BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural,
sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9) mengemukakan bahwa sastra menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiburan, hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karennya, “mempermainkan” emosi pembaca sehingga ikut larut ke dalam arus cerita, dan kesemuanya itu dikemas dalam bahasa yang juga tidak kalah menarik. Dalam sastra dikenal berbagai macam genre. Salah satu genre yang ada adalah genre sastra anak.Sastra anak adalah sastra buku-buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dikonsumsikan kepada anak, buku-buku yang isi kandungannya sesuai dengan minat dan dunia anak, sesuai dengan minat dan dunia anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, dan buku-buku yang dapat memuaskan anak. Anak yang dimaksud dalam sastra anak itu adalah orang yang
berusia 0 tahun sampai sekitar 12 atau 13 tahun, atau anak yang sudah masuk dalam masa remaja awal (Nurgiyantoro 2010 a:10,12). Genre sastra anak adalah cerita fiksi. Karakteristik cerita fiksi mencerminkan unsur-unsur fiksi yang membangunnya, baik yang tergolong isi (apa yang ingin diungkapkan) maupun unsur bentuk (bagaimana cara mengembangkannya). Kedua unsur ini haruslah jalin menjalin untuk menghadirkan sebuah cerita yang mengambil perhatian dan pusat pengisahan dari kaca mata anak.Unsur-unsur intrinsik cerita anak adalah unsur-unsur yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro 2010 a:220-221). Karya sastra anak memiliki struktur berupa unsur-unsur intrinsik yang sama dengan sastra dewasa. Namun perbedaannya adalah dalam penggunaan bahasa lebih lugas, tidak memiliki cerita yang kompleks karena keterbatasan pengalaman anak dan ceritanya mudah diimajinasikan oleh anak (Nurgiyantoro 2010 a:9). Cerita anak yang berjudul al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān merupakan cerita fiksi yang mudah dipahami oleh anak. Cerita yang terdiri dari empat puluh enam halaman ini merupakan struktur yang dibangun oleh unsur-unsur intrinsik. Oleh karena itu, cerita al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān dapat dianalisis menggunakan teori struktural sehingga diketahui unsur-unsur intrinsik serta keterkaitan antarunsurnya. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita anak al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān dan keterkaitan antarunsur intrinsik dalam cerita tersebut.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik yang
membangun dalam cerita al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān
dan
keterkaitan antarunsur intrinsik dalam cerita tersebut. 1.4
Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan metode struktural sudah sering dilakukan,
namun sejauh pegamatan penulis penelitian mengenai sastra anak baru dilakukan oleh Mustamin (2007) dalam skripsinya “Cerita Anak „al-Bintu wal-Asad” karya Muhammad „Aṭiyah Al-Ibrāsyī: Analisis Struktural” menyimpulkan bahwa unsurunsur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah tokoh dan penokohan, alur, latar dan sudut pandang. Tema dalam cerita tersebut adalah tentang cinta sejati yang memerlukan pengorbanan yang besar. Dengan rasa cinta dan kasih sayang yang dalam, maka seseorang akan rela berkorban apa saja sesuai dengan kemampuannya demi membahagiakan orang-orang yang dikasihinya. Tokoh utama pada cerita tersebut adalah sang putri. Alur yang digunakan mampu menunjukkan jati diri semua kehidupan para tokoh sehingga sampai kepada klimaks dan mampu menggambarkan
tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Latar yang digunakan adalah daerah di sekitar Laut Merah. Putri (2012) dalam skripsinya ”Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak Al-Aranib Wa Bi’ru Al-Maa’ karya Asyihab Sultan: Analisis Struktural” menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita tersebut adalah tokoh dan penokohan, alur, latar dan sudut pandang. Tema dalam cerita tersebut adalah persaudaraan akan membuahkan rasa kepedulian untuk menolong saudaranya yang mengalami kesulitan tanpa mempedulikan perlakuan di masa lalu. Tokoh utamanya adalah seekor kelinci putih dan beberapa tokoh lain. Alur yang digunakan dalam cerita tersebut adalah alur yang dapat menggambarkan keseluruhan isi cerita. Latar yang digunakan adalah latar tempat dan latar waktu. Latar tempat yang digunakan adalah sebuah dunia khayalan tempat hidupnya para kelinci dan binatang lainnya yang tidak ada di dalam kenyataan.Adapun latar waktu yang digunakan adalah malam hari dan pagi hari. Sari (2013) dalam skripsinya “Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak Ar-Ra’i Asy-Syuja’
karya
Muhammad
‘Aṭiyyah
Al-Ibrasyī:
Analisis
Struktural”
menyimpulkan bahwa ada beberapa tokoh yaitu tokoh utama protagonist, tokoh tambahan protagonist dan tokoh tambahan antagonis. Alur yang digunakan dalam cerita anak tersebut adalah pola alur progresif (linear kronologis). Latar pada cerita tersebut menggunakan latar netral yaitu latar pada tempat di suatu negara yang dipimpin oleh seorang raja. Adapun moral dan tema yang terdapat adalah bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut
pandang orang ketiga “mahatahu”.Stile dan nada yang digunakan adalah stile sederhana dengan nada parodial yang umumnya memang digunakan dalam karya sastra anak. Hubungan antarunsurnya sangat erat dan saling mendukung. Vauzi (2014) dalam skripsinya “Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak Aṭfāl alGābah karya Muhammad Aṭiyyah al-Ibrasyī: Analisis Struktural Robert Stanton” menyimpulkan bahwa terdapat beberapa tokoh, yaitu tokoh utama protagonis, tokoh tambahan protagonist dan tokoh tambahan antagonis. Alur yang digunakan dalam cerita tersebut adalah alur progresif (linear-kronologis) sehingga lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Latar yang digunakan adalah latar netral. Moral dan tema yang terdapat adalah saling menyayangi dalam keluarga akan mengantarkan pada kebahagiaan bersama. Sudut pandang pada cerita anak ini menggunakan sudut pandang orang ketiga „mahatahu‟.Stile dan nada yang digunakan adalah stile yang sederhana dengan nada parodial yang pada umumnya memang digunakan dalam sastra anak. Luthfiati (2015) dalam skripsinya “Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak AlAmīratu Wa ṡ-Ṡu’bānu Karya Muhammad ‘Atiyyah Al-Ibrasyī: Analisis Struktural Robert Stanton” menyimpulkan bahwa terdapat dua tokoh yaitu tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur progresif dan padat. Latar yang digunakan yaitu latar tempat dan waktu, namun latar yang digunakan bersifat netral sehingga tidak begitu menonjol. Tema yang terdapat pada cerita ini adalah cinta yang tulus seseorang dapat dilihat dari ketaatan, kesetiaan, dan pengorbanan untuk orang yang dicintainya. Adapun sudut pandang yang digunakan
dalam cerita ini adalah orang ketiga tidak terbatas. Tema cerita anak tersebut juga didukung oleh gaya dan tone dengan struktur kalimat yang sederhana serta tidak terdapat bahasa retorika yang menggunakan ungkapan kiasan yang sulit dipahami oleh anak. Berdasarkan tinjauan pustaka maka penelitian mengenai unsur-unsur intrinsik dalam cerita anak al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān layak untuk dilakukan penelitian sebagai penambah khazanah penelitian dalam bidang sastra anak. 1.5 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian cerita anak al-Akhawātu aṡ- Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān adalah analisis struktural. Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak lain hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Secara etimologis, struktur berasal dari kata structura (Latin), berarti bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata systema (Latin), berarti cara (Ratna, 2011:91). unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2010, a:221)
Adapun
terdiri dari tokoh dan
penokohan, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, stile dan nada serta judul. Menurut Farhud, Sadzili wa Asdiqā‟uhu (dalam Sangidu, 2009:9) unsur-unsur intrinsik prosa Arab meliputi al-hikāyah (cerita), asy-syakhsiyyat (penokohan), alhabkah (alur), az-zamān wal-makān (latar waktu dan tempat), dan al-fikrah (ide, gagasan). Sementara itu menurut Stanton (2007:20) struktur dalam karya sastra
terbagi menjadi tiga unsur, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Dalam penelitian ini teori yang digunakan yaitu teori struktural Robert Stanton dalam bukunya Teori Fiksi Robert Stanton (2007). Fakta cerita merupakan elemen-elemen yang berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita yang terdiri dari karakter, alur, dan latar. Apabila dirangkum menjadi satu, ketiga elemen ini disebut „struktur faktual‟ atau „tingkatan faktual‟ cerita (Stanton, 2007:22). Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Stanton, 2007:33). Adapun tokoh menurut Nurgiyantoro (2010 a:222) adalah adalah pelaku yang yang menjadi fokus perhatian baik karena pelukisan fisik maupun karakter yang disandangnya baik mencerminkan tokoh realistik maupun tidak dalam sebuah peristiwa. Menurut Stanton (2007:26) alur merupakan rangkaian peristiwaperistiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kasual saja. Peristiwa kasual merupakan peristiwa yang menjadi dampak dari peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena berpengaruh pada keseluruhan karya. Adapun latar menurut Stanton (2007:35) merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Tema adalah makna penting dalam sebuah cerita (Stanton, 2007:7). Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia;
sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007:36). Adapun tema menurut Nurgiyantoro (2010 a:261) merupakan gagasan utama atau makna utama cerita. Makna cerita secara keseluruhan dapat ditemukan pada tema. Dalam menemukan sebuah tema tidaklah mudah karena tema dapat diungkapkan secara eksplisit dan adakalanya juga diungkapkan secara implisit Sarana-sarana sastra adalah metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2007:46). Sarana-sarana sastra terdiri atas judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi (Stanton, 2007:46-71). Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan (Stanton, 2007:51). Judul adalah hal utama yang lazimnya dibaca oleh pembaca.Dalam pemberian judul juga harus diperhatikan apakah judul tersebut memiliki keterkaitan dengan isi cerita (Nurgiyantoro, 2010:282). Stanton (2007:53) mengungkapkan bahwa sudut pandang terbagi menjadi empat tipe yaitu orang pertama utama, orang pertama sampingan, orang ketiga terbatas, dan orang ketiga tidak terbatas. Menurut Stanton (2007:61) gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa, sedangkan tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Simbolisme adalah detail-detail konkret dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Adapun ironi adalah cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya.
1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural. Prinsip analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2003:112).
Dengan demikian,
pada dasarnya analisis
struktural bertujuan
memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarunsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 2010 a:37). Penelitian ini mengungkapkan dan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang menyusun cerita anak al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu. Unsur-unsur intrinsik pada cerita anak al-Akhawātu aṡ-Ṡalāṡu karya ‘Ādil al-Gaḍbān yang akan diteliti adalah faktafakta cerita dan sarana-sarana sastra. Elemen fakta-fakta cerita terdiri dari karakter, alur, latar, dan tema. Adapun sarana-sarana sastra terdiri dari sudut pandang, gaya dan tone serta judul. Selanjutnya, mencari keterkitan antarunsur yang menyusun cerita anak tersebut untuk mendapatkan suatu kesatuan makna yang utuh dari unsurunsur tersebut. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II berisi sinopsis cerita anak al-Akhawātu aṡṠalāṡu. Bab III berisi tentang analisis struktural, yaitu unsur-unsur intrinsik dan
keterkaitan hubungan antarunsur cerita yang berisi tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, stile dan nada serta judul. Bab IV berisi kesimpulan. 1. 8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berdasarkan pada transliterasi berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 tahun 1987 dan 0543 b/U/1987. 1. Konsonan Konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan h}arf hija`iyyah atau disebut huruf Arab. Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut huruf konsonan bahasa Arab pada tabel. No 1
Huruf Arab
ا
Nama Alif
Huruf Latin Tidak dilambangkan
Keterangan Tidak dilambangkan
2
ب
Ba
B
Be
3
ت
Ta
T
Te
4
ث
Ṡa
Ṡ
Es dengan titik diatasnya
5
ج
Jim
J
Je
6
ح
Ḥa
Ḥ
Ha dengan titik dibawahnya
7
خ
Kha
Kh
Huruf ka dan ha
8
د
Dal
D
De
9
ذ
Żal
Ż
Zet dengan titik diatasnya
10
ر
Ra
R
Er
No 11
Huruf Arab
ز
Nama Za
Huruf Latin Z
Keterangan Zet
12
س
Sin
S
Es
13
ش
Syin
Sy
Es dan ye
14
ص
Ṣad
Ṣ
Es dengan titik dibawahnya
15
ض
Ḍad
Ḍ
De dengan titik dibawahnya
16
ط
Ṭa
Ṭ
Te dengan titik dibawahnya
17
ظ
Ẓa
Ẓ
Zet dengan titik dibawahnya
18
ﻉ
„ain
„
Koma terbalik (di atas)
19
ﻍ
Gain
G
Ge
20
ف
Fa
F
Ef
21
ق
Qaf
Q
Qi
22
ك
Kaf
K
Ka
23
ل
Lam
L
El
24
م
Mim
M
Em
25
ن
Nun
N
En
26
و
Wawu
W
We
27
ﻫ
Ha
H
Ha
28
ء
Hamzah
`
Apostrof condong ke kiri
29
ي
Ya
Y
Ye
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal, vokal rangkap, dan vokal panjang.Penulisan ketiga vokal sebagai berikut. Vokal tunggal Tanda
َ ¯ِ
Huruf A I
Vokal Rangkap Tanda
َ …ي َ …و
Huruf Ai Au
Vokal Panjang Tanda
َ …ى
َ …ا
ِ … ْي
Huruf Ā Ī
_ُ
ُ … ْي
U
Ū
Contoh:
ِ َ ُ :żukira
َ َا: qāla
ََبْي ٌت:baitun
3. Ta>`Marbu>t}ah Transliterasi untuk ta>` marbūṭahada dua, yaitu transliterasi ta>` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/ dan ta>`
marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang alserta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:
4.
َ ْيو َ ُ اَ َط ِا: rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul-aṭfāl
Syaddah (Tasydīd) Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda. Tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh
5.
َ ََبَّن::rabbanā
Kata sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
"" ا. Akan tetapi, dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan menjadi dua. Pertama, kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang tersebut. Kedua, kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh:
ُ ُ َّ ا: ar-rajulu
ُ َ ا َل: al-qalamu
6. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah atau di akhir kata. Apabila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
ََ ََب: qara`a
7. Penulisan kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun ḥarf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:
ِ َ َوِ َّ اَ ََُ َ ْيَب ُ اَّ ِا ْي:Wa innallāha lahuwa khairu ar-rāziqīna Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna
8. Huruf kapital
Meskipun dalam tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Diantaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
َوَ َُ َّ ٌت ِ َّ َ ُ ْي ٌتا:Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Contoh:
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf dipergunakan. Contoh:
ِ ِ َ ْي ٌت َ ا َوََبْي ٌت َ ِْي ٌت:Nasrun minallāhi wa fatḥun qarīb
kapital tidak