BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Denpasar sebagai ibukota propinsi merupakan kawasan yang menjadi
pusat kegiatan masyarakat baik dalam hal ekonomi, pendidikan, politik dan sebagainya. Oleh sebab itu Kota Denpasar menjadi tujuan bagi masyarakat untuk mengadu nasib mencari penghasilan. Kondisi ini semakin lama membuat Kota Denpasar mengalami kejenuhan dengan segala perkembangannya. Seiring pesatnya perkembangan ekonomi, keberadaan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat juga berkembang. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi sangat penting keberadaannya dalam kehidupan masyarakat khususnya di kota besar seperti Denpasar. Pasar khususnya pasar tradisional menjadi tempat bertransaksi antara penjual dan pembeli. Keberadaan pasar di ibukota propinsi akan menjadi pusat kegiatan perekonomian karena para pedagang ataupun pembeli yang bertransaksi berasal dari berbagai wilayah. Pasar Badung yang merupakan pasar terbesar di Denpasar tentunya menjadi pusat kegiatan ekonomi. Pasar Badung merupakan pasar tradisional yang sudah sejak jaman kerajaan dan masih tetap eksis hingga saat ini. Pasar Badung terletak di Kecamatan Denpasar Barat, tepatnya di Jalan Gajah Mada Denpasar dan dipisahkan oleh Sungai Badung dengan Pasar Kumbasari. Pasar ini memiliki luas tanah 6230 M² dengan luas bangunan 8016 M² dengan jumlah pedagang 1
1
2
2023 (PD. Pasar Kota Denpasar, 2008). Dari letaknya yang sangat strategis dan merupakan pasar terlengkap di Kota Denpasar mengakibatkan padatnya kegiatan ekonomi yang berlangsung dan juga berdampak pada kondisi lalu lintas dan perparkiran yang semakin padat. Bertambahnya aktivitas-aktivitas lain seperti pedagang bermobil yang secara signifikan mengurangi kapasitas kantong parkir yang ada di areal Pasar Badung maupun Pasar Kumbasari. Keadaan ini kemudian diperparah dengan makin padatnya kawasan pusat kota, khususnya di sepanjang Jalan Gajah Mada. Adanya upaya Pemerintah Kota untuk menghidupkan kembali kawasan Jalan Gajah Mada dapat dikatakan berhasil mengangkat kembali kawasan ini sebagai kawasan pusat kota. Upaya pemerintah dalam menanggulangi berkurangnya kantong-kantong parkir akibat pertambahan volume pedagang di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari serta hilangnya kantong-kantong parkir di Jalan Gajah Mada akibat adanya penataan, disikapi dengan merencanakan suatu sentral parkir yang terpadu. Sentral parkir disini dimaksudkan sebagai suatu areal parkir luas yang dapat mewadahi parkir kendaraan pada suatu lokasi dan sebagian kawasan di sekitarnya. Keberadaan sentral parkir mutlak diperlukan di kota-kota besar. Di Jakarta sangat banyak terdapat bangunan yang didirikan khusus sebagai areal parkir. Di Bali terdapat sentral parkir di Jalan Imam Bonjol yang diperuntukkan sebagai parkir terpadu kawasan Kuta. Sesuai dengan program dari Pemerintah Kota yang diteruskan oleh Dinas Pekerjaan Umum, maka ditetapkan bahwa perencanaan sentral parkir yang akan dibangun adalah di areal Pasar Badung (Detail Engineering Design Perencanaan
3
Gedung Parkir Bertingkat di Pasar Badung, 2007). Areal pertama yaitu di pelataran depan Pasar Badung dan areal kedua adalah di pojok selatan Pasar Kumbasari, tepatnya di areal Pasar Payuk. Untuk tahap pertama telah dikerjakan sentral parkir di areal Pasar Payuk pada tahun anggaran 2008, sedangkan untuk tahap kedua akan dikerjakan sentral parkir basement di pelataran utara Pasar Badung yang menurut rencana akan dianggarkan pada Tahun 2010 (DED Pembangunan Gedung Sentral Parkir di Pelataran Pasar Badung, 2010). Keberadaan sentral parkir di Pasar Payuk yang telah rampung dikerjakan pada akhir tahun 2008 dirasakan belum cukup untuk menjawab tantangan akan perlunya sebuah sentral parkir yang representatif. Maka dari itu realisasi pembangunan sentral parkir basement di Pasar Badung cukup mendesak untuk dilaksanakan. Hal ini mengingat kapasitas kendaraan yang mampu ditampung di parkir Pasar Payuk hanya 50 mobil, sehingga dibutuhkan sentral parkir yang memiliki daya tampung lebih besar. Pada parkir basement yang direncanakan di pelataran Pasar Badung akan menampung 140 mobil yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya sentral parkir. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dilihat bahwa pengadaan suatu kantong parkir atau sentral parkir di areal pelataran Pasar Badung cukup mendesak untuk dilaksanakan, mengingat volume kendaraan yang ada dan masih kurangnya daya tampung dari sentral parkir yang sudah ada. Pembangunan
sentral
parkir
yang
telah
dikerjakan
khususnya
Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Payuk banyak menemui kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kendala utama diantaranya adalah sulitnya pengaturan
4
dan relokasi pedagang selama pelaksanaan pekerjaan, sulitnya akses masuk ke areal proyek dan juga keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh kontraktor. Kendala-kendala seperti di atas yang harus dipertimbangkan untuk dapat meminimalkan timbulnya risiko dan ketidakpastian dalam pembangunan sentral parkir tahap selanjutnya. Risiko-risiko dapat timbul pada setiap tahapan konstruksi baik pada saat perencanaan, pelaksanaan maupun pada saat operasional dan dapat berupa risiko bagi pihak owner, perencana, pelaksana ataupun masyarakat pengguna. Untuk dapat meminimalkan risiko yang terjadi diperlukan adanya identifikasi, analisis dan mitigasi terhadap kemungkinan risiko yang akan terjadi. Manajemen risiko dapat diartikan sebagai suatu pendekatan mengenai risiko dan ketidakpastian dengan melakukan suatu identifikasi, analisis dan mitigasi sebagai dasar tindakan untuk meminimalkan dampak dari risiko tersebut penelitian-penelitian mengenai analisis risiko baik secara kualitatif dan kuantitatif sudah banyak dilakukan, diantaranya Analisis Risiko pada Pembangunan Pusat Pemerintahan
Kabupaten
Badung
(Sudiatmika,
2010)
yang
berhasil
mengidentifikasi 98 (sembilan puluh delapan) risiko dengan 23 risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk) dan 1 (satu) risiko yang termasuk kategori tidak dapat diterima (unacceptable) yaitu perubahan lahan persawahan (kawasan
hijau)
menjadi
lahan
perumahan/komersial
di
sekitar
Pusat
Pemerintahan Kabupaten Badung. Penelitian lain adalah Manajemen Risiko pada Investasi Hotel Bintang Tiga di Bali (Kristinayanti, 2005) dengan identifikasi sebanyak 40 (empat puluh) risiko dengan 10 risiko yang termasuk kategori tidak dapat diterima (unacceptable) dan risiko yang menjadi perhatian adalah
5
environmental risk yaitu masalah sosial (lingkungan sekitar) seperti peraturan desa adat setempat (awig-awig dan kontribusi) dan tekanan dari masyarakat setempat. Demikian juga halnya dengan pembangunan sentral parkir ini perlu dipertimbangkan juga mengenai risiko-risiko yang akan ditimbulkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan operasionalnya. Pada pembangunan sentral parkir ini banyak terdapat risiko karena merupakan sarana publik yang sangat vital dan cukup rawan konflik karena bersinggungan dengan aktivitas lain dalam hal ini akivitas perdagangan serta mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pelaksanaannya karena terletak di tengah-tengah areal pasar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah
pada penelitian ini adalah: 1.
Risiko-risiko apa saja yang teridentifikasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional pada proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung?
2.
Risiko-risiko apa saja yang termasuk kategori dominan (major risk) Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung?
3.
Bagaimana mengelola atau melakukan mitigasi risiko yang ada untuk meminimalkan hal-hal negatif yang mungkin akan terjadi?
4.
Siapakah yang bertanggung jawab terhadap risiko yang terjadi (ownership of risk)?
6
1.3
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui risiko-risiko apa saja yang teridentifikasi dan
melakukan penilaian (assessment) risiko pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. 2. Untuk menentukan risiko-risiko yang dominan (major risk) pada
Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. 3. Melakukan pengelolaan (mitigasi) risiko pada Pembangunan Sentral
Parkir di Pasar Badung. 4. Mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap risiko-risiko yang
terjadi (ownership of risk).
1.4 1
Manfaat Penelitian Memberikan identifikasi dan penilaian (assessment) risiko-risiko yang terjadi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
2
Memberikan informasi mengenai risiko-risiko yang dominan (major risk) dan kepemilikan risiko (ownership of risk) pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
3
Dapat memberikan masukan kepada penentu kebijakan untuk melakukan tindakan yang diperlukan terkait risiko-risiko yang dapat memberikan dampak negatif pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
4
Dapat memberikan suatu kajian ilmiah serta dapat menjadi pedoman dan bahan untuk penelitian selanjutnya.
7
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1.5
Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah hanya terbatas pada penelitian yang bersifat kualitatif yaitu: 1.
Penelitian dilakukan pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar
Badung. 2.
Analisis risiko yang dilakukan terbatas pada tahap identifikasi
risiko (risk identification), melakukan penilaian risiko (risk assessment) dan penanganan risiko (risk mitigation) pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Risiko Berbagai definisi dapat diberikan mengenai risiko, namun secara
sederhana artinya senantiasa berkaitan dengan
kemungkinan akan terjadinya
akibat buruk atau akibat yang merugikan. Tidak ada metode apapun yang bisa menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali dapat dihindarkan, kecuali jika kegiatan yang mengandung risiko tidak dilakukan (Darmawi, 2000). Ada beberapa definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan (1978) sebagai berikut: 1. Risk is the chance of loss. (risiko adalah peluang terjadinya kerugian). Risiko
dengan
pengertian
di
atas,
biasanya
dipergunakan
untuk
menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu peluang terhadap kerugian atau suatu kemungkinan terjadinya kerugian. 2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). 3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Secara umum risiko dapat berarti peluang timbulnya kerugian (probability of loss), kesempatan timbulnya kerugian (chance of loss) atau sesuatu yang tidak pasti (unlcertainty), penyimpangan dari hasil yang diharapkan (the dispersion of actual from expected result).
9
Pada umumnya orang sering mempersamakan pengertian risiko, hazard dan peril. Namun ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud kajian istilahistilah tersebut harus dibedakan dengan tegas. Peril adalah suatu peristiwa yang 8 dapat menimbulkan suatu kerugian atau penyebab langsung kerugian. Sedangkan Hazard adalah keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril. Dengan kata lain hazard dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Tipe-tipe hazard diantaranya adalah (Darmawi, 2000): 1. Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun memperbesar terjadinya suatu kerugian. 2. Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang bersangkutan yang terkait dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril atau kerugian. 3. Morale Hazard. Meskipun pada dasarnya setiap orang tidak mnginginkan terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa dirinya telah memperoleh jaminan dengan baik, seringkali menimbulkan kecerobohan yang memperbesar terjadinya suatu kerugian. 4. Legal
Hazard,
seringkali
perundang-undangan
yang
berdasarkan bertujuan
peraturan-peraturan
melindungi
masyarakat
ataupun justru
10
diabaikan atau kurang diperhatikan sehingga memperbesar terjadinya suatu peril.
Berdasarkan definisi-definisi risiko di atas dapat diambil kesimpulan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga, dengan kata lain kemungkinan itu akibat adanya ketidakpastian dimana ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko yang bersumber dari berbagai aktivitas.
2.2
Tinjauan Umum Tentang Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya. Strateginya mulai dari mengidentifikasi risiko, mengukur dan menentukan besarnya risiko, kemudian mencari jalan bagaimana menangani risiko tersebut (Darmawi, 2000). Untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap risiko-risiko, Flanagan dan Norman (1993) mengemukakan kerangka dasar langkah-Iangkah seperti berikut : Identifikasi Risiko
Klasifikasi Risiko
Analisis Risiko Perlakuan Risiko Respon Risiko Gambar 2.1. Kerangka Umum Manajemen Risiko (Sumber: Flanagan dan Norman, 1993)
11
Berdasarkan Gambar 2.1 (hal. 10) dapat dijelaskan tentang faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada tahapan identifikasi risiko, dimana berbagai aspek dibahas secara runtut. Dalam hal ini penting dinyatakan bahwa risiko yang teridentifikasi bukanlah suatu risiko melainkan adalah masalah manajemen. Hal yang tidak bias diabaikan adalah definisi yang buruk tenatang risiko akan melahirkan risiko-risiko lebih lanjut. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko
dengan
menggunakan
pemberdayaan
atau
pengelolaan
sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Dalam Jurnal Akuntansi Pemerintah, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan RI (BPPK RI), definisi risk management di atas dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan COSO-ERM (Comitee of Sponsoring Organization of the
12
Tradeway Commission – Enterprise Risk Management) dengan kata-kata kunci sebagai berikut: 1. On going process, Risk management dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara berkala. Risk management bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event). 2. Effected by people, Risk management ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan organisasi. Untuk lingkungan institusi Pemerintah, risk management dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang bersangkutan. 3. Applied in strategy setting, Risk management telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan risk management, strategi yang disiapkan disesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian/unit dari organisasi. 4. Applied across the enterprise, Strategi yang telah dipilih berdasarkan risk management diaplikasikan dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada organisasi. Mengingat risiko masing-masing bagian berbeda, maka penerapan risk management berdasarkan penentuan risiko oleh masingmasing bagian. 5. Designed to identify potential events, Risk management dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi.
13
6. Provide reasonable assurance, Risiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal. 7. Geared to achieve objectives, Risk management diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.2.1. Identifikasi Risiko Risiko dapat dikenali dari sumbernya (source), kejadiannya (event). dan akibatnya (effect). Sumber risiko adalah kondisi-kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya risiko. Event adalah peristiwa yang menimbulkan pengaruh (effect) yang sifatnya dapat merugikan dan menguntungkan. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat seperti Gambar 2.2.
Sumber
Peristiwa
Akibat
Gambar 2.2. Identifikasi Risiko (Sumber: Flanagan dan Norman, 1993) Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui dengan jelas sumber dari risiko tersebut, kejadian/peristiwa dan akibat dari risiko itu. Sebagai contoh dalam suatu pekerjaan terdapat kerusakan pada peralatan (sumber risiko), lalu terjadi kecelakaan pada pekerja proyek (peristiwa) yang menyebabkan kematian pada pekerja (akibat). Tahap identifikasi risiko ini merupakan tahapan tersulit dan paling
14
menentukan
dalam
manajemen
risiko.
Kesulitan
ini
disebabkan
oleh
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seluruh risiko yang akan timbul mengingat adanya ketidakpastian dari apa yang akan dihadapi. Oleh karena itu dalam mengidentifikasi risiko ini terlebih dahulu diupayakan untuk menentukan sumber risiko dan efek risiko itu sendiri secara komperehensif. Berdasarkan aktivitas,
risiko
(enviromental),
dapat
bersumber
perencanaan
dari
(planning),
politis
(political),
pemasaran
(market),
lingkungan ekonomi
(economic), keuangan (financial), alami (natural), proyek (project), teknis (technic), manusia (human), kriminal (criminal) dan keselamatan (safety) (Godfey, 1996). Identifikasi risiko merupakan proses analisis untuk menemukan secara sistematis dan berkesinambungan risiko (kerugian potensial) yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan (Darmawi, 2000): 1. Suatu checklist dari semua kerugian potensial yang mungkin dapat terjadi pada umumnya. 2. Untuk menggunakan checklist itu diperlukan suatu pendekatan sistematik untuk menentukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checklist itu dihadapi oleh perusahaan yang sedang dianalisis. Checklist itu diterbitkan oleh perusahaan asuransi, badan penerbitan asuransi, Asosiasi Manajemen Amerika (AMA) dan Ikatan Manajemen Risiko dan Asuransi. Menurut Darmawi (2000), langkah selanjutnya dalam identifikasi risiko adalah menggunakan checklist yang telah disusun untuk menemukan dan
15
menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam hal tertentu orang-orang yang menggunakan checklist sudah mengetahui seluk-beluk perusahaan yang dianalisis. Kebanyakan perusahaan sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi dari perusahaan. Metode yang dianjurkan untuk dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner analisis risiko (Risk analysis questionnaire). 2. Metode laporan keuangan (Financial statement method). 3. Metode peta-alir (flow-chart). 4. Inspeksi langsung pada proyek. 5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan. 6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu. 7. Analisis lingkungan. Menurut Ahmad (2004) bahwa timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko yang dimaksud antara lain: 1. Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan. 2. Risiko daya beli, disebabkan inflasi. 3. Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan. 4. Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah kepailitan. 5. Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva. 6. Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali asset/surat berharga oleh emitmen.
16
7. Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva. 8. Risiko politik, baik internasional maupun nasional. 9. Risiko industri, munculnya saingan produk homogen. Menurut Godfrey (1996) dalam Construction Research Industry and Information Association (ClRlA) risiko dapat bersumber dari berbagai aktivitas antara lain politik, lingkungan, perencanaan (planning), pasar (market), ekonomi, keuangan (financial), alami (natural), proyek, teknik (technical), human, kriminal, dan keselamatan (safety). Menurut Raftery (1994) sumber risiko yang merupakan kategori utama (major) antara lain sumber dari klien/pemerintah seperti perubahan pada peraturan daerah dan birokrasi, risiko keuangan seperti perubahan kebijakan keuangan pemerintah, risiko proyek misalnya perubahan dalam bagian (scope) proyek, risiko organisasi proyek misalnya wewenang proyek manajer yang terlibat dalam organisasi, risiko perencanaan (design), risiko kondisi setempat (cuaca), risiko kontraktor sebagai pelaksana misalnya pengalaman dan keadaan keuangan kontraktor, risiko material untuk konstruksi, risiko tenaga kerja, risiko logistik (akses menuju lokasi), risiko inflasi, risiko perubahan harga dan risiko force majeure.
2.2.2. Klasifikasi Risiko Menurut Godfrey (1996) dalam Construction Research Industry and Information Association (CIRIA) bahwa nilai risiko ditentukan sebagai perkalian antara kecenderungan/frekuenasi dengan konsekuensi risiko. Kecenderungan (likelihood) adalah peluang terjadinya kerugian yang merugikan, yang dinyatakan
17
dalam jumlah kejadian pertahun. Sedangkan konsekuensi (consequences) merupakan besaran kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai uang. Secara umum berdasarkan kecenderungan peluang terjadinya risiko (likehood) dan kosekuensi yang diakibatkan (consequences), risiko dapat diklasifikasikan sebagai beikut: 1. Unacceptable, adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan. 2. Undesirable, adalah risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari. 3. Acceptable, adalah risiko yang dapat diterima. 4. Negligible, adalah risiko yang sepenuhnya dapat diterima.
2.2.3. Analisis Risiko Keseluruhan proses analisis risiko dan manajemen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu analisis risiko dan manajemen risiko. Sedangkan tingkat analisis risiko dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu analisis kualitatif, yang terfokus pada identifikasi dan penilaian risiko, serta analisis kuantitatif yang terfokus pada evaluasi probabilitas terhadap terjadinya risiko. Tujuan dari analisis dan manajemen risiko adalah membantu menghindari kegagalan dan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi bila proyek yang dijalankan ternyata tidak sesuai dengan rencana. Analisis risiko dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dimana sumber risiko harus diidentifikasi dan akibat (effect) harus dinilai atau dianalisis.
18
Menurut Godfrey (1996) analisis risiko yang dilakukan secara sistematis dapat membantu untuk :
1. Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas 2. Memusatkan perhatian pada risiko utama (major Risk) 3. Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian 4. Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling jelek 5. Mengontrol aspek ketidakpastian dalam proyek 6. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang / badan yang terlibat dalam manajemen risiko Menurut Thompson dan Perry (1991) bahwa analisis risiko secara kualitatif mempunyai dua tujuan yaitu identifikasi risiko dan penilaian awal. risiko, dimana sasarannya adalah menyusun sumber risiko utama dan menggambarkan tingkat konsekuensi yang sering terjadi, termasuk perkiraan pada akibat yang potensial pada estimasi biaya dan waktu, sedangkan analisis kuantitatif terfokus pada evaluasi risiko. Tiga teknik yang biasanya dilakukan pada analisis risiko secara kualitatif: 1. Menyusun daftar (check lists) risiko berdasarkan pengalaman sebelumnya. 2. Melakukan wawancara dengan personil kunci pada proyek (orang yang berpengalaman dalam bidangnya). 3. Melakukan brainstorming (gagasan) dengan tim proyek tersebut. Menurut Project Management Body Of Knowledge / PMBOK (2000)
19
menyatakan bahwa analisis risiko secara kualitatif adalah proses dalam menilai pengaruh yang kuat dan kemungkian yang terjadi dalam mengidentifikasi risiko, proses ini memprioritaskan risiko menurut akibat yang potensial yang ditimbulkan pada tujuan proyek yang ingin dicapai. Hal-hal yang menjadi masukan (input) dalam melakukan analisis risiko kualitatif yaitu rencana manajemen risiko, mengidentifikasi risiko, status proyek, tipe proyek, data yang teliti, skala pada probabilitas dan pengaruhnya, dan membuat asumsi. Selanjutnya teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis risiko kualitatif adalah : 1. Menentukan probabilitas dan pengaruh risiko. 2. Probabilitas/pengaruh risiko berdasarkan matrik. 3. Melakukan test asumsi proyek. 4. Melakukan ranking terhadap data yang sudah lengkap. Sedangkan hasil yang didapatkan melalui analisis risiko kualitatif adalah : 1. Ranking risiko secara keseluruhan pada suatu proyek. 2. Daftar (lists) pada risiko yang diprioritaskan. 3. Daftar (list) risiko untuk tambahan analisis dan manajemen. 4. Kecenderungan dalam hasil analisis risiko kualitatif
2.2.4. Penanganan Risiko Risk response adalah tanggapan atau reaksi terhadap risiko yang dilakukan oleh setiap orang atau perusahaan dalam pengambilan keputusan, yang dipengaruhi oleh risk attitude dari pengambil keputusan (Flanagan dan Norman,
20
1993). Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko yang muncul tersebut disebut tindakan mitigasi/penanganan risiko (risk mitigation). Risiko yang muncul kadang-kadang tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat dikurangi sehingga akan timbul residual risk (sisa risiko). Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menangani risiko, yaitu (Flanagan dan Norman, 1993) : 1. Menahan Risiko (Risk Retention) Sikap untuk menahan risiko sangat erat kaitannya dengan keuntungan (gain) yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk menerima/menahan risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang merugikan masih dapat diterima (acceptable). 2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam risiko itu sendiri, dan melakukan usaha-usaha pencegahan pada sumber risiko atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak terjadi secara simultan. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang masih ada risiko sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment). 3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer). Sikap pemindahan risiko dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko yang dilakukan dengan memberikan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain. Usaha atau pekerjaan yang risikonya tinggi dipindahkan kepada pihak yang mempunyai kemampuan menangani dan mengendalikannya. 4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
21
Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko dapat
dilakukan
dengan
melakukan
penolakan.
Salah
satu
contoh
penghindaran risiko pada proyek konstruksi, adalah dengan memutuskan hubungan kontrak (breach of contract).
2.3. Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung Pembangunan sentral parkir ditujukan untuk mengatasi masalah parkir dan kemacetan yang semakin meningkat di kawasan Pasar Badung dan di sekitar Jalan Gajah Mada. Dalam perkembangannya terjadi perubahan kebijakan mengenai penanganan areal pelataran Pasar Badung. Pembangunan sentral parkir di Pasar Badung merupakan suatu perencanaan secara holistik terhadap kawasan Pasar Badung dan kawasan sekitarnya.
2.3.1
Tahap Awal Perencanaan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini pertama kali dicetuskan pada Tahun 1997 melalui Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar. Pembangunan Sentral Parkir ini awalnya terdiri dari pembangunan parkir bertingkat di Pasar Payuk dan pembangunan parkir basement di pelataran Pasar Badung. Pada tahap awal, Pemerintah Kota melalui Dinas PU merencanakan parkir bertingkat yang terdiri dari tiga lantai di pojok selatan Pasar Kumbasari atau Pasar Payuk yang disain awalnya dikerjakan oleh Tim dari Universitas Udayana (Dokumen DED, CV.
22
Unika Disain 2007).
2.3.2
Perencanaan dan Relokasi Pura Melanting Pasar Badung Pembangunan sentral parkir di Pasar Badung ini sangat terkait dengan lingkungan sekitar khususnya
kawasan pelataran Pasar Badung. Sebelum
dilaksanakannya pembangunan sentral parkir, pemerintah melalui Dinas PU dan berkoordinasi dengan pihak PD Pasar mengadakan relokasi Pura Melanting yang pada awalnya terletak di sebelah selatan direlokasi ke pojok timur laut pelataran pasar. Relokasi Pura Melanting ini diawali dengan pembuatan DED (Detail Engineering Design) yang dikerjakan oleh CV. Unika Disain selaku konsultan perencana dan pengawas pada Bulan April 2007. Tahap pelaksanaan dilakukan pada Bulan Juni 2007 oleh PT. Riasen Yogi Artika dengan anggaran sebesar Rp. 551.300.000,00 (lima ratus lima puluh satu juta tiga ratus ribu rupiah) selama 90 (sembilan puluh) hari kalender (Dokumen DED, CV. Unika Disain 2007). Dalam pelaksanaan relokasi Pura Melanting ini terdapat beberapa hal yang menghambat pekerjaan diantaranya adanya perubahan disain mengenai tata letak bangunanbangunan pura setelah mendapat masukan dari pihak PD. Pasar, adanya kesalahan perhitungan volume oleh konsultan perencana dan juga adanya pekerjaan tambah di luar item pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.
2.3.3
Renovasi Pasar Kumbasari Rencana Pembangunan sentral parkir di pelataran Pasar Badung ini
23
kembali
tertunda
karena
berbagai
pertimbangan,
termasuk
diantaranya
pertimbangan untuk melakukan renovasi Pasar Kumbasari yang mengalami musibah kebakaran pada 2 Mei 2007. Renovasi Pasar Kumbasari ini dilaksanakan karena keadaan tak terduga atau bencana (force majeur) yang dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan dan pengawasan. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan pembuatan DED yang dikerjakan oleh CV. Unika Disain sebagai konsultan perencana dan pengawas pada Bulan Juni 2007 dengan anggaran sebesar Rp. 97.800.000,00 (sembilan puluh tujuh juta delapan ratus ribu rupiah). Perencanaan ini diawali dengan pengujian kekuatan struktur oleh tim Fakultas Teknik Universitas Udayana setelah mengalami kebakaran. Renovasi dititikberatkan pada lantai dua sampai lantai lima termasuk penggantian struktur atap. Pada tahap perencanaan ini konsultan perencana menghadapi permasalahan yang menghambat perencanaan diantaranya tidak adanya as built drawing gedung pasar yang terbakar yang menyulitkan perencana dalam melengkapi data awal, banyaknya masukan-masukan yang beragam dari pihak-pihak terkait yang menghambat proses disain dan juga terkendala karena adanya penolakan dari pedagang mengenai disain baru dan rencana relokasi yang ditawarkan perencana dalam presentasi-presentasi yang dilakukan. 2. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan Pelaksanaan renovasi Pasar Kumbasari ini dilakukan pada Bulan November 2007 selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Pelaksanaan proyek
24
dibagi menjadi dua yaitu renovasi struktur dan arsitektur yang dilaksanakan oleh PT. Agung Sarwa Luwih dengan anggaran sebesar Rp. 4.684.053.000,00 (empat miliar enam ratus delapan puluh empat juta lima puluh tiga ribu rupiah). Sedangkan renovasi mekanikal dan elektrikal dikerjakan oleh PT. Tea Kirana dengan anggaran sebesar Rp. 2.079.800.000 (dua miliar tujuh puluh sembilan juta delapan ratus ribu rupiah). Dalam tahap pelaksanaan dan pengawasan juga terdapat masalah-masalah yang menghambat pekerjaan seperti sulitnya memasukkan material ke lokasi proyek karena akses masuk ke Pasar Kumbasari relaitf sempit dan kegiatan perdagangan yang padat, keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh kontraktor, metode pekerjaan dan spesifikasi teknis yang tidak sesuai dengan rencana, kontraktor kurang mematuhi masukan dan instruksi dari konsultan pengawas dan direksi, kurangnya tenaga kerja yang menghambat penyelesaian pekerjaan dan lainlain.
2.3.4
Pembangunan Parkir Bertingkat di Pasar Payuk Pembangunan parkir bertingkat di Pasar Payuk diawali pada Tahun 2000 dengan perencanaan yaitu pembuatan DED yang disusun oleh Tim Fakultas Teknik Universitas Udayana dengan perencanaan gedung parkir bertingkat toga lantai. Dengan adanya berbagai pertimbangan, disain lama yang telah ada kemudian dilakukan revisi untuk menyesuaikan dengan keadaan aktual. Revisi yang dikerjakan oleh Dinas PU ini menghasilkan beberapa sub pekerjaan yaitu: 1. Pembuatan struktur parkir dan pasar.
25
2. Pembuatan jembatan kendaraan pada bagian selatan. 3. Pembuatan jembatan orang pada bagian utara. 4. Perbaikan gapura Pasar Kumbasari. Pembangunan fisik parkir bertingkat di Pasar Payuk ini dilaksanakan dengan anggaran sebesar Rp. 6.090.756.000,00 (enam miliar sembilan puluh juta tujuh ratus lima puluh enam ribu rupiah). Pengerjaan pembangunan ini dilaksanakan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender mulai Tanggal 15 Juli 2008 dengan kontraktor pelaksana PT. Agung Sarwa Luwih dan CV. Asta Kosali sebagai konsultan pengawas (Dokumen DED, CV. Unika Disain, 2008). Dalam pembangunan Sentral Parkir Pasar Payuk terdapat masalah-masalah yang menghambat pekerjaan. Kepadatan aktivitas perdagangan di lokasi pekerjaan menjadi masalah yang menghambat pekerjaan, demikian juga halnya dengan pekerjaan pemindahan gardu listrik milik PLN yang berlarut-larut dalam penyelesaiannya menyebabkan pekerjaan terhambat. Masalah besar yang dihadapi adalah pada saat pembuatan pondasi jembatan dimana pemasangan tanggul dan perancah sementara untuk mengalihkan aliran sungai terkendala akibat derasnya aliran sungai saat banjir yang menghanyutkan semua tanggul dan perancah yang telah dipasang.
2.3.5
Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung Setelah pembangunan sentral parkir di Pasar Payuk rampung pada awal Tahun 2009, pembangunan sentral parkir di pelataran Pasar Badung kembali dianggarkan mengingat adanya sentral parkir di pasar payuk kurang memenuhi
26
dari segi daya tampung kendaraan. Pembangunan sentral parkir di Pasar Badung ini diawali dengan penyusunan DED yang mencakup Kajian Teknis, Gambar Disain, Spesifikasi Teknis dan Enginner Estimate. Pembuatan DED ini awalnya dikerjakan oleh Tim Teknis Universitas Udayana. Dalam perkembangannya dilakukan review DED terdahulu untuk menyesuaikan dengan keadaan terkini. Review DED ini dikerjakan oleh CV. Unika Disain dengan kontak 640/1612.a/DPU yang dikerjakan dari Tanggal 20 Oktober 2007 sampai 22 Desember 2007 dengan biaya Rp. 84.222.600,00 (delapan puluh empat juta dua ratus dua puluh dua ribu enam ratus rupiah) yang bersumber dari dana APBD Perubahan Tahun Anggaran 2007. DED yang dikerjakan oleh konsultan perencana dipresentasikan di hadapan Rapat dengan Tim Teknis Dinas PU, Dinas Tata Ruang dan Perumahan, PD. Pasar, Sekretariat Kota, Anggota DRRD, Tim Ahli Bangunan Gedung dan tokoh masyarakat terlebih dahulu untuk penyempurnaan. Dalam disain ini dirancang sebuah bangunan parkir dengan konsep basement yang terdiri dari satu lantai basement dengan daya tampung kendaraan 60 mobil dan lantai dasar dengan daya tampung 80 mobil. Dalam perhitungan kosultan perencana, pelaksanaan proyek ini akan terlaksana dengan perkiraan biaya Rp. 7.208.750.000,00 (tujuh miliar dua ratus delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Dalam rancangan DED, pihak konsultan perencana telah memperhitungkan pemanfaatan lahan yaitu lebih memilih alternatif satu lantai basement ke bawah daripada dua lantai basement seperti rencana awal. Disain juga dilengkapi dengan exhaust fan untuk menghindari udara pengap di lantai basement. Pengerjaan fisik bangunan dijadwalkan akan dilaksanakan pada
27
pertengahan Tahun 2010 (Dokumen DED, CV. Unika Disain 2010).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini secara umum dilakukan dengan metode deskriptif kualitaif untuk dapat memberikan suatu deskripsi yang akurat dan sistematik tentang sesuatu keadaan dan hubungan yang terjadi antar keadaan yang diteliti. Metode yang akan digunakan berupa penelitan lapangan dengan berpedoman kepada kajian pustaka dan data-data penunjang yang ada. Permasalahan yang ada sesuai dengan lingkup pembahasan diperoleh dengan metode wawancara dan survey untuk mendapatkan pendapat atau opini dari responden dan expert mengenai kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan terjadi. Metode wawancara dan survey yang akan dilakukan ini dititikberatkan pada instansi-instansi yang terlibat dan memiliki peranan serata sebagai penentu kebijakan dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
28
Lokasi penelitian ini difokuskan pada Kawasan Sentral Parkir di Pasar Badung dan terkait dengan instansi yang menjadi Tim Teknis dan jajaran SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), termasuk juga pihak konsultan perencana. Waktu penelitian ini adalah bulan Maret 2010 – Mei 2010. 3.3 Jenis dan Sumber Data
27
Dalam penelitian ini diperlukan data yang jenis dan sumbernya diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Data Primer Data primer diperoleh dengan mengadakan wawancara, brainstorming, pengamatan
lapangan
dengan
pihak-pihak
yang
berkompeten
dan
berpengalaman (expert). Untuk mengetahui pendapat dan penilaian responden terhadap identifikasi dan pendapatnya dalam menghadapi risiko dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang dipandu dalam pengisiaannya. 2.
Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari literatur, jurnal, paper, Gambar DED, RAB, RKS, kontrak kerja dan penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan pedoman untuk memperoleh identifikasi risiko awal yang akan dipadukan dengan data primer. Penelitian terdahulu yang dipakai antara lain penelitian dari Oka Suputra (2005), Kristinayanti (2005) dan Adi Sudiatmika (2010).
3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
29
1. Pengumpulan Data Primer dan Penentuan Responden Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan pembuatan kuesioner mengenai
identifikasi
risiko
dan
penilaian
(assessment)
untuk
mendapatkan opini atau pendapat responden mengenai kemungkinan kejadian (likehood to assurance) dan pengaruh risiko (potential consequences). Pihak yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam proyek, diantaranya: a. Pengguna Anggaran/Pimpinan SKPD (1 orang) Pimpinan SKPD yang ditetapkan sebagai responden adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar yang membidangi pekerjaan bangunan gedung di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Ditetapkannya Pimpinan SKPD sebagai responden karena Pimpinan SKPD merupakan penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan secara umum sekaligus sebagai pengguna anggaran. b. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/PPTK (1 orang) PPTK yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Bangunan Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar. PPTK merupakan pihak yang bertanggung jawab secara khusus tentang teknis pekerjaan yang dilaksanakan. c. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (4 orang) Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (PPBJ) yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah PPBJ pada Dinas Tata Ruang dan
30
Perumahan Kota Denpasar yang membidangi pengadaan atau pelelangan (tender) paket pekerjaan yang diteliti. d. Direksi dan Staf PD. Pasar (3 orang) Direksi dan staf PD. Pasar yang dijadikan responden adalah Direktur Bagian Umum, Direktur Bagian Teknik dan Direktur Bagian Pengawasan yang merupakan pengelola lokasi pekerjaan. e. Direksi dan Staf PD. Parkir (3 orang) Untuk direksi dan staf PD. Parkir yang dijadikan responden adalah Bagian Teknik dan Bagian Operasional. f. Konsultan Perencana (4 orang) Konsultan perencana yang dijadikan responden adalah konsultan yang merencanakan Sentral Parkir di Pasar Badung yang terdiri dari Team Leader, Ahli Struktur, Ahli Arsitektur dan Ahli ME/P. g. Kontraktor (6 orang) Kontraktor yang dijadikan responden adalah kontraktor yang memiliki pengalaman dalam mengerjakan pekerjaan sejenis dan merupakan 3 (tiga) kontraktor yang mengajukan penawaran pelaksanaan pekerjaan dengan personil yang terdiri dari Project Manager dan Cost Control/Estimator. h. Tim Ahli Bangunan Gedung Kota Denpasar (2 orang) Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Denpasar ditetapkan sebagai responden karena TABG merupakan staf ahli dan advisor bagi Pemerintah Kota Denpasar dalam hal arsitektur bangunan gedung.
31
2. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari literatur, jurnal, paper, e-journal dari internet dan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang dipakai antara lain penelitian dari Oka Suputra (2005) mengenai Manajemen Risiko Pada Pelaksanaan Pembangunan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Kota Denpasar, Kristinayanti (2005) mengenai Manajemen Risiko Pada Investasi Pembangunan Hotel Bintang Tiga di Bali dan Adi Sudiatmika (2010) mengenai Analisis Risiko pada Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung.
3.5 Instrumen Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi baik data primer ataupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan strategi survey menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder menggunakan instrumen check list berupa daftar variabel yang datanya akan dikumpulkan.
3.5.1
Pembuatan Kuesioner Menurut Riduwan (2008) kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuain dengan permintaan pengguna. Tujuan dari penyebaran kuesioner adalah mencari informasi lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan
32
dalam pengisian daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini digunakan bentuk kuesioner semi tertutup dengan pertanyaan terstruktur untuk menjawab pertanyaan
berdasarkan
pilihan
yang
tersedia
terkait
skala
likehood
(kemungkinan) dan consequences (dampak). Selain itu juga terdapat pertanyaan yang memberi kemungkinan untuk menambah risiko yang belum teridentifikasi. Kuesioner ini akan diberikan kepada pihak yang berkompeten dan terlibat dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Untuk melakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang menimbulkan kerugian dapat didefinisikan sebagai berikut (Godfrey, 1996): Tabel 3.1 Skala Kemungkinan (Likehood) TINGKAT FREKUENSI Sangat sering Sering Kadang-kadang Jarang Sangat jarang
SKALA 5 4 3 2 1
(Sumber: Oka Suputra, 2003, Pengembangan dari Godfrey, 1996)
Pengukuran besarnya pengaruh variabel risiko terhadap kegiatan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung, menggunakan skala sebagai berikut (Godfrey, 1996): Tabel 3.2 Skala Konsekuensi (Consequences) TINGKAT KONSEKUENSI Sangat besar Besar Sedang Kecil Sangat kecil
SKALA 5 4 3 2 1
33
(Sumber: Oka Suputra, 2003, Pengembangan dari Godfrey, 1996) 3.5.2
Analisis Reliabilitas dan Validitas Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan sesuai
dengan teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Adapun pengujian validitas dan reliabilitas dapat dijelaskan sebagai berikut (Riduwan, 2008): 1. Pengujian Validitas Instrumen Dalam pengujian validitas dengan menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgement experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun (Riduwan, 2008). Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yang mengkorelasikan antara skor item instrumen (Sugiyono, 1999). Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir dengan rumus Pearson Product Moment. 2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
34
Metode pengujian reliabilitas instrumen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain (Riduwan, 2008):
a. Metode Belah Dua (Split Half Method) Metode belah dua menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali (single test-single trial method).
Pada waktu membelah dua dan
mengkorelasikan kedua belahan, baru diketahui reliabilitas setengah tes saja. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes maka digunakan rumus Spearman Brown. Rumus Spearman Brown r11 =
2.rb 1 + rb
Ket:
r11 rb
= Koefisien reliabilitas internal seluruh item = Koefisien Product Moment antara belahan
b. Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) Metode KR-20 ini berguna untuk mengetahui reliabilitas dari seluruh tes untuk item pertanyaan atau pernyataan yang menggunakan jawaban benar (Ya) atau salah (Tidak). Bila benar bernilai = 1 dan jika salah bernilai = 0 c. Metode Alpha
(Sumber: Oka Saputra, 2003, Pengembangan dari Godfrey, 1996)
35
Metode ini untuk mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus Alpha sebagai berikut: Rumus Alpha r11 =
3.6 Analisis Data
[
k k-1
][1 -
ΣS1 St
]
Ket: r11 S1
= Nilai Reliabilitas = Jumlah varian skor tiap-tiap item
St
= Varian total
Pada tahap ini dilakukan data-data yang diperoleh dari hasil k penyusunan = Jumlah item kuesioner. Selain itu juga dilakukan penentuan skala penilaian dan penaksiran Consequence Likehood
Catastropic Critical Serious Marginal 5 4 3 2 Unacceptable Unacceptable Unacceptable Undesirable Frequent 5 (25) (20) (15) (10) Unacceptable Unacceptable Undesirable Undesirable Probable 4 (20) (16) (12) (8) Unacceptable Undesirable Undesirable Undesirable Occasional 3 (15) (12) (9) (6) Undesirable Undesirable Undesirable Acceptable Remote 2 (10) (8) (6) (4) Undesirable Acceptable Acceptable Negligible Imporable 1 (5) (4) (3) (2) parameter untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
3.6.1
Negligible 1 Undesirable (5) Acceptable (4) Acceptable (3) Negligible (2) Negligible (1)
Penerimaan Risiko (Risk Acceptability) Analisis tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) tergantung dari
hasil perkalian kemungkinan (likehood) dengan konsekuensi (consequensces). Tabel 3.3 Penilaian Tingkat Penerimaan Risiko (Assesment of Risk Acceptability)
(Sumber: Oka Suputra, 2003, Pengembangan dari Godfrey, 1996)
36
Dari tabel di atas dapat diuraikan tingkat penerimaan risiko sebagai berikut: 1.
Unacceptable, adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan.
2.
Undesirable, adalah risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari.
3.
Acceptable, adalah risiko yang dapat diterima.
4.
Negligible, adalah risiko yang sepenuhnya dapat diterima. Dengan pertimbangan tingkat penerimaan risiko dan nilai dari skala likehood dan consequences, maka skala penerimaan risiko dapat dirumuskan seperti tabel di bawah ini: Tabel 3.4 Skala Penerimaan Risiko Skala Penerimaan Risiko Unacceptable
x ≥ 15
Undesirable
5 ≤ x < 15
Acceptable
3≤x<5
Negligible
x<3
(Sumber: Oka Suputra, 2003, Pengembangan dari Godfrey, 1996) Dari hasil skala penerimaan risiko ini dilakukan suatu evaluasi terhadap risiko yang
telah
diidentifikasi
berdasarkan
kuesioner.
Risiko
unacceptable dan undesirable memerlukan tindakan mitigasi.
yang
bersifat
37
3.6.2
Penilaian Kepemilikan Risiko Kepemilikan tanggung jawab risiko (ownership of risk) dialokasikan
dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh Flanagan dan Norman (1993) diantaranya: 1.
Pihak-pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang menimbulkan risiko.
2.
Pihak mana yang dapat menangani apabila risiko tersebut muncul.
3.
Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol.
4.
Jika risiko di luar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko bersama.
3.7 Kerangka Konsep Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan analisis risiko pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Untuk kelengkapan data diambil dari data primer yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang terlibat dan berkompeten serta melakukan pengamatan di lapangan. Data ini kemudian dijadikan pedoman dalam penyusunan kuesioner tentang identifikasi risiko dan pengaruhnya pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini. Data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal (termasuk e-journal dari internet) dan penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan data primer dan sekunder disusun kuesioner untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi. Kemudian dilanjutkan dengan
38
melakukan analisis tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) dari hasil perkalian skala kemungkinan (likehood) dengan konsekuensi (consequences) risiko. Dari hasil penerimaan risiko ini kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui risiko yang bersifat unacceptable dan undesirable untuk menentukan Idedilakukan Penelitian dan Surveyuntuk menentukan kepemilikan tindakan mitigasi. Selanjutnya analisis Pendahuluan
tanggung jawab risiko sehingga akan diketahui pihak-pihak yang bertanggung Studi Literatur Literatur tentang manajemen risiko. jawab untuk melakukan penanganan.
Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan referensi seperti ”Analisis Risiko pada Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Langkah-langkah dilihat skema di pada bawah Badung” olehpenelitian I Wayan Adidapat Sudiatmika dan dalam ”Manajemen Risiko Pelaksanaan Pembangunan DSDP di Denpasar” oleh I G. N. Oka Suputra.
ini.
Identifikasi Risiko
Klasifikasi Risiko Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Survey dan Pengumpulan Data
DATA PRIMER DATA SEKUNDER Gambar DED Sentral Parkir di Pasar Badung, termasuk RAB dan RKS. Dokumen kontrak perencanaan Sentral Parkir di Pasar Badung.
Wawancara dengan pihak yang berkompeten yaitu pihak konsultan perencana. Melakukan pengamatan pada site yaitu pelataran parkir Pasar Badung. Kuesioner.
Analisis Data Risiko Pemilihan Tidakan Mitigasi
Penilaian Kepemilikan Tanggung Jawab Risiko
Simpulan dan Saran
39
Gambar 3.1. Kerangka BAB IV Penelitian HASIL PENELITIAN
4.1
Identifikasi
Risiko pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar
Badung Identifikasi risiko-risiko yang terjadi dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung diperoleh dengan merujuk pada penelitian sejenis dan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Selain itu juga dilakukan brainstorming dengan pihak-pihak terkait dan memiliki kompetensi memberikan masukan terhadap risiko-risiko yang terjadi dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional. Risiko-risiko yang teridentifikasi dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Identifikasi Risiko Berdasarkan Aktivitas dan Sumber Risiko Pada Tahap Perencanaan
39
40
I. TAHAP PERENCANAAN No
Aktivitas
A
Perubahan kebijakan penanggungjawab proyek dan adanya masukan dari pihak terkait
No. Risiko 1
Identifikasi Risiko Terjadinya perubahan penanggung jawab pembangunan dari Dinas PU ke Dinas Tata Ruang yang menyebabkan review disain.
Adanya masukan-masukan dari pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang berakibat adanya Tabel 4.1 Lanjutan perubahan disain.
Kategori Sumber Risiko
Politis
2
No
Aktivitas
No. Risiko 3
4
5
6
7
8
Identifikasi Risiko Berita-berita di media massa yang bersifat kontra produktif terhadap pelaksanaan Pembangunan Sentral Parkir. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek. Adanya perubahan prioritas pengerjaan proyek dalam tahun anggaran yang mempengaruhi pengerjaan proyek. Adanya konflik kepentingan antara instansi yang terkait dengan pembangunan dalam hal ini pihak PD. Pasar dan PD. Parkir Adanya review disain setelah diadakannya presentasi dan rapat dengan anggota Komisi B DPRD Kota Denpasar. Adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan Sentral Parkir.
Politis Kategori Sumber Risiko Politis
Politis
Politis
Politis
Politis Perencanaan
41
9
B Pengumpulan data dan review disain oleh konsultan perencana
10
11
No
C
Aktivitas
Koordinasi antara konsultan perencana dengan instansi terkait dalam perencanaan.
No. Risiko 12
13
14
D Analisis kondisi dan daya dukung lokasi pembangunan
15 16 17
E Pembuatan gambar rencana, RAB dan RKS
18
Adanya perubahan kebijakan prioritas penggunaan anggaran yang dapat menghambat terlaksananya pembangunan Sentral Parkir. Adanya kesulitan dari konsultan perencana dalam melengkapi data dari disain terdahulu untuk melakukan review disain. Kurangnya survei pendahuluan tentang lokasi pembangunan oleh konsultan perencanaan.
Identifikasi Risiko Kurangnya kajian holistik dari konsultan perencana yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan masterplan pengembangan Pasar Badung dan sekitarnya. Koordinasi antar tim ahli pada konsultan perencana kurang berjalan dengan baik (arsitek, sipil, ME/P). Konsultan perencana kurang berkoordinasi dengan instansi yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan. Data tanah dan hidrologi (kondisi lapangan) kurang terdata secara terperinci. Adanya kesalahan perhitungan volume pekerjaan oleh konsultan perencana. Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan utilitas yang tersedia di lapangan. Adanya ketidaksesuaian antara gambar rencana dan kondisi riil di lapangan.
Politis
Perencanaan
Perencanaan Kategori Sumber Risiko
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan Perencanaan
Perencanaan
Perencanaan
42
19
Perbedaan spesifikasi teknis antara gambar rencana, rencana anggaran biaya (RAB) dan Perencanaan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). 20 Adanya perubahan disain bangunan dari disain awal dengan sistem dua lantai Perencanaan basement menjadi 1 lantai basement di bawah ground floor. 21 Kurang lengkapnya gambar Perencanaan rencana. 22 Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai Tabel 4.2 Identifikasi Risiko Berdasarkan Aktivitas dan Sumber Risiko Pada Tahap Perencanaan jaringan utilitas yang tersedia di Pelaksanaan lapangan. II. TAHAP PELAKSANAAN Sumber: Wawancara dan penelitian sejenis No
Aktivitas
A
Persiapan pekerjaan dan pengukuran lapangan
No. Risiko 23
24 25 26 27 28
29 B Relokasi pedagang selama masa pelaksanaan pekerjaan
30
Identifikasi Risiko Pengukuran lapangan (uitzet) untuk menentukan posisi, titik, garis dan ketinggian tidak sesuai gambar. Pengukuran dilakukan secara manual tanpa pesawat ukur (teodolit). Adanya perbedaan interpretasi dokumen kontrak antara owner dengan kontraktor. Ketidaksesuaian antara volume pekerjaan di dalam BQ dan kondisi di lapangan. Ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi teknis. Perbedaan hasil pengukuran kualitas dan kuantitas pekerjaan dengan kondisi aktual di lapangan. Adanya perubahan disain akibat penyesuaian dengan kondisi di lapangan. Adanya penolakan dari para pedagang yang akan direlokasi dengan adanya pembangunan
Kategori Sumber Risiko Proyek
Proyek Proyek Proyek Teknis Teknis
Teknis Politis
43
C Penggunaan alat-alat berat selama pelaksanaan pekerjaan
No
Aktivitas
D Pelaksanaan penggalian untuk lantai basement
Sentral Parkir. Terjadinya kontaminasi tanah, polusi dan kebisingan yang mengganggu selama pelaksanaan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. 32 Sulitnya akses masuk bagi alat berat yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek. 33 Peralatan yang digunakan terutama alat berat dan kendaraan pengangkut tanah sisa galian tidak mencukupi sehingga menghambat pekerjaan. Tabel Lanjutan kecelakaan akibat 34 4.2 Terjadinya penggunaan alat berat. No. Identifikasi Risiko Risiko 35 Adanya kerusakan bangunan sekitar akibat pengerjaan proyek, khususnya Pura Melanting yang sangat berdekatan dengan lokasi. 36 Adanya longsoran tanah pada saat penggalian lantai basement. 37 Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement. 38 Muka air tanah yang tinggi pada galian basement. 39 Terganggunya pekerjaan karena kegiatan pasar yang tidak pernah berhenti sepanjang hari. 40 Adanya mata air pada galian basement. 41 Adanya rembesan air Tukad Badung selama pengerjaan proyek, khususnya pada saat pengerjaan lantai basement. 31
42
Adanya ceceran tanah bekas galian pada saat pengangkutan keluar lokasi proyek
Lingkungan
Lingkungan
Teknis
Keselamatan Kategori Sumber Risiko Lingkungan
Proyek
Keselamatan
Alami Alami Alami
Alami Proyek
44
E Pembangunan pondasi bored-pile sebagai pengaman bangunan
43
F Penyediaan material yang akan digunakan selama pelaksanaan pekerjaan
44
Adanya kerusakan bangunan sekitar terutama Pura Melanting akibat proses konstruksi khususnya saat pekerjaan pondasi bored-pile. Terjadinya eskalasi atau kenaikan harga bahan bangunan selama masa perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan mempengaruhi proyek Tabel 4.2 kinerja Lanjutan
Proyek
Ekonomi
45
No
Aktivitas
No. Risiko 46 47
48 49 G Pengaturan lalu lintas kendaraan dan bahan keluar masuk lokasi proyek
50
51
52 53
Identifikasi Risiko Terlambatnya pasokan material yang mengurangi kinerja pekerjaan. Kontraktor tidak mengajukan contoh material untuk disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas. Pengadaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Hilangnya material dan peralatan kerja selama berlangsungnya proyek. Terganggunya kelancaran pekerjaan akibat tingginya tingkat kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan. Adanya keluhan dari warga akibat terganggunya aktivitas mereka termasuk kemacetan yang terjadi. Terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan proyek. Opini masyarakat yang apatis terhadap pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
Ekonomi
Kategori Sumber Risiko Proyek
Proyek
Proyek Kriminal
Lingkungan
Manusiawi
Manusiawi Politis
45
H Pelaksanaaan pekerjaan struktur utama bangunan dan pekerjaan arsitektural
54
55 56 57
Adanya kerusakan pada bangunan selama pengerjaan proyek akibat bencana alam (force majeur/kahar). Terhambatnya pekerjaan akibat cuaca (hujan). Pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis. Adanya perubahan disain yang berakibat pada terhambatnya prestasi pengerjaan proyek.
Adanya perubahan spesifikasi teknis yang mengganggu pelaksanaan proyek. Tabel 4.2 Lanjutan
Alami Alami Proyek
Proyek
58
No
Aktivitas
No. Risiko 60 61
62
63 64 65
66 67 68
Identifikasi Risiko Kurangnya kualitas pekerjaan karena lemahnya pengawasan lapangan. Kurangnya kualitas pekerjaan karena tidak mengikuti dan melaksanakan masukan dan instruksi dari pengawas lapangan. Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement. Tenaga kerja yang diperlukan kurang mencukupi. Tenaga kerja yang ditugaskan tidak sesuai dengan kualifikasinya. Koordinasi antara kontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawas dan owner kurang berjalan dengan baik. Terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek. Produktivitas pekerja yang rendah. Keterlambatan kedatangan
Proyek Kategori Risiko Proyek
Proyek
Proyek
Proyek Proyek
Proyek Proyek Manusiawi Manusiawi
46
tenaga kerja akibat libur hari raya. 69 Kelelahan akibat banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara lembur. 70 Pemogokan oleh tenaga kerja. 71 Adanya pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan. 72 Kurangnya pengamanan di lokasi proyek. 73 Terjadinya perusakan fasilitas proyek. 74 Adanya pungutan liar yang dilakukan preman. Tabel 4.2 Lanjutan No
Aktivitas
No. Risiko 75
76 77 78 I Penyesuaian volume pekerjaan di lapangan
79 80
J Pembayaran pekerjaan
81
82 K Pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan elektrikal
83
Identifikasi Risiko Adanya penggunaan dana di luar yang tercantum dalam kontrak. Kondisi kesehatan pekerja yang kurang terjamin di lokasi proyek. Pekerja tidak menggunakan alat keselamatan pada saat bekerja. Kurangnya fasilitas sanitasi pada areal penampungan tenaga kerja. Pekerjaan tambah yang lebih besar dari 10%. Adanya perbedaan perhitungan volume pekerjaan yang telah dikerjakan antara kontraktor dan konsultan pengawas. Adanya keterlambatan pembayaran termin oleh owner kepada pihak konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor. Keterlambatan pembayaran oleh kontraktor utama kepada pihak sub kontraktor. Kekurangan pasokan daya listrik yang tersedia di lapangan
Manusiawi Manusiawi Manusiawi Keselamatan Keselamatan Keselamatan Kategori Risiko Keselamatan
Keselamatan Keselamatan Keselamatan Proyek Proyek
Keuangan
Keuangan Proyek
47
84
Kurang terawatnya instlasi listrik dan hidran eksisting sehingga menyulitkan dalam penyambungan/connecting.
Proyek
Sumber: Wawancara dan penelitian sejenis
Tabel 4.3 Identifikasi Risiko Berdasarkan Aktivitas dan Sumber Risiko Pada Tahap Operasional
No
Aktivitas
A Pengaturan arus kendaraan yang keluar masuk ke Sentral Parkir
B Pengaturan tata parkir kendaraan
C Perawatan dan pemeliharaan gedung sentral parkir
III. TAHAP OPERASIONAL No. Identifikasi Risiko Risiko 85 Adanya kemacetan yang terjadi di sekitar sentral parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik. 86 Kurangnya pengamanan pada jalur utama keluar masuk kendaraan yang menimbulkan kesemrawutan. 87 Kurangnya pengaturan parkir baik di area basement dan ground floor yang menyebabkan berkurangnya daya tampung optimal dari sentral parkir. 88 Kurangnya pertanda dan peringatan yang menyebabkan bingung pengguna parkir. 89 Adanya biaya retribusi parkir yang tidak sama dengan retribusi parkir di luar sentral parkir. 90 Kurangnya tanggung jawab dari kontraktor mengenai kerusakankerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan. 91 Mahalnya biaya perawatan bangunan khususnya instalasi listrik, plumbing dan hidran. 92 Tidak berfungsinya peralatanperalatan pengaman bangunan seperti hidran, pompa banjir (sum
Kategori Risiko Teknis
Teknis
Teknis
Teknis Teknis
Teknis
Teknis Teknis
48
D Pelaksanaan prosedur standar pengelolaan parkir
pit) dan lain-lain. Kurangnya keterampilan SDM / juru parkir dalam melakukan pengaturan perparkiran (hanya menarik retribusi tanpa membantu mengatur parkir). Peralatan yang digunakan juru parkir tidak mencukupi untuk melakukan pengaturan parkir. Adanya kehilangan kendaraan yang diparkir karena kurangnya ketatnya pengaturan dan pengamanan yang dilakukan oleh petugas parkir.
93
94 95
Teknis
Teknis
Teknis
Sumber: Wawancara dan penelitian sejenis Berdasarkan Tabel 4.1 (halaman 35), Tabel 4.2 (halaman 38) dan Tabel 4.3 (halaman 43) di atas, risiko yang teridentifikasi pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung sebanyak 95 (sembilan puluh lima) risiko. Menurut kategori sumber risiko, risiko terbanyak adalah risiko proyek (project risk), yaitu sebanyak 25 (dua puluh lima) risiko atau 26.32% dari keseluruhan risiko yang teridentifikasi. Prosentase jumlah risiko dapat dijelaskan pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Prosentase Jumlah Risiko Berdasarkan Sumber Risiko NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RISIKO Politis Perencanaan Proyek Teknis Lingkungan Keselamatan Alami Ekonomi Kriminal Manusiawi Keuangan
JUMLAH 10 14 25 15 4 9 6 2 1 7 2 95 Sumber: Hasil analisis
(%) 10.53 14.74 26.32 15.79 4.21 9.47 6.32 2.11 1.05 7.37 2.11 100.00
49
4.2
Frekuensi dan Modus Jawaban Responden
4.2.1 Jawaban Responden Terhadap Kemungkinan (Likehood) Hasil jawaban responden mengenai kemungkinan (likehood) risiko sesuai dengan skala penilaian dapat dijelaskan dalam Lampiran 10 (halaman 146). Representasi jawaban responden terwakili oleh nilai modusnya. Maka dari itu disusun tabel distribusi jawaban responden terhadap kemungkinan (likehood) risiko seperti pada Lampiran 11 (halaman 150) dan Lampiran 12 (halaman 154). Dari data yang tersusun dalam Lampiran 11 dan 12 mengenai modus jawaban responden
terhadap kemungkinan (likehood) risiko adalah sebagai
berikut: 1. Frekuensi skala 1 (sangat jarang)
:1
2. Frekuensi skala 2 (jarang)
: 25
3. Frekuensi skala 3 (kadang-kadang) : 46 4. Frekuensi skala 4 (sering)
: 23
5. Frekuensi skala 5 (sangat sering)
:0
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa frekuensi terjadinya risiko pada skala 3 (kadang-kadang) paling banyak muncul.
4.2.2 Jawaban Responden Terhadap Pengaruh (Consequences) Hasil jawaban responden mengenai konsekuensi (consequences) risiko sesuai dengan skala penilaian dapat dijelaskan dalam Lampiran 13 (halaman 159). Representasi jawaban responden terwakili oleh nilai modusnya. Maka dari itu
50
disusun tabel distribusi jawaban responden terhadap konsekuensi (consequences) risiko seperti pada Lampiran 14 (halaman 163) dan Lampiran 15 (halaman 167). Dari data yang tersusun dalam Lampiran 14 dan 15 mengenai modus jawaban responden terhadap konsekuensi (consequences) risiko adalah sebagai berikut: 1. Konsekuensi skala 1 (sangat kecil) : 0 2. Konsekuensi skala 2 (kecil)
: 13
3. Konsekuensi skala 3 (sedang)
: 43
4. Konsekuensi skala 4 besar)
: 37
5. Konsekuensi skala 5 (sangat besar) : 2 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa semua risiko mempunyai pengaruh atau konsekuensi terhadap proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung.
4.3 Penilaian Responden terhadap Risiko pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung Tingkat penerimaan risiko pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Unacceptable (tidak dapat diterima) 2. Undesirable (tidak diharapkan) 3. Acceptable (dapat diterima) 4. Negligible (dapat diabaikan)
51
Berdasarkan skala penerimaan tersebut, nilai risiko dan penerimaan risiko (acceptability of risk) pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung dapat dijelaskan pada Lampiran 16 (halaman 172). Penilaian risiko dilakukan dengan mengalikan kemungkinan (likehood) dan pengaruh (consequences) seperti yang terlihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil perkalian tersebut diperoleh nilai risiko untuk dapat menentukan tingkat penerimaan risiko (acceptability of risk). Hasil penerimaan risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Unacceptable (tidak dapat diterima)
: 9 risiko
2. Undesirable (tidak diharapkan)
: 80 risiko
3. Acceptable (dapat diterima)
: 5 risiko
4. Negligible (dapat diabaikan)
: 1 risiko
4.4 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini didasarkan pada perhitungan nilai Cronbach’s Alpha dengan uji signifikansi pada taraf 0.05. Menurut Priyanto (2008), hasil reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. Berdasarkan perhitungan SPSS for Windows ver. 16, dari item-item pertanyaan dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.794 (di atas 0.7). Dari nilai Cronbach’s Alpha tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan kuesioner tersebut adalah reliabel.
52
4.5 Uji Validitas Uji validitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation (Priyanto, 2008). Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung SPSS dengan nilai r tabel product moment. Berdasarkan uji 2 sisi (2tailed) dengan taraf signifikansi 0.05 maka diperoleh nilai r tabel untuk 24 responden adalah 0.404. Berdasarkan uji validitas dengan SPSS for Windows ver. 16 dengan teknik analisis Bivariate Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi setiap item pertanyaan nilainya melebihi 0.404 (nilai r tabel, 2-tailed dengan signifikansi 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat disimpulkan bahwa itemitem tersebut valid.
53
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Identifikasi Sumber Risiko Identifikasi risiko menurut Godfrey (1996) adalah bersumber dari aktivitas.
Jenis sumber risiko berdasarkan aktivitas antara lain politis, perencanaan, proyek, teknis, lingkungan, keselamatan, alami, ekonomi, kriminal, manusia dan keuangan. Dalam proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini teridentifikasi sumber risiko-risiko berdasarkan aktivitas yang dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini
53
54
Gambar 5.1 Jumlah Risiko Berdasarkan Sumber Risiko Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dijelaskan bahwa dari 95 (sembilan puluh lima) risiko yang teridentifikasi, terlihat risiko yang bersumber dari proyek jumlahnya paling banyak yaitu 25 (dua puluh lima) risiko (26.32%). Jumlah risiko terbanyak bersumber dari aktivitas proyek yang menunjukkan bahwa risiko-risiko khususnya pada tahap pelaksanaan lebih banyak muncul karena sangat erat kaitannya dengan teknis pekerjaan di lapangan dengan kendala-kendala karena sangat dekat bersinggungan dengan lingkungan sekitar proyek beserta segala aktivitasnya.
5.2
Analisis Penilaian Responden terhadap Risiko Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung Analisis data untuk mengetahui risiko yang signifikan pada Pembangunan
Sentral Parkir di Pasar Badung dilakukan dengan analisis statistik berdasarkan kemungkinan (likehood) dan pengaruh (consequences) yang teridentifikasi dari penilaian responden melalui kuesioner. Frekuensi penilaian responden terhadap kemungkinan terjadinya risiko (likehood) terlihat dalam diagram di bawah ini.
55
Gambar 5.2 Frekuensi Kemungkinan (Likehood) Risiko
Dari modus jawaban responden seperti gambar diagram di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Frekuensi skala 1 (sangat jarang)
: 1 (1.05%)
2. Frekuensi skala 2 (jarang)
: 25 (26.32%)
3. Frekuensi skala 3 (kadang-kadang) : 46 (48.42%) 4. Frekuensi skala 4 (sering)
: 23 (24.21%)
5. Frekuensi skala 5 (sangat sering)
: 0 (0%)
Berdasarkan data di atas bahwa jawaban responden terhadap kemungkinan terjadinya risiko cenderung pada frekuensi skala 3 (kadang-kadang). Hal ini menunjukkan bahwa risiko-risiko yang teridentifikasi adalah kadang-kadang terjadi baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun operasional. Untuk skala 1 (sangat jarang), responden berpendapat terdapat satu risiko yang teridentifikasi sangat jarang terjadi yaitu adanya biaya retribusi yang berbeda dengan biaya retribusi di luar sentral parkir. Hal ini menunjukkan bahwa menurut pihak-pihak berkompeten yang dijadikan responden, perbedaan biaya retribusi
Gambar 5.3 Frekuensi Pengaruh (Consequences) Risiko
56
antara sentral parkir dan di luar sentral parkir sangat jarang terjadi atau hampir tidak pernah terjadi. Demikian juga halnya dengan skala 5 (sangat sering) yang menunjukkan jawaban responden tidak ada diantara risiko yang teridentifikasi sangat sering terjadi.
Dari modus jawaban reponden seperti gambar diagram di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Konsekuensi skala 1 (sangat kecil) : 0 (0%) 2. Konsekuensi skala 2 (kecil)
: 13 (13.68%)
3. Konsekuensi skala 3 (sedang)
: 43 (45.262%)
4. Konsekuensi skala 4 besar)
: 37 (38.941%)
5. Konsekuensi skala 5 (sangat besar) : 2 (2.11%)
Berdasarkan data di atas bahwa jawaban responden terhadap pengaruh terjadinya risiko paling banyak pada frekuensi skala 3 (sedang). Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang teridentifikasi memberikan pengaruh sedang terhadap proyek. Untuk skala 1 (sangat kecil), responden berpendapat tidak ada risiko yang memiliki pengaruh sangat kecil. Sedangkan untuk jawaban dengan skala 5 (sangat besar), responden menilai ada dua risiko yang memiliki pengaruh yang sangat besar pada
57
proyek. Salah satu risiko yang berpengaruh sangat besar pada proyek adalah adanya perubahan penanggung jawab pembangunan dari Dinas PU kepada Dinas Tata Ruang dan Perumahan. Berpindahnya penanggung jawab yang membidangi proyek ini mengakibatkan banyaknya penyesuaian baik dari segi disain dan administrasi. Pihak konsultan perencana melakukan revisi terhadap keseluruhan dokumen DED yang terdiri dari gambar kerja, Engineer Estimate, RKS, kontrak dan lain-lain. Risiko lain yang berpengaruh signifikan dan besar pada proyek adalah adanya kerusakan pada bangunan maupun lokasi proyek akibat bencana alam (force majeur). Adanya bencana alam akan sangat merugikan pekerjaan proyek. Bencana seperti banjir sangat rentan terjadi karena pelaksanaan proyek sangat dekat dengan sungai yang rentan mengalami banjir kiriman saat musim hujan.
5.3
Risiko-risiko Dominan (Major Risk) Risiko-risiko yang bersifat dominan (major risk) adalah risiko-risiko yang
termasuk kategori unacceptable (risiko yang tidak dapat diterima) dan risikorisiko yang termasuk kategori undesirable (risiko yang tidah diharapkan). Risikorisiko ini merupakan risiko dengan risk acceptability nilai perkalian likehood dan consequences sama dengan atau di atas 5 (lima). Keberadaan risiko-risiko dominan (major risk) akan berpengaruh besar pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Dalam tingkat penerimaan risiko dapat dilihat bahwa risiko dominan besarnya 89.47%. Prosentase risiko-risiko dominan yang cukup besar menunjukkan banyak risiko-risiko yang tidak dapat diterima dalam proyek baik
58
pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan operasional yang dapat menghambat dan memberi dampak negatif dalam pembangunan sentral parkir. Risiko-risiko dominan ini harus mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak berkompeten yang memiliki tanggung jawab terhadap terjadinya risiko untuk dapat dilakukan tindakan mitigasi agar dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi.
Gambar 5.4 Tingkat Penerimaan Risiko (Risk Acceptability)
Berdasarkan gambar diagram tingkat penerimaan risiko di atas dapat dijelaskan persentase tingkat penerimaan risiko adalah sebagai berikut: 1. Unacceptable (tidak dapat diterima)
: 9 risiko
2. Undesirable (tidak diharapkan)
: 80 risiko
3. Acceptable (dapat diterima)
: 5 risiko
4. Negligible (dapat diabaikan)
: 1 risiko
59
Dari data dan prosentase di atas, dapat dijabarkan mengenai risiko-risiko dominan (major risk) yang teridentifikasi yaitu risiko dengan kategori unacceptable dan undesirable.
5.3.1
Risiko dengan Kategori Unacceptable Risiko-risiko yang teridentifikasi sebagai risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini adalah sebagai berikut:
1.
Risiko Politis Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek. Instansi-instansi yang terlibat dalam proyek ini seperti Dinas TRP, Dinas PU dan PD. Pasar kurang berkoordinasi dengan baik termasuk dari SKPD lain sehingga terjadi perubahan-perubahan keputusan akibat dari masukan-masukan yang diberikan khususnya pada tahap perencanaan yang berdampak pada tertundanya penyelesaian dokumen gambar dan lain-lain oleh konsultan perencana karena menunggu keputusan akhir yang diambil.
2.
Risiko Perencanaan Adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan Pembangunan Sentral Parkir. Perubahan disain ini memberikan dampak yang sangat besar pada perencanaan. Perubahan disain
60
yang berdampak besar seperti perubahan disain dari dua lantai basement menjadi satu lantai basement menyebabkan perubahan disain secara total baik dari segi struktur, arsitektur dan MEP. Perubahan disain ini mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian pekerjaan oleh konsultan perencana. 3.
Risiko Ekonomi Terjadinya eskalasi atau kenaikan harga bahan bangunan selama masa perencanaan
dan
pelaksanaan
proyek
yang
dapat
mengakibatkan
membengkaknya biaya konstruksi pada tahap pelaksanaan yang pada saat perencanaan belum terjadi eskalasi harga. Hal ini akan menyulitkan pada saat pelaksanaan terutama bagi kontraktor yang menawar dan memenangkan tender pekerjaan. 4.
Risiko Manusiawi a. Terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan proyek. Kegiatan perdagangan di Pasar Badung sebagai lokasi proyek akan sangat terpengaruh selama kegiatan proyek. Pedagang yang biasa berjualan di areal parkir akan direlokasi sementara ke areal lain dalam
pasar.
Selama
pelaksanaan
proyek
akan
mengakibatkan
berkurangnya pendapatan para pedagang karena para pembeli kurang leluasa berbelanja selama pelaksanaan proyek. b. Keterlambatan
kedatangan
tenaga
kerja
akibat
libur
hari
raya.
Keterlambatan datangnya tenaga kerja ini dapat disebabkan kurangnya manajemen
tenaga
kerja
(man
power)
oleh
kontraktor
dalam
61
mengantisipasi adanya libur hari raya, terutama untuk tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. 5.
Risiko Alami Adanya kerusakan pada bangunan selama pengerjaan proyek akibat bencana alam (force majeur). Adanya bencana alam akan berdampak buruk pekerjaan proyek dan kejadian bencana alam biasanya tidak dapat diprediksi. Bencana seperti banjir sangat rentan terjadi karena pelaksanaan proyek sangat dekat dengan sungai yang rentan mengalami banjir kiriman saat musim hujan. Terlebih lagi kejadian bencana alam banjir pernah menimpa pengerjaan proyek sentral parkir sebelumnya di Pasar Payuk.
6.
Risiko Proyek a. Tenaga kerja yang diperlukan kurang mencukupi secara langsung akan berpengaruh pada kinerja dan kualitas pekerjaan. Kejadian ini bisa saja disebabkan kurangnya koordinasi antara kontraktor utama dengan subkontraktor ataupun mandor penyedia tenaga kerja dalam hal pengadaan tenaga kerja. b. Terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek. Keterlambatan dapat disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja, metode kerja yang tidak terencana dengan baik, penyediaan material yang kurang mencukupi, bencana alam dan lain-lain. Keterlambatan ini dapat mengakibatkan bertambahnya waktu yang akan berdampak adanya sanksi denda kepada kontraktor akibat keterlambatan yang terjadi.
7.
Risiko Teknis
62
Adanya kemacetan yang terjadi di sekitar Sentral Parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik dapat berakibat buruk pada proyek. Kemacetan akan terjadi karena volume kendaraan seperti dump truk pada saat pekerjaan galian akan sangat padat dan akan mengganggu kelancaran lalu lintas terutama di Jalan Gajah Mada. Demikian juga halnya pada saat pengecoran yang akan melibatkan banyak truk concrete mixer yang akan mengganggu lalu lintas du Jalan Gajah Mada yang sudah sangat padat.
5.3.2
Risiko dengan Kategori Undesirable Risiko-risiko yang teridentifikasi sebagai risiko yang tidak diharapkan (undesirable) dalam Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Payuk ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Risiko Politis a. Terjadinya perubahan penanggung jawab pembangunan dari Dinas PU ke Dinas Tata Ruang yang menyebabkan review disain. Perubahan ini dapat mengakibatkan berubahnya semua administrasi proyek dan juga adanya penyempurnaan dan perubahan disain. b. Adanya masukan-masukan dari pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang berakibat adanya perubahan disain. Masukan-masukan khususnya dari pihak PD. Pasar mempengaruhi disain karena PD. Pasar akan menjadi pengelola setelah sentral parkir ini terwujud.
63
c. Adanya perubahan prioritas pengerjaan proyek dalam tahun anggaran yang mempengaruhi pengerjaan proyek. d. Opini masyarakat yang apatis terhadap pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. e. Adanya konflik kepentingan antara instansi yang terkait dengan pembangunan dalam hal ini pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang masingmasing mempunyai kepentingan, misalnya PD. Pasar ingin memanfaatkan lahan untuk pedagang namun di lain pihak PD. Parkir berkepentingan untuk memanfaatkan lahan sebagai areal parkir. f. Adanya review disain setelah diadakannya presentasi dan rapat dengan anggota Komisi B DPRD Kota Denpasar. Sebelum dilaksanakan, rancangan dipresentasikan kepada anggota Komisi B DPRD yang memberikan masukan seperti ketinggian lantai (finish floor level) yang harus ditindaklanjuti dengan review disain. g. Adanya perubahan kebijakan prioritas penggunaan anggaran yang dapat menghambat terlaksananya pembangunan Sentral Parkir. Perubahan ini disebabkan oleh pertimbangan pemerintah dalam menentukan skala prioritas penaganan proyek seperti mendahulukan renovasi Pasar Kumbasari yang mengalami musibah kebakaran. 2.
Risiko Perencanaan a. Adanya kesulitan dari konsultan perencana dalam melengkapi data dari disain terdahulu untuk melakukan review disain dikarenakan tidak adanya
64
back up data dan kurangnya koordinasi dengan konsultan perencana terdahulu. b. Kurangnya survei pendahuluan tentang lokasi pembangunan oleh konsultan perencana. Kurangnya suvei ini dapat mengakibatkan disain kurang sesuai dengan kondisi terkini di lokasi. c. Kurangnya kajian holistik dari konsultan perencana yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan masterplan pengembangan Pasar Badung dan sekitarnya. d. Koordinasi antar tim ahli pada konsultan perencana kurang berjalan dengan baik (arsitek, sipil, ME/P). Kurangnya koordinasi dapat disebabkan kurang tegasnya team leader dalam pembagian tugas (job description) antar tim ahli serta kurang tepatnya metode kerja yang digunakan. e. Konsultan perencana kurang berkoordinasi dengan instansi yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan. Dalam proses perancanaan konsultan perencana hanya berkoordinasi dengan Dinas PU atau Dinas TRP dan kurang berkoordinasi dengan PD. Pasar selaku pengelola lokasi pekerjaan. f. Data tanah dan hidrologi (kondisi lapangan) kurang terdata secara terperinci seperti tidak adanya hasil tes tanah (sondir) untuk mengetahui kondisi lokasi pekerjaan. g. Adanya kesalahan perhitungan volume pekerjaan oleh konsultan perencana, seperti konsultan hanya memperhitungkan volume galian tanah padat, tidak meninjau volume tanah ketika gembur.
65
h. Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan listrik yang tersedia di lapangan. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya pekerjaan jika terdapat kabel tanam di lokasi. i.Adanya ketidaksesuaian antara gambar rencana dan kondisi riil di lapangan. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena kurangnya pengukuran dan analisis lapangan yang dapat menyebabkan perubahan disain dalam skala kecil ataupun skala besar. j. Perbedaan spesifikasi teknis antara gambar rencana, rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). Perbedaan ini dapat menyebabkan perbedaan intepretasi bagi kontraktor yang akan mengerjakan terkait dengan sistem kontrak lump sum atau unit price. k. Adanya perubahan disain bangunan dari disain awal dengan sistem dua lantai basement menjadi satu lantai basement di bawah ground floor. Perubahan ini diambil setelah mempertimbangkan posisi lantai basement yang berada di bawah level air sungai jika menggunakan sistem dua lantai basement. l.Kurang lengkapnya gambar rencana, terutama detail-detail struktural, arsitektural ataupun mekanikal yang akan menyulitkan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. m.
Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan plumbing yang tersedia di lapangan. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya pekerjaan jika terdapat pipa air di lokasi.
3.
Risiko Proyek
66
a. Pengukuran lapangan (uitzet) untuk menentukan posisi, titik, garis dan ketinggian tidak sesuai gambar. b. Pengukuran dilakukan secara manual tanpa pesawat ukur (teodolit), seperti penentuan titik-titik dan jarak antar kolom serta levelling dapat menyebabkan bangunan tidak presisi. c. Adanya perbedaan interpretasi dokumen kontrak antara owner dengan kontraktor, seperti salah pengertian mengenai kontrak tipe lump sum atau unit price dan masalah perpanjangan waktu serta pembayaran termin pekerjaan. d. Ketidaksesuaian antara volume pekerjaan di dalam BQ dan kondisi di lapangan. Hal ini disebabkan kurang telitinya analisa konsultan mengenai kondisi lapangan sehingga terjadi perbedaan volume. e. Adanya bahaya longsoran tanah pada saat penggalian lantai basement. f. Adanya ceceran tanah bekas galian pada saat pengangkutan keluar lokasi proyek, dikarenakan dump truck pengangkut tanah galian tidak menutup bak truk dengan penutup sebelum meninggalkan lokasi pekerjaan. g. Adanya kerusakan bangunan sekitar terutama Pura Melanting akibat proses konstruksi khususnya saat pekerjaan pondasi bored-pile. Hal ini dapat terjadi mengingat sangat dekatnya lokasi khususnya pekerjaan bored-pile dengan Pura Melanting. h. Terlambatnya pasokan material yang mengurangi kinerja pekerjaan.
67
i. Kontraktor tidak mengajukan contoh material untuk disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas. Tidak adanya contoh material dapat mengakibatkan ketidaksesuaian antara material dengan spesifikasi teknis. j. Pengadaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. k. Pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara kontraktor dengan konsultan pengawas. l. Adanya perubahan disain yang yang berakibat pada terhambatnya prestasi pengerjaan proyek. m. Adanya perubahan spesifikasi teknis yang mengganggu pelaksanaan proyek. Perubahan spesifikasi teknis pada saat pelaksanaan akan berpengaruh pada harga dan volume pekerjaan yang harus diperhitungkan dan dapat mengganggu kelancaran proyek. n. Kontraktor tidak mengajukan request dan shop drawing kepada konsultan pengawas sebelum melaksanakan suatu pekerjaan. Setiap memulai pekerjaan kontraktor harus mengajukan request atau ijin kerja kepada konsultan dan mengajukan shop drawing jika diperlukan. o. Kurangnya kualitas pekerjaan karena lemahnya pengawasan lapangan yang dapat disebabkan karena pengawas lapangan tidak secara rutin berada di lapangan dan mengawasi jalannya pekerjaan. p. Kurangnya kualitas pekerjaan karena tidak mengikuti dan melaksanakan masukan dan instruksi dari pengawas lapangan.
68
q. Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement. Pagar pengaman yang kurang baik sangat berbahaya apalagi lokasi pelaksanaan adalah pasar dengan aktivitas yangg sangat padat. r. Tenaga kerja yang ditugaskan tidak sesuai dengan kualifikasinya, misalnya tenaga tukang gali diberikan pekerjaan pembesian sehingga dapat berpengaruh pada kualitas pekerjaan. s. Pekerjaan tambah yang lebih besar dari 10% akan menyebabkan harus diadakannya perhitungan ulang volume pekerjaan khususnya untuk kontrak unit price dan menerbitkan amandemen kontrak. t. Adanya perbedaan perhitungan volume pekerjaan yang telah dikerjakan antara kontraktor dan konsultan pengawas. u. Kekurangan pasokan daya listrik yang tersedia di lapangan dapat mengakibatkan terlambatnya pekerjaan misalnya untuk pemotongan besi dan untuk penerangan di malam hari pada saat pekerjaan lembur. v. Kurang terawatnya instlasi listrik dan hidran eksisting sehingga menyulitkan dalam penyambungan/connecting. 4.
Risiko Teknis a. Ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi teknis. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman bagi kontraktor, misalnya untuk lantai (slab) basement dalam gambar tercantum mutu beton K-175 sedangkan dalam spesifikasi teknis mensyaratkan mutu K-250.
69
b. Perbedaan hasil pengukuran kualitas dan kuantitas pekerjaan dengan kondisi aktual di lapangan. c. Adanya perubahan disain akibat penyesuaian dengan kondisi di lapangan. d. Peralatan yang digunakan terutama alat berat dan kendaraan pengangkut tanah sisa galian tidak mencukupi sehingga menghambat pekerjaan. Kurangnya peralatan khususnya jumlah dump truk pengangkut galian tanah akan memperlambat pekerjaan. e. Kurangnya pengamanan pada jalur utama keluar masuk kendaraan yang menimbulkan kesemrawutan. f. Kurangnya tanggung jawab dari
kontraktor mengenai kerusakan-
kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan berkala. Kerusakan yang terjadi khususnya sistem mekanikal elektrikal tidak diperbaikai oleh kontraktor selama masa pemeliharaan berkala. g. Kurangnya pengaturan parkir baik di area basement dan ground floor yang menyebabkan berkurangnya daya tampung optimal dari sentral parkir. Hal ini disebabkan kurangnya petugas parkir untuk membantu pengunjung memarkirkan kendaraan. h. Kurangnya pertanda dan peringatan yang menyebabkan bingung pengguna parkir. i. Mahalnya biaya perawatan bangunan khususnya instalasi listrik, plumbing dan hidran. j. Tidak berfungsinya peralatan-peralatan pengaman bangunan seperti hidran, pompa banjir (sum pit) dan lain-lain. Peralatan ini kurang berfungsi
70
maksimal dapat disebabkan kurangnya perawatan dan jarangnya dilakukan uji coba untuk mendeteksi jika terjadi kerusakan. k. Kurangnya keterampilan SDM / juru parkir dalam melakukan pengaturan perparkiran (hanya menarik retribusi tanpa membantu mengatur parkir). l. Peralatan yang digunakan juru parkir tidak mencukupi untuk melakukan pengaturan parkir. 5.
Risiko Lingkungan a. Terjadinya kontaminasi tanah, polusi dan kebisingan yang mengganggu selama pelaksanaan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Terjadinya polusi terutama debu dapat terjadi pada saat pekerjaan galian dan pengangkutan hasil galian, sedangkan kebisingan terjadi pada saat penggunaan alat berat dan pada saat pengecoran yang menggunakan concrete mixer dan concrete pump. b. Sulitnya akses masuk bagi alat berat yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek. Akses alat berat cukup sulit karena lokasi sangat padat dan entrance ke lokasi sangat sempit. c. Adanya kerusakan bangunan sekitar akibat pengerjaan proyek, khususnya Pura Melanting yang sangat berdekatan dengan lokasi. d. Terganggunya kelancaran pekerjaan akibat tingginya tingkat kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan. Kepadatan yang tinggi akan menyulitkan terutama pada saat keluar masuk dump truk pengangkut, suplai material dan saat pengecoran.
6.
Risiko Keselamatan
71
a. Terjadinya kecelakaan akibat penggunaan alat berat terutama pada penggalian basement b. Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement. c. Kurangnya pengamanan di lokasi proyek. d. Terjadinya perusakan fasilitas proyek. e. Adanya pungutan liar yang dilakukan preman. f. Adanya penggunaan dana di luar yang tercantum dalam kontrak. g. Pekerja tidak menggunakan alat keselamatan pada saat bekerja. h. Kurangnya fasilitas sanitasi pada areal penampungan tenaga kerja. 7.
Risiko Alami a. Muka air tanah yang tinggi pada galian basement mengingat lokasi proyek sangat berdekatan dengan sungai. b. Terganggunya pekerjaan karena kegiatan pasar yang tidak pernah berhenti sepanjang hari, khususnya pada saat loading unloading material di lokasi pekerjaan. c. Adanya mata air pada galian basement. d. Adanya rembesan air Tukad Badung selama pengerjaan proyek, khususnya pada saat pengerjaan lantai basement. e. Terhambatnya
pekerjaan
akibat
cuaca
khususnya
hujan
karena
pelaksanaan pekerjaan dijadwalkan pada Bulan Juli sampai Desember yang merupakan waktu musim hujan. 8.
Risiko Ekonomi
72
Terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan mempengaruhi kinerja proyek. 9.
Risiko Kriminal a. Hilangnya material dan peralatan kerja selama berlangsungnya proyek.
10. Risiko Manusiawi a. Produktivitas pekerja yang rendah. b. Pemogokan oleh tenaga kerja. c. Adanya pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan. d. Adanya penolakan dari para pedagang yang akan direlokasi dengan adanya pembangunan Sentral Parkir. e.
Adanya keluhan dari warga akibat terganggunya aktivitas mereka termasuk kemacetan yang terjadi.
11. Risiko Keuangan a. Adanya keterlambatan pembayaran termin oleh owner kepada pihak konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor. b. Keterlambatan pembayaran oleh kontraktor utama kepada pihak sub kontraktor. Berdasarkan sumbernya, risiko yang termasuk kategori tidak dapat diterima (unacceptable) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Risiko Politis
: 2 risiko (22.22%)
2. Risiko Perencanaan
: 1 risiko (11.11%)
3. Risiko Ekonomi
: 1 risiko (11.11%)
73
4. Risiko Lingkungan
: 1 risiko (11.11%)
5. Risiko Alami
: 1 risiko (11.11%)
6. Risiko Proyek
: 2 risiko (22.22%)
Sedangkan untuk risiko yang termasuk kategori tidak diharapkan (undesirable) dapat diuraikan sebagai berikut:
5.4
1. Risiko Politis
: 7 risiko (8.75 %)
2. Risiko Perencanaan
: 13 risiko (16.25%)
3. Risiko Proyek
: 22 risiko (27.50%)
4. Risiko Teknis
: 12 risiko (15.00%)
5. Risiko Lingkungan
: 4 risiko (5.00%)
6. Risiko Keselamatan
: 8 risiko (10.00%)
7. Risiko Alami
: 5 risiko (6.25%)
8. Risiko Ekonomi
: 1 risiko (1.25%)
9. Risiko Kriminal
: 1 risiko (1.25%)
10. Risiko Manusiawi
: 5 risiko (6.25%)
11. Risiko Keuangan
: 2 risiko (2.50%)
Distribusi Penerimaan Risiko untuk Setiap Sumber Risiko Berdasarkan
analisis
modus
penilaian
responden
terhadap
risiko
berdasarkan sumber risiko, dapat dijabarkan distribusi penerimaan risiko (risk acceptability) seperti dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Penerimaan Risiko untuk Setiap Sumber Risiko
74
SUMBER RISIKO Politis Perencanaan Proyek Teknis Lingkungan Keselamatan Alami Ekonomi Kriminal Manusiawi Keuangan Jumlah Persentase
IDENTIFIKASI RISIKO Jml % 10.00 10.53 14.00 14.74 25.00 26.32 15.00 15.79 4.00 4.21 9.00 9.47 6.00 6.32 2.00 2.11 1.00 1.05 7.00 7.37 2.00 2.11 95.00 100 100.00
TINGKAT PENERIMAAN RISIKO (Risk Acceptability) Unacceptable Undesirable Acceptable Negligible Jml % Jml % Jml % Jml % 1 1.05 7 7.37 1 1.05 0 0.00 1 1.05 13 13.68 0 0.00 0 0.00 2 2.11 22 23.16 1 1.05 0 0.00 1 1.05 12 12.63 1 1.05 1 1.05 0 0.00 4 4.21 0 0.00 0 0.00 0 0.00 8 8.42 1 1.05 0 0.00 1 1.05 5 5.26 0 0.00 0 0.00 1 1.05 1 1.05 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.05 0 0.00 0 0.00 2 2.11 5 5.26 1 1.05 0 0.00 0 0.00 2 2.11 0 0.00 0 0.00 9 80 5 1 9.47 84.21 5.26 1.05
Sumber: Hasil Analisis Dari tabel dapat dilihatSumber: risiko yang Hasiltermasuk Analisis kategori tidak dapat diterima (unacceptable) sebanyak 9 (sembilan) risiko (9.47%). Risiko dengan nilai penerimaan risiko yang tinggi diantaranya adalah kurangnya koordinasi antar instansi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek, adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan sentral parkir, terjadinya eskalasi harga bahan bangunan, terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan proyek, adanya kerusakan bangunan akibat bencana alam (force majeur), tenaga kerja yang tidak mencukupi, terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek, keterlambatan kedatangan tenaga kerja akibat libur hari raya dan terjadinya kemacetan di sekitar sentral parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik. Hasil penelitian ini
berbeda dengan
75
penelitian terdahulu oleh Kristinayanti (2005) tentang Manajemen Risiko pada Investasi Hotel Bintang Tiga di Bali yang menemukan risiko dengan tingkat penerimaan yang tinggi adalah masalah sosial (lingkungan sekitar) seperti peraturan desa adat setempat (awig-awig dan kontribusi) dan tekanan dari masyarakat setempat. Sedangkan penelitian Sudiatmika (2010) menunjukkan bahwa
perubahan
lahan
persawahan
(kawasan
hijau)
menjadi
lahan
perumahan/komersial di sekitar PPK Badung adalah risiko dengan nilai tingkat penerimaan yang tinggi.
Risiko dengan kategori yang tidak diharapkan
(undesirable) terdapat 80 (delapan puluh) risiko (84.21%), risiko yang dapat diterima (acceptable) sebanyak 5 (lima) risiko (5.26%) dan risiko yang diabaikan (negligible) ada satu risiko (1.05%).
5.5
Mitigasi Risiko (Risk Mitigation) Keberadaan risiko-risiko dominan (major risk) akan memberikan
pengaruh yang besar pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Risikorisiko yang termasuk dalam kategori risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) dan risiko yang termasuk dalam kategori tidak diharapkan (undesirable) memerlukan adanya tindakan-tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Mitigasi risiko dapat dilakukan dengan mengurangi risiko (risk reduction), menahan risiko (risk retention), mengalihkan risiko (risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance). Risiko-risiko yang termasuk
76
kategori dapat diterima (acceptable) dan kategori dapat diabaikan (negligible) tidak memerlukan adanya mitigasi karena risiko-risiko tersebut dapat ditahan (risk retention). Tindakan-tindakan mitigasi yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan dari hasil analisis, wawancara dengan pihak yang berkompeten (expert) dan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
5.5.1 Mitigasi Risiko Unacceptable Tindakan mitigasi untuk risiko-risiko yang termasuk dalam kategori tidak dapat diterima (unacceptable) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek. Instansi-instansi yang terlibat seperti Dinas Tata Ruang dan Perumahan, Dinas Pekerjaan Umum dan PD. Pasar kurang berkoordinasi dengan baik termasuk dari SKPD lain sehingga terjadi perubahan-perubahan keputusan akibat dari masukan-masukan yang diberikan. Mitigasi yang diperlukan untuk risiko yang terjadi dalam hal ini adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan (risk reduction) dengan tindakantindakan antara lain: a. Mempertegas aturan-aturan mengenai pihak-pihak yang secara teknis terlibat dalam pengerjaan proyek sehingga koordinasi antar instansi dapat terjalin dengan baik. b. Meminta masukan-masukan dari instansi lain seperti Bappeda Kota Denpasar atau Bagian Program Pembangunan Sekretariat Kota Denpasar
77
untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang terbaik oleh Dinas Tata Ruang dan Perumahan sebagai pengelola teknis proyek. 2. Adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait
dengan
Pembangunan
Sentral
Parkir
khususnya
pada
tahap
perencanaan. Perubahan disain yang yang terjadi misalnya disain dari dua lantai basement menjadi satu lantai basement menyebabkan perubahan disain secara total baik dari segi struktur, arsitektur,
mekanikal, elektrikal dan
plumbing. Untuk mengantisipasi dampak dari risiko perubahan disain ini dapat dilakukan dengan melakukan mengurangi dampak risiko (risk reduction) yaitu: a. Mempertegas KAK atau TOR sebagai pedoman bagi konsultan perencana dalam mengerjakan disain sesuai permintaan pihak owner yang tercantum dalam TOR. b. Memberikan penjelasan yang didukung dengan hasil studi atau analisis mengenai disain yang sudah direncanakan untuk dapat meminimalkan perubahan disain. 3. Terjadinya eskalasi atau kenaikan harga bahan bangunan selama masa perencanaan
dan
pelaksanaan
proyek
yang
dapat
mengakibatkan
membengkaknya biaya konstruksi pada tahap pelaksanaan yang pada saat perencanaan belum terjadi eskalasi harga. Hal ini akan menyulitkan pada saat pelaksanaan terutama bagi kontraktor yang menawar dan memenangkan tender pekerjaan. Mitigasi yang diperlukan untuk risiko yang terjadi dalam hal ini adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan (risk reduction) dengan tindakan-tindakan antara lain:
78
a. Pihak kontraktor sebagai pelaksana proyek terlebih dahulu melakukan order atau pemesanan material yang diperlukan dilengkapi dengan uang muka atau membayar penuh sejak awal pelaksanaan untuk mengantisipasi eskalasi harga. b. Kontraktor mengusahakan untuk mencari supplier material alternatif untuk mendapatkan material yang sesuai dengan kualitas yang sudah disepakati dan ditawar sesuai dengan kontrak. 4. Terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan proyek yang diakibatkan areal proyek sebelumnya adalah tempat pedagang berjualan. Selama pelaksanaan proyek akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan para pedagang karena para pembeli kurang leluasa berbelanja. Dampak buruk dari terganggunya kegiatan perekonomian ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan tindakan mitigasi antara lain: a. Pihak terkait dalam hal ini PD. Pasar sebagai pengelola lokasi pekerjaan melakukan sosialisasi, penjelasan dan pengertian kepada para pedagang mengenai proyek yang akan dikerjakan jauh sebelum proyek agar para pedagang bisa menerima keberadaan proyek. b. Pihak PD. Pasar melakukan relokasi dan pengaturan pedagang selama berlangsungnya proyek untuk memperlancar jalannya proyek khususnya saat loading-unloading material. Relokasi dapat dilakukan misalnya memindahkan pedagang sementara ke Sentral Parkir Pasar Payuk. 5. Risiko yang dapat berdampak besar pada proyek adalah kerusakan bangunan dan fasilitas proyek selama pelaksanaan akibat bencana alam (force majeur).
79
Bencana alam yang terjadi dapat berupa bencana gempa bumi, kebakaran ataupun bencana banjir seperti yang pernah menimpa pelaksanaan proyek Sentral Parkir di Pasar Payuk. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi risiko bencana alam adalah: a. Mengurangi dampak
risiko
yang
terjadi (risk reduction) dengan
mempersiapkan antisipasi awal terhadap bencana yang terjadi seperti merencanakan sistem dewatering yang efektifmdengan penggunaan pompa sum-pit yang bekerja secara otomatis untuk menanggulangi masuknya air sungai saat terjadinya bencana banjir. b. Mengalihkan
risiko
kepada
pihak
lain
(risk
transfer)
dengan
mengasuransikan bangunan, alat kerja terutama alat berat dan pekerja kepada pihak ketiga sebagai antisipasi jika terjadi bencana alam. 6. Tenaga kerja yang diperlukan kurang mencukupi pada kinerja dan kualitas pekerjaan. Untuk risiko kurang mencukupinya tenaga kerja dapat dilakukan tindakan mitigasi dengan mengurangi dampak risiko (risk reduction) yaitu: a. Membuatkan schedule tentang kebutuhan tenaga selama pengerjaan proyek (man power). Pihak kontraktor membuat schedule man power dan metode kerja tentang kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan lingkup dan waktu pelaksanaan proyek. b. Mengagendakan kerja lembur untuk antisipasi item-item pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja seperti saat pekerjaan pengecoran agar dapat memenuhi progress yang sudah direncanakan.
80
7. Risiko keterlambatan penyelesaian proyek dapat disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja, metode kerja yang tidak terencana dengan baik, penyediaan material yang kurang mencukupi, bencana alam dan lain-lain. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh risiko keterlambatan ini adalah dengan mengurangi dampak risiko (risk reduction) dengan tindakan mitigasi diantaranya: a. Meningkatkan prestasi kerja misalnya dengan menambah jam kerja lembur bagi tenaga kerja untuk mengejar keterlambatan. b. Melakukan perbaikan metode kerja dengan mengutamakan pekerjaanpekerjaan yang berat dan memerlukan banyak tenaga kerja. c. Mengajukan permohonan penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan kepada owner untuk mengejar keterlambatan yang terjadi. 8. Adanya kemacetan yang terjadi di sekitar Sentral Parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik dapat berdampak pada proyek, terutama saat keluar masuknya kendaraan proyek baik itu dump truk, concrete mixer dan concrete pump. Risiko kemacetan ini dapat dikurangi dampaknya (risk reduction) dengan melakukan tindakan mitigasi antara lain: a. Menempatkan petugas khusus untuk menjaga pintu keluar masuk proyek dan membantu mengatur keluar masuknya kendaraan proyek agar menghindarkan kemacetan. b. Melakukan koordinasi dengan pihak keamanan setempat dalam hal ini pihak keamanan pasar dan kepolisian dalam mengatur lalu lintas agar aman dan lancar.
81
9. Risiko keterlambatan datangnya tenaga kerja akibat libur hari raya ini dapat disebabkan kurangnya manajemen tenaga kerja (man power) oleh kontraktor dalam mengantisipasi adanya libur hari raya, terutama untuk tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. Jenis mitigasi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif risiko ini adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan tindakan mitigasi antara lain: a. Membatasi libur tenaga kerja terutama untuk tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. b. Mengadakan kesepakatan dengan penyedia tenaga kerja atau mandor tentang waktu libur tenaga kerja dan kapan tenaga kerja kembali ke proyek. c. Mencari alternatif tenaga kerja lain sebagai cadangan bila tenaga kerja yang diberikan waktu libur kedatangannya terlambat. Keberadaan
risiko-risiko
yang
termasuk
kategori
tidak
dapat
diterima
(unacceptable) harus mendapatkan perhatian lebih dan dilakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan seperti tindakan mitigasi untuk risiko bencana alam (force majeur) dilakukan risk reduction dengan membuat persiapan awal untuk mengantisipasi misalnya dengan menyiapkan pompa banjir jika terjadi bencana banjir dan juga dapat dilakukan risk transfer dengan mengasuransikan pekerjaan pada pihak ketiga.
5.5.2 Mitigasi Risiko Undesirable Tindakan mitigasi untuk risiko-risiko yang termasuk dalam kategori tidak diharapkan (undesirable) dapat dijelaskan sebagai berikut:
82
1. Risiko terjadinya perubahan penanggung jawab pembangunan dari Dinas PU ke Dinas TRP yang menyebabkan review disain yang juga mengakibatkan berubahnya semua administrasi proyek dan juga adanya penyempurnaan serta perubahan disain. Untuk tindakan mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan rapat-rapat koordinasi dengan Dinas TRP mengenai review disain yang terjadi sekaligus membahas perubahan-perubahan admisnistrasi proyek yang terjadi. 2. Adanya masukan-masukan dari pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang berakibat adanya perubahan disain khususnya PD. Pasar yang akan menjadi pengelola. Terhadap risiko ini dilakukan mitigasi dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu: a. Mengakomodasi
masukan-masukan
dan
melakukan
review
disain
seperlunya tanpa mengubah konsep desain secara keseluruhan. b. Memberi penjelasan disain selengkapnya untuk meminimalkan peluang peruahan disain. 3. Adanya perubahan prioritas pengerjaan proyek dalam tahun anggaran yang mempengaruhi pengerjaan proyek. Tindakan mitigasi yang dilakukan adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan memastikan ranking prioritas pengerjaan proyek kepada instansi penentu kebijakan dalam hal ini Pemerintah Kota Denpasar. 4. Adanya konflik kepentingan antara instansi yang terkait misalnya pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang masing-masing mempunyai kepentingan. Mitigasi yang dilakukan dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan mengadakan
83
koordinasi antar instansi untuk menyatukan persepsi dan menetapkan fungsi dari Gedung Sentral Parkir dan menetapkan pihak-pihak yang akan menjadi pengelola dan bertanggung jawab baik pada saat pelaksanaan proyek ataupun operasional. 5. Adanya review disain setelah diadakannya presentasi dan rapat dengan anggota Komisi B DPRD Kota Denpasar yang memberikan masukan untuk ditindaklanjuti dengan review disain. Mitigasi risiko yang dilakukan adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan mengakomodasi masukan-masukan yang diberikan dan melakukan review disain. 6. Adanya perubahan kebijakan prioritas penggunaan anggaran yang dapat menghambat terlaksananya pembangunan Sentral Parkir. Karena pemerintah menentukan skala prioritas penanganan proyek. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan menetapkan skala prioritas atau penentuan
ranking pengerjaan proyek sesuai dengan daftar
program kerja yang disusun oleh pengelola teknis yang dalam hal ini adalah Dinas TRP. 7. Adanya kesulitan dari konsultan perencana dalam melengkapi data dari disain terdahulu untuk melakukan review disain dikarenakan tidak adanya back up data dan kurangnya koordinasi dengan konsultan perencana terdahulu. Mitigasi yang dilakukan dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu berkoordinasi dengan instansi yang bertanggung jawab sebelumnya (Dinas PU) dan berkoordinasi lebih intensif dengan perencana terdahulu.
84
8. Kurangnya survei pendahuluan tentang lokasi pembangunan oleh konsultan perencana yang dapat mengakibatkan disain kurang sesuai dengan kondisi terkini di lapangan. Risiko ini memerlukan mitigasi yaitu mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan survey ulang pada lokasi proyek dan mengadakan penyesuaian antara disain dan keadaan di lokasi proyek. 9. Kurangnya kajian holistik dari konsultan perencana yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan masterplan pengembangan Pasar Badung dan sekitarnya. Risiko ini memerlukan mitigasi yaitu mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait mengenai masterplan pengembangan Pasar Badung dan melengkapi data dengan kajian yang lebih holistik. 10. Koordinasi antar tim ahli pada konsultan perencana kurang berjalan dengan baik (arsitek, sipil, ME/P) yang dapat disebabkan kurang tegasnya team leader dalam pembagian tugas (job description) antar tim ahli serta kurang tepatnya metode kerja yang digunakan. Risiko ini memerlukan mitigasi yaitu mengurangi risiko (risk reduction) dengan mengadakan rapat koordinasi intern yang lebih intensif dengan semua ahli yang terlibat, memantapkan posisi team leader sebagai koordinator dan memperbaiki pembagian tugas (job description). 11. Konsultan perencana kurang berkoordinasi dengan instansi yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan misalnya hanya Dinas PU atau Dinas TRP. Tindakan mitigasi yang diperlukan untuk risiko ini adalah dengan mengurangi risiko
(risk reduction) dengan
mengadakan
rapat-rapat
85
koordinasi dengan instansi terkait misalnya PD. Pasar dan meminta masukan mengenai proyek yang dikerjakan. 12. Data tanah dan hidrologi (kondisi lapangan) kurang terdata secara terperinci seperti tidak adanya hasil tes tanah (sondir) untuk mengetahui kondisi lokasi pekerjaan. Tindakan mitigasi yang diperlukan adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan survey ulang mengenai keadaan tanah dan hidrologi di lapangan. 13. Adanya kesalahan perhitungan volume pekerjaan oleh konsultan perencana. Risiko kesalahan perhitungan volume ini memerlukan tindakan mitigasi dengan mengurangi risiko yaitu dengan mengadakan perhitungan ulang terhadap volume pekerjaan dan mengusulkan pekerjaan tambah kurang bila pelaksanaan proyek sudah berjalan. 14. Adanya ketidaksesuaian antara gambar rencana dan kondisi riil di lapangan karena
kurangnya
pengukuran
dan
analisis
lapangan
yang
dapat
menyebabkan perubahan disain. Mitigasi yang dilakukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan review disain untuk menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan. 15. Perbedaan spesifikasi teknis antara gambar rencana, rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). Risiko ini memerlukan mitigasi dengan mengurangi risiko yaitu dengan melakukan sinkronisasi antara gambar rencana, RAB dan RKS. Tindakan lain yang dilakukan adalah menentukan kedudukan yang lebih mengikat antara gambar rencana, RAB dan RKS sesuai kontrak pekerjaan.
86
16. Perbedaan spesifikasi teknis antara gambar rencana, rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS). Risiko ini memerlukan mitigasi dengan mengurangi risiko yaitu dengan melakukan sinkronisasi antara gambar rencana, RAB dan RKS. Tindakan lain yang dilakukan adalah menentukan kedudukan yang lebih mengikat antara gambar rencana, RAB dan RKS sesuai kontrak pekerjaan. 17. Adanya perubahan disain bangunan dari disain awal dengan sistem dua lantai basement menjadi satu lantai basement di bawah ground floor dengan pertimbangan ketinggian level air sungai. Mitigasi yang dilakukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan review mengenai lingkup pekerjaan dan anggaran terkait perubahan disain dan melakukan analisis struktur, mekanikal dan elektrikal terkait perubahan disain yang terjadi. 18. Kurang lengkapnya gambar rencana, terutama detail-detail struktural, arsitektural ataupun mekanikal yang akan menyulitkan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Mitigasi untuk risiko ini adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu melengkapi gambar-gambar detail dalam dokumen risalah pada saat aanwijzing atau pada saat pre-construction meeting pekerjaan. 19. Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan utilitas plumbing yang tersedia di lapangan. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan survey dan analisis mengenai jaringan utilitas plumbing yang ada dan berkoordinasi
87
dengan instansi terkait (PD. Pasar) mengenai jaringan utilitas plumbing eksisting di lapangan. 20. Pengukuran lapangan (uitzet) untuk menentukan posisi, titik, garis dan ketinggian tidak sesuai gambar. Risiko ini memerlukan mitigasi dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan mengadakan koordinasi antara pihak kontraktor, konsultan dan owner untuk menyesuaikan pengukuran dengan gambar rencana. 21. Pengukuran dilakukan secara manual tanpa pesawat ukur (teodolit), seperti penentuan titik-titik dan jarak antar kolom serta levelling dapat menyebabkan bangunan tidak presisi. Mitigasi yang dilakukan untuk risiko ini adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu melakukan pengukuran ulang yang lebih akurat agar ukuran-ukuran di lapangan lebih presisi. 22. Adanya perbedaan interpretasi dokumen kontrak antara owner dengan kontraktor, seperti salah pengertian mengenai kontrak tipe lump sum atau unit price dan masalah perpanjangan waktu serta pembayaran termin pekerjaan. Mitigasi risiko yang dilakukan adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan mengadakan rapat membahas isi dan ketentuan dalam kontrak dan jika diperlukan membuat nota kesepahaman (MoU) untuk menyamakan intepretasi isi dan ketentuan kontrak. 23. Ketidaksesuaian antara volume pekerjaan di dalam BQ dan kondisi di lapangan yang dapat disebabkan kurang telitinya analisa konsultan mengenai kondisi lapangan sehingga terjadi perbedaan volume. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi dengan mengurangi risiko (risk reduction) dengan
88
membahas perubahan volume pekerjaan dengan pekerjaan tambah kurang melalui amandemen kontrak. 24. Adanya longsoran tanah pada saat penggalian lantai basement. Tindakan mitigasi untuk risiko ini adalah dengan mengikuti semua metode kerja dan spesifikasi yang telah ditetapkan dan memasang turap sebelum galian untuk mencegah longsor. 25. Adanya ceceran tanah bekas galian pada saat pengangkutan keluar lokasi proyek, dikarenakan dump truk pengangkut tanah galian tidak menutup bak truk dengan penutup sebelum meninggalkan lokasi pekerjaan. Mitigasi yang diperlukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan memperhatikan dump truck pengangkut agar dilengkapi dengan penutup pada bak pengangkut untuk mencegah ceceran tanah. 26. Adanya kerusakan bangunan sekitar terutama Pura Melanting akibat proses konstruksi khususnya saat pekerjaan pondasi bored-pile, karena jarak lokasi pekerjaan sangat dekat dengan Pura Melanting. Mitigasi yang diperlukan untuk risiko ini adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu merencanakan metode kerja dan jarak aman penggunaan mesin bor pada saat pembuatan pondasi bored-pile. 27. Terlambatnya pasokan material yang mengurangi kinerja pekerjaan yang dapat diakibatkan oleh manajemen logistik kontraktor yang kurang baik. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi yaitu mengurangi risiko (risk reduction) dengan tindakan membuat schedule kedatangan material yang
89
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan melakukan evaluasi jumlah material yang datang dengan yang dibutuhkan di lapangan. 28. Kontraktor tidak mengajukan contoh material untuk disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas yang dapat mengakibatkan ketidaksesuaian antara material dengan spesifikasi teknis. Mitigasi yang dilakukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan memberikan instruksi dari konsultan pengawas kepada kontraktor lewat lisan atau tertulis tentang kewajiban kontraktor mengajukan contoh material untuk disetujui. 29. Pengadaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi yaitu mengurangi risiko (risk reduction) dengan menginstruksikan dan memberi teguran kepada kontraktor untuk mengganti material yang tidak sesuai dengan material seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis. 30. Pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang dapat disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara kontraktor dengan konsultan pengawas. Mitigasi yang diperlukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan meningkatkan koordinasi antara kontraktor dan konsultan pengawas juga pihak owner dan memperketat pengawasan oleh konsultan pengawas agar pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. 31. Adanya perubahan disain yang yang berakibat pada terhambatnya prestasi pengerjaan proyek. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi yaitu
90
mengurangi risiko (risk reduction) dengan melakukan review disain untuk menetapkan disain agar tidak berakibat pada terhambatnya proyek. 32. Adanya perubahan spesifikasi teknis yang mengganggu pelaksanaan proyek. Perubahan spesifikasi teknis pada saat pelaksanaan akan berpengaruh pada harga dan volume pekerjaan yang harus diperhitungkan dan dapat mengganggu kelancaran proyek. Mitigasi yang perlu dilakukan untuk risiko ini adalah dengan mengurangi risiko (risk reduction) yaitu melakukan koordinasi untuk menetapkan spesifikasi teknis yang digunakan. 33. Kontraktor tidak mengajukan request dan shop drawing kepada konsultan pengawas sebelum melaksanakan suatu pekerjaan. Risiko ini memerlukan mitigasi risk reduction yaitu konsultan memberikan instruksi kepada kontraktor
untuk
mengajukan
shop
drawing dan
request sebelum
melaksanakan pekerjaan. Tindakan lain yang dilakukan adalah kontraktor dan konsultan melakukan koordinasi mengenai item pekerjaan yang memerlukan shop drawing. 34. Kurangnya kualitas pekerjaan karena lemahnya pengawasan lapangan yang dapat disebabkan karena pengawas lapangan tidak secara rutin berada di lapangan dan mengawasi jalannya pekerjaan. Mitigasi untuk risiko ini adalah dengan risk reduction yaitu meningkatkan frekuensi kedatangan konsultan di lapangan untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap pekerjaan kontraktor. Tindakan lain adalah mengulang pekerjaan yang tidak sesuai kualitas yang ditentukan.
91
35. Kurangnya kualitas pekerjaan karena tidak mengikuti dan melaksanakan masukan dan instruksi dari pengawas lapangan. Untuk risiko ini diperlukan tindakan mitigasi dengan risk reduction yaitu memberikan instruksi kepada kontraktor untuk mengikuti masukan dan selalu berkoordinasi dengan konsultan pengawas. 36. Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement mengingat lokasi pelaksanaan adalah pasar dengan aktivitas yang sangat padat. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk risiko ini adalah risk reduction dengan menambahkan pagar pengaman dan pertanda (signage) untuk mencegah kecelakaan, melarang pihak-pihak yang tidak berkepentingan memasuki areal proyek dan menempatkan petugas keamanan khusus. 37. Tenaga kerja yang ditugaskan tidak sesuai dengan kualifikasinya, misalnya tenaga tukang gali diberikan pekerjaan pembesian sehingga dapat berpengaruh pada kualitas pekerjaan. Mitigasi untuk risiko ini adalah risk reduction dengan mengusahakan mendatangkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya sesuai dengan penawaran yang telah diajukan oleh pihak kontraktor. 38. Pekerjaan tambah yang lebih besar dari 10% akan menyebabkan harus diadakannya perhitungan ulang volume pekerjaan khususnya untuk kontrak unit price dan menerbitkan amandemen kontrak. 39. Adanya perbedaan perhitungan volume pekerjaan yang telah dikerjakan antara kontraktor dan konsultan pengawas. Tindakan mitigasi yang dapat
92
dilakukan untuk risiko ini adalah risk reduction dengan melakukan perhitungan ulang bersama-sama di lapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor dengan disaksikan oleh direksi dari pihak owner untuk mendapatkan kesepakatan volume di lapangan. 40. Kekurangan pasokan daya listrik yang tersedia di lapangan dapat mengakibatkan terlambatnya pekerjaan khususnya di malam hari pada saat pekerjaan lembur. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi yaitu risk reduction dengan melakukan pendekatan pada pihak PD.Pasar sebagai pengelola untuk dapat memanfaatkan pasokan listrik yang lebih besar dan juga dapat mengupayakan penggunaan mesin genset. 41. Kurang terawatnya instlasi listrik dan hidran eksisting sehingga menyulitkan dalam penyambungan/connecting dengan instalasi baru yang akan dipasang. Untuk mengurangi risiko ini (risk reduction) dapat dilakukan tindakan mitigasi dengan melakukan pengecekan bersama-sama antara kontraktor, konsultan, owner khususnya pihak PD.Pasar mengenai kondisi instalasi listrik dan hidran agar dapat direncanakan sistem untuk dapat menyambungkan instalasi eksisting dengan instalasi baru yang akan dipasang. 42. Ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi teknis yang dapat menyebabkan kesalahpahaman bagi kontraktor, misalnya untuk lantai (slab) basement dalam gambar tercantum mutu beton K-175 sedangkan dalam spesifikasi teknis mensyaratkan mutu K-250. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan adalah risk reduction dengan mengadakan rapat koordinasi antara konsultan
93
pengawas, kontraktor dan owner untuk menentukan spesifikasi yang disepakati untuk dikerjakan. 43. Perbedaan hasil pengukuran kualitas dan kuantitas pekerjaan dengan kondisi aktual di lapangan. Risiko ini disikapi dengan tindakan mitigasi risk reduction yaitu mengadakan pengukuran ulang untuk mendapatkan hasil pengukuran yang disepakati. 44. Adanya perubahan disain akibat penyesuaian dengan kondisi di lapangan. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan melakukan koordinasi antara kontraktor, konsultan pengawas dan konsultan perencana dengan persetujuan owner untuk kemudian dilakukan perubahan disain sesuai kondisi riil di lapangan. 45. Peralatan yang digunakan terutama alat berat dan kendaraan pengangkut tanah sisa galian tidak mencukupi sehingga menghambat pekerjaan. Tindakan mitigasi untuk risiko ini adalah risk reduction dengan membuat schedule dan metode kerja untuk efektivitas penggunaan alat agar mencegah keterlambatan proyek. Tindakan lain dapat dilakukan dengan menambah armada dari sub kontraktor lain untuk memperlancar pekerjaan. 46. Kurangnya pengamanan pada jalur utama keluar masuk kendaraan yang menimbulkan kesemrawutan. Risiko ini dapat dikurangi risk reduction dengan tindakan mitigasi yaitu memasang pertanda (signage) yang jelas dan juga
menempatkan
kesemrawutan.
petugas
keamanan
khusus
untuk
menghindari
94
47. Kurangnya tanggung jawab dari kontraktor mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan berkala khususnya sistem mekanikal elektrikal. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk risiko ini adalah mengurangi risiko (risk reduction) dengan instruksi dari owner kepada kontraktor untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sesuai dengan kesepakatan dan jaminan retensi. 48. Kurangnya pengaturan parkir baik di area basement dan ground floor seperti tidak tepatnya parkir mobil sesuai dengan marka parkir yang menyebabkan berkurangnya daya tampung optimal dari sentral parkir. Risiko ini dapat dikurangi (risk reduction) dengan menempatkan petugas khusus yang akan membantu pengguna parkir dalam memarkirkan kendaraannya sehingga daya tampung optimal parkir dapat terpenuhi. 49. Kurangnya pertanda dan peringatan yang menyebabkan bingung pengguna parkir. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan lebih mengoptimalkan peranan petugas parkir untuk dapat membantu pengguna parkir. 50. Mahalnya biaya perawatan bangunan khususnya instalasi listrik, plumbing dan hidran. Risk reduction sebagai mitigasi dapat dilakukan dengan mengganggarkan dana khusus untuk biaya perawatan dan juga uji coba berkala khususnya peralatan hidran dan pompa banjir. 51. Tidak berfungsinya peralatan-peralatan pengaman bangunan seperti hidran, pompa banjir (sum pit) dan lain-lain. Peralatan ini kurang berfungsi maksimal dapat disebabkan kurangnya perawatan dan jarangnya dilakukan uji coba
95
untuk mendeteksi jika terjadi kerusakan. Mitigasi dengan risk reduction dapat dilakukan untuk risiko ini yaitu dengan melakukan perawatan secara berkala dan juga menguji secara berkala peralatan MEP terutama hidran. 52. Kurangnya keterampilan SDM / juru parkir dalam melakukan pengaturan perparkiran (hanya menarik retribusi tanpa membantu mengatur parkir). Risiko ini dapat diminimalkan dengan risk reduction yaitu melakukan pembinaan kepada para juru parkir untuk selalu memberikan bantuan dalam pengaturan parkir kendaraan. 53. Risiko peralatan yang digunakan juru parkir tidak mencukupi untuk melakukan pengaturan parkir dapat dikurangi (risk reduction) dengan mengoptimalkan peralatan yang ada dan menganggarkan pengadaan peralatan bagi juru parkir. 54. Adanya penolakan dari para pedagang yang akan direlokasi dengan adanya pembangunan Sentral Parkir. Risiko penolakan ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan mengadakan sosialisasi kepada para pedagang sebelum pelaksanaan proyek dan menyiapkan lokasi sementara yang representatif bagi pedagang yang akan direlokasi. 55. Terjadinya kontaminasi tanah, polusi dan kebisingan yang mengganggu selama pelaksanaan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Terjadinya polusi terutama debu dapat terjadi pada saat pekerjaan galian dan pengangkutan hasil galian, sedangkan kebisingan terjadi pada saat penggunaan alat berat dan pada saat pengecoran yang menggunakan concrete mixer dan concrete pump. Tindakan mitigasi risk reduction dapat dilakukan
96
dengan membuat schedule pekerjaan yang mengakibatkan kebisingan tinggi seperti penggunaan alat berat untuk penggalian dan pengecoran beton readymix. 56. Sulitnya akses masuk bagi alat berat yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek. Akses alat berat cukup sulit karena lokasi sangat padat dan entrance ke lokasi sangat sempit. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan menyiapkan akses alternatif untuk memasukkan alat berat dan melakukaan koordinasi dengan pihak keamanan pasar untuk membantu menyiapkan akses masuk alat berat. 57. Adanya kekhwawatiran kerusakan bangunan sekitar akibat pengerjaan proyek, khususnya Pura Melanting yang sangat berdekatan dengan lokasi. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk risiko ini adalah: a. Risk reduction dengan merencanakan pengamanan bangunan sebelum pelaksanaan proyek dan menggunakan bored-pile sebagai pengaman Pura Melanting. b. Risk transfer dengan mengasuransikan bangunan jika terjadi kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaaan. 58. Terganggunya kelancaran pekerjaan akibat tingginya tingkat kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan. Mitigasi yang dapat dilakukan untuk risiko ini adalah: a. Risk reduction dengan mengatur schedule keluar masuknya kendaraan pada saat lalu lintas tidak terlalu padat dan memasang pertanda (signage) jalur keluar masuk proyek.
97
b. Risk transfer dengan melakukan kerjasama dengan DLLAJ, Bala Praja Desa Pekraman Denpasar dan Kepolisian. 59. Adanya keluhan dari warga akibat terganggunya aktivitas mereka termasuk kemacetan yang terjadi. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik dengan media cetak atapupun media elektronik untuk permakluman selama pelaksanaan proyek dan mengatur sirkulasi kendaraan proyek tidak bersamaan dengan jam sibuk (peak hour) lalu lintas. 60. Risiko opini masyarakat yang apatis terhadap pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung dapat dikurangi (risk reduction) dengan memberikan sosialisasi di media massa tentang pentingnya proyek ini untuk meredam opini masyarakat yang apatis dan juga menyelesaikan pekerjaan tepat waktu untuk memberikan citra positif di masyarakat. 61. Terjadinya kecelakaan akibat penggunaan alat berat terutama pada penggalian basement. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan membuat standar operasi penggunaan alat berat dan menyiapkan operator terampil dan berpengalaman dalam mengoperasikan alat berat. 62. Risiko kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement. Tindakan mitigasi yang diperlukan dengan mengurangi risiko (risk reduction) antara lain dengan menambahkan pagar pengaman dan pertanda (signage) untuk mencegah kecelakaan dan menempatkan petugas keamanan khusus.
98
63. Kurangnya pengamanan di lokasi proyek dapat menyebabkan terjadinya halhal yang tidak diinginkan seperti kehilangan material dan peralatan proyek. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan memperketat akses masuk ke areal proyek dan juga dapat diminimalkan dengan menempatkan petugas keamanan khusus di proyek. 64. Risiko terjadinya perusakan fasilitas proyek dapat dilakukan oleh pihak-pihak luar yang tidak bertanggung jawab. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan mensterilkan lokasi proyek dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan dan menempatkan tenaga keamanan khusus di lokasi proyek. 65. Adanya pungutan liar yang dilakukan oleh preman dapat berdampak buruk pada proyek khususnya terkait dana dan kenyamanan dalam mengerjakan proyek. Untuk meminimalkan risiko ini (risk reduction) dapat dilakukan koordinasi dengan pihak keamanan pasar untuk menanggulangi gangguan dan pungutan liar yang dilakukan oleh preman. 66. Adanya penggunaan di luar yang tercantum dalam kontrak seperti membayar biaya sewa listrik, air dan biaya pengamanan kepada pihak pengelola pasar. Mitigasi untuk risiko ini dapat dilakukan dengan risk reduction yaitu dengan menyiapkan dana overhead demi kelancaran pekerjaan di lapangan. 67. Pekerja tidak menggunakan alat keselamatan pada saat bekerja. Untuk dapat meminimalkan risiko (risk reduction) dilakukan tindakan mitigasi seperti membuatkan tata tertib bagi para pekerja untuk selalu menggunakan alat keselamatan saat bekerja dan menyediakan semua alat keselamatan yang diperlukan.
99
68. Kurangnya fasilitas sanitasi pada areal penampungan tenaga kerja. Risiko ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan meminta ijin kepada pihak PD.Pasar agar bisa memanfaatkan fasilitas sanitasi di Pasar Badung, mengusahakan sanitasi sementara dan tidak membuat penampungan pekerja di lokasi proyek (pekerja diantar jemput ke lokasi). 69. Risiko muka air tanah yang tinggi pada galian basement mengingat lokasi proyek sangat berdekatan dengan sungai dapat diminimalkan (risk reduction) dengan menyiapkan sistem dewatering yang baik dan membuat sum pit untuk menampung air sementara sebelum dibuang dengan pompa ke Tukad Badung di sebelah barat. 70. Terganggunya pekerjaan karena kegiatan pasar yang tidak pernah berhenti sepanjang hari, khususnya pada saat loading unloading material di lokasi pekerjaan. Tindakan mitigasi untuk risiko ini adalah risk reduction dengan membuat schedule kerja dengan memperhatikan intensitas kegiatan pasar dan menggunakan alternatif pekerjaan di malam hari saat intensitas kegiatan pasar tidak sepadat siang hari. 71. Risiko adanya mata air pada galian basement dapat diminimalkan (risk reduction)
dengan
menyiapkan
sistem
dewatering
yang
baik
dan
merencanakan menutup dan mengalihkan mata air yang ada di daerah galian. 72. Adanya kekhwawatiran mengenai rembesan air Tukad Badung selama pengerjaan proyek, khususnya pada saat pengerjaan lantai basement. Risiko ini memerlukan tindakan mitigasi untuk meminimalkan dampak risiko (risk
100
reduction) dengan memasang retaining wall untuk mencegah rembesan air dan menyiapkan sistem dewatering jika intensitas rembesan sangat tinggi. 73. Terhambatnya pekerjaan akibat cuaca khususnya hujan karena pelaksanaan pekerjaan dijadwalkan pada Bulan Juli sampai Desember yang merupakan waktu musim hujan. Untuk risiko yang terkait dengan cuaca ini tindakan mitigasi risk reduction dilakukan dengan melakukan penjadwalan pekerjaan yang besar seperti pengecoran agar tidak sampai memasuki musim hujan dan meminta informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai curah hujan yang berlaku umum di sekitar proyek. 74. Terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan mempengaruhi kinerja proyek. Risiko ini dapat diminimalkan dengan menerapkan strategi penghematan penggunaan BBM dengan efisiensi penggunaan alat yang memerlukan konsumsi BBM tinggi seperti excavator, stamper dan lain-lain. 75. Risiko hilangnya material dan peralatan kerja selama berlangsungnya proyek dapat diminimalkan (risk reduction) dengan memperketat akses masuk ke proyek khususnya areal gudang penyimpanan alat dan material untuk mengantisipasi pencurian material maupun alat kerja dan menempatkan petugas keamanan khusus untuk mencegah kehilangan. 76. Produktivitas tenaga kerja yang rendah dapat menghambat progress pelaksanaan proyek. Hal ini dapat diminimalkan (risk reduction) dengan membuat schedule kerja yang lebih ketat untuk meningkatkan produktivitas dan juga merencanakan kerja lembur.
101
77. Risiko pemogokan oleh tenaga kerja akan memberikan konsekuensi buruk bagi proyek yaitu keterlambatan penyelesaian proyek. Tindakan mitigasi dengan risk reduction untuk risiko ini adalah dengan memberikan honor tenaga kerja tepat waktu untuk mencegah terjadinya pemogokan dan menyiapkan tenaga kerja cadangan sebagai antisipasi jika terjadi pemogokan. 78. Risiko adanya tenaga kerja yang sakit atau mengalami kecelakaaan dapat dilakukan risk transfer dengan mengikutsertakan semua pekerja dalam asuransi tenaga kerja. Tindakan mitigasi lain adalah risk reduction dengan mengistirahatkan pekerja yang sakit dan menyiapkan tenaga cadangan untuk tetap menjaga kinerja. 79. Adanya keterlambatan pembayaran termin oleh owner kepada konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor yang dapat diakibatkan oleh administrasi yang rumit. Mitigasi untuk risiko ini adalah risk reduction dengan mengajukan permohonan pembayaran kepada pihak owner sesuai dengan progress pekerjaan dan diikuti dengan mengikuti semua persyaratan administrasi yang berlaku. 80. Risiko keterlambatan pembayaran oleh kontraktor utama kepada pihak sub kontraktor dapat diminimalkan (risk reduction) dengan membuat suatu kontrak kerja atau MoU yang jelas antara kontraktor dan sub kontraktor untuk mencegah keterlambatan pembayaran. Risiko-risiko yang termasuk kategori tidak diharapkan (undesirable) di atas semestinya juga mendapat perhatian dengan melakukan tindakan-tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya.
102
5.6
Kepemilikan Risiko (Ownership of Risk) Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dan dilakukan mitigasi,
tahap selanjutnya dilanjutkan dengan mengalokasikan kepemilikan risiko kepada masing-masing pihak yang terlibat dalam pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini yaitu owner (Pemerintah Kota Denpasar/Dinas Tata Ruang dan Perumahan dan PD. Pasar), Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Masing-masing pihak ini memiliki tanggung jawab dan dapat menangani setiap risiko yang muncul. Alokasi kepemilikan risiko ini didasarkan pada tanggung jawab, pengendalian dan penanganan dari risiko-risiko yang terjadi. Kepemilikan risiko (ownership of risk) untuk risiko-risiko dominan yang termasuk kategori unacceptable pada pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Risiko kurangnya koordinasi antar instansi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek seperti Dinas Tata Ruang dan Perumahan, Dinas Pekerjaan Umum dan PD. Pasar. Risiko ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab owner yang terdiri dari beberapa SKPD. Pengambilan keputusan harus dikoordinasikan antar instansi terkait agar tidak menghambat pengerjaan proyek.
2.
Adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait dengan Pembangunan Sentral Parkir khususnya pada tahap
103
perencanaan merupakan tanggung jawab dari owner sebagai pemberi tugas karena perubahan terjadi setelah owner mengadakan koordinasi dengan instansi terkait. Konsultan perencana juga memiliki tanggung jawab karena konsultan perencana wajib mengakomodasi dan melakukan perubahanperubahan seperlunya sesuai kebijakan dan masukan yang ada. 3.
Terjadinya eskalasi atau kenaikan harga bahan bangunan selama masa perencanaan
dan
pelaksanaan
proyek
yang
dapat
mengakibatkan
membengkaknya biaya konstruksi pada tahap pelaksanaan merupakan tanggung jawab kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan karena sebelum proses lelang pekerjaan berlangsung, kontraktor harus memperhitungkan semua kemungkinan termasuk terjadinya eskalasi harga sebelum mengajukan penawaran pekerjaan. 4.
Terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan proyek yang diakibatkan areal proyek sebelumnya adalah tempat pedagang berjualan. Risiko ini merupakan tanggung jawab owner yang dalam hal ini adalah pihak PD. Pasar karena merupakan pengelola lokasi pekerjaan dan memiliki otoritas untuk melakukan pengaturan dan relokasi pedagang selama pelaksanaan proyek.
5.
Risiko yang berdampak besar pada proyek adalah kerusakan bangunan dan fasilitas proyek selama pelaksanaan akibat bencana alam (force majeur) seperti gempa bumi, kebakaran ataupun bencana banjir. Bencana alam adalah kejadian tidak dapat diprediksi terjadinya dan dapat dikategorikan sebagai
104
risiko bersama antara owner, konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor. 6.
Kekurangan tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek sepenuhnya merupakan tanggung jawab kontraktor sebagai pelaksana proyek dan harus memiliki komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan dengan mengusahakan pengadaan tenaga kerja sesuai dengan volume dan kualitas yang telah direncanakan.
7.
Risiko keterlambatan penyelesaian proyek juga merupakan tanggung jawab kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan dan konsultan pengawas yang merupakan satu tim dalam menyukseskan pelaksanaan proyek. Kontraktor seharusnya merencanakan metode pelaksanaan pekerjaan yang disesuaikan dengan time schedule dan durasi waktu pekerjaan yang telah disepakati.
8.
Adanya kemacetan yang terjadi di sekitar Sentral Parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik adalah tanggung jawab kontraktor karena kontraktor
harus mengatur arus keluar masuknya
kendaraan proyek sehingga tidak menimbulkan kemacetan di sekitar proyek. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan pihak kepolisisan dan pihak keamanan pasar. 9.
Risiko keterlambatan datangnya tenaga kerja akibat libur hari raya ini menjadi tanggung jawab kontraktor karena sebagai pelaksana pekerjaan kontraktor harus membuat suatu time schedule dan manajemen tenaga kerja yang baik dengan mengantisipasi adanya libur hari raya.
105
Ownership of risk untuk risiko-risiko dengan kategori undesirable pada pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Risiko terjadinya perubahan penanggung jawab pembangunan dari Dinas PU ke Dinas TRP merupakan tanggung jawab dari owner dan konsultan perencana. Owner dalam hal ini Dinas TRP harus berkoordinasi dengan Dinas PU terkait perubahan penanggung jawab pembangunan. Sedangkan konsultan perencana harus menyesuaikan disain dan administrasi terkait perubahan yang terjadi.
2.
Adanya masukan-masukan dari pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang berakibat adanya perubahan disain menjadi tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat mengakomodasi masukan-masukan yang ada dengan melakukan perubahan disain seperlunya.
3.
Risiko adanya perubahan prioritas pengerjaan proyek dalam tahun anggaran yang mempengaruhi pengerjaan proyek adalah tanggung jawab dari owner baik itu Dinas TRP, Dinas PU dan PD. Pasar.
4.
Adanya konflik kepentingan antara instansi yang terkait misalnya pihak PD. Pasar dan PD. Parkir yang masing-masing mempunyai kepentingan menjadi tanggung jawab owner termasuk PD. Pasar dan PD. Parkir yang akan menjadi pengelola setelah proyek sentral parkir rampung.
5.
Adanya review disain setelah diadakannya presentasi dan rapat dengan anggota Komisi B DPRD Kota Denpasar yang memberikan masukan untuk ditindaklanjuti dengan review disain merupakan tanggung jawab konsultan
106
perencana untuk melakukan review disain berdasarkan masukan-masukan yang diterima. 6.
Adanya perubahan kebijakan prioritas penggunaan anggaran yang dapat menghambat terlaksananya pembangunan Sentral Parkir. Risiko ini menjadi tanggung jawab pihak owner baik itu Dinas TRP, Dinas PU dan PD. Pasar.
7.
Adanya kesulitan dari konsultan perencana dalam melengkapi data dari disain terdahulu untuk melakukan review disain adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat melengkapi data baik dari konsultan perencana terdahulu atapun dinas-dinas terkait.
8.
Kurangnya survei pendahuluan tentang lokasi pembangunan oleh konsultan perencana yang dapat mengakibatkan disain kurang sesuai dengan kondisi terkini di lapangan. Risiko ini adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat melengkapi data agar disain yang dikerjakan dapat sesuai dengan kondisi terkini di lapangan.
9.
Risiko kurangnya kajian holistik dari konsultan perencana yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian dengan masterplan pengembangan Pasar Badung dan sekitarnya adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat menyesuaikan deisain dengan masterplan yang ada.
10. Koordinasi antar tim ahli pada konsultan perencana kurang berjalan dengan baik (arsitek, sipil, MEP) menjadi tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat mengkoordinasikan dengan baik tim ahli yang terlibat dengan team leader sebagai koordinator dan penanggung jawab pekerjaan perencanaan.
107
11. Risiko konsultan perencana yang kurang berkoordinasi dengan instansi yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan misalnya hanya Dinas PU atau Dinas TRP adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk dapat lebih berkoordinasi dengan instansi lain seperti PD. Pasar, PD. Parkir dan lain-lain untuk menyempurnakan disain yang dikerjakan. 12. Data tanah dan hidrologi (kondisi lapangan) kurang terdata secara terperinci seperti tidak adanya hasil tes tanah (sondir) untuk mengetahui kondisi lokasi pekerjaan merupakan tanggung jawab konsultan perencana untuk melengkapi data tanah dan hidrologi di lapangan dengan survey dan pendataan ulang. 13. Adanya kesalahan perhitungan volume pekerjaan pada saat perencanaan menjadi tanggung jawab konsultan perencana sebagai perancang dan estimator baik volume dan harga. 14. Risiko kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan listrik dan mekanikal yang tersedia di lapangan adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk mengetahui dan menganalisis jaringan listrik eksisting yang ada di lapangan agar dapat menyesuaikan dengan rancangan yang dibuat. 15. Adanya ketidaksesuaian antara gambar rencana dan kondisi riil di lapangan karena kurangnya analisis lapangan yang dapat menyebabkan perubahan disain sepenuhnya adalah tanggung jawab dari konsultan perencana. 16. Perbedaan spesifikasi teknis antara gambar rencana, rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah tanggung jawab konsultan perencana untuk menyesuaikan antara gambar, spesifikasi teknis dan RAB.
108
17. Risiko adanya perubahan disain bangunan dari disain awal dengan sistem dua lantai basement menjadi satu lantai basement di bawah ground floor menjadi tanggung jawab konsultan perencana untuk menyesuaikan disain yang telah dibuat. 18. Kurang lengkapnya gambar rencana, terutama detail-detail struktural, arsitektural ataupun mekanikal yang akan menyulitkan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan menjadi tanggung jawab konsultan perencana untuk melengkapi gambar rencana. 19. Kurangnya analisis dari konsultan perencana mengenai jaringan utilitas plumbing yang tersedia di lapangan adalah tanggung jawab konsultan perencana melakukan analisis untuk menyempurnakan disain. 20. Pengukuran lapangan (uitzet) untuk menentukan posisi, titik, garis dan ketinggian tidak sesuai gambar. Risiko ini merupakan tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas untuk menyesuaikan pengukuran lapangan dengan gambar rencana. 21. Risiko pengukuran dilakukan secara manual tanpa pesawat ukur (teodolit) menjadi tanggung jawab kontraktor untuk melakukan pengukuran dengan pesawat ukur sesuai metode kerja yang ditetapkan. 22. Adanya perbedaan interpretasi dokumen kontrak antara owner dengan kontraktor, seperti salah pengertian mengenai kontrak tipe lump sum atau unit price atau masalah perpanjangan waktu merupakan tanggung jawab owner dan kontraktor sebagai pihak pengguna dan penyedia jasa.
109
23. Risiko ketidaksesuaian antara volume pekerjaan di dalam BQ dan kondisi di lapangan yang dapat disebabkan kurang telitinya analisis konsultan mengenai kondisi lapangan sehingga terjadi perbedaan volume. Hal ini merupakan tanggung jawab dari konsultan perencana dan juga kontraktor yang dapat disikapi dengan pekerjaan tambah kurang melalui amandemen kontrak. 24. Adanya bahaya longsoran tanah pada saat penggalian lantai basement sangat mungkin terjadi dan merupakan tanggung jawab kontraktor untuk mengatasi dengan membuatkan suatu metode kerja yang baik untuk mencegah terjadinya kelongsoran. 25. Risiko adanya ceceran tanah bekas galian pada saat pengangkutan keluar lokasi proyek sepenuhnya adalah tanggung jawab kontraktor untuk menerapkan metode kerja pengangkutan tanah yang sudah direncanakan. 26. Risiko kerusakan bangunan sekitar terutama Pura Melanting akibat proses konstruksi adalah tanggung jawab kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan di lapangan. 27. Keterlambatan pasokan material menjadi tanggung jawab kontraktor menyusun schedule kedatangan material. 28. Kontraktor tidak mengajukan contoh material untuk disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas dapat mengakibatkan ketidaksesuaian antara material dengan spesifikasi teknis. Hal ini sepenuhnya adalah tanggung jawab kontraktor sesuai dengan metode kerja yang mengharuskan kontraktor mengajukan contoh material sebelum pelaksanaan pekerjaan.
110
29. Pengadaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Risiko ini menjadi tanggung jawab dari kontraktor karena kontrakator wajib menggunakan material sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditawar sesuai kontrak. 30. Pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis adalah tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas yang dapat disebabkan oleh kurangnya koordinasi. 31. Risiko adanya perubahan disain dapat berakibat pada terhambatnya prestasi pengerjaan proyek. Risiko ini merupakan tanggung jawab konsultan perencana sebagai perancang dan kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan. 32. Adanya perubahan spesifikasi teknis dapat mengganggu pelaksanaan proyek. Risiko
ini
merupakan
merencanakan
tanggung
jawab
konsultan
spesifikasi teknis dan kontraktor
perencana
yang
yang
berkewajiban
melaksanakan perubahan yang terjadi setelah dilakukan koordinasi. 33. Kontraktor tidak mengajukan request dan shop drawing kepada konsultan pengawas sebelum melaksanakan suatu pekerjaan. Risiko ini merupakan tanggung jawab kontraktor untuk mengajukan request dan shop drawing sesuai metode kerja yang telah disepakati. 34. Kurangnya kualitas pekerjaan karena lemahnya pengawasan lapangan yang dapat disebabkan karena pengawas lapangan tidak secara rutin berada di lapangan dan mengawasi jalannya pekerjaan. Hal ini menjadi tanggung jawab konsultan pengawas untuk lebih ketat melakukan pengawasan di lapangan.
111
35. Risiko
kurangnya
kualitas
pekerjaan
karena
tidak
mengikuti
dan
melaksanakan masukan dan instruksi dari pengawas lapangan merupakan tanggung jawab kontraktor untuk mengikuti masukan dan instruksi dari konsultan pengawas agar kualitas pekerjaan dapat sesuai dengan rencana. 36. Kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan adalah risiko yang menjadi tanggung jawab kontraktor karena merupakan kewajiban
kontraktor
untuk
memasang
pagar
pengaman
selama
berlangsungnya proyek. 37. Risiko tenaga kerja yang ditugaskan tidak sesuai dengan kualifikasi merupakan
tanggung
jawab
kontraktor
karena
kontraktor
harus
mengusahakan tenaga kerja yang sesuai dengan detail pekerjaan
yang
dilakukan sesuai penawaran dan kontrak. 38. Pekerjaan tambah yang lebih besar dari 10% merupakan tanggung jawab owner, konsultan pengawas dan kontraktor. Konsultan pengawas dan kontraktor akan menghitung volume pekerjaan sebagai dasar amandemen kontrak oleh owner. 39. Adanya perbedaan perhitungan volume pekerjaan yang telah dikerjakan antara kontraktor dan konsultan pengawas merupakan tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas untuk kemudian melakukan perhitungan ulang memperoleh kesepakatan tentang volume pekerjaan. 40. Kekurangan pasokan daya listrik yang tersedia di lapangan adalah tanggung jawab kontraktor yang dapat disikapi dengan berkoordinasi dengan pihak PD. Pasar untuk mendapat pasokan listrik atau mengusahakan genset sendiri.
112
41. Kurang terawatnya instlasi listrik dan hidran eksisting sehingga menyulitkan dalam penyambungan/connecting adalah tanggung jawab owner dalam hal ini PD. Pasar sebagai pengelola dan pihak kontraktor sebagai pelaksana pekerjaaan. 42. Risiko ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi teknis merupakan tanggung jawab konsultan perencana karena konsultan perencana harus menyesuaikan antara
gambar
dan
spesifikasi
teknis
agar
tidak
menyebabkan
kesalahpahaman bagi kontraktor. 43. Perbedaan hasil pengukuran kualitas dan kuantitas pekerjaan dengan kondisi aktual di lapangan merupakan tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas yang harus menyepakati hasil pengukuran kualitas dan kuantitas pekerjaan. 44. Adanya perubahan disain akibat penyesuaian dengan kondisi di lapangan menjadi tanggung jawab owner, konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana harus melakukan penyesuaian disain dengan kondisi di lapangan dan disetujui oleh owner. Sedangkan konsultan pengawas harus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai disain yang telah disesuaikan. 45. Peralatan yang digunakan terutama alat berat dan kendaraan pengangkut tanah sisa galian tidak mencukupi sehingga menghambat pekerjaan. Risiko ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor untuk menyiapkan peralatan dan kendaraan yang memadai untuk melakukan pekerjaan.
113
46. Pengamanan yang kurang pada jalur utama keluar masuk kendaraan dapat menimbulkan kesemrawutan. Hal ini adalah tanggung jawab kontraktor untuk meningkatkan pengamanan agar dapat meminimalkan kesemrawutan yang terjadi. 47. Kurangnya tanggung jawab dari kontraktor mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan. Risiko ini sepenuhnya adalah tanggung jawab kontraktor sesuai dengan kontrak yang mewajibkan kontraktor melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan selama masa pemeliharaan. 48. Kurangnya pengaturan parkir baik di area basement dan ground floor seperti tidak tepatnya parkir mobil sesuai dengan marka parkir yang menyebabkan berkurangnya daya tampung optimal dari sentral parkir. Risiko ini menjadi tanggung jawab owner dalam hal ini PD. Pasar atau PD. Parkir yang menjadi pengelola dengan menempatkan petugas parkir di lapangan. 49. Kurangnya pertanda dan peringatan yang menyebabkan bingung pengguna parkir merupakan risiko yang menjadi tanggung jawab owner dalam hal ini PD. Pasar atau PD. Parkir sebagai pengelola. 50. Risiko mahalnya biaya perawatan bangunan khususnya instalasi listrik, plumbing dan hidran menjadi tanggung jawab owner yaitu PD. Pasar sebagai pengelola untuk melakukan perawatan bangunan agar tetap berfungsi optimal. 51. Tidak berfungsinya peralatan-peralatan pengaman bangunan seperti hidran, pompa banjir (sum pit) dan lain-lain merupakan risiko yang menjadi tanggung
114
jawab owner untuk menjaga agar peralatan pengaman bangunan dapat berfungsi. 52. Kurangnya
keterampilan
juru
parkir
dalam
melakukan
pengaturan
perparkiran adalah tanggung jawab owner dalam melakukan pembinaan pada petugas di lapangan. 53. Risiko peralatan yang digunakan juru parkir tidak mencukupi menjadi tanggung jawab pihak owner untuk dapat melengkapi peralatan-peralatan yang dibutuhkan petugas parkir di lapangan. 54. Adanya penolakan dari para pedagang yang akan direlokasi dengan adanya pembangunan Sentral Parkir adalah tanggung jawab owner khususnya pihak PD. Pasar. Pihak owner harus melakukan pendekatan-pendekatan dan sosialisasi pada pedagang yang akan direlokasi. 55. Terjadinya kontaminasi tanah, polusi dan kebisingan yang mengganggu selama pelaksanaan Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung. Risiko ini menjadi tanggung jawab kontraktor agar memantapkan metode kerja untuk meminimalkan polusi dan kebisingan yang terjadi. 56. Risiko sulitnya akses masuk bagi alat berat yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek karena lokasi sangat padat dan entrance ke lokasi sangat sempit menjadi tanggung jawab kontraktor untuk melakukan koordinasi dengan pihak keamanan pasar agar memudahkan akses masuk alat berat. 57. Adanya kerusakan bangunan sekitar akibat pengerjaan proyek, khususnya Pura Melanting yang sangat berdekatan dengan lokasi. Risiko ini menjadi
115
tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas untuk menerapkan metode kerja pengaman bangunan yang sudah direncanakan. 58. Terganggunya kelancaran pekerjaan akibat tingginya tingkat kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi pembangunan adalah tanggung jawab kontraktor untuk menerapkan schedule dan metode kerja untuk mengatasi terganggunya kelancaraan pekerjaan. 59. Adanya keluhan dari warga akibat terganggunya aktivitas mereka termasuk kemacetan yang terjadi. Risiko ini menjadi tanggung jawab owner selaku pemberi tugas dan merupakan tanggung jawab kontraktor dan konsultan pengawas sebagai tim untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan. 60. Risiko opini masyarakat yang apatis terhadap pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung adalah tanggung jawab owner untuk mensosialisasikan proyek sehingga dapat meredam pandangan apatis dari masyarakat. 61. Terjadinya kecelakaan akibat penggunaan alat berat terutama pada penggalian basement. Risiko ini merupakan tanggung jawab kontraktor untuk menyiapkan operator alat berat yang terampil. Konsultan pengawas juga bertanggung jawab agar melakukan pengawasan dan memberikan instruksi kepada kontraktor tentang keamanan penguunaan alat berat untuk mencegah terjadinya kecelakaan. 62. Risiko kurangnya pagar pengaman proyek yang dapat menyebabkan kecelakaan terutama bahaya terjatuh pada saat penggalian basement menjadi tanggung jawab kontraktor. Pagar pengaman harus dipasang oleh kontraktor demi kelancaran proyek dan mencegah terjadinya kecelakaan.
116
63. Kurangnya pengamanan di lokasi proyek dapat menyebabkan terjadinya halhal yang tidak diinginkan seperti kehilangan material dan peralatan proyek. Risiko ini menjadi tanggung jawab kontraktor dengan meningkatkan keamanan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 64. Risiko terjadinya perusakan fasilitas proyek menjadi tanggung jawab kontraktor. Koordinasi harus dilakukan dengan pihak keamanan pasar dan mensterilkan areal proyek dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan. 65. Risiko adanya pungutan liar yang dilakukan oleh preman menjadi tanggung jawab kontraktor. Pihak kontraktor dapat melakukan koordinasi dengan keamanan pasar untuk mencegah terjadinya pungutan liar. 66. Adanya penggunaan di luar yang tercantum dalam kontrak seperti membayar biaya sewa listrik, air dan biaya pengamanan kepada pihak pengelola pasar. Penggunaan biaya-biaya ini menjadi tanggung jawab kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan di lapangan dengan konsekuensi biaya-biaya yang tidak tercantum dalam kontrak. 67. Risiko pekerja tidak menggunakan alat keselamatan pada saat bekerja dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan. Kontraktor sebagai pihak yang bertanggung jawab atas risiko ini harus mewajibkan penggunaan alat pengaman kepada tenaga kerja. 68. Kurangnya fasilitas sanitasi pada areal penampungan tenaga kerja. Risiko ini menjadi tanggung jawab kontraktor untuk menyediakan fasilitas sanitasi sementara.
117
69. Risiko muka air tanah yang tinggi pada galian basement mengingat lokasi proyek sangat berdekatan dengan sungai menjadi tanggung jawab kontraktor. sistem dewatering dapat digunakan untuk menanggulangi dan mencegah genangan air. 70. Risiko terganggunya pekerjaan karena kegiatan pasar yang tidak pernah berhenti sepanjang hari menjadi tanggung jawab kontraktor dengan menyiapkan metode kerja yang disesuaikan dengan keadaan di lokasi pekerjaan. 71. Risiko adanya mata air pada galian basement juga menjadi tanggung jawab kontraktor yang dapat diminimalkan menutup dan mengalihkan mata air yang ada di daerah galian. 72. Adanya rembesan air Tukad Badung selama pengerjaan proyek, khususnya pada saat pengerjaan lantai basement. Risiko ini menjadi tanggung jawab kontraktor yang dapat ditanggulangi dengan memasang retaining wall untuk mencegah rembesan air dan menyiapkan sistem dewatering jika intensitas rembesan sangat tinggi. 73. Terhambatnya pekerjaan akibat cuaca khususnya karena hujan adalah risiko yang menjadi tanggung jawab kontraktor. Penjadwalan pekerjaan berdasarkan prioritas dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko ini. 74. Risiko terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak selama masa pelaksanaan pekerjaan yang akan mempengaruhi kinerja proyek menjadi tanggung jawab kontraktor karena kontraktor wajib menyelesaikan pekerjaan walapun dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi kenaikan harga BBM.
118
75. Risiko hilangnya material dan peralatan kerja selama berlangsungnya proyek menjadi tanggung jawab kontraktor. Keamanan areal proyek harus ditingkatkan untuk mencegah terjadinya kehilangan. 76. Produktivitas tenaga kerja yang rendah adalah risiko yang menjadi tanggung jawab kontraktor karena dapat menghambat progress pelaksanaan proyek yang akan merugikan kontraktor. 77. Risiko pemogokan oleh tenaga kerja juga menjadi tanggung jawab kontraktor karena akan memberikan konsekuensi buruk bagi proyek yaitu keterlambatan penyelesaian proyek. 78. Tenaga kerja yang sakit atau mengalami kecelakaaan adalah risiko yang menjadi tanggung jawab kontraktor karena dapat menghambat kemajuan pekerjaan di lapangan serta dapat mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek. 79. Adanya keterlambatan pembayaran termin oleh owner kepada konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor menjadi tanggung jawab owner sebagai pemberi tugas dan pengguna jasa yang memiliki kewajiban untuk membayar penyedia jasa, baik itu jasa konsultansi (konsultan perencana), jasa konstruksi (kontraktor) dan jasa supervisi (konsultan pengawas) sesuai kesepakatan dalam kontrak kerja. 80. Risiko keterlambatan pembayaran oleh kontraktor utama kepada pihak sub kontraktor menjadi tanggung jawab kontraktor karena keterlambatan pembayaran termin kepada sub kontraktor dapat mengakibatkan terlambatnya penyelesaian pekerjaan.
119
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kepemilikan risiko (ownership of risk) untuk risiko dominan (major risk) yaitu risiko dengan kategori unacceptable pada pembangunan Semtral Parkir di Pasar Badung adalah sebagai berikut: a. Owner
: 4 risiko
b. Konsultan Perencana
: 2 risiko
c. Konsultan Pengawas
: 2 risiko
d. Kontraktor
: 6 risiko
Sedangkan kepemilikan risiko (ownership of risk) untuk risiko dengan kategori undesirable adalah sebagai berikut: a. Owner
: 17 risiko
b. Konsultan Perencana
: 20 risiko
c. Konsultan Pengawas
: 10 risiko
d. Kontraktor
: 50 risiko
Kepemilikan risiko (ownership of risk) untuk risiko-risiko dominan (major risk) pada pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung ini terlihat bahwa kepemilikan risiko terbesar adalah adalah Kontraktor dengan 6 (enam) risiko unacceptable dan 50 (lima puluh) risiko undesirable. Kepimilikan risiko terbesar menjadi tanggung jawab kontraktor karena sebagian besar identifikasi risiko adalah risiko yang terjadi pada tahap pelaksanaan pekerjaan khususnya risiko-risiko yang bersumber dari risiko proyek (project risk) dan risiko teknis (technical risk) dengan
120
kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan di lapangan. Selain itu dari penjelasan di atas dapat dilihat ada risiko yang menjadi tanggung jawab bersama antara owner, konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor dalam kepemilikan risiko yaitu risiko adanya kerusakan pada bangunan selama pengerjaan proyek akibat bencana alam (force majeur). Bencana alam adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi sehingga risiko bencana alam di luar kontrol setiap pihak yang terlibat dalam proyek jadi diasumsikan sebagai risiko bersama dalam kepemilikan risiko (ownership of risk). Grafik kepemilikan risiko dominan dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6 (halaman 120)
Gambar 5.5 Kepemilikan Risiko (Ownership of Risk) untuk Risiko Unacceptable
Gambar 5.6 Kepemilikan Risiko (Ownership of Risk) untuk Risiko Undesirable
121
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
122
6.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Pada Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung teridentifikasi 95 (sembilan puluh lima) risiko berdasarkan aktivitas pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan operasional. Dari risiko-risiko yang teridentifikasi terdapat 10 (sepuluh) risiko politis, 14 (empat belas) risiko perencanaan, 25 (duapuluh lima) risiko proyek, 15 (lima belas) risiko teknis, 4 (empat) risiko lingkungan, 9 (sembilan) risiko keselamatan, 6 (enam) risiko alami, 2 (dua) risiko ekonomi, 1 (satu) risiko kriminal, 7 (tujuh) risiko manusiawi dan 2 (dua) risiko keuangan. Dari risiko-risiko yang teridentifikasi dilakukan analisis tingkat penerimaan risiko yang menunjukkan terdapat 9 (sembilan) risiko yang termasuk kategori tidak dapat diterima (unacceptable), 80 (delapan puluh) risiko termasuk kategori tidak diharapkan (undesirable), 5 (lima) risiko termasuk kategori dapat diterima (acceptable) dan 1 (satu) risiko termasuk kategori dapat diabaikan (negligible). 2. Risiko-risiko yang termasuk risiko dominan (major risk) sebanyak 89 (delapan puluh sembilan) risiko yang terdiri dari 9 (sembilan) risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) yaitu
kurangnya koordinasi antar instansi dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengerjaan proyek, adanya perubahan disain akibat kebijakan dan masukan dari pihak-pihak yang terkait 120 dengan pembangunan sentral parkir, terjadinya eskalasi harga bahan bangunan, terganggunya kegiatan perekonomian di Pasar Badung pada saat pelaksanaan
123
proyek, adanya kerusakan bangunan akibat bencana alam (force majeur), tenaga kerja yang tidak mencukupi, terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek, keterlambatan kedatangan tenaga kerja akibat libur hari raya dan terjadinya kemacetan di sekitar sentral parkir karena pengaturan arus keluar masuk kendaraan yang kurang baik. Keberadaan risiko-risiko unacceptable ini harus mendapatkan perhatian khusus karena dapat berdampak sangat besar pada proyek. Untuk risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable) terdapat 80 (delapan puluh dua) risiko dengan risiko terbanyak bersumber dari risiko proyek sebanyak 22 (dua puluh dua). Risiko-risiko undesirable ini semestinya juga mendapatkan perhatian karena dapat berdampak buruk pada proyek. 3. Tindakan mitigasi risiko dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari risiko-risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk). Dari risikorisiko dominan (major risk) dilakukan tindakan mengurangi risiko (risk reduction) tanpa meninjau adanya risiko sisa (residual risk). Untuk risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) dilakukan 20 (dua puluh) salah satunya adalah tindakan mitigasi untuk risiko bencana alam (force majeur) adalah dengan mempersiapkan antisipasi awal terhadap bencana yang terjadi seperti merencanakan penggunaan pompa sum-pit untuk menanggulangi masuknya air sungai saat terjadinya bencana banjir dan mengasuransikan pekerjaan, bangunan dan kendaraan yang diparkir pada masa operasional kepada pihak ketiga sebagai antisipasi jika terjadi bencana alam. Sedangkan untuk risiko
124
yang tidak diharapkan (undesirable) dilakukan 125 (seratus dua puluh lima) tindakan mitigasi. 4. Tanggung jawab dan kepemilikan risiko terhadap pihak-pihak terkait dalam pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung yaitu owner (Pemerintah Kota Denpasar/Dinas Tata Ruang dan Perumahan dan PD. Pasar), Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Kepemilikan risiko dilakukan agar risiko-risiko yang ada dapat dikontrol dan ditangani dengan baik oleh pihak-pihak terkait. Dari hasil penelitian menunjukkan untuk risiko unacceptable terdapat 2 (dua) risiko adalah tanggung jawab owner, 2 (dua) risiko adalah tanggung jawab Konsultan Perencana, 2 (dua) risiko merupakan tanggung jawab Konsultan Pengawas dan 6 (enam) risiko adalah tanggung jawab Kontraktor. Sedangkan untuk risiko undesirable terdapat 17 (tujuh belas) risiko tanggung jawab owner, 20 (dua puluh) risiko tanggung jawab Konsultan Perencana, 10 (sepuluh) risiko tanggung jawab Konsultan Pengawas dan 50 (lima puluh) risiko merupakan tanggung jawab Kontraktor. Kepemilikan risiko terbanyak adalah Kontraktor karena sebagian besar identifikasi risiko adalah risiko yang terjadi pada tahap pelaksanaan pekerjaan khususnya risiko-risiko yang bersumber dari risiko proyek dan risiko teknis dengan kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan di lapangan sehingga alokasi kepemilikan risiko terbesar menjadi tanggung jawab Kontraktor. Selain itu terdapat satu risiko menjadi tanggung jawab bersama antara Owner, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor yaitu risiko adanya kerusakan pada bangunan selama pengerjaan proyek akibat bencana alam (force majeur).
125
Risiko bencana alam adalah kejadian di luar kontrol setiap pihak yang terlibat dalam proyek jadi diasumsikan sebagai risiko bersama.
6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Keberadaan risiko-risiko yang termasuk kategori unacceptable harus mendapatkan perhatian lebih untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan seperti tindakan mitigasi untuk risiko bencana alam (force majeur) yang juga merupakan risiko bersama karena berada di luar kontrol semua pihak dilakukan risk reduction dengan membuat persiapan awal untuk mengantisipasi misalnya dengan menyiapkan pompa banjir jika terjadi bencana banjir dan juga dapat dilakukan risk transfer dengan mengasuransikan pekerjaan. Sedangkan risiko-risiko yang termasuk kategori tidak diharapkan (undesirable) semestinya juga mendapat perhatian dengan melakukan tindakan-tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. 2. Kontraktor sebagai pihak yang paling banyak memiliki tanggung jawab terhadap kepemilikan risiko-risiko yang teridentifikasi (ownership of risk) harus memberikan perhatian khusus pada risiko-risiko unacceptable termasuk risiko yang menjadi risiko bersama dan juga semestinya memperhatikan risikorisiko undesirable. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk mengidentifikasi risiko dan melakukan tindakan mitigasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
126
dan juga dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dalam melaksanakan pembangunan Sentral Parkir di Pasar Badung dan kegiatan pembangunan sejenis pada Pemerintah Kota Denpasar pada masa yang akan datang.