perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang diikuti dengan kemajuan teknologi telah menyentuh hampir semua bidang kehidupan manusia. Arus informasi dari suatu tempat ke tempat lain dapat diterima dengan cepat dan lengkap. Bersamaan dengan itu media komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam segi konten berita maupun dalam segi variasi segmen, dan semakin dominan dalam menentukan corak dan warna manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kehadiran teknologi pada dasarnya didorong oleh obsesi manusia untuk mengatasi jarak dan ruang, serta sebagai pemuas kebutuhan manusia akan informasi. Revolusi teknologi informasi ini telah meledakkan serpihan budaya Barat sampai tak terbendung mengalir dan merubah budaya sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat perkotaan yang memiliki kemudahan akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan (fast food), serta reproduksi dan transfer gaya commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Terpaan budaya global ini lambat laun mengakibatkan perubahan sosial budaya, yaitu sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan ini merupakan hal yang umum terjadi, seiring berkembangnya zaman dan sesuai dengan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah. Perubahan ini mencakup banyak aspek dari hidup manusia, termasuk perubahan peradaban dan gaya hidup. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia. Individu yang hidup dalam masyarakat modern menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Hal ini adalah suatu pola tindakan yang membedakan antara satu individu dengan invidu lain. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Dalam modernitas, status seseorang memegang peranan penting sebagai citra mereka dalam pandangan orang lain. Status pada dasarnya mengarah pada posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan prestise melekat pada posisi tersebut. Status merupakan kekuatan
yang
besar
di
dalam
masyarakat
yang
digunakan
untuk
mengendalikan orang dengan cara yang halus. Gaya hidup sering dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi dan menunjukkan citra seseorang. Gaya hidup ini akan menentukan mobil apa yang akan digunakan, arloji apa yang dikenakan, sepatu merk apa yang dibeli, olahraga apa yang akan ditekuni dan lain-lain. commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kini masyarakat bukanlah membeli barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, namun mereka membeli merk yang dipasarkan. Untuk memperoleh prestige ditengah masyarakat luas. Kebutuhan akan status dan terpaan budaya asing ini mengakibatkan merebaknya gaya hidup hedonisme yang cenderung mengedepankan kemewahan daripada kecerdasan dan nilai budaya lokal. Menurut Frans Magnis dan Suseno, hedonisme itu sendiri adalah "pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan"1. . Dalam pengetian ini, tampak jelas bahwa kesenangan pribadi adalah prioritas utama kaum hedonisme. Hal ini seringkali tercerminkan dalam kesenangan kaum hedonisme yang senang menghambur-hamburkan uang demi kenikmatan
pribadinya
tanpa
berfikir
mengenai
baik-buruk
akibat
perbuatannya. Gaya hidup hedonisme ini terutama berkembang pada kalangan muda yang tergolong labil, dan sangat mudah terpengaruh. Gaya hidup ini tentunya menjurus ke arah individualisme, dimana kesenangan pribadi menjadi hal yang utama. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan, budaya asli, materialisme, dan rendahnya kepekaan sosial semakin lumrah terlihat. Gaya hidup hedoinsme seperti ini pun sudah lazim tergambar di media. Dapat kita lihat dengan jelas gaya hidup hedonisme digambarkan secara 1
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar : Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. (Yogyakarta: Kanisius, 1987) Hlm. 114. dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme diakses pada 3 september 2013)
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gamblang dalam film-film dan sinetron Indonesia yang setiap hari kita saksikan di layar televisi, dan menjadi topik yang seringkali kita baca di media cetak. Begitu pula yang tercermin pada karya sastra Indonesia. Karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia dan merupakan ekspresi kehidupan manusia. Karya sastra lahir di tengah-tengah mayarakat sebagai hasil dari imajinasi pengarang serta refleksi terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Karya sastra yang baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat, tetapi juga merekam dan melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya.
Karya
sastra
tidak
lahir
dari
kekosongan
budaya.
Bagaimanapun sebuah karya sastra mencerminkan masyarakat dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan pada zamannya. Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena individual secara tertutup melainkan lebih merupakan suatu proses yang hidup. Sastra tidak mencerminkan realitas seperti fotografi, melainkan lebih sebagai suatu bentuk khusus yang mencerminkan realitas. Hal ini pula yang tergambar dalam novel sebagai hasil karya sastra modern. Novel di Indonesia berkembang dengan sangat cepat pada beberapa tahun terakhir. Semakin banyak novelis muda bermunculan dengan gaya dan genrenya tersendiri, yang menggambarkan dunia dari sudut pandang mereka. Salah
satu
novelis
Indonesia
yang
karya-karyanya
banyak
mencerminkan realitas sosial adalah Ika Natassa. Di dalam karya-karyanya iIka Natassa banyak mengambarkan kehidupan kaum hedonis secara gamblang dan commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jelas. Novel-novel Ika Natassa mencerminkan realitas yang terjadi di zaman ini, terutama bagi kaum muda. Hal inilah yang tergambar dengan jelas dalam novelnya, Antologi Rasa, yang merupakan novel keempat Ika Natassa setelah ketiga novelnya yang terdahulu yaitu AVery Yuppy Wedding, Divortiare, dan Underground. Ketiga novel yang telah lebih dulu mencetak best seller ini sama-sama menceritakan tentang kehidupan percintaan kaum hedonisme, penggunaan bahasa inggris yang banyak mewarnai isi novel tersebut, gaya penyampaian pesan yang ringan dan mudah dipahami. Sedangkan perbedaan dalam novelnovel adalah kisah percintaan kaum hedonisme ini di kemas dalam berbagai sisi. Seperti dalam novel nya yang berjudul A Very Yuppy Wedding, Ika Natassa menceritakan mengenai dilema batin seorang wanita karier yang ditengah puncak kariernya harus memilih antara menjadi istri yang baik atau tetap berbahagia melajang dengan gaya hidup hedonisme nya. Sedangkan dalam novelnya yang berjudul Divortiare, Ika Natassa menceritakan problematika pernikahan diantara dua manusia yang sama-sama mempunyai karier dengan jabatan yang tinggi, juga dengan gaya hidup hedonisme mereka. Dalam novel keempatnya yaitu Antologi Rasa, Ika Natassa menceritakan kisah percintaan ke empat sahabat yang bekerja di satu perusahaan, sama-sama bergaya hidup hedonisme, dan diam-diam sama-sama saling mecintai satu sama lain. Diantara sekian banyak novel yang menceritakan mengenai kehidupan kaum hedonisme, peneliti memilih menggunakan novel Antologi Rasa karena commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
novel ini menggambarkan sisi kehidupan hedonisme yang realistis dan sesuai dengan perkembangan zaman, karakter tokohnya adalah tipikal gadis dan bujang lajang yang hidupnya diwarnai dengan berbagai masalah percintaan. Tidak seperti novel-novel lainnya yang terlalu banyak dibumbui dengan imajinasi pengarang sehingga menghasilkan novel yang tidak dapat menggambarkan kehidupan kaum hedonimse yang sebenarnya. Berdasarkan uraian- uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai representasi gaya hidup hedonisme dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah gaya hidup Hedonisme direpresentasikan dalam novel Antologi Rasa yang di tulis oleh Ika Natassa?”
C. Tujuan Penulisan atau Perancangan Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gaya hidup Hedonisme yang dicitrakan Novel Antologi rasa yang di tulis oleh Ika Natassa
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian tentang media, khususnya mengenai kajian media commit to user (novel) yang diteliti dengan analisis isi. 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis terhadap informasi yang disajikan media
E. Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori Suatu teori dapat dikatakan memadai jika ia berisi semua konsepkonsep teoritis yang diperlukan untuk merumuskan penjelasan. Maka teori berguna untuk kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut makna masalah penelitian yang akan disoroti2. Maka menurut penjelasan tersebut, teori yang relevan dalam penelitian ini adalah :
a. Komunikasi Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa
orang,
kelompok,
organisasi,
menciptakan,
dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain"3.
2
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007) hlm.40
3
commit to user
Ruben Brent D dan Lea P Stewart, Communication and Human Behavior, (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi diakses pada tanggal 3 september 2013)
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Menurut Laswell ada lima komponen hal dalam komunikasi yang harus ada agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik, yaitu komunikator, pesan, media, komunikate, dan efek4. Komunikator adalah pihak yang mengirim kan pesan/informasi kepada pihak lain. Pihak dalam hal ini bisa merupakan individu, kelompok, maupun organisasi. Sedangkan pesan adalah isi informasi yang ingin disampaikan pihak komunikator ke pihak komunikate atau bisa juga disebut penerima informasi. Komponen yang ketiga, yaitu media
adalah
wahana/alat
untuk
menyampaikan
pesan
dari
komunikator kepada komunikan, baik sacara langsung (tatap-muka) maupun secara tidak langsung (melalui media cetak, elektronik,dsb) . Sesuai penjelasan sebelumnya, komunikan/penerima pesan adalah pihak yang menerima informasi dari komunikator melalui media yang ada. Komunikan bisa berupa individu, sekelompok orang, maupun organisasi. Setelah isi dari pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan tersampaikan dengan baik melalui media yang ada, akan tercipta efek/dampak dari proses komunikasi yang telah terjadi. Efek disini bisa berupa bertambahnya ilmu, 4 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ( Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya, 2005) Hlm. 62.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perubahan sikap, perubahan persepsi, dsb. Proses berlangsungnya komunikasi itu sendiri dapat dijelaskan sebagai proses penyampaian pikiran atau perasaan kepada seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Laswell membagi proses komunikasi menjadi dua, yaitu proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambang dalam proses komuniksai primer adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar,warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunkasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Sedangkan proses komunikasi sekunder adalah proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesanoleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua (media cetak, elekronik, dsb) setelah memakai lambang sebagai media pertama5. Dalam penelitian ini studi komunikasi lebih cenderung menjelaskan bahwa pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui
interaksinya
dengan
penerima
menghasilkan
makna.
Pengirim, yang didefinisikan sebagai transmitter pesan, menurun arti 5
Laswell dalam Sarah syarifah, Definisi Komunikasi dan Tingkatan Komunikasi, commit to user (http://www.academia.edu/6415006/Definisi_Komunikasi_Dan_TIngkatan_Proses_Komunikasi di akses pada tanggal 3 september 2013)
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pentingnya. Penekanan bergeser pada teks dan bagaimana “teks” itu dibaca. Membaca itu sendiri adalah proses menemukan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi atau bernegosiasi dengan teks sebagai lambang (symbol) dalam media komunikasi. Dari uraian diatas maka proses komunikasi yang di teliti dalam menemukan representasi gaya hidup hedonisme dalam novel Antologi Rasa yang ditulis oleh Ika Natassa termasuk proses komunikasi sekunder, dimana media yang digunakan untuk menyampaikan pesan adalah media cetak, yaitu novel.
b. Novel b.1
Pengertian Novel Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung
pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus6. Dari teori diatas, novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.
6
commit to user Ibid, hlm.9.
10
perpustakaan.uns.ac.id
b.2
digilib.uns.ac.id
Novel Sebagai Media Komunikasi Novel merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk
narasi. Dari anak-anak hingga orang dewasa banyak yang menyukai novel. Alasan mengapa hal tersebut dapat terjadi adalah karena novel mampu memberikan suatu kegembiraan dan kepuasan batin. Dalam kajian ilmu komunikasi, Sebagai salah satu media komunikasi, novel dapat memberikan pengaruh dan inspirasi luar biasa karena ia merupakan wadah komunikasi di mana seorang penulis menanamkan pesan-pesan yang ingin disampaikannya baik secara eksplisit bahkan implisit sekalipun. Novel menjadi wahana pengartikulasian ide, gagasan, kritik sosial, propaganda, bahkan sebuah keyakinan. Adapun beberapa contoh novel yang mengandung gaya hidup hedonisme yaitu Love, Curse & Hocus Pocus karya Karla M Nashar. Novel ini bercerita tentang kisah percintaan Troy Mardian dan Gadis Parasayu yang awalnya saling membenci tiba-tiba terbangun dalam keadaan bugil dengan memori kabur akan pernikahan mereka. Dalam Novel ini gaya hidup hedonisme digambarkan oleh cara Troy dan Gadis menjalin hubungan percintaan dalam mimpi yang diciptakan seorang perempuan Gipsi karena lelah melihat mereka bertengkar terus menerus. Pergaulan seks bebas yang dipaparkan sebagai bagian dari gaya hidup hedonisme dipaparkan penulis melalui hubungan cinta Troy dan commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gadis dalam mimpi mereka. Bahasa yang dipakai penulis juga merupakan bahasa sehari-hari, ringan, dan menggunakan banyak istilah bahasa inggris. Ada pula Sunshine becomes you salah satu karya Ilana Tan, novel ini mengajak pembaca untuk menyelami rutinitas sehari-hari Mia clark, seorang gadis adopsi yang tinggal di New York. Mia Clark seorang gadis manis, berbakat dan memiliki keluarga yang cukup baik, ternyata tidak bisa mewujudkan impiannya. Menjadi salah satu lulusan terbaik Juliard, institut seni terbaik di Amerika serikat. Ini kisah yang terjadi di bawah langit New york, tentang harapan yang muncul di tengah keputusasaan, tentang impian yang bertahan di antara keraguan, dan tentang cinta yang memberikan alasan untuk bertahan hidup. Sementara tokoh utama pria nya bernama Alex hirano. Alex adalah seorang pionis hebat di kota New york, ia dikenal dengan kemahirannya saat memainkan piano. Kemampuan dia bermain piano tak perlu di ragukan sedikit pun karena ia selalu sukses merampungkan konsernya di Eropa, Amerika Serikat dll. Gaya hidup Hedonisme dalam Novel ini digambarkan melalui keromantisan Alex dalam mencintai Mia Clark. Dalam Novel itu, penulis menceritakan tokoh Alex yang semula dingin dan pendiam terhadap Mia Clark menjadi Cinta yang berlebihan, posesif terhadap Mia Clark, hingga kerap kali Alex meminta Mia Clark menginap dirumahnya. commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kita juga dapat melihat representasi gaya hidup hedonisme dalam novel Crash Into You karya Alia Zalea . Novel ini bercerita tentang kehidupan percintaan Nadia, seorang wanita lajang berumur 28 tahun yang terkaget-kaget ketika mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel laki-laki, dalam keadaan hanya memakai underwear pula!. Terlebih lagi ketika ia mengetahui bahwa lelaki super hot yang berada sekamar dengannya ditambah dadanya yang telanjang sehabis mandi adalah seorang ‘Kafka’. Cowok iseng yang ia kenal ketika SD dulu. Masa lalu Nadia hampir dua puluh tahun lalu mulai menghantuinya kembali. Satu per satu ingatannya melayang menuju saat-saat Kafka sering mengisenginya setiap hari, sampai membuat Nadia membencinya setengah mati. Dalam novel ini tokoh Nadia dipaparkan penulis sebagai perempuan dengan gaya hidup yang sangat hedonis. Pergaulannya yang bebas, membuatnya berhubungan intim lebih dari 3 orang lelaki, belum lagi kesenangannya minum minuman keras, dsb. Salah satu novelis Indonesia yang karya-karyanya banyak mencerminkan realitas sosial dan gaya hidup hedonisme adalah Ika Natassa. Didalam karya-karyanya ia banyak mengambarkan kehidupan hedonisme secara gamblang dan jelas. Novel-novel Ika Natassa mencerminkan realitas yang terjadi di zaman ini, ketika gaya hidup hedoniseme semakin berkembang dan memasuki berbagai aspek kehidupan. Hal inilah yang commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tergambar dengan jelas dalam novelnya, Antologi Rasa, yang merupakan novel keempat dari Ika Natassa, setelah A Verry Yuppy Wedding, Divortiare, dan Underground. Novel Antologi Rasa ini menceritakan tentang kisah percintaan diam-diam dalam sebuah persahabatan. Tokoh utama dalam Novel ini adalah wanita bernama Keara, seorang wanita metropolita dengan 4 orang banker sahabatnya yang bernama Harris, Keara, Rully, dan Denise. Mereka yang saling bersahabat ini diam-diam saling mencintai. Antologi Rasa bercerita tentang kisah persahabatan dan percintaan empat orang bankir Dengan gaya hedonisme ala masyarakat urban dan bumbu konflik di sana-sini, novel ini berhasil mencuri banyak hati para penggemar Novel. Setting cerita yang terasa sangat nyata, memainkan imajinasi pembaca setiap membaca kata demi kata yang ada dalam novel ini. Terutama,
pencitraan
gaya
hidup
hedonisme
yang
terdeksripsikan sangat detail dalam kisah ini. Seperti beberapa paragraf yang menceritakan Keara salah satu tokoh utama dalam novel ini, sangat senang berperilaku spontan tanpa pikir panjang mengenai jumlah uang yang akan ia habiskan. Contohnya ketika ia mendadak ingin makan nasi padang di kota Padang agar bisa merasakan sensasi nasi Padang yang sebenarnya, atau ketika ia mendadak memutuskan siang hari pergi ke Bali untuk merasakan commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ayam Betutu khas Bali lalu langsung kembali lagi ke Jakarta hari itu juga.
b.3
Ciri-Ciri Novel Dalam penjelasan mengenai definisi novel pada sub-bab
sebelumnya pada halaman sepuluh, dapat disimpulkan bahwa ciriciri novel adalah cerita nya yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar dan sudut pandang. Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya akan menjadikan lebih hidup.
b.4
Macam-macam Novel Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Novel terbagi dua, yaitu novel popular dan novel serius. 1. Novel Popular Nurgiyantoro menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita.7. Berdasarkan penjelasan diatas, dari segi penggunaan bahasa yang cenderung ringan dipahami, alur cerita yang juga ringan untuk dinikmati, novel Antologi Rasa termasuk kategori novel Popular. 2.
Novel Serius Novel serius cenderung bertujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan8. Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat menuruti minat pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks yang terdapat didalamnya sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca, bahasa yang di gunakan pun cenderung formal dan kaku. Kecenderungan yang muncul pada novel serius ini mengakibatkan sedikitnya peminat yang ingin menikmati novel tersebut dibandingkan dengan peminat novel populer. Meskipun demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu
7
19.
8
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995) hlm.18-
commit to user
Ibid.
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare atau novel-novel karya Clara NG, Habiburrahman El-Shirazy, Andrea Hirata, Dewi Lestari yang memunculkan polemik kehidupan dengan penggunaan bahasa yang formal dengan plot alur cerita yang maju-mundur.
b.5
Novel sebagai Media Massa Novel dalam proses komunikasi secara sederhana dapat dipahami sebagaimana dikemukakan oleh Harold Laswell, "who says what which channel to whom with what effect?"9. Teori
ini
menunjukan
Ika
Natassa
hadir
sebagai
komunikator (who says), kisah kehidupan persahabatan empat orang banker yang menganut gaya hidup hedonisme dimaknai sebagai pesan yang ingin disampaikan (what say), tulisan Ika Natassa berupa novel yang berfungsi sebagai saluran (in channel) atau bisa dikatakan sebagai media komunikasi, sementara komunikan adalah masyarakat luas , dan efeknya dapat berupa perilaku sikap, perubuahan persepsi mengenai gaya hidup hedonisme, dsb. Efek dari komunikasi yang tercipta tentunya berbeda-berbeda, tergantung dari pemaknaan pesan yang lahir dari tiap individu, dalam hal ini adalah pembaca novel itu sendiri. Setiap pembaca mempunyai pemaknaannya 9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda. Karya, 2005) hlm.253.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri terhadap pesan yang ingin disampaikan penulis melalui novelnya
c. Bahasa ,Teks, Konteks dan Makna 1. Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau interaksi sosial, karena untuk mengungkapkan sesuatu baik secara verbal maupun non verbal, kita membutuhkan bahasa sebagaia media komunikasi. Sastra, khususnya fiksi, disamping sering disebut dunia dlaam kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Nurgiyantoro juga mengatakan bahwa, "jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu, mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya bisa dikomunikasikan lewat sarana bahasa" 10.
2. Teks Teks adalah suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu. Menururt Halliday, "secara sederhana teks bisa disebut sebagai bahasa yang berfungsi"11. Fungsi dalam hal ini adalah
10
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995) hlm.272. 11
commit to user
M.A.K.Halliday dan Ruqayah Hassan, Bahasa,Konteks, dan Teks, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992) hlm.13.
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Dengan kata lain teks dimakanai secara dinamis. Bisa dikatakan bahwa teks berkaitan dengan apa yang secara aktual dilakukan , dimaknai , dan dikatakan oleh masyarakat dalam situasi tertentu yang nyata. Pengertian ini mengarah kepada pemikiran bahwa sesungguhnya teks terdiri dari makna-makna, walaupun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan hanya terdiri dari katakata dan kalimat-kalimat. Dikarenakan teks berfungsi dinamis tergantung dengan konteks situasinya, maka teks adalah hasil lingkungannya, hasil suatu
proses
pemilihan
makna
yang
terus-menerus
yang
membentuk suatu sistem kebahasaan. Dengan demikian, teks itu sendiri merupakan objek dan juga merupakan contoh makna sosial dalam konteks situasi tertentu. Halliday juga berpendapat bahwa, teks merupakan produk dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran (output), sesuatu yang dapat direkam dan dipelajari, karena mempunyai sususan tertentu yang dapat diungkapkan dengan peristilahan yang sistematik12. Teori diatas membuat teks dapat memproyeksikan makna kepada level yang lebih tinggi karena sebuah teks tidak lagi dilihat dari segi kebahsaannya saja, tetapi dibalik segala aspek yang mencakupnya terdapat makna yang lebih tinggi, bisa saja merupakan representasi suatu ideologi, kekuasaan, merubah tindak perilaku seseorang dalam kehidupan sosialnya, dsb. Oleh karena itu 12
commit to user Ibid, hlm.14.
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teks, dalam hal ini memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi. Dari sudut pandang semiotik sosial Halliday berpendapat bahwa "teks adalah suatu bentuk pertukaran makna yang bersifat sosial"13. Pertukaran makna yang bersifat sosial dalam pendapat ini mengarah kepada teks yang berbentuk percakapan, suatu interaksi antara dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi. Maka dari itu konteks situasi sangat berperan penting dalam pemaknaan teks.
3. Konteks Halliday mengatakan bahwa, "Teks yang menyertai teks adalah konteks"14. Pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-kejadian yang nirkata (non-verbal) lainnya. Konteks menurut Malinowksi terbagi menjadi dua, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi adalah konteks sosial mengacu pada sesuatu di luar yang tertulis atau terucap, yang mendampingi bahasa atau teks dalam peristiwa pemakaian bahasa atau interaksi sosial15. Pengertian dari teori diatas adalah ketika suatu bahasa atau teks dapat diketahui maknanya tergantung dari interaksi sosial yang sedang terjadi saat itu. Seperti contohnya istilah-istilah perekonomian yang sedang di bicarakan oleh dua
13 14 15
Ibid, hlm.15. Ibid, hlm.6.
commit to user
Ibid, hlm 8
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang pakar ekonomi, atau teks-teks istilah dalam bidang desain grafis yang terdapat dalam majalah concept yang memang ditujukan khusus untuk para desainer grafis Indonesia yang sedang dijadikan bahan diskusi beberapa pekerja seni di bidang grafis. Sedangkan konteks budaya merupakan hal yang sama pentingnya dalam memahami sebaik-baiknya suatu teks. Budaya dalam hal ini meliputi tidak hanya latar belakang budaya secara keseluruhan yang terjadi pada saat itu dalam interaksi kebahasaan jenis apapun, dalam pertukaran percakapan jenis apapun, tetapi juga sejarah budaya secara keseluruhan yang ada di belakang para pemeran serta, dan dibelakang jenis kegiatan yang mereka lakukan.16. Untuk pengertian konteks budaya, tekas atau bahasa dimaknai sesuai dengan kebudayaan tempat teks atau bahasa itu berlangsung. Seperti contohnya dalam kalimat "jangan sayur lodeh.." di salah satu artikel dalam media cetak koran di kota solo. Kata "jangan.." dalam konteks ini adalah bahasa jawa yang bermakna sayur. Sedangkan jika dilihat dari kebahasaan Indonesia, kata "jangan.." bermakna larangan untuk melakukan sesuatu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala sesuatu yang melingkupi teks. Teks dan konteks merupakan sesuatu yang selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai 16
Ibid, hlm 9.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Dengan kata lain, konteks situasi adalah jembatan konteks sosial kepada bahasa. Semua konteks menggunakan bahasa sebagai alat realisasinya, sehingga untuk dapat memahami makna suatu bahasa, sesorang harus dapat mengenal konteksnya. Konteks situasi dalam pandangan Halliday terdiri dari tiga komponen yaitu ‘medan’(field), ‘pelibat’(tenor), ‘sarana’ (mode) : •
Medan (field) wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung.
•
Pelibat (tenor) wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian dalam persitiwa sosial tersebut.
•
Sarana (mode) wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, dan fungsinya dalam konteks termasuk salurannya17.
4. Makna Menurut Fisher, "makna sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih daripada sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja"18. Dengan kata lain makna, yang berkaitan
17 18
Ibid, hal16.
commit to user
B.Aubrey Fisher, Teori-teori komunikasi perspektif mekanistis psikologis, interaksional dan pragmatis, (Bandung: Remaja Karya, 1986) hlm 346.
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan komunikasi pada hakikatnya merupakan fenomena sosial. Makna merupakan kesatuan mental penegtahuan dan pengalaman yang terkait dengan lambang bahasa yang mewakilinya. Dikarenakan makna merupakan kesatuan mental dan pengalaman, maka makna dari tiap bahasa yang diterima setiap individu bisa saja berbeda ataupun sama dengan invidu lainnya, tergantung kesatuan mental dan pengalaman dari masing-masing invidu yang mereka temukan dari setiap bahasa yang mewakili pengalaman tersebut.
d. Representasi Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai berikut: “proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam Beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimnegerti, diimajinasikan, atau dirasakan dalam Beberapa bentuk fisik"19. Berdasarkan teori Danesi tersebut, representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada dunia yang digambarkan. Representasi adalah jalan dimana makna diberikan kepada hal-hal yang tergambar melalui citra atau bentuk lainnya,
19
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna; Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2010) dalam yusuf malik, (http://sosiologibudaya.wordpress.com/2013/03/18/representasibudaya-2/ , diakses pada tanggal 3 september 2013)
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada layar atau pada kata-kata sebagai media komunikasi. Dikarenakan media primer dalam berkomunikasi adalah bahasa, maka representasi adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang ditampilkan bisa terjadi dengan menggunakan bahasa. Melalui
bahasalah
berbagai
tindak
representasi
tersebut
ditampilkan oleh media dan dihadirkan dalam pemberitaan. Bagaimana kata-kata yang dipilih dapat menciptakan realitas tertentu
kepada
khalayak.
Kata-kata
tertentu
tidak
hanya
memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu tapi juga dapat mengarahkan kita kepada suatu logika tertentu dalam menghadapi suatu permasalah.
e. Hedonisme Aristippos memaparkan bahwa "manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi"20. Dari definisi Aristippos diatas, penulis berpendapat bahwa dalam budaya hedonisme uang merupakan segala-galanya, dikarenakan
kesenangan
dan
hiburan
yang
dicari
selalu
berlandaskan materi. Budaya ini sangat tren sekali, masyarakat sudah berubah menjadi masyarakat yang berorientasi hanya kepada materi semata. Terbukti dengan munculnya bermacam-macam FO (Factory Outlet) di Indonesia, munculnya tempat-tempat hiburan 20
commit to user
Aristippos, (http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme diakses pada tanggal 3 september 2013)
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
malam, tempat karaoke dan lain-lain. Masyarakat hedonisme, cenderung konsumtif. Mereka ingin membeli apa saja yang baru dan menjadi tren. Yang dijadikan pedoman tren mereka adalah seseorang yang mereka idolakan seperti selebritis. Mereka meniru, memuja, dan ingin mirip dengan orang yang mereka puja, mereka akan melakukan apa saja untuk dapat menjadi seperti itu. Sehingga mereka mulai kehilangan jati diri masing-masing. Selain itu para kaum hedonis ini cenderung ingin menjadi sesuatu yang beda dari remaja-remaja kota lain baik itu cara gaya hidup, cara berpakaian, cara berpenampilan, juga cara bagaimana mereka ingin di kenal dan akui sebagai remaja yang mengikuti tren. Bukan hanya tren saja yang mereka tiru juga berdampak pada cara tingkah laku yang meniru masyarakat barat yang individual, cuek tidak menghiraukan orang lain dan juga cara bicara. Maraknya gaya hidup hedonisme di Indonesia tentu tidak lepas dari dampak positif dan negatif. Kegiatan hedon tentunya banyak orang yang berfikir bahwa gaya hidup tersebut lebih banyak mengandung dampak negatif, tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa ada pula dampak positifnya, dan dampak positif dari gaya hidup hedonisme terbagi dua, eksternal dan internal yaitu: Untuk dampak eksternal orang tersebut akan lebih terlihat royal atau saling berbagi terhadap orang lain (memberikan barang-barang atau hadiah, mentraktir, menambah pemasukan bagi penjual barang). Hal tersebut dikarnakan gaya commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hidup yang konsumtif sehingga membantu perekonomian para pedagang, ataupun teman-temannya, karena orang yang memiliki gaya hidup hedonisme ingin terlihat lebih eksis atau menonjol dari lingkungan sekitarnya. Selain itu bagi diri sendiri atau internal dampak positif yang didapat dari gaya hidup hedonisme yaitu dapat mengurangi tingkat stress dengan cara bersenang-senang atau menghibur diri sendiri (wisata kuliner, shoping, traveling). Selain dampak positif juga terdapat dampak negative dari gaya hidup hedonisme yaitu terbagi dua eksternal dan internal : Untuk dampak negatif eksternal gaya hidup hedonisme orang tersebut cenderung ingin melakukan sesuatu hal yang baru dan mementingkan diri sendiri tanpa peduli orang lain walaupun hal tersebut melanggar aturan atau hukum serta mengganggu ketentraman publik atau masyarakat, contohnya: sering pulang larut malam,
membawa
minuman
keras
(mabuk-mabukan),
mendengarkan musik terlalu keras, tidak bersosialisasi dengan masyarakat (asocial), cenderung berkelompok, terlalu cuek dengan aturan lingkungan. Dampak negatif internal dari gaya hidup hedon adalah: orang tejerumus kedalam pergaulan bebas seperti pergi ke klab malam atau ketempat dugem (dunia gemerlap), narkoba, sex bebas, menghamburkan uang yang tidak jelas (boros), yang pada intinya merusak diri sendiri.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Analisis Wacana Analisis wacana adalah ilmu yang berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa21. Dengan kata lain, ketika menggunakan bahasa, kita bisa menciptakan representasi-representasi realitas yang mendapatkan makna melalui wacana. Dengan demikian, analisis wacana mampu membawa kita mengkaji latar sosial dan latar budaya penggunaan suatu bahasa. Hal ini mngerah kepada pemikiran bahwa bahasa dalam analisis wacana lebih dari sekedar gambarannya sebagai teks yang mempunyai makna, tetapi dapat pula membantu kita memahami aturan-aturannya yang menjadi bagian dari pengetahun pengguna bahasa yang tercermin dalam komunikasi sehari-harinya. Bahasa dalam uraian di atas dipahami dan dihidupkan oleh pernyatanpernyataan/wacana yang bertujuan, dimana setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis wacanaa dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Mariannne W. Jorgensen dan Loiuse J.Philips mengemukakan, bagi analisis wacana, tujuan penelitian adalah tidak untuk menyokong wacana, menemukan apa yang benar-benar dimaksudkan orang ketika mereka mengatakan ini atau itu, atau menemukan realitas di balik wacana22.
21
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2006) dalam Wahyuningrum, Analisis Wacana Identitas Diri Waria Yang Direpresentasikan dalam Buku Jangan Lihat Kelaminku! Suara Hati Seorang Waria (Solo: FISIP Universitas Sebeleas Maret, 2010) hln.28 commit to user 22 Marianne W. Jorgensen dan Louise J.Philips, Analisis Wacana Teori dan Mode (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm 39.
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari teori tersebut, dalam penelitian analisis wacana, harus menggarap apa yang benar-benar dikatakan atau ditulis, dengan cara mengeksplorasi pola-pola yang muncul pada pernyataan dan mengidentifikasi
konsekuensi-konsekuensi
sosial
representasi-
representasi kewacanaan atas realitas yang ada. Analisis wacana dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah peneliti akan menggarap, menemukan makna dibalik teks-teks yang muncul dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa dengan tujuan untuk menemukan representasi-representasi sosial atas realitas yang ada, dalam hal ini adalah gaya hidup hedonisme.
2. Kerangka Pemikiran Novel Antologi Rasa Karya Ika Natassa
Fenomena Gaya Hidup Hedonisme
Gaya Hidup Hedonisme dalam Masyarakat
Representasi Gaya Hidup Hedonisme Dalam Novel Antologi Rasa Karya Ika Natassa
Analisis Isi Gaya Hidup Hedonisme Dalam Novel Antologi Rasa Menggunakan Teori Halliday
commit to user Kesimpulan
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Definisi Konsepsiomal Merupakan suatu bentuk usaha dalam mengadakan suatu abstraksi yang dibentuk dari generalisasi hal-hal khusus. Sesuai dengan tujuannya definisi digunakan untuk membatasi masalah penelitian dan menghindari perbedaan pengertian. Definisi konsepsional dari penelitian ini dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Ciri-Ciri Perilaku hedonisme dan Faktor Yang mempengaruhi Di atas telah dijelaskan mengenai pengertian hedonisme, yaitu perilaku yang mengutamakan kesenangan dan mengenyampingkan norma-norma, moral, dan agama yang ada. Kaum hedonisme akan terus memprioritaskan rasa senang disamping rasa tanggung jawab terhadap agama dan budayanya. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri gaya hidup hedonisme adalah : a.) Kesenangan
adalah
tujuan
utama
dalam
hidup.
Kesenangan disini berdasarkan oleh apa yang disukai masing-masing individu, tanpa memperdulikan apakah kesenangan tersebut melewati batas-batas budaya, agama maupun moral yang ada. b.) Cenderung membuat seseorang menjadi konsumtif dan boros. Hal ini dikarenakan segala sesuatu yang commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan, yang dibeli, hanya berdasarkan kesenangan pribadi saja, tidak memperhatikan tepat atau manfaatnya. c.) Mayoritas di miliki oleh orang yang berpenghasilan tinggi, karena untuk memenuhi kesenangan yang tiada batas uang yang banyak sangat dibutuhkan.
2.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi emosi seseorang untuk menjadi kaum hedonis Seperti yang telah di uraikan sebelumnya, peneliti membagi faktor-faktor yang mempengaruhi emosi seseorang untuk menjadi kaum hedonis terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.
•
Faktor Eksternal Faktor
Eksternal
disini
mewakili
lingkungan
luar
seseorang itu hidup, meliputi gaya hidup lingkungan sekitarnya, media yang di lihat, dan dipahaminya, dsb. Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Jika seseorang tinggal dalam lingkungan yang hidupnya suka berfoya-foya, mengejar kenikmatan, maka dengan sendirinya orang tersebut akan mengikuti gaya hidup yang telah ditanamkan dalam lingkungan commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pergaulan tersebut. Belum lagi media-media komunikasi baik cetak maupun elektronik sudah bebas mengiklankan dan menginformasikan gaya hidup hedonisme itu sendiri. Seperti contoh sinteron-sinteron remaja yang selalu mengedepankan fashion dan kerap kali jauh dari moral bangsa Indonesia yang ketimuran, juga program-program di televisi yang menayangkan realita kehidupan hedonisme, seperti program tv Black In News, yang berisi mengenai tempat-tempat elite yang bisa kaum muda kunjungi, maupun trend fashion merek-merek ternama yang sedang hot pada masa itu.
• Faktor Internal Faktor Internal yang dimaksud adalah kualitas iman yang dimiliki tiap Individu, sesuai dengan agama yang diyakininya. Agama manapun selalu mengajarkan kebaikan yang tentunya menjunjung moralitas. Kaum hedonis cenderung mempunyai kualitas iman yang lemah, hingga merasa benar melakukan segala sesuatu hanya didasarkan kenikmatannya, tanpa melihat sisi-sisi agama yang seharusnya menajdi pembatas kita dalam berperilaku.
3.
Teks, Konteks dan Makna Dalam uraian sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu. "Teks yang menyertai teks adalah konteks" (Halliday dan Hassan,1993 : 6). Dalam hal ini pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya dilisankan
dan
ditulis,
melainkan
termasuk
pula
keseluruhan
lingkungan teks tersebut. Sedangkan dalam pandangan Halliday, teks dimaknai secara dinamis. Dalam hal ini makna teks tergantung pada konteks situasinya. Makna adalah arti, maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu kebahasaan (KBBI, 1990 : 470). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti akan menganalisis teks beserta konteks situasi yang menyertainya dan makna yang akan dihasilkannya dengan metode analisis wacana Halliday.
G. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif . Penelitian kualitatif dianggap relevan dipakai dalam penelitian ini karena penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tentu saja dalam penelitian ini yang menjadi data deskriptif berupa kata-kata tertulis adalah teks yang terdapat dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa. Jadi pada intinya penelitian ini berusaha menganalisis mengenai makna pesan dalam novel “Antologicommit Rasa”to ,user tentang gaya hidup Hedonis yang 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
direpresentasikan oleh Keara dan ketiga sahabatnya sebagai seorang banker professional ditengah perjuangannya mencari Cinta sejati.
2.
Sumber Data Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data tertulis yang terdapat pada Novel Antologi Rasa yang di tulis oleh Ika Natassa.
3.
Teknik pengumpulan data Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada analisis ini peneliti menyimak kemudian menandai teks-teks yang diambil dari data tertulis yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Datanya berupa novel, maka peneliti mencoba menelaah isi novel. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam novel Antologi Rasa yaitu: 1. Membaca secara cermat novel Antologi Rasa karya Ika Natassa. 2. Menandai kumpulan teks yang merepresentasikan gaya hidup hedonisme dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa 3. Menganalisis gaya hidup hedonisme yang direpresentasikan dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa dengan metode Halliday.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Teknik Analisis Data Analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana Halliday. Telah di uraikan dalam penjelasan sebelumnya bahwa teks di ikuti oleh konteks situasi dan konteks buadayanya. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Di atas konteks situasi terdapat konteks budaya yang melingkupi teks dan konteks situasi. Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi dalam pandangan Halliday terdiri dari tiga komponen yaitu medan (field), pelibat (tenor), sarana (mode). Medan (field) wacana menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Pelibat (tenor) wacana menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Medan (field)
mengacu kepada apa yang
sesungguhnya terjadi oleh para pelibat, tempat dimana terjadinya peristiwa tersebut, dimana didalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur komunikasi. Sarana (mode) wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa23.
23 23
commit to user
M.A.K.Halliday dan Ruqayah Hassan, Bahasa,Konteks, dan Teks, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992) hlm.17
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk menemukan maknamakna
tersirat
dalam
teks-teks
novel
Antologi
Rasa,
yang
merepresentasikan gaya hidup Hedonisme, teknik analisis data yang akan dilakukan peneliti adalah dengan mencari teks-teks yang merepresentasikan gaya hidup Hedonisme, dalam konteks situasi nya, kemudian membedahnya medan nya (field), Pelibatnya (tenor) dan sarananya (mode) secara detail.
commit to user
35