BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi
sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih belum lama secara luas populer di Indonesia, industri kreatif sering dinyatakan sebagai industri masa depan yang sangat prospektif. Kota merupakan wahana bagi para penduduknya untuk beraktifitas, berinovasi dan berkreasi. Untuk menciptakan kota yang penuh dengan inovasi dan kreasi diperlukan kota yang memiliki iklim kondusif bagi terciptanya kreasi dan daya inovasi dan dapat menarik talenta-talenta yang penuh ide-ide kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri atau bagi orang lain, meningkatkan pendapatan dan kemakmuran, menciptakan pasar bagi usaha lain dan membangun kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Penciptaan kota kreatif akan menjamin berkelanjutannya industri kreatif, talenta kreatif sebagai elemen utama dari industri kreatif akan tertarik untuk menempati kota yang dapat mengakomodir kebutuhannya berkreasi, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan secara psikologis. Industri kreatif merupakan hal baru bagi masyarakat di Indonesia. Industri kreatif ini tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu, ruang lingkupnya sangat luas dan beragam. Industri kreatif ini juga dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian
negara-negara
yang
mengembangkannya.
Industri
kreatif
didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya
1 Universitas Sumatera Utara
kepemilikan intelektual seperti seni, film, desain fesyen, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Industri kreatif ini bersumber dari ide, seni dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran. Sedangkan ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dan industri kreatif dinamakan ekonomi kreatif. Kunci dari pertumbuhan ekonomi saat ini adalah kemampuan untuk mengerahkan dan memanfaatkan teknologi dan talenta yang dimiliki (Florida, 2003). Selain dua T diatas (teknologi dan talenta), Dr. Florida mengusulkan toleransi sebagai T yang ketiga dalam teori perkembangan ekonominya. Toleransi berarti keterbukaan terhadap talenta, kreativitas, dan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan bersamaan dalam hal gender, usia, ras, etnis, orientasi seks dan jenis keluarga. Negara sudah memberikan perhatian terhadap pengembangan industri kreatif ini. Susilo Bambang Yudhoyono melihat potensi yang besar pada industri kreatif untuk dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Ia juga menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk dapat bersama-sama mengembangkan ekonomi kreatif dengan memadukan ide, seni dan teknologi. Mengembangkan keunggulan produk ekonomi yang berbasiskan seni budaya dan kerajinan, mengembangkan ekonomi warisan dan ekonomi kepariwisataan yang berbasis keindahan alam. Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia bangkit dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan ekonomi kreatif dengan berorientasi pada kreativitas, kekayaan, dan warisan budaya serta lingkungan.
2 Universitas Sumatera Utara
Kota sebagai basis daya saing dalam bidang industri seperti yang dikemukakan oleh Richard Florida (2002), bahwa daya saing wilayah dipengaruhi oleh daya tarik wilayah tersebut dan juga pengaruh dari campur tangan pemerintah lokal. Sedangkan menurut Porter, daya saing suatu wilayah seperti kota atau provinsi sangat bergantung pada kapasitas masyarakatnya untuk berinovasi dan melakukan pembaharuan terus menerus, dan untuk ini sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu wilayah mencapai keunggulan daya saing melalui tindakan inovasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan suatu rancangan produk baru dan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu tanpa perencanaan, industri kreatif tidak dapat bertahan karena talenta akan pergi dan dapat terjadi eksploitasi yang tidak adil terhadap penemu kreativitas, seperti seniman, artis, dan lain-lain. Untuk
mengembangkan
industri
kreatif,
Pemerintah
Indonesia
membuat beberapa langkah terobosan. Salah satunya adalah dengan membangun kota kreatif. Menurut Barkin Pusat, kota kreatif adalah kawasan yang mampu mengembangkan kreatifitas, pengetahuan, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi yang menentukan arah pengembangan kota sekaligus meneguhkan citra kota dengan kunci talenta, teknologi dan toleransi. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah bergulir sejak awal Januari 2015, Kota Medan diharapkan mampu mengambil potensi dan peran dalam mengembangkan industri kreatif yang dikemukakan oleh Murtopo selaku pengajar Polimedia Negeri Kreatif Medan. Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budaya dapat
3 Universitas Sumatera Utara
menjadi potensi tersendiri untuk mengembangkan industri kreatif, terlebih jika melihat kondisi kekinian Kota Medan yang juga terkenal karena kulinernya. Salah satu aspek terpenting dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia adalah penciptaan wirausahawan kreatif, karena para wirausahawan inilah yang akan berperan penting dalam pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi nasional ke arah industri kreatif merupakan bagian dari optimisme aspirasi untuk mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) demi mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran, cita-cita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan kualitas hidup yang tinggi, sejahtera dan kreatif. Melihat perkembangan kreatif yang semakin marak digulirkan di berbagai wilayah disertai dengan semakin antusiasnya berbagai kota dan daerah untuk menjadi kota kreatif turut mengindikasikan bahwa industri kreatif telah mengambil peran dalam aktifitas perekonomian nasional. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2009) mengungkapkan di Indonesia, peran Industri Kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata–rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%. Sementara pada tahun 2013 indikator kenaikan ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar 10,9% dibanding tahun 2012. Indikator Ketenagakerjaan juga mengalami
4 Universitas Sumatera Utara
peningkatan sebesar 0,62% pada tahun 2013 demikian pula dengan jumlah usaha yang mengalami kenaikan sebesar 0,41%. Tabel 1.1 Statistik Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2005–2013 No 1. 1.1 1.2 2. 2.1 2.2 3 3.1 4
Indikator Satuan Berbasis PDB Nilai Tambah Miliar Rp Berlaku Nilai Tambah Miliar Rp Konstan Berbasis Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga Orang Kerja Produktivitas
Ribu Rp/TK
Berbasis Aktivitas Perusahaan Jumlah Perusahaan Perusahaan Berbasis Perdagangan Internasional
2005
2006
2007
2008
2012*
2013*
214.540,85
256,848,12
297.557,26
360.663,46
578.760,6
641.815,4
135.394,13
142.091,32
147.906,98
151.581,42
-
-
7.360.032,1
7.006.392,0
7.396.912,73
7.686.409,8
11.799.56
11.872.42
63.605,92
65.458,35
65.043,51
64.918,88
-
-
2.734.076,0
2.576.235,4
2.813.959,21
3.001.635,1
5.398.17
5.420.165
4.1
Nilai Ekspor
Miliar Rp
76.462,03
84.840,18
95.208,61
114.924,97
-
118.968.0
4.2
Nilai Impor
Miliar Rp
6.915,06
6.045,16
8.077,49
10.441,82
-
-
4.3
Nilai Trade
Miliar Rp
69.546,98
78.795,02
87,131,11
104.483,15
-
-
Sumber: Departemen Perdagangan 2009 dan Indonesia Kreatif 2013
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, disebelah utara, selatan, barat dan timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, kondisi perekonomian Kota Medan digambarkan melalui struktur ekonomi yang terbentuk dari masing-masing nilai tambah yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi yang ada. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebesar 7,78 persen tahun 2008, sebesar 6.89 persen,
5 Universitas Sumatera Utara
tahun 2009 sebesar 6,55 persen, tahun 2010 sebesar 7,16 persen dan tahun 2011 sebesar 7,69 persen. Dibanyak bidang Kota Medan telah lama dikenal memiliki potensi yang sangat luar biasa, terutama dari segi pariwisata dan industri yang berkaitan dengan ide atau gagasan. Hal tersebut ditandai dengan mulai banyaknya bermunculan gagasan unik dan baru dari masyarakat Kota Medan dalam menghasilkan terobosan baru kegiatan ekonomi. Tabel 1.2 Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Industri Besar Sedang, Kecil di Kota Medan Tahun 2008-2010 No 1. 2.
Klasifikasi Industri Industri Besar sedang Industri Kecil Total
Perusahaan
Tenaga Kerja
2008 193
2009 166
2010 133
2008 37.514
2009 25.731
2010 33.497
211
401
96
766
2.479
1.181
404
567
229
38.280
28.210
34.678
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, kondisi industri yang ada di Kota Medan, digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu Industri Besar Sedang dan Industri Kecil. Pada tahun 2008 total banyaknya perusahaan industri yang ada di Kota Medan sebesar 404 unit usaha, yang kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga 567 unit usaha. Namun lain halnya pada tahun 2010 banyaknya perusahaan industri mengalami penurunan yang cukup besar hingga menjadi 229 unit usaha. Tidak jauh berbeda halnya dengan kondisi perusahaan industri di Kota Medan, kondisi tenaga kerja terhadap masing-masing industri juga mengalami fluktuasi dari
6 Universitas Sumatera Utara
tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang berada pada semua sektor industri sebanyak 38.280 tenaga kerja yang selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 28.210 total tenaga kerja, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi perubahan, di mana terjadi kenaikan tenaga kerja atas penyerapan industri keseluruhan sebanyak 34.678. Selain daripada itu Kota Medan juga dikenal sebagai jalur pelayaran Selat Malaka, memiliki posisi strategis dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan yang dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah suku Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo) dan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Dengan kondisi tersebut, maka pengembangan industri kreatif perlu dijadikan sebagai sebuah acuan mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan dan kebijakan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dengan baik dan menjadi kontribusi Ekonomi yang dapat memperkuat citra dan identitas bangsa Indonesia. Maka berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Medan”.
7 Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi potensi industri kreatif di Kota Medan? 2. Bagaimana upaya kebijakan dalam pengembangan industri kreatif di Kota Medan? 1.3
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui potensi industri kreatif di Kota Medan. 2. Untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengembangan pusat-pusat industri kreatif di Kota Medan.
1.4
Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai sebuah kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan ilmiah khususnya tentang industri kreatif. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan lingkungan kerja Pusat-Pusat Industri Kreatif di Kota Medan. 3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan industri kreatif di Kota Medan untuk kedepannya.
8 Universitas Sumatera Utara