi, tenaga kerja secara murah untuk menekan biaya produksi dan kebutuhan industrinya secara teratur dan berkesinambungan.65 Bila tujuan-tujuan berdirinya MNCs dikaitkan dengan ketiga pola hubungan MNCs dengan negara tuan rumah, maka cukup logis bila bentuk hubungan kedua yakni hubungan penolakan, pertentangan, dan konflik kerap terjadi. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, MNCs adalah lembaga ekonomi swasta dengan motif mencari keuntungan sebesar-besarnya, sedangkan negara dan masyarakat tuan rumah meluangkan jalan bagi berdirinya MNCs dengan harapan MNCs dapat mebantu pencapaian tujuan pembangunan. Kedua, MNCs bertujuan memperoleh bahan-bahan primer dengan tenaga kerja murah, sedangkan negara dan masyarakat tuan rumah tentunya menginginkan upah yang lebih tinggi, yang setimpal dengan apa yang diperoleh oleh pihak perusahaan.
65
Yanuar Ikbar. Op.cit. Hal: 324
57
2. Pertumbuhan MNC Adapun alasan - alasan pertumbuhan MNCs sebagai berikut:66 a. Ketersediaan Bahan Baku Banyak
perusahaan
industri,
khususnya
perusahaan
perdagangan, memiliki sedikit pilihan selain berlokasi didekat sumber
bahan
baku.
Tetapi
perusahaan
pribumi
tidak
menghasilkan penanaman modal asing. Jadi, untuk mejelaskan tentang PMA, kita harus menjelaskan tentang mengapa organisasi perusahaan multinasional dapat melakukan sesuatu lebih baik dan lebih murah daripada perusahaan lokal. b. Mengintegrasikan Kegiatan Operasi Ketika terdapat keunggulan untuk integrasi vertikal antara tahap produksi tertentu dengan tahap produksi lainnya yang dapat lebih baik dilakukan dilokasi yang berbeda, terdapat alasan bagus untuk berinvestasi diluar negeri. c. Pengetahuan yang Tidak Dapat Ditransfer Adalah mungkin bagi perusahaan untuk menjual pengetahuan mereka dalam bentuk hak paten dan memberikan lisensi pada produsen asing. Ini meringankan sebuah perusahaan dari kebutuhan untuk melakukan penanaman modal asing. Namun, kadangkala sebuah perusahaan yang memiliki proses produksi atau paten produk dapat menghasilkan laba yang lebih besar denga melakukan produksi asing sendiri. Hal ini karena terdapat 66
Maurice D. Levi. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta: ANDI. Hal: 518
58
beberapa jenis pengetahuan yang tidak dapat dijual dan yang merupakan hasil dari pengalaman bertahun-tahun. d. Menjaga Reputasi Produk yang menghasilkan nama baik atau buruk, dan ini terbawa melintasi batas internasional. Bahkan masyarakat di Rusia,sebagai contoh, mengetahui nama merek jean tertentu. Begitu pula, adalah penting bagi jaringan restoran dan hotel multinasional
untuk
menjaga
kualitas
yang sama
untuk
melindungi reputasi mereka. Kita menemukan bahwa terdapat alasan sah untuk investasi langsung daripada memberikan lisensi dalam bentuk transfer keahlian dalam menjamin terjaganya nama baik. e. Mengeksploitasi Reputasi Penanaman
modal
asing
mungkin
terjadi
untuk
mengeksploitasi daripada melindungi reputasi. Dorongan ini mungkin merupakan kepentingan khusus dalam penanaman modal asing oleh bank, dan PMA ini mengambil bentuk pembukaan
cabang
dan
pendirian
atau
pembelian
anak
perusahaan. Salah satu alasan mengapa perbankan menjadi sebuah industri dengan multinasional hebat adalah bahwa sebuah reputasi internasionalnya dapat menarik deposito, bangsa asing menghubungkan ukuran sebuah bank dengan keamanan. Reputasi juga penting dalam akuntasi, ini sebabnya banyak banyak negara industri besar seperti Amerika Serikat dan Inggris terdorong 59
dalam
negosiasi
perdagangan
global
untuk
liberalisasi
pembatasan terhadap jasa, termasuk akuntansi dan perbankan. Ini juga alasan mengapa sebagian besar negara kurang berkembang menolak liberalisasi ini. f. Perlindungan Kerahasiaan Investasi langsung mungkin lebih suka mendapatkan lisensi dari
perusahaan
asing
untuk
menghasilkan
produk
jika
kerahasiaan penting. Point dikembangkan oleh Erick Spitaler, yang berpendapat bahwa sebuah perusahaan dapat terdorong untuk memilih investasi langsung pada lisensi dengan merasakan bahwa, ketika penerima lisensi akan berjaga-jaga untuk melindungi
hak paten, dia mungkin
kurang berhati-hati
dibandingkan pemilik paten asli. g. Hipotesis Siklus Hidup Periodik Telah dikemukakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan keuntungan didalam negeri akhirnya akan berkurang. Untuk mempertahankan
pertumbuhan
laba,
perusahaan
harus
memperluas diri keluar negeri yang pasarnya belum dipenetrasi dengan baik dan dimana mungkin terdapat persaingan yang kurang
tajam.
Ini
membuat
investasi
langsung
sebagai
konsekuensi alami untuk berada dalam bisnis dalam waktu yang cukup lama dan melakukannya secara baik dalam negeri.
60
h. Ketersediaan Modal Robert Aliber menyatakan bahwa akses kepasar modal dapat menjadi alasan mengapa perusahaan itu sendiri berpindah keluar negeri. Sebuah negeri kecil penerima lisensi tidak memiliki akses yang sama untuk mendapatkan dana yang lebih murah seperti halnya perusahaan besar, dan perusahaan besar juga dapat beroperasi di pasar luar negeri dengan tingkat bunga diskonto yang lebih rendah. Namun, Edward Graham dan Paul Krugman mempertanyakan argumen ini dengan dua dasar. Pertama, meskipun perusahaan multinasional besar memiliki biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah daripada perusahaan kecil, perusahaan-perusahaan asli, bentuk investasi luar negeri tidak berbentuk investasi langsung. Sebaiknya investasi ini berbentuk portofolio. Kedua, sebagian besar penanaman modal asing langsung memiliki dua arah. Pola ini bukanlah sebuah implikasi dari argumen biaya modal yang berbeda. i. PMA Strategis Perusahaan masuk kepasar luar negeri untuk mempertahankan pangsa pasar ketika terancam oleh pemasok potensial dalam negeri atau multinasional dari luar negeri. Dorongan strategis untuk melakukan PMA selalu ada, tetapi
ini mungkin
memberikan kontribusi kepada multinasionalisasi usaha sebagai hasil peningkatan akses ke pasar modal. Dalam hal peningkatan PMA strategis, globalisasi pasar keuangan yang mengurangi 61
halangan masuk mengacu pada biaya tetap yang besar. Akses ke modal yang dibutuhkan berarti perluasan perusahaan dengan kemampuan
untuk
berkembang
ke
pasar
tertentu.
Ini
meningkatkan insentif untuk berpindah dan menikmati keutungan pemindah pertama potensial (potential first-move advantage). j. Faktor Organisasional Pandangan teori organisasi tentang investasi langsung menekankan pada tujuan manajemen secara luas melalui usaha manajemen untuk memindahkan risiko dengan beroperasi dibanyak pasar, mencapai pertumbuhan dalam penjualan dan seterusnya, sebagai penentang terhadap tujuan maksimalisasi laba dalam tujuan ilmu ekonomi tradisional. k. Pengelakan Tarif dan Kuota Alasan lain untuk berproduksi di luar negeri daripada berproduksi didalam negeri dihubungkan dengan tarif impor yang harus dibayar. Apabila kewajiban impor diberlakukan didalam negeri, perusahaan akan berproduksi di pasar luar negeri untuk menghindari kewajiban tersebut. l. Menghindari Regulasi Investasi langsung dilakukan oleh bank untuk menghindari regulasi. Ini juga menjadi dorongan bagi investasi asing oleh perusahaan manufaktur.
62
m. Fleksibilitas Produksi Manifestasi penyimpangan PPP adalah terdapatnya periode ketika biaya produksi di suatu negara rendah karena depriasi riil mata
uangnya.
Perusahaan
multinasional
mungkin
dapat
menetapkan lagi produksi untuk memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan depresiasi riil. Ini tentu saja membutuhkan teknologi yang ditransfer dengan mudah antar negara dan serikat dagang atau pemerintah yang tidak menyebabkan perubahan produksi terlalu sulit. n. Hubungan Simbiosis Beberapa perusahaan mengikuti klien yang melakukan penanaman modal asing. Sebagai contoh, perusahaan besar akuntan AS yang memilki pengetahuan tentang praktek dan kebutuhan khusus perusahaan induk membuka kantor di negaranegara dimana klien mereka membuka cabang. o. Diversifikasi Tidak Langsung Salah satu faktor yang juga memberi sumbangan kepada pertumbuhan MNC adalah kemungkinan bagi MNC untuk secara tidak langsung menyediakan diversifikasi
portofolio bagi
pemegang saham. Jasa ini akan, tentunya, bernilai hanya jika pemegang saham tidak dapat melakukan diversifikasi sendiri. Ini mengisyaratkan keberadaan pasar modal tersegmentasi yang hanya MNC yang dapat menguasainya.
63
3. Motif MNC Ada beberapa alasan (motif) mengapa MNCs melakukan ekspansi melintasi batas-batas negara dan juga melakukan investasi ke daerahdaerah baru. Secara sederhana, motif MNCs dapat dibagi menjadi dua faktor. Pertama adalah faktor permintaan dan kedua adalah faktor biaya. Faktor permintaan biasanya didasarkan dengan adanya tekanan kepada MNCs untuk mendapatkan keuntungan. Tekanan untuk mendapatkan keuntungan membuat MNCs harus mencari daerah-daerah baru yang dianggap mampu memberikan sumber-sumber produksi baru. Hal lain yang terkait faktor permintaan adalah keuntungan akan adanya lokasi yang tepat. Dengan membuka fasilitas produksi diluar negeri, MNCs dapat mengakses informasi yang lebih detil mengenai selera konsumen yang dituju dan juga dapat merespons perubahan pasar tadi. Faktor kedua adalah faktor biaya. Faktor biaya berbicara mengenai bagaimana MNCs tadi menurunkan (menekan) biaya produksi dengan tujuan
memaksimalkan
profit
dan
juga
menjaga
daya
saing
internasional atas produk yang dihasilkan. Dibukanya fasilitas produksi diluar negeri jelas akan mengurangi biaya produksi suatu produk. Mulai dari tersedianya bahan baku mentah untuk produksi sampai dengan tersedianya tenaga kerja dengan upah buruh yang cukup rendah. Dengan dikurangi biaya operasional tadi maka harga jual produk MNCs tadi akan bisa bersaing dipasar domestik atau global.
64
B. Perusahaan Ritel Salah satu sektor industri yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah perkembangan industri berbasis retail. Beberapa tahun terakhir, bisnis ritel di Indonesia telah menjadi fenomena di Asia terutama di negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam perusahaan yang tengah bersaing ketat dalam usaha ritel. Dalam konteks global,usaha ritel merupakan usasha yang menjanjikan dalam pasar industri Indonesia. Dalam laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI) 2011 menilai, kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah faktor di antaranya risiko usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi industri ritel terkini. GRDI menilai pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan tetap cerah dengan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor yang tinggi, penjualan ritel yang stabil dan membaiknya kepercayaan konsumen. GRDI memperkirakan bahan pangan merupakan sektor bisnis yang sangat penting bagi kawasan ini, bahkan bias mencapai dua pertiga dari penjualan ritel. Dalam laporan tersebut, pertumbuhan ritel Indonesia tercepat ketiga setelah Cina dan India. Negeri ini, disebut pertumbuhan dengan underlying yang kuat. Indonesia harus bersyukur dengan underlying ekonominya yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai 235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik dengan pertumbuhan infrasruktur industri ritel yang terus meningkat akan 65
menunjang penjualan ritel bahan pangan. Sektor ritel lain yang bakal tumbuh adalah elektronikan yang dipimpin oleh produk komputer, dan diperkirakan tumbuh 13 persen dalam lima tahun mendatang.67 Peluang pertumbuhan itu makin menjanjikan bila dilihat dari rasio ritel dan populasi penduduk. Hingga kini rasio populasi ritel di Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk termasuk yang paling rendah di Asia Pasifik. Di Indonesia satu juta penduduk baru dilayani oleh 50 peritel termasuk supermarket, hypermarket dan minimarket. Bandingkan dengan Taiwan, di mana setiap penduduk dilayani oleh 400 ritel modern. Jika dilihat secara total nasional rata-rata populasi ritel modern di Jawa masih yang terpadat dibandingkan wilayah lain. Ini semua merupakan peluang yang harus terus digarap, sehingga rasio ritel dan populasi akan menemukan titik keseimbangannya. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis ritel modern dengan format hypermarket, supermarket dan minimarket menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar seperti hypermarket dan department store menjadi tempat yang dapat menarik minat pengunjung. Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke kota-kota kabupaten terutama jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis ritel tumbuh pesat di pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut. 67
Global Retail Expansion. [Online]. http://www.atkearney.com/consumer-products-retail/globalretail-development-index. Diakses pada tanggal 13 November 2012 pukul 23.35.
66
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia.68 Masuknya ritel asing dalam bisnis ini, menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan. Globalisasi juga merupakan faktor utama terciptanya permintaan atau meningkatnya permintaan barang dan jasa ritel. Karena itu, banyak peritel
besar
perkembangan
mengamati yang
perkembangan
berpengaruh
pada
globalisasi kehidupan
khususnya masyarakat.
Infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan tumbuhnya pasar ritel. Bidang hukum dan peraturan juga mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel, baik dalam arti mendorong maupun dalam arti menghambat. Dalam arti mendorong, misalnya peraturan tentang pembuatan atau pembangunan usaha baru yang semakin mudah. Dalam arti menghambat, misalnya peraturan besarnya pajak yang semakin meningkat. Perkembangan dan peluang usaha di bisnis ritel yang sangat besar membuat banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan usaha ritel dan hal ini mengakibatkan pesaingan antar ritel yang terjadi di semua tingkat, mulai dari tingkat perusahaan ritel besar bersaing dengan perusahaan ritel besar lainnya, peritel skala menegah bersaing dengan peritel yang sekelas dengannya, hingga pada tingkat mikro antara sebuah
68
INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER Juni 2011. [Online] http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html Diakses pada tanggal 10 November 2012 pukul 14.25 Wita
67
warung dan warung lainnya. Bukan hanya itu saja, peritel dari suatu kelas tidak hanya bersaing dengan peritel sesama kelasnya tapi juga dengan peritel dari kelas yang berbeda, misalnya suatu supermarket tidak cuma bersaing terhadap supermarket yang lain, tetapi juga terhadap hypermarket atau minimarket yang kebetulan lokasinya tidak berjauhan. Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang Trade Center, Trans Mal, dan pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian, Latimojong, dan lain-lain. Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah, dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk ke Makassar. Pusat ritel atau perbelanjaan makin menjamur seiring pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya masyarakat kelas menengah di Indonesia, termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tren pertumbuhan ritel 68
di Makassar juga dapat dilihat dengan kian ramainya tempat-tempat perbelanjaan ritel, baik skala kecil yang dimainkan pengusaha lokal maupun pemain besar oleh investor asing. Bahkan, sejumlah peritel besar Asia diperkirakan akan masuk ke Makassar.69 C. Lotte Mart Pada 2009 satu lagi ritel asing yaitu Grup Lotte dari Korea Selatan masuk ke Indonesia, dengan mengakuisisi Makro yang sebelumnya dimiliki oleh SHV Holding dari Belanda senilai US$ 223 juta. Setelah diakuisisi kini Makro berubah menjadi LotteMart. Grup Lotte manjalankan bisnis ritel sejak 1979, mengoperasikan lebih dari 90 gerai di berbagai negara diantaranya Cina, Rusia, Vietnam, dan India.70 Lotte Co. Ltd merupakan raksasa makanan terbesar dan grosir terlengkap di Korea Selatan dan Jepang. Lotte didirikan di Tokyo pada bulan Juni 1948, oleh seorang pengusaha Korea, Shin Kyuk-Ho, yang juga dikenal sebagai Takeo Shigemitsu (Shigemitsu Takeo). Pasca perang Korea (1965), normalisasi relasi antar Jepang dan Korea memberi angin segar bagi peluang perluasan Lotte ke Korea, yang ditandai dengan dibentuknya Lotte penganan di Seoul-Korea Selatan, 3 April 1967. Lotte Mart merupakan divisi Lotte Co. Ltd. Dengan aneka penganan yang lazim dijumpai, divisi Lotte Co. Ltd berkembang menjadi layanan belanja yang tak asing lagi di Korea Selatan dan Jepang bahkan hingga merambah ke
69
Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makassar. [Online]. http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ Diakses 24 Desember pukul 14.22 Wita 70 Ibid.
69
beberapa negara Asia lainnya. Berawal dari sebuah bisnis kecil, Lotte Group kini terdiri atas lebih dari 60 unit usaha yang mempekerjakan sekitar 60.000 pegawai dalam berbagai industri. Dari industri manufaktur yang bergerak di bidang penganan (industri permen, fast food hingga minuman), kini Lotte telah diakui baik dalam industri manufaktur dibidang perhotelan, ritel, jasa keuangan, bahan kimia berat, elektronik, IT, konstruksi, penerbitan bahkan industri hiburan.71 Sebagai salah satu usaha milik "Lotte", sang konglomerat dari Korea, cabang pertama Lotte Mart dibuka di Guui-Dong, GangByeon, Seoul, Korea Selatan, 1 April 1998 silam. Selanjutnya, di tahun 2006, Lotte Mart kemudian melebarkan sayapnya pertama kali dan membuka cabang diluar negeri. Sejak saat itu, Lotte Mart semakin menunjukkan eksistensinya hingga berhasil dikenal luas bahkan hingga di Indonesia. Rekapitulasi data sejak tahun 2006 hingga 8 Agustus 2011 mencatat, perusahaan ini telah memiliki 199 cabang, yang meliputi: 92 cabang di Korea, 82 cabang di Cina, 23 cabang di Indonesia serta 2 cabang lainnya ada di Vietnam. Belajar dari pengalaman,
Lotte bukan hanya
memperdagangkan produknya namun juga tak hentinya berinovasi dengan produk-produk yang lazim ditemukan dimana saja. Lotte bukan hanya menjual namun juga menciptakan. Beberapa merek Lotte yang beredar di pasaran meliputi: Herbon, Wiselect, Withone, Basicicon, Tasse Tasse juga Gerard Darel.
71
LOTTE MART Salah Satu Bisnis Retail Yang Terus Berkembang. [Online]. http://cybersulut.com/8943915 Diakses pada tanggal 29 November pukul 00.31 Wita
70
Dalam pengoperasiannya, Lotte Group diawasi oleh keluarga Shin Kyuk-Ho di Korea Selatan dan Jepang, yang dibarengi operasi bisnis tambahan di Cina, Thailand, Indonesia, Vietnam, India, Amerika Serikat, Rusia, Filipina, Pakistan dan Polandia. Pada Juni 2010, Lotte membeli ‘Wedel’, perusahaan permen terbesar di Polandia dari Kraft Food. Sekarang, Lotte telah menjadi produsen permen karet terbesar, di Korea Selatan dan Jepang, dan telah diperhitungkan sebagai salah satu konglomerat terbesar di Korea Selatan. Lotte Mart masuk ke Indonesia dengan dua konsep toko. Pertama, berbentuk hypermarket (di dalam mal) di bawah PT Lotte Mart Indonesia. Kedua, tipe wholesale, merupakan gerai independen di luar mal yang dikelola PT Lotte Shopping Indonesia. Sejauh ini, sudah terdapat delapan hipermarket Lotte Mart yang tersebar di Jabodetabek dan 22 Lotte Mart wholesale di seluruh Indonesia.72
D. Korean Culture Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung 72
http://properti.kompas.com/read/2012/08/13/11313080/Lotte.Mart.Makin.Getol.Buka.Gerai.Baru Diakses pada tanggal 29 November 15.33 Wita
71
peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.73 Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia.74 Hal penunjang kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop menghasilkan pendapatan total hampir US$ 2 miliar.75 Selain itu, menurut statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri musik K-pop telah menghasilkan US$ 794 juta tahun 2011 dan mengalami peningkatan 25% dari US$ 637 juta di tahun 2010 seiring Kpop semakin diminati oleh masyarakat internasional.76 Pada dasarnya, globalisasi budaya Korea tersebut tak bisa dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-nilai budaya Korea ke luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan hallyu atau globalisasi budaya Korea di dunia internasional. Media yang banyak berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea pada mulanya
73
KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/KoreanWave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita. 74 BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita. 75 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. 76 Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html. diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
72
adalah televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Kesuksesan televisi memediasi masuknya budaya Korea ke Indonesia ini tak dipungkiri menimbulkan efek domino ke musik danfilm. Jenis media yang mengantarkan produk-produk budaya Korea ke tangan khalayak Indonesia itu punsemakin beragam, yaitu VCD, DVD, dan yang paling fenomenal, tentu saja, internet. Internet bahkan bisadisebut sebagai media yang paling berpengaruh dalam globalisasi budaya Korea karena tak banyak film danmusik Korea mendapatkan tempat di media mainstream internasional. Hal ini pun berlaku di Indonesia. Meskipun salah satu stasiun televisi Indonesia masih konsisten menayangkan drama-drama Korea yang booming, televisi Indonesia jarang menampilkan musik, film, atau program TV produksi Korea. Tentu saja halini terkait dengan kendala regulasi media nasional mengenai porsi konten asing di televisi dalam negeri. Oleh karena itu, saluran persebaran lain yang paling efektif adalah melalui internet, di mana kontennya dapat dengan bebas dan mudah diakses oleh semua orang di seluruh dunia. Dahsyatnya kekuatan internet dalam penyebaran “Korean Wave” ini terlihat dari ramainya arus informasi mengenai budaya Korea di internet. Situs jejaring sosial Twitter mencatat bahwa sepanjang 2010, Super Junior, grup boyband ternama asal Korea, menempati posisi trending topic kedua dalam hal musik. Super Junior hanya dikalahkan oleh Justin Bieber, penyanyi remaja Amerika yang disebut sebagai raja twitter (Twitter.com, Desember 2010). Di situs YouTube, setiap kali penyanyi Korea merilis teaser dan music video (MV) di YouTube, dalam beberapa 73
hari saja dapat ditonton oleh lebih dari 1 juta orang dan bahkan seringkali menjadi video top favorite, most popular, atau most discussed (YouTube.com, 2010). Sedangkan drama-drama Korea menjadi drama yang paling banyak dibajak dan dijual dalam bentuk kepingan DVD. Belum lagi program-program TV seperti reality show Korea pun banyak digemari oleh masyarakat dunia dan memiliki banyak international fans. Padahal acara-acara tersebut tidak ditayangkan di stasiun televisi terrestrial, kecuali TV kabel dan satelit. Di internet, terdapat kelompok-kelompok yang sukarela mentranslate acara-acara TV Korea ke dalam bahasa Inggris dan mengunduh video tersebut agar dapat diunggah oleh para penggemar acara TV Korea di seluruh dunia (Soompi.com). Hal tersebut menunjukkan bukti bagaimana kuatnya peran internet dalam penyebaran budaya Korea. Di Indonesia sendiri, gegap gempita “Korean Wave” juga lebih bergaung di media internet dibandingkan media tradisional seperti televisi, radio, dan majalah. Arus informasi utama mengenai musik, film, ataupundrama-drama Korea berasal dari internet. Hal yang menarik di Indonesia berkaitan dengan media dan Korean Wave ini adalah banyaknya situs-situs berbasis blog di Indonesia yang menjadi sumber informasiberita tentang budaya popular Korea. Tercatat ada sekitar puluhan situs dan blog di Indonesia yang rutin memuat informasi dan berita mengenai dunia hiburan Korea. Di antara situs-situs tersebut, yang paling aktif meng-update berita dan memiliki pengunjung paling banyak adalah situs Asian Fans Club 74
(asianfansclub.wordpress.com) dan yang lebih menarik, situs tersebut kebanyakan bersifat non-komersial dan independen karena aktivitas menulis author di dalamnya bersifat voluntary. Budaya korea melalui korean wave ini kemudian dimanfaatkan oleh ratusan perusahaan berbagai macam bisnis. Demam korea telah merajalela diseluruh dunia termasuk didalamnya adalah Indonesia, hal ini kemudian merupakan peluang besar untuk melakukan bisnis yang berkaitan dengan budaya korea. Salah satunya adalah perusahaan ritel seperti Lotte Mart. Saat ini Lotte Mart merupakan perusahaan ritel Korea pertama yang masuk di Indonesia. Di tahun 2011, KOTRA (Korean Trade - Investment Promotion Agency) memilih Lotte sebagai contoh perusahaan ritel yang sukses beroperasi di Indonesia. Laporan itu berjudul “Business Hallyu (the Korean wave Ed.) Status and Strategy in Southeast Asia” menyataka bahwa sejak gelombang demam budaya Korea di Indonesia menyebar, konsumen lokal sangat tertarik untuk dengan gaya hidup Korea bahkan kebiasaan berbelanja pun termasuk. Berdasarkan hal ini, Lotte Mart mampu meraih citra merek terfavorit dan sukses beroperasi di pasar Indonesia.77
77
TEMPO. Korean Wave. [Online] http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=article&id=34609: the-korean-wave. Diakses pada tanggal 11 September 2012 pukul 19.47 Wita
75
BAB IV PENGARUH BRAND IMAGE HOME COUNTRY LOTTE MART TENTANG KOREAN PRODUCT TERHADAP MASYARAKAT MAKASSAR
A. Faktor Pendorong Hadirnya Lotte Mart di Makassar. Kebutuhan manusia begitu beragam. Kebutuhan primer, sekunder dan tersier membuat kita mencari tempat yang menyediakan kebutuhan kita tersebut. Dimulai dengan tempat bertransaksi secara angsung atau menggunakan media elektronik. Untuk memenuhi kebutuhan populasi lebih dari 200 juta penduduk, retail industri dihadiri oleh berbagai macam toko atau pasar. Secara tradisional, masyarakat Indonesia memulai bertransaksi dengan melakukan barter antara masyarakat, hal ini dilakukan pada pasar tradisional. Kemudian Indonesia menggunakan uang dalam bertransaksi. Pasar tradsional merupakan objek tujuan untuk mencari kebutuhan rumah tangga. Perkembangan bisnis ritel untuk pasar modern pun mengalami perkembangan setiap tahunnya. Baik dari usaha yang dimulai dengan dana sendiri (standalone), hingga menggunakan waralaba (franchise). Hal ini terjadi karena potensi dari bisnis pasar modern ini pun sangat menguntungkan. Hingga pada akhirnya keberadaan pasar modern merubah budaya belanja masyarakat. Di era globalisasi MNCs memainkan peran penting dalam perekonomian. Dalam menjalankan operasinya, MNCs bertindak dengan menghindari setiap kemungkinan resiko yang ada. Dalam kacamata MNCs, resiko dilihat dari berbagai perubahan yang mungkin terjadi di
76
negara penerima yang dapat mempengaruhi operasi, tujuan, dan profit perusahaan. Dengan memperhitungkan berbagai resiko yang mungkin terjadi,
sebuah
perusahaan
kemudian
memutuskan
apakah
yang
bersangkutan bersedia menanamkan investasi dalam suatu negara. Beberapa jenis resiko yang menjadi pertimbangan utama MNCs adalah kondisi politik domestik suatu negara, kondisi infrastruktur di negara penerima, kondisi birokrasi suatu negara, dan banyak tidaknya kebijakan yang menghambat munculnya kewirausahaan di negara penerima. Untuk meningkatkan masuknya investasi, suatu negara haruslah memiliki kebijakan atau memenuhi kondisi-kondisi yang dapat meminimalkan resiko-resiko tersebut karena MNCs hanya akan masuk ke dalam suatu negara bila situasi dan kondisi negara itu menunjang untuk pengembangan usaha. Setelah mengalami pertumbuhan yang lamban sebesar 5% pada tahun 2009 lalu, Economist Intelligent Unit (EIU) mengukur bahwa tahun 2010 sektor ritel tumbuh sebesar 10% dan sampai dengan 2015 diprediksi sektor ritel akan tumbuh sebesar 12 – 15%.78 Konsumen yang selama ini terbiasa dengan adanya pasar tradisional sebagai pusat kegiatan akan segera beralih dengan adanya pusat perbelanjaan dan hypermarket yang menawarkan kenyamanan dan juga hiburan. Sejak tahun 1998, perusahaan penanaman modal asing (PMA) telah diizinkan untuk membuka kegiatan
78
http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html Diakses pada tanggal 27 Desember 2013 pukul 22.45 Wita.
77
usahanya di sektor ritel dimana terlihat pada saat itu PMA Perancis yaitu Carrefour masuk ke Indonesia kemudian diikuti oleh LotteMart Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis ritel modern dengan format hypermarket, supermarket dan minimarket menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar seperti hypermarket dan department store menjadi tempat yang dapat menarik minat pengunjung. Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke kota-kota kabupaten terutama jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis ritel tumbuh pesat di pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut. Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam bisnis ini, menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan.79 Saat ini Carrefour telah memiliki 64 outlet hypermarket. Peritel asing lainnya yang kemudian bergabung adalah Lotte Mart dari Korea Selatan, dan Sogo dari Jepang yang bergerak di format Department Store. Keberadaan peritel asing ini kemudian berdampingan dengan peritel lokal yang sudah berdiri seperti Matahari yang merupakan peritel terbesar dilihat dari market valuenya, Indomarco Prismatama dan Hero Supermarket. Format hypermarket menjadi semakin populer sejak diperkenalkan pada tahun 2003. Saat ini 79
Ibid
78
format hypermarket telah membukukan 40% dari penjualan sektor ritel di Indonesia. Dalam format ini, Carrefour memperoleh pangsa pasar tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 40%. Perubahan gaya hidup masyarakat dan juga kombinasi kenyamanan dan murahnya harga produk yang dijual menyebabkan format ini cocok bagi konsumen Indonesia. 80 Meskipun pertumbuhan ritel modern cukup pesat,
namun
masyarakat Indonesia masih membutuhkan keberadaan pasar tradisional. Tercatat 60% dari total pengeluaran untuk sektor ritel mengalir ke pasar tradisional karena fasilitas ritel modern masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Namun demikian dalam beberapa periode ke depan seiring dengan rencana ekspansi pengembang dan peritel modern ke luar Jawa, peran pasar tradisional diperkirakan akan menurun. Lotte Mart yang masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi Makro Indonesia pada tahun 2008 merencanakan untuk membukan 30 hypermarket sampai dengan tahun 2015. Mini market dan convenience store juga tidak ketinggalan dengan memiliki rencana yang cukup ambisius untuk berkontribusi pada perkembangan ritel modern.81 Pada tahun 2015 diperkirakan penjualan di sektor ritel akan meningkat sampai dengan US$ 513 miliar. Peningkatan ini didorong oleh kemajuan di sektor perbankan. Untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat, peritel bekerjasama dengan bank menawarkan program loyalitas pelanggan dalam bentuk kartu keanggotaan sekaligus kartu 80
Membangun Bisnis Ritel. [Online]. http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=84883 Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 21.53 Wita 81 Ibid
79
kredit. Sebagai contoh, Carrefour melakukan kerjasama dengan Bank Mega sementara Hypermart melakukan kerjasama dengan Bank Mandiri, sedangkan Lotte Mart bekerja sama dengan BNI. Para pemegang kartu kredit ditawarkan berbagai program diantaranya mulai dari diskon reguler sampai dengan program pembiayaan untuk pembelian dalam nilai besar seperti elektronik dan perkakas. Program ini mendorong tumbuhnya kredit konsumsi yang selaras dengan pertumbuhan penetrasi kartu kredit sebesar 4,5% (Bank Indonesia). Kenyamanan penggunaan kartu kredit tersebut akan mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat di ritel modern.82 Bisnis ritel telah menjadi bisnis global dan Indonesia tidak terhindarkan dari serbuan ritel asing. Dengan kekuatan yang besar dari segi keuangan, manajemen, maupun jaringannya ritel modern raksasa masuk ke Indonesia. Maka terjadi perubahan peta bisnis yang cukup signifikan dalam lima
terakhir akibat jatuh bangunnya bisnis ritel.
Serbuan ritel modern di Indonesia bukan kali ini terjadi, setiap dekade muncul format baru ritel modern yang menggeser ritel tradisional. Penyebaran supermarket yang gencar di awal tahun 1990-an mulai mempersempit ruang gerak pasar dan ritel tradisionil. Pada waktu itu diberbagai kawasan pemukiman di Jabotabek dan kota besar lainnya di P. Jawa supermarket mulai menjamur. Memasuki pertengahan tahun 1990’an supermarket mulai mendapat saingan dari hypermarket dengan munculnya Makro (sekarang bernama Lotte Mart). Format pasar modern 82
http://bangka.tribunnews.com/2011/01/27/bni-dan-lotte-mart-kerjasama-terbitkan-kartu-kredit/ Diakses pada tanggal 5 Desember 20 57 Wita
80
yang ditawarkan oleh Lotte Mart berbeda dengan supermarket terutama dari luas dan produk yang ditawarkan,sedangkan dari segi pelayanan format hypermarket sangat berbeda dengan supermarket karena pada Lotte Mart pelayanan dibuat seminim mungkin untuk mengejar harga yang murah. Lotte Mart menargetkan membuka 100 toko di Indonesia hingga 2018. Saat ini, jumlah toko Lotte Mart di Indonesia baru 24 unit. Rencana tersebut merupakan bagian dari tujuan utama peretail asal Korea Selatan yang akan meningkatkan jumlah tokonya sebanyak 1.000 unit pada tujuh tahun mendatang. Jadi, selain di Indonesia, pada 2018, Lotte Mart berharap bisa mencapai 300 toko di Korea Selatan. Sementara itu, mereka juga berharap jumlah toko di Cina mencapai 500 unit, 30 toko di Vietnam, dan 70 toko di India. Peretail asal Korea Selatan itu berharap penjualan di luar Korea mencapai US$ 25 miliar pada tahun tersebut. Sementara penjualan untuk seluruh Lotte Mart pada 2018 diharapkan US$ 50 miliar dengan keuntungan operasional US$ 3,1 miliar. Sampai akhir tahun ini, Lotte Mart menargetkan akan membuka 223 toko di Korea, Cina, Indonesia, Vietnam, dan India. Terdiri dari 99 toko di Korea dan 124 toko di luar Korea. Penghasilan yang diperoleh dari toko di Korea saja mencapai US$ 7 miliar pada 2011. Kontribusi pendapatan dari toko di luar Korea diperkirakan mencapai US$ 3 miliar. Dari Indonesia saja, penjualan ditargetkan mencapai US$ 14 juta.83
83
Lotte Mart Targetkan Buka 100 Toko di Indonesia. [Online]. http://www.tempo.com/lottemarttargetkan-buka-100-toko-di-indonesia Diakses 9 Januari 2013 pukul 21.15 Wita.
81
Lotte selama beroperasi mulai tahun 2008 telah mengalami penambahan jumlah barang yang dijual menjadi 16 ribu jenis. Padahal waktu pertama kali hanya ada 11 ribu jenis barang. Pengunjung pusat grosir ini juga tercatat naik dari 1.200 orang per hari menjadi 1.300 orang per hari. Di tahun ini, perseroan menargetkan akan membangun 4 gerai lagi. Tiga di antaranya berlokasi di Jakarta. Sementara sisanya akan dibangun di salah satu kota besar di Indonesia.84 Bagi Lotte Mart, Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang akan menjadi fokus bisnisnya. Tiga negara lainnya adalah China, Vietnam, dan India. Sampai saat ini memang penjualan masih kurang, tapi Lotte Mart akan meningkatkan penjualan produk Indonesia.85 PT Lotte Shopping Indonesia, pengelola gerai ritel dan grosir Lotte Mart, mencatatkan penjualan Rp 5,31 triliun sepanjang kuartal I 2011, naik 9% dibanding kuartal I 2010 yang sebesar Rp 4,87 triliun. Direksi perusahaan menilai faktor yang mendorong peningkatan tersebut adalah kerja sama kartu kredit yang dibuat Januari 2011 antara Lotte dengan salah satu bank milik pemerintah. Setiap hari penjualan grosir di 19 gerai mencapai Rp 3 miliar, sementara penjualan ritel mencapai Rp 700 juta yang dilayani oleh tiga unit gerai yang dikelola perseroan.86
84
LOTTE Mart Bidik Omset US$ 660 Juta. [Online]. http://www.tempo.com/view/1041799/lottemart-bidik-omset-us-660-juta Diakses pada tanggal 10 Januari pukul 00.04 Wita 85 Lotte Mart Akan Buka 100 Toko di Indonesia. [Online]. http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/08/13/11313080/lotte-mart-akanbuka-100-toko-di-Indonesia Diakses pada tanggal 9 Januari pukul 21.35 Wita. 86 http://www.antaranews.com/berita/1316765130/lotte-mart-korea. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 12.56 Wita
82
Pada tahun 1990-an, Lotte siap untuk melompat ke depan sebagai sebuah super grup yang terbaik dari abad ke-21, berdasarkan kompetensi di inti daerah strategis. Hal ini mempertahankan posisi Nomor 1 di distribusi, pariwisata, dan sektor makanan dan membangun landasan bagi korporasi global dengan manajemen dan investasi yang agresif. Mata rantai Lotte Hotel dan Lotte Shopping diperluas secara nasional dan bisnis-bisnis baru diluncurkan. Mereka memperluas pasar ke Jepang, China,
negara-negara
Asia
Timur
lain,
dan
Amerika
Serikat,
meningkatkan pemasaran global yang efektif untuk makanan dan minuman, perdagangan, dan bisnis pariwisata. Lotte Data Communication dan Lotte.Com didirikan untuk menciptakan model bisnis bertekhnologi tinggi. Korea Seven, Lotte Logistics, dan Lotte Fresh Delica didirikan untuk menciptakan sistem logistik makanan yang baru dan aman. Bahkan setelah awal dari krisis keuangan Asia tahun 1997, Lotte tidak berhenti berkembang didasarkan pada daya saing dalam inti bisnis strategis dan struktur keuangan yang kokoh. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bisnis di mana dapat
lebih unggul dan memusatkan semua upaya
kompetitif perusahaan sektor tersebut.87 Sewaktu Korea masih dalam masa pemulihan dari Perang Korea, Lotte, pada 1960-an, mulai membangun dirinya sebagai pelopor bisnis. Sejak tahun-tahun awal tersebut, Lotte Group telah tumbuh menjadi entitas bisnis kelas satu yang kompetitif, tangguh dalam sektor makanan,
87
LotteMart. [Online]. http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=greetingfrom-ceo. Diakses pada tanggl 12 Desember 2012 pukul 23.20 Wita.
83
ritel, pariwisata, konstruksi dan kimia berat. Tak satupun yang puas begitu saja, Lotte telah mulai menerapkan rencana untuk industri tekhnologi tinggi, berbasis di struktur keuangan yang solid, sistem manajemen yang inovatif, dan investasi yang kuat. Pada saat yang sama, Lotte juga tumbuh sebagai bisnis kelas dunia dengan kehadirannya sekarang di China dan Rusia. Tetapi pada intinya, Lotte menyadari pentingnya menempatkan prioritas pada nilai-nilai pemegang saham, dengan berusaha untuk memaksimalkan laba melalui manajemen yang bertanggung jawab, kegiatan operasional yang menguntungkan, dan respon kreatif terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis.88 Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang Trade Center, Trans Mal, dan pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian, dan Latimojong. Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah, dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan
88
Ibid
84
birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk ke Makassar. Dari data mengenai penaikan omset dari Lotte Mart dan pertumbuhan perusahaan ritel yang cukup menjanjikan di Makassar maka Lotte Mart tentu saja tidak akan membuang kesempatan untuk mulai mengekspansi perusahaannya ke Makassar. Apalagi Lotte Mart memang telah menargetkan untuk membuka usaha ritelnya di berbagai daerah di Indonesia dan salah satu kota besar di Indonesia adalah Makassar. “Makassar telah berkembang menjadi kota besar dan memilki banyak potensi untuk dibangunnya pusat-pusat perbelanjaan seperti LotteMart”, kata salah satu supervisor LotteMart ketika diwawancarai.89 Ada tiga faktor yang mendorong usaha ritel Lotte Mart di Makassar berhasil, antara lain sebagai berikut. 1.
Lokasi Usaha Lokasi usaha ritel Lotte Mart di Makassar adalah di Jalan Boulevard tepat di dalam Mall Panakukang, salah satu Mall besar di Makassar. a.
Terlihat Lokasi yang dipilih oleh Lotte Mart merupakan lokasi yang strategis karena mudah didapatkan dan sangat terlihat ketika melewati daerah tersebut. Salah satu pelanggan berkomentar bahwa LotteMart didalam Mall Panakukang sangat menguntungkan karena MP (Mall
89
Yulianti (Supervisor LotteMart). Wawancara, tanggal 22 Februari 2013).
85
Panakukang) ini adalah pusat perbelanjaan yang paling ramai di Makassar karena lokasinya yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat setempat.90 b.
Lalu lintas yang padat Lokasi Jalan Boulevard merupakan lokasi dengan lalu lintas padat bahkan tak jarang terjadi kemacetan sekitar area tersebut. Lalu lintas yang padat ini cukup dikeluhkan oleh beberapa pengunjung LotteMart.91
c.
Fasilitas umum Lokasi Lotte Mart dekat dengan fasilitas umum seperti terminal angkutan umum, pasar, atau stasiun kereta. Fasilitas umum tersebut bisa menjadi pendorong bagi sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk kemudian berbelanja di toko ritel. “Saya biasa ke Mall Panakukang naik pete-pete (angkutan kota) dan lebih dekat dari rumah saya dibanding mall-mall lainnya” kata Indah yang sering berkunjung ke LotteMart Panakukang.92
d.
Akses Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi. Akses
yang
baik
haruslah
memudahkan
calon
pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel. Jenis-jenis hambatan akses bisa berupa perubahan arus 90
Silvia Paramita, wawancara tanggal 20 Februari 2013. Endah Trisna Ayu, wawancara, tanggal 2 Maret 2013 92 Indah Lestari, wawancara, tanggal 21 Februari 2013 91
86
lalu lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan. Lokasi di Jalan Boulevard ini cukup mudah untuk diakses angkutan umum, salah satunya angkutan kota berkode E. Biasanya para pengunjung Mall Panakukang yang tidak memiliki kendaraan menggunakan angkutan kota tersebut.93 e.
Infrastruktur Infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan suatu usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet, dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi suatu toko ritel. Pengunjung Mall Panakukang sangat banyak apalagi dihari-hari libur, hal itu disebabkan oleh infrastruktur Mall Panakukang yang cukup nyaman untuk dinikmati para pengunjungnya.94
f.
Potensi pasar yang tersedia Pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari pelanggan. Lokasi Jalan Boulevard ini dekat dengan beberapa kompleks perumahan, jadi seringkali banyak konsumen yang merasa mudah untuk mengakses Lotte Mart. Beberapa mahasiswa yang tinggal
93 94
Op.Cit. Endah Trisna Ayu. Ibid
87
di sekitar Jalan Pettarani memilih berbelanja di LotteMart yang berada di dalam Mall Panakukang karena tempat tersebut dekat dengan tempat tinggal mereka.95 Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat memiliki
dampak
jangka
panjang.
Peritel
harus
mempertimbangkan biaya yang sudah dikeluarkan ketika menjalankan usaha ritel seperti pemasangan listrik, jaringan sistem komputer, dan dekorasi bangunan. Memindahkan bisnis ke lokasi yang baru yang dinilai akan lebih menguntungkan juga bukan hal yang mudah karena harus mempertimbangkan barbagai hal, seperti luas ruangan yang dibutuhkan, dekorasi ruangan, perizinan, dan lain sebagainya.
2.
Harga yang tepat Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa dibeli/dikonsumsi
pelanggan
sehari-hari.
Oleh
karena
itu,
pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya. 95
Febi, wawancara 2 Maret 2013
88
Lotte Mart merupakan hypermarket yang menjual hampir semua kebutuhan sehari-hari kita. Semua yang anda butuhkan bisa anda dapatkan hanya dengan mengunjungi satu tempat itu. Selain itu, Lotte Mart sering melakukan promosi-promosi harga murah yang menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Kata pelanggan mereka sering melihat promosi-promosi harga murah di LotteMart dan tentu saja sebagai konsumen hal itu akan sangat menarik.96
Gambar 1. Produk Made in Korea
Sumber : Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan harga makanan ringan asal Korea yang dijual dengan harga yang lumayan terjangkau bagi pengunjung LotteMart.
96
Ibid
89
Gambar 2. Promosi Produk
Sumber: Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan pamflet promosi harga barang-barang di LotteMart sebagai salah satu strategi LotteMart menarik pelanggan.
3.
Suasana toko Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cahaya toko. Ada dua hal yang perlu di
perhatikan
untuk
menciptakan
suasana
toko
yang
menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko. a. Eksterior
toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik
yang bisa dilihat dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko berperan dalam mengounikasikan informasi tentang apa yang ada didalam gedung, serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko. Ketika melihat 90
Lotte Mart dari sejak pintu masuk maka kesan pertama yang timbul adalah toko ini merupakan toko yang besar dan luas serta sangat menarik perhatian. Melihat dari luar saja membuat rasa penasaran muncul untuk masuk dan berbelanja didalam. “Saya sering menemani pacar saya berbelanja dan ketika LotteMart pertama kali buka di Mall Panakukang, saya menyarankan pacar saya untuk berbelanja disana karena sejak melihat dari depan saja, LotteMart membuat penasaran ingin melihat apa yang ada didalamnya,” kata salah seorang pelanggan setia LotteMart.97 b. Interior toko, meliputi estetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir, serta perlengkapan lainnya. Lotte Mart identik dengan warna merah menyala di setiap sudutnya. Penempatan barang dan desain toko menimbulkan kesan mewah. Serta akses ke kasir yang banyak cukup membuat nyaman para pelanggan sehingga tidak perlu mengantri terlalu lama. “Saya senang berlama-lama seperti berekreasi didalam LotteMart karena suasananya yang menyenangkan dan selain belanja bisa sekalian cuci
97
Brahma Kasim, wawancara 22 Februari 2013
91
mata melihat barang-barang yang unik di LotteMart,” kata salah seorang pengunjung LotteMart.98 Pelanggan menangkap eksterior toko dengan baik, maka ia akan termotivasi untuk memasuki toko. Ketika pelanggan sudah memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan cermat. Apabila pelanggan memiliki persepsi / anggapan yang baik tentang suatu toko, maka ia akan senang dan betah berlama-lama didalam toko. Petugas LotteMart sendiri mengakui bahwa pihak LotteMart sengaja membuat suasana LotteMart senyaman mungkin agar konsumen bisa sekalian rekreasi atau cuci mata didalamnya, siapa tahu mereka jadi tertarik untuk membeli barang – barang yang ditawarkan.99 Gambar 3. Interior Lotte Mart
Sumber: Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan interior LotteMart yang rapi dan menarik.
98 99
Ibid Op. Cit. Yulianti
92
Selain eksterior dan interior toko, faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan Lotte Mart adalah pramuniaga. Pramuniaga
menentukan
puas
tidaknya
pelanggan
setelah
berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga yang berkualitas sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga Lotte Mart mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat. Pihak LotteMart memang telah mewanti-wanti semua petugasnya agar bersikap ramah dan melayani semua kebutuhan pelanggan. Petugas-petugas LotteMart dituntut untuk selalu tersenyum pada pelanggan. 100
B. Strategi Lotte Mart Dalam Membangun Brand Image Home Country Terhadap Masyarakat di Makassar. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun 1980-an seiring dengan mulai dikembangkannya perekonomian Indonesia. 101
Hal ini timbul sebagai akibat dari pertumbuhan yang terjadi pada
masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan timbulnya permintaan terhadap supermarket dan departement store di wilayah perkotaan. Tren inilah yang diperkirakan akan berlanjut dimasa-masa yang akan datang. Hal lain mendorong perkembangan ritel di Indonesia adalah perubahan 100 101
Ibid http://swa.co.id/tag/asosiasi-pengusaha-ritel-indonesia-aprindo Diakses pada tanggal 15 Januari 2013 pukul 21.24 Wita.
93
gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan belanja saja namun juga sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan. Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang mewakili Korea diberbagai bidang seperti distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini perusahaan ini sedang berkembang menjadi perusahaan global yang memperkaya kehidupan orang-orang diseluruh dunia. Dengan brand image LotteMart tentu menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari konsumen tentang brand image Lotte Mart karena Lotte Mart merupakan hypermart asal korea yang tergolong baru bagi masyarakat. Dengan brand Lotte Mart, Lotte Mart wholesaler harus menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi minat konsumen dalam berbelanja. Seperti memberikan layanan yang lebih tinggi bagi kenyamanan pelanggan. Konsumen juga memiliki bemacam-macam motivasi atau alasan untuk berbelanja, itu dikarenakan
konsumen
melakukannya
sebagai
suatu
hal
yang
menyenangkan seperti, membelanjakan uang, menikmati suasana toko, mengamati penawaran-penawaran toko serta mendapatkan informasi dari pramuniaga mengenai sebuah produk. Konsep Lotte Mart menggunakan harga rendah, biaya rendah, melayani diri sendiri, belanja secara tunai. Menjual berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan. Terbuka untuk konsumen dan institusi yang telah terdaftar, lapangan parkir yang luas. 94
Hal tersebutlah yang kemudian dimanfaatkan oleh Lotte Mart untuk mengembangkan brand image home country-nya. Lotte Mart menciptakan budaya konsumsi yang mewah untuk dinikmati masyarakat Indonesia, khususnya Makassar seperti budaya konsumsi di Korea asal Lotte Mart. Strategi Lotte Mart dalam membangun brand image home country adalah salah satunya dengan memasang iklan. Mulai dari promosi, fasilitas yang memberikan kenyamanan kepada konsumen, distribution center sendiri, sampai pemberian diskon besar besaran terhadap suatu barang. Bahkan, masyarakat banyak menilai pergi ke Lotte Mart bukan hanya bertujuan untuk melakukan transaksi jual beli melainkan sebagai ajang rekreasi keluarga. Sehingga realitas ini memunculkan pola yang baru kepada masyarakat dalam hal berbelanja. Namun pihak Lotte Mart Makassar tidak terlalu mengkhususkan promosi produk Korea. Mereka hanya memasang bagian produk internasional, dibagian itulah akan terlihat stan - stan produk Korea khususnya makanan yang banyak menarik pelanggan. Gambar 4. Stan Produk Korea
Sumber: Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan stan khusus produk Korea didalam LotteMart. 95
Tidak tepat jika periklanan hanya ditujukan untuk mempengaruhi penjualan, sebab banyak variabel yang mempengaruhi penjualan, termasuk iklan itu sendiri. Pendekatan yang lebih tepat adalah apabila tujuan periklanan diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli produk, yaitu mengubah pelanggan dari tidak tahu menjadi memahami, mengambil sikap, lalu membeli. Oleh karena itu, pemasar harus menentukan tahap mana yang perlu digarap lewat iklan. Tujuan periklanan adalah untuk membujuk konsumen melakukan sesuatu (mempersuasi, membujuk pelanggan mencoba produk atau jasa yang dijalankan). Usaha Lotte Mart untuk menarik pelanggan melalui lima cara, antara lain102 : a. Memberikan suplai / pasokan barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau tanpa penundaan. Lotte Mart berlokasi didekat komplekskompleks perumahan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu lama. b. Memudahkan konsumen / pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta
jasa
yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan 102
Yulianti (LotteMart Supervisor). Wawancara, tanggal 23 Desember 2012
96
kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman. Meskipun banyak masyarakat awam yang tidak tahu bahwa Lotte Mart berasal dari Korea, namun para pecinta K-Pop tentu merasa senang berbelanja di Lotte Mart yang cukup berbau Korea dan mereka bisa menemukan produk-produk Korea dengan harga yang cukup terjangkau. “Meskipun harganya sedikit mahal tapi nyaman karena semua kebutuhan ada disana, lalu yg unik di dalam ada foodcourt
pastry-nya
juga
enak,”
kata
pengunjung
LotteMart.103 d. Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk. Promosi produk-produk Korea pun cukup banyak ditemukan di Lotte Mart. Berdasarkan wawancara dari salah satu supervisor LotteMart, LotteMart
103
Nori Palayukan, wawancara 18 Februari 2013.
97
memang menjual hampir seluruh barang-barang kebutuhan sehari-hari masyarakat pada umumnya.104
Melihat dari logo Lotte Mart bisa dikenali bahwa logo Lotte Mart berwarna yang sama dengan bendera Korea Selatan. Selain itu, ketika memasuki Lotte Mart kita juga disuguhi oleh jingle Lotte Mart yang berbahasa Korea. Selain Jingle LotteMart, kadang-kadang terputar lagu-lagu berbahsa korea yang sedang booming di pasaran. “Sudah beberapa kali saya masuk ke LotteMart dan sedang terputar lagu-lagu Korea yang laku dipasaran. Saya juga pernah mendengar lagu tema LotteMart berbahasa Korea. Saya bisa langsung tahu itu lagu tema LotteMart karena saya mendengan kata-kata LotteMart di refrain lagu tersebut, saya sangat penasaran sampai mencarinya di Google, sayang saya tidak bisa menemukan link untuk mendownload lagu tersebut,” kata mahasiswi salah satu pelanggan setia LotteMart dan juga penggemar K-Pop.105 Gambar 5. Logo Lotte Mart
Sumber: Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan logo LotteMart sebagai bentuk promosi brand LotteMart. 104 105
Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012) Diani, (wawancara, tanggal 22 Februari 2013)
98
C. Pengaruh Lotte Mart Terhadap Brand Image Home Country di Makassar Diabad 21 ini fenomena MNCs sudah banyak kita bisa jumpai dimana-mana, bahkan sebenarnya kehadiran MNCs ini sudah ada beratusratus tahun yang lalu, semisal di Indonesia adanya VOC, suatu perusahana multinasional yang berasal dari Belanda sudah beroperasi ratusan tahun di Indonesia dan sejumlah Negara lainnya. Ketika melihat performa sebuah MNCs dalam suatu negara penerima, sering terlihat bahwa dalam praktiknya
MNC
seringkali
memiliki
ikatan
yang
kuat
pada
negara/pemerintah asalnya (home country). Ikatan yang kuat ini lantas membuat MNC seringkali, dalam tindakannya, cenderung mewujudkan kepentingan nasional negara asalnya, sekaligus berperan sebagai alat diplomasi negara asalnya. MNCs merupakan unit yang tersentralisasi, MNCs jugalah didominasi oleh perusahaan induk yang berlokasi di negara penerima. Kebijakan yang dikeluarkan perusahaan juga seringkali disesuaikan dengan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri asal negara MNCs tersebut. Adanya ikatan yang kuat antara MNCs dengan negara asalnya inilah yang membuat berbagai kebijakan MNCs seringkali menguntungkan negara asalnya. MNCs seringkali memproduksi produk-produk tertentu dimana pembeli utama dari produk tersebut adalah negara asalnya dengan harga relatif rendah.106
106
Muhittin Ataman, The Impact of Non-State Actors to World Politic: A Challenge to NationStates. http://www.alternativejournals.net/volume2/number1/ataman2.htm.
99
Kecenderungan MNCs membuat perusahaan yang berhasil dan memiliki
bermacam-macam
keunggulan
kompetitif,
jadi
mereka
membawa hal-hal positif didasarkan kepada apa yang dibawanya kenegara tujuan (host country) seperti membawa teknologi, produk yang dihasilkannya, capital financial, dan teknik management canggih yang tidak dimiliki oleh negara-negara host country. MNC ini bisa mendorong pertumbuhan perusahaan atau UKM (Usaha Kecil Menengah) yang lebih kecil di host country semisal ketika ada MNCs yang bergerak dibidang produksi mobil maka secara langsung perusahaan tersebut membutuhkan pasokan baja, karet untuk memproduksi ban mobilnya, dengan begitu mereka akan membeli kebutuhan tersebut ke negara host country, perdagangan
semakin
bergairah,
artinya
dilain
sisi
MNCs
ini
menghidupkan perusahaan atau UKM dengan dibelinya produk yang dihasilkan oleh mereka, manfaat lainnya adalah perekrutan buruh yang dilakukan secara massal oleh MNCs dan juga perusahaan kecil yang menjual produk terhadap MNCs itu turut serta mengurangi pengangguran di host country. Manfaat-manfaat tersebut terkadang mepunyai permasalahan yang cukup kompleks apabila kurangnya pemantaunya dai berbagai hal semisal, pemantauan pembayaran pajak dan minimnya upah yang diberi, sangat diupayakan juga peran pemerintah biar tidak terjadi zero zum, dimana hanya satu pihak yang diuntungkan, assistensi pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan dan terbukti adanya MNCs ini sangat dibutuhkan sebagai motor penggerak perekonomian house country, terbukti dari upaya 100
tiap negara untuk merangsang agar MNCs ini menginvestasikan atau membangun pabrik di negaranya. Dilihat dari aspek persaingan semata maka kita akan memperoleh fakta bahwa kehadiran ritel modern sangat sesuai dengan prinsip-prinsip universal persaingan usaha yang sehat, dimana kehadiran mereka telah menyebabkan terciptanya beberapa nilai positif yakni hadirnya alternatif tempat belanja yang sesuai dengan tuntutan konsumen (nyaman dan mudah), harga yang cenderung bergerak turun (sebagian dihasilkan oleh efisiensi distribusi), kualitas barang semakin beragam dan sebagainya. Kehadiran pasar modern dengan market power yang sangat besar, berbasiskan kapital, mampu menggerus setiap lawan termasuk pasar tradisional. Kita bisa melihat dari posisi Carefour saat ini. Berbagai strategi bisnis yang dikembangkannya untuk menopang brand image sebagai ritel penyedia barang dengan harga termurah di Indonesa, selalu menjadi trend dalam pengelolaannya di Indonesia. Dalam berbagai hal harus diakui bahwa Carrefour telah berkembang menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia termasuk Lotte Mart yang mulai merambah Indonesia. Keseriusan Lotte terlihat dengan menyewa seluruh area mal di Ciputra World Jakarta seluas 130.000 m2 selama 20 tahun dan investasi sebesar US$ 27 juta untuk tahun pertama. Meningkatnya pertumbuhan ritel di Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendorong dibukanya Lotte Department Store. Sebelumnya, Lotte Department Store telah dibuka di Moskow (Rusia), Beijing, Tianjin (China), dan Ho Chi Minh (Vietnam). 101
Ekspansi bisnis di luar Korea merupakan salah satu upaya Lotte Department Store untuk masuk dalam jajaran 5 department store terbesar di dunia pada tahun 2018. Lotte Department Store merupakan retailer terbesar di Korea yang berada dibawah manajemen Lotte Group, grup konglomerat kelima terbesar di Korea. Pada tahun 2010, Lotte Group membukukan penjualan sebesar US$ 55,3 miliar dan Lotte Department Store memberikan kontribusi sebesar US$ 10 miliar. 107 Lotte Department Store juga dinobatkan sebagai perusahaan ritel nomor satu di Asia pada tahun 2010 dan masuk dalam jajaran 6 department store terbesar dunia tahun 2011 versi Forbes 2000.108 Sedangkan di Makassar sendiri, Lotte Mart mulai diresmikan tanggal 26 Juni 2011. Sebenarnya masyarakat telah mengenal Lotte Wholesale setelah mengganti nama pusat grosir Makro di Jalan Sultan Hasanuddin. Inti bisnisnya tetap pada usaha grosir seperti yang dilakukan Makro sebelum akhirnya diakuisisi Lotte dua tahun lalu109. Masuknya Lotte Mart hypermarket ke Makassar tentu saja merupakan hal yang menggembirakan bagi para penggemar K-Pop. Pengaruh Korea melalui Lotte Mart memang tidak bisa dipisahkan dari Korean Wave yang belakangan ini sangat menggemparkan Asia termasuk Indonesia. Pihak Lotte Mart di Makassar sendiri merasa bahwa promosi yang mereka lakukan itu pun sudah cukup karena masyarakat
107
Asing Di Tanah Retail Indonesia. [Online]. http://www.lintas.me/article/wartaekonomi.co.id/asing-di-tanah-retail-indonesia/1 Diakses tanggal 5 Desember 2012 pukul 20.06 Wita 108 Ibid 109 Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012)
102
disekitar secara otomatis akan berbelanja di Lotte Mart tanpa perlu adanya promosi besar-besaran mengenai produk Korea yang mereka tawarkan.110 Para penggemar K-Pop khususnya di Makassar (Komunitas Makassar Korean Lovers) mengakui sendiri bahwa sejak ada Lotte Mart mereka lebih memilih berbelanja di Lotte Mart. Barang-barang Korea yang ada di LotteMart sekitar 18% dari keseluruhan barang di LotteMart.111 Salah satu anggota komunitas penggemar Korea Makassar berkata bahwa dia mengetahui kalau Korea berasal dari Korea berdasarkan iklan, film dan barang-barang yang dijual di Lottemart.112 Produk yang paling banyak di beli oleh para penggemar Korea tersebut adalah produk makanan. Memang di beberapa drama Korea sering menunjukkan berbagai macam kuliner khas Korea dan mereka tentu saja senang bisa mendapatkan kuliner Korea tanpa perlu langsung terbang ke Korea. “Saya senang membeli ramyeon di Lottemart, saya sangat penasaran dengan makanan-makanan Korea yang biasa disajikan di drama-drama Korea. Maka dari itu, ketika melihat ramyeon dijual di LotteMart saya sangat senang dan akhirnya sering membelinya,” kata pelanggan LotteMart.113 Secara otomatis Lotte Mart tentu memberikan dampak bagi masyarakat Makassar untuk merasakan hidup ala masyarakat Korea, meskipun hal itu tidak lepas dari faktor K-Pop lainnya. Bahkan salah satu konsumen berkomentar “Lotte Mart tidak hanya menjual produk Indonesia tapi juga memiliki corner international brands dan pada umumnya 110
ibid Ibid 112 Nori Palayukan, M. Ridha Anugrah L.,Nur Awaliah, (wawancara, tanggal 18 Februari 2013 113 Harni Nur Auliah Sari, (wawancara, tanggal 21 Februari 2013) 111
103
mayoritas korean brand. Makanan brand korea hanya bisa didapatkan di Lotte Mart. Ramyeon, Choco Pie, Peppero, minuman soda (Cider-Sprite ala Korea), adalah
makanan atau cemilan korean brand yang bisa
didapatkan di Lotte Mart. tidak terdapat di Carrefour, Hypermart, dan Hero.”114 Selain konsumen tersebut, dari hasil wawancara dengan beberapa anggota Makassar Korean Lover, diketahui bahwa para penggemar Korea memang senang berbelanja di stan-stan Korea yang ada di LotteMart. Mereka berkata bahwa “terlihat dari produk-produk yang dijual di LotteMart seperti bahan-bahan masakan Korea. Selain itu juga ada foodcourt pastry di LotteMart tempat dijualnya ramyeon yang langsung bisa disantap ditempat.”
115
“Saya melihat ada stan khusus
makanan Korea di tempat khusus stan internasional di dalam LotteMart, cukup menarik perhatian,” kata salah seorang pengunjung LotteMart.116 Gambar 6. Produk Made in Korea
Sumber: Koleksi Pribadi Gambar diatas menunjukkan barang-barang atau makanan (ramyeun) yang berasal dari Korea.
114
Ayu Riska Wahyudiya, (Wawancara, 3 Januari 2013) http://facebook/groups/makassarkoreanlover 116 Quddus Rahman Fattah, wawancara 21 Februari 2013. 115
104
Pada tahun 2011 Korean Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) memilih Lotte sebagai contoh pasar ritel yang sukses di Indonesia. Laporan yang berjudul "Bisnis Hallyu (The Korean Wave) Status and Strategy in South East Asia" menyatakan bahwa, "Karena gelombang budaya pop Korea baru-baru ini di Indonesia, konsumen lokal yang tertarik dengan gaya hidup Korea dan kebiasaan belanja.117 Berdasarkan hal ini, Lotte Mart mampu untuk mendapatkan citra merek yang menguntungkan dan mendarat sukses di pasar Indonesia. Faktor kunci keberhasilan adalah bersih dan mewah belanja mereka interior seperti di Korea. Pemasaran perlu memahami kecemasan dan keinginan pelanggan, bukan hanya apa yang mereka butuhkan dan inginkan. K-Pop adalah keinginan generasi muda Indonesia saat ini Korea cerdas dalam mengendarai gelombang K-Pop.
117
The Korean Wave. [Online]. http://asiaviews.org/business/8-on-business/34609-the-koreanwave?tmpl=component&print=1&page= Diakses pada tanggal 20 November 2012 pukul 23.44 Wita
105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor Pendorong Hadirnya Lotte Mart di Makassar Bagi Lotte Mart, Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang akan menjadi fokus bisnisnya. Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang Trade Center, Trans Mal, dan pusatpusat perdagangan yang terdapat di kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian, Latimojong, dan lain-lain. Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah, dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk ke Makassar. Lotte Mart saat ini sangat berkembang pesat, bisa dilihat dari banyaknya pengunjung Lotte Mart setiap harinya. Tentu saja banyak faktor
106
yang mendukung perkembangan tersebut, seperti format hypermarket yang kini digandrungi masyarakat karena menjual hampir semua barang kebutuhan sehari-hari dalam satu tempat, kemudian peraturan-peraturan pemerintah juga tidak banyak memberatkan perusahaan-perusahaan ritel yang masuk di Makasar. Selain itu, tentu Lotte Mart juga memiliki usahausaha tersendiri untuk menarik konsumennya sebagai salah satu tolak ukur perkembangan Lotte Mart, seperti misalnya menentukan lokasi yang tepat, harga yang terjangkau serta interior toko yang sangat menarik pelanggan. 2. Strategi Lotte Mart Dalam Membangun Brand Image Home Country Terhadap Masyarakat di Makassar Tentu saja tujuan yang paling penting dari promosi Lotte Mart adalah bagaimana ritel tersebut mencirikan negara asal perusahaan ritel tersebut. Hal ini bisa dillihat dari logo Lotte Mart ataupun barang-barang yang ditawarkan Lotte Mart. Lotte Mart menawarkan barang-barang dari Korea yang tidak bisa didapatkan di swalayan lain, selain itu harganya yang murah menarik pelanggan yang sangat ingin merasakan Korean Lifestyle mengingat saat ini K-Pop sangat diminati oleh masyarakat Indonesia, khususnya Makassar. Tembakan konsumen Lotte Mart memang juga menarik pelanggan dari kalangan bawah dan mudah diakses.
107
3. Pengaruh Brand Image Home Country yang Dilakukan Oleh Lotte Mart di Makassar Lotte Mart mampu untuk mendapatkan citra merek yang menguntungkan dan mendarat sukses di pasar Indonesia. Faktor kunci keberhasilan adalah bersih dan mewah belanja mereka interior seperti di Korea. Pemasaran perlu memahami kecemasan dan keinginan pelanggan, bukan hanya apa yang mereka butuhkan dan inginkan. K-Pop adalah keinginan generasi muda Indonesia saat ini Korea cerdas dalam mengendarai gelombang K-Pop dan salah satu kendaraannya adalah Lotte Mart. Secara otomatis Lotte Mart tentu memberikan dampak bagi masyarakat Makassar untuk merasakan hidup ala masyarakat Korea, ,meskipun hal itu tidak lepas dari faktor K-Pop lainnya. Meskipun dampak tersebut tidak terlalu siginifikan karena LotteMart hanya sebagai salah satu faktor pendukung penyebaran budaya K-Pop di Indonesia.
B. Saran Dalam meningkatkan citra home country, Lotte Mart sebaiknya mempunyai cara yang unik dan menarik untuk memberikan pesona pada pelanggannya. Saat ini di Lotte Mart hanya punya corner International Brand, sebaiknya Lotte Mart memulai untuk mengkhususkan Korean Corner sebagai bentuk pencitraan Korea. Hal ini tentu akan lebih menarik pelanggan yang tertarik untuk mengenal Korea. Pemerintah Korea tentu seharusnya bisa mengambil kesempatan seperti ini untuk lebih banyak bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan MNC asal negaranya untuk mengenalkan budaya 108
khasnya disamping strategi-strategi lain yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea seperti yang telah banyak kita lihat dan rasakan saat ini. Tentu saja selain memperkenalkan budaya, keuntungan dalam hal materi juga akan meningkat bila bisa dilakukan secara intensif. Melihat keberhasilan Korea yang sangat pesat tentu saja Indonesia bisa menerapkan hal yang sama dalam memperkenalkan identitas Indonesia sendiri. Indonesia bisa memulai memperkenalkan produk-produk lokal Indonesia di luar Indonesia agar Indonesia bisa dikenal secara luas mengingat bahwa banyak pula turis asing yang penasaran dengan budaya lokal Indonesia. Indonesia sebaiknya juga pintar-pintar dalam mengambil kesempatan seperti yang dilakukan oleh Korea.
109
DAFTAR PUSTAKA BUKU Azwar,Saefuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Balaam, David N. 1996. Introduction to International Political Economy. Jersey; Prentice Hall. Ball, Donald A., et. al. 2004. Bisnis Internasional: Tantangan Persaingann Global, terjemahan Syahrizal Noor. Jakarta: PT Salemba Emban Patria. Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. Coplin, William D. dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Edelman Spero, Joan. 1985. The Politics of International Economic Relations. NJ: Princeton University Press. Dunning, John. 1974. The Multinational Enterprises. George Allen & Unwin, ltd. New Jersey: Routledge. George, Susan. Republik Pasar Bebas : Menjual Kekuasaan Negara, Demokrasi danCivil Society kepada Kapitalisme Global, terjemahan Esti Sumarah. Jakarta: INFID. Giddens, Anthony. 2001. Runaway World. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gilpin, Robert. 1987. The Political Economy of Internasional Relations. NJ: Princeton University Press. Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. Hermawan, Yulius P. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hogan. 2005 Employees and Image: Bringing Brand Image To Life. The 2nd Annual Strategic Public Relation Conference. Chicago: Lippincot Mercer Ikbar, Yanuar. 2002. Ekonomi Politik Internasional: Studi Pengenalan Umum. Jatinangor: PT Universitas Padjadjaran.
110
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kartajaya, Hermawan. 2004. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung : CV. Alfabeta. Keller, K.L. 2003. Strategic Brand Management: intl ed. Building, Measuring and Managing Brand Equity 2nd ed. New Jersey: Pearson Education. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: PT. Prenhallindo. Kusumohamidjo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta: ANDI. Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. May Rudy, T. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan MasalahMasalah Global. Bandung: PT Refika Aditama. May Rudi, T. 1992. Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa Grup. Micklewaith, John & Andra Wooldridge.1998. The Witch Doctors, terjemahan Soesanto B., Jakarta: Elex Media Komputindo. Miller, Lynn H. 2006. Agenda Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mowen, John C. 1995. Consumer Behaviour 4th ed. Jersey: Prentice Hall. Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Noble. 1999. Development in Marketing Science. Vol. 22, 1 -5, Corall Gables. Florida: Academy of Marketing Science. Nye, Joseph S. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya.
111
Priyono, B. Herry. 2003. Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Jakarta: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia). Sepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumami, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Sumantoro. 1987. Kegiatan Perusahaan Multinasional: Problema Politik, Hukum, dan Ekonomi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: PT. Gramedia Press. Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Waters, Malcolm. 1995. Globalization. London: Routledge. Winaro, Budi. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.
JURNAL Charles & Albert Michalet. 1994. Transnasional Corporations ( Transnational corporationand the changing international economic system). United Nations: Volume 3, number 1. C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Keller, Kevin Lane (1993), Conceptualizing, Measuring, and Managing Costumer – Based Brand Equity, Journal of Marketing, Vol. 57, No. 1, pp. 1 – 22 Morgan, R.P. (2000). ‘A Consumer-Oriented Framework of Brand Equity’, International Journal of Market Research, 42, 65 – 78. Muhittin Ataman, The Impact of Non-State Actors to World Politic: A Challenge toNation-States. http://www.alternativejournals.net/volume2/number1/ataman2.htm .
ARTIKEL Prasetyantoko, A. Privatisasi Pelayanan Publik. Kompas, 24 September 2003. 112
KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI PERSONAL Ayu Riska Wahyudia, ( Wawancara, tanggal 3 Januari 2013) Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012 dan 23 Februari 2013) Harni Nur Auliah Sari, (Wawancara, 21 Februari 2013) Quddus Rahman Fattah, (Wawancara, tanggal 21 Februari 2013) Nori Palayukan, (Wawancara tanggal 18 Februari 2013) M. Ridha Anugrah L., (Wawancara tanggal 18 Februari 2013) Nur Awaliah, (Wawancara tanggal 18 Februari 2013) Diani, (Wawancara tanggal 22 Februari 201) Brahma Kasim, (Wawancara 22 Februari 2013) Silvia Paramita, (Wawancara tanggal 20 Februari 2013) Indah Lestari, (Wawancara, tanggal 21 Februari 2013) Rifai Anwar, (Wawancara, tanggal 18 22 Februari 2013) Arwinda Andiani Asmal, (Wawancara, tanggal 22 Februari 2013) Endah Trisna Ayu, (Wawancara, tanggal 2 Maret 2013) Febi, (Wawancara, tanggal 2 Maret 2013)
SITUS Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran. [Online] http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/05/membangun-brand-image-produk.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul 14.56 Wita Sigit. 2010. Berita Pasar Modal (Laba Bersih Hero Supermarket Naik 78%). [Online]. http://www.businessreview.co.id/berita-pasar-modal 232.html?page=rubrik_read&id=232&add=kom. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2012 pukul 22.15 Wita
113
Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 11 September pukul 22.13 Wita. TEMPO. Korean Wave. [Online] http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=artic le&id=34609:the-korean-wave . Diakses pada tanggal 11 September 2012 pukul 19.47 Wita Seputar Indonesia. Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makssar. [Online]. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ Diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pukul 23.15 Wita. Azka Nabila Islami. 2011. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sophie Martin Pada Mahasiswa Lembaga Pendidikan Politeknik MBP Medan. [Online]. http://www.academia.edu/1147849/Pengaruh_Citra_Merek_Brand_Im age_Terhadap_Keputusan_Pembelian_Produk_Sophie_Martin_Pada_ Mahasiswa_Lembaga_Pendidikan_Politeknik_MBP_Medan . Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 13.55 Wita. Global Retail Expansion. [Online]. http://www.atkearney.com/consumerproducts-retail/global-retail-development-index. Diakses pada tanggal 13 November 2012 pukul 23.35. INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER Juni 2011. [Online] http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html.Diakses pada tanggal 10 November 2012 pukul 14.25 Wita Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makassar. [Online]. http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ . Diakses 24 Desember pukul 14.22 Wita. LOTTE MART Salah Satu Bisnis Retail Yang Terus Berkembang. [Online]. http://cybersulut.com/8943915 Diakses pada tanggal 29 November pukul 00.31 Wita LotteMart Makin Getol Buka Gerai Baru. [Online]. http://properti.kompas.com/read/2012/08/13/11313080/Lotte.Mart.Ma kin.Getol.Buka.Gerai.Baru. Diakses pada tanggal 29 November 15.33 Wita KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/CurrentAffairs/Korean-Wave?affairId=209 . Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
114
BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/worldasia-pacific-15289563 . Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita. VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/20060107610 03.html . Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/20120207008 92.html . diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita. Membangun Bisnis Ritel. [Online]. http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=84883 Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 21.53 Wita Asing Di Tanah Retail Indonesia. [Online]. http://www.lintas.me/article/wartaekonomi.co.id/asing-di-tanah-retailindonesia/1 Diakses tanggal 5 Desember 2012 pukul 20.06 Wita LOTTE MART. [Online]. http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=aboutlotte-group diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 23.40 Wita Lotte Perkuat Jaringan Ritel di Makassar. [Online]. http://www.fajar.co.id/read20110623020134-lotte-perkuat-jaringan-ritel-di-makassar diakses pada tanggal 10 November 2012 pukul 23.55 Wita http://bangka.tribunnews.com/2011/01/27/bni-dan-lotte-mart-kerjasama-terbitkankartu-kredit/ Diakses pada tanggal 5 Desember 20 57 Wita http://www.carrefour.co.id/. Diakses pada tanggal 11 september 2012 pukul 21.35 Wita http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00358-MN%20Bab%202.pdf. Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 14.05 Wita http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/41.htm. Diakses 17 November pukul 07.33 Wita
115