BAB I PENDAHULUAN
1.1
Lingkungan Eksternal Bisnis Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis
yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, tempat rekreasi, serta kuliner berkembang pesat dari tahun ke tahun. Data situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 20,12 persen perekonomian Yogyakarta. Maka dari itu, banyak pengusaha yang menangkap hal tersebut sebagai suatu peluang usaha, salah satunya adalah bisnis kuliner. Menurut Sugiyo (2012), bisnis kuliner adalah rangkaian kegiatan yang secara terus menerus melibatkan semua bidang pengadaan peralatan dan bahan mentah, kontrol kualitas untuk bahan dan produksi, standardisasi resep dan proses, berurusan dengan segi hukum, promosi, keluhan pelanggan, dekorasi, identitas dan citra, penanganan pegawai, strategi harga, variasi dan inovasi menu, serta masih banyak lagi. Restoran merupakan salah satu jenis bisnis kuliner. Menurut Perda Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2002, restoran adalah jasa usaha pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya.
1
Menurut Rafunuddin dan Yuliarti (2013), restoran terbagi menjadi dua jenis. Pertama, restoran yang menyajikan makanan sehari-hari untuk konsumen yang sibuk dalam bekerja dan tidak sempat pulang ke rumah untuk makan. Kedua, restoran kelas menengah atas dengan tampilan eksklusif dimana hidangan yang disajikan lebih artistik menggunakan peralatan makan mewah. Jenis restoran yang berkembang sekarang ini pada dasarnya merupakan pengaruh dari pola gaya hidup orang barat. Contohnya, Cafetaria (kantin di perkantoran atau sekolah), Rest-stop restaurant (resto di pinggir jalan tol), resto cepat saji, dan Bistro (resto kecil yang memiliki bar dan memberi pelayanan cepat).
Pertumbuhan Jumlah Restoran di Yogyakarta (2007-2010) 52 39 32
34
2007
2008
2009
2010
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Jumlah Restoran di Yogyakarta (20072010) Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013) Gambar 1.1 di atas menunjukkan jumlah restoran di Yogyakarta yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan dapat dijadikan sebagai
2
indikator prospek bisnis restoran di Yogyakarta. Prospek tersebut menyebabkan persaingan antar pebisnis restoran menjadi semakin ketat sehingga menuntut para pelakunya untuk dapat memberikan suatu nilai pembeda agar bisnis restorannya dapat bersaing. Salah satu nilai pembeda yang saat ini mulai banyak ditawarkan adalah restoran dengan konsep makanan sehat. Meskipun jumlah restoran dengan konsep makanan sehat di Yogyakarta sudah cukup banyak, akan tetapi jumlah pemain yang fokus di bidang restoran herbal masih tergolong sedikit. Padahal bahanbahan herbal sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan. Bisnis restoran dengan konsep makanan sehat semakin berkembang dan menjadi tren sebab saat ini semakin banyak masyarakat yang menderita berbagai macam penyakit sehingga membutuhkan pola hidup, termasuk pola makan yang lebih sehat. Menurut data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL), jumlah masyarakat yang mengidap penyakit dalam di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penderita diabetes melitus mengalami peningkatan sebesar 6 persen per tahun. Sedangkan penderita gagal ginjal pada tahun 2012 berjumlah 24.141 orang, naik sebanyak 880 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya populasi penderita diabetes dan hipertensi sebagai pangkal dari penyakit gagal ginjal. Penderita penyakit jantung juga ikut mengalami peningkatan. Kenaikan jumlah penderita jantung mencapai 7-12 persen per tahun, artinya paling sedikit
3
terdapat 16,8 juta jiwa penduduk Indonesia yang mengidap penyakit jantung dari jumlah total penduduk yang ada (Rachmaningtyas, 2013). Salah satu penyebab terjadinya fenomena ini adalah pola hidup masyarakat yang semakin tidak sehat. Padahal hidup sehat tidaklah sulit. Salah satunya
dengan
memperhatikan
makanan
yang
dikonsumsi
sehari-hari.
Pencegahan dan pengobatan penyakit dapat dilakukan, salah satunya dengan mengonsumsi berbagai jenis produk herbal. Hasil
Survei
Sosial
Ekonomi
Nasional
(Susenas) tahun
2007
menunjukkan bahwa keluhan sakit di Indonesia mencapai 28,15 persen dan dari jumlah tersebut sebanyak 65,01 persen menggunakan obat kimia serta 38,30 persen memilih menggunakan obat herbal. Apabila diasumsikan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta jiwa, maka pengguna obat herbal mencapai lebih dari 23,7 juta jiwa (Anonim, 2011).
Persentase Pengguna Herbal Provinsi Yogyakarta 21.64
23.83
22.9 17.6
2009
2010
2011
2012
Gambar 1.2. Persentase Pengguna Herbal Provinsi Yogyakarta (2009-2012) Sumber : bps.go.id (2013)
4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih untuk pengobatan dan semacamnya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, herbal termasuk dalam obat tradisional yang diartikan: setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan hayati yang berlimpah. Lebih dari 30.000 jenis tanaman obat tumbuh di Indonesia. Akan tetapi dari jumlah tersebut baru terdapat 5 produk yang tercatat sebagai fitofarmaka dan 28 produk tercatat sebagai obat herbal terstandard. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai cara penyembuhan maupun sebagai bagian dari gaya hidup sehat sudah diterapkan sejak dahulu kala (Sabella, 2010). Menurut Heinrich (2010), suatu jenis obat herbal yang berasal dari bahan alam dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Berasal dari tumbuhan dan diubah menjadi obat dengan cara
mengeringkan bagian tumbuhan tertentu atau kadang-kadang seluruh tumbuhan. 2.
Diperoleh dari tumbuhan tetapi tidak lagi memiliki struktur
tumbuhan tersebut atau organnya dan mengandung campuran kompleks senyawa biogenik (misalnya minyak lemak dan minyak atsiri, gom, resin, balsam). Berdasar latar belakang tersebut, penulis berencana untuk membuat usaha restoran herbal. Selain belum memiliki banyak pesaing, usaha restoran herbal ini diharapkan dapat memberikan alternatif menu makanan yang sehat bagi masyarakat.
5
1.2
Lingkungan Internal Bisnis Restoran merupakan sebuah usaha rumah makan yang menyajikan
hidangan kepada masyarakat atau konsumen dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Pada dasarnya restoran adalah sebuah rumah makan berkelas dan bertaraf internasional baik dari segi bisnis, tarif, pelayanan, makanan dan minuman serta segmen pasar atau konsumennya (Rafunuddin dan Yuliarti, 2013). Bisnis restoran merupakan salah satu jenis bisnis yang terus berkembang. Pada awal krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1998, banyak bisnis yang gulung tikar akibat dampak adanya krisis tersebut, tetapi krisis moneter tersebut hampir tidak berdampak serius terhadap perkembangan bisnis restoran kecuali hanya sebatas ikut mengalami kenaikan harga pada supply bahan baku makanan sehingga perlu adanya penyesuaian harga menu. Kendati demikian, keadaan ini tidak mengurangi jumlah konsumen yang datang, bahkan bisnis restoran ini terus bertambah jumlahnya (Rafanuddin dan Yuliarti, 2013). Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis restoran menyebabkan pelaku bisnis harus melakukan inovasi agar dapat memenangkan persaingan dan mendapatkan loyalitas dari konsumen. Bermacam cara dilakukan oleh para pelaku bisnis, di antaranya adalah memberikan konsep atau tema tertentu terhadap bisnis restorannya sehingga mudah dikenali dan diingat oleh konsumen. Salah satu konsep restoran yang saat ini mulai banyak ditemui adalah restoran dengan konsep makanan sehat, baik yang menyajikan menu dengan komoditas sayuran tertentu (misalnya restoran serba jamur maupun restoran serba kentang),
6
memberikan keunggulan nilai organik pada bahan bakunya, menghidangkan menu bagi vegetarian, serta menonjolkan komposisi herbal pada makanan yang disajikan. Beberapa restoran di Yogyakarta mulai mengusung konsep makanan sehat sebagai ciri usahanya, contohnya adalah Lecker Rumah Kopi & Resto yang terletak di Jalan HOS Cokroaminoto, Loving Hut yang terletak di Jalan Kemetiran dan Jalan Moses Gatotkaca, Soma Yoga di Kledokan, serta Sangam House di Jalan Pandega Siwi. Lecker Rumah Kopi & Resto menawarkan menu makanan sehat dan bebas kolestrol sebagai ciri khas menunya. Loving Hut, Soma Yoga, serta Sangam House lebih mengunggulkan menunya sebagai menu vegetarian. Soma Yoga menggunakan konsep bangunan terbuka (mirip joglo) dan dikelilingi persawahan yang dapat menciptakan kesan segar dan nyaman. Sedangkan Lecker Rumah Kopi & Resto, Loving Hut, serta Sangam House memilih lokasi yang dekat dengan pusat keramaian. Hal ini akan mempermudah akses konsumen, bahkan bagi konsumen yang tidak membawa kendaraan pribadi pun dapat menjangkaunya dengan transportasi umum secara mudah. Di sisi lain, keterbatasan luas bangunan menyebabkan ketiga restoran tersebut menjadi kurang nyaman, terlebih lagi bila konsumen datang bersama kolega atau keluarga besar. Dengan mengamati beberapa restoran berkonsep makanan kesehatan di Yogyakarta, Restoran Herbal Kayu Manis berusaha mengombinasikan konsep restoran herbal dengan suasana restoran yang nyaman dan alami. Restoran Herbal Kayu Manis juga akan menyediakan kebun tanaman herbal di area restoran sehingga pengunjung dapat melihat secara langsung berbagai jenis tanaman herbal
7
yang digunakan dalam menu serta mengetahui manfaat dari masing-masing bahan herbal tersebut bagi kesehatan. Selain itu, Restoran Herbal Kayu Manis juga akan menyediakan beberapa jenis makanan maupun minuman herbal instan yang dapat dibeli oleh pengunjung restoran. Restoran Herbal Kayu Manis berusaha menghadirkan konsep baru restoran herbal yang membuat pengunjung dapat menikmati menu makanan berbahan herbal, melihat kebun herbal dan mempelajari manfaat tanaman herbal, serta membeli berbagai produk makanan dan minuman herbal instan. Dengan konsep ini diharapkan Restoran Herbal Kayu Manis dapat menjadi pemain yang unggul di bidangnya. 1.3
Rumusan Masalah Bisnis restoran herbal di Yogyakarta dapat dikatakan cukup menjanjikan.
Pertumbuhan jumlah restoran di Yogyakarta terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, bahkan dapat dikatakan bahwa krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia hampir tidak membawa dampak signifikan pada bisnis ini. Besarnya peluang untuk berbisnis restoran menyebabkan munculnya persaingan yang semakin ketat di antara para pemain sehingga diperlukan adanya inovasi guna memunculkan ciri khas dari suatu restoran yang akan mampu menarik perhatian dan mudah diingat oleh konsumen. Salah satu konsep restoran yang saat ini tengah berkembang adalah restoran yang menyajikan menu sehat seperti menu vegetarian, organik, maupun herbal. Apalagi saat ini isu kesehatan tengah hangat di masyarakat mengingat jumlah penderita penyakit dalam yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
8
Saat ini jumlah restoran dengan menu sehat di Yogyakarta masih sedikit bahkan dari hasil observasi belum ada restoran yang mengusung menu herbal meskipun pada kenyataannya herbal sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan herbal dan telah terbiasa menggunakan herbal sebagai obat maupun bumbu dapur. Hanya saja pengetahuan masyarakat mengenai manfaat herbal masih terbatas sehingga banyak herbal yang belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu peluang bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, disusun rencana bisnis untuk Restoran Herbal Kayu Manis sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses pendirian dan pengoperasian bisnis tersebut. 1.4
Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menyusun suatu rencana bisnis yang akan digunakan sebagai pedoman bagi proses pendirian serta pengoperasian Restoran Herbal Kayu Manis. Rencana bisnis disusun secara rinci sesuai dengan kondisi lingkungan dan pasar yang sebenarnya sehingga dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai bisnis yang akan dijalankan.
9