BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalahmasalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan
tersebut
dengan
penuh
kesungguhan
yang
kemudian
diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:2) dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubunganhubungan antarmanusia. Di Indonesia banyak bermunculan karya sastra. Karya sastra lahir akibat adanya proses kreatif seorang pengarang dalam menanggapi dan menceritakan keadaan di sekitarnya. Oleh karena itu, karya sastra terkadang dapat mewakili kehidupan yang nyata. Bahkan, sumber kehidupan nyata tersebut berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Sependapat dengan hal tersebut, Plato (dalam Nurgiyantoro, 1995:7) juga menjelaskan bahwa sastra, seni, hanya merupakan peniruan, peneladanan, atau pencerminan dari kenyataan, maka ia berada di
1
2
bawah kenyataan itu sendiri. Padahal, yang nyata itu pun hanya pembayangan yang ada. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra. Novel adalah sebuah karya yang biasanya ditulis dalam bentuk cerita. Eneste (1991:60) juga mengungkapkan bahwa novel menyampaikan cerita dan amanat dengan menggunakan bantuan kata-kata. Kata-kata menjadi senjata utama dalam novel. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran sudah dikenal luas di masyarakat. Novel menggunakan kata-kata sebagai
media utamanya sehingga membuat
pembaca
untuk
berimajinasi. Sedangkan film bergulat dengan plastik material, yakni properti penunjang cerita. Dalam perkembangannya, novel-novel popular sering kali diangkat menjadi sebuah film. Hal ini juga dikemukakan oleh Irawanto (1999:11) yang menjelaskan bahwa film merupakan komunikasi massa yang mengandung pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis. Film merupakan tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung bioskop. Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, kostum, dan panorama yang indah. Seiring berjalannya waktu tidak hanya sastra tulisan yang marak digemari, tetapi juga di era modern ini karya sastra mulai marak untuk dikenalkan melalui film. Nurgiyantoro (1995:8) juga mengatakan bahwa pembedaan itu tampaknya kabur, sebab sering dilakukan penyaduran dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Misalnya, banyak teks prosa naratif disadur menjadi teks drama untuk
3
ditampilkan dalam bentuk drama seperti banyak dilakukan dalam “pentas” sandiwara radio yang kini semakin populer itu. Selain itu, juga banyak karya fiksi yang disadur menjadi skenario film dan kemudian difilmkan. Alasan yang melatar belakangi adaptasi sebuah novel menjadi film karena lahirnya novel tersebut bersumber dari realitas kehidupan lingkungan sekitar yang sangat menarik untuk disimak dalam bentuk visual. Proses perubahan dari novel ke film disebut dengan Ekranisasi. Proses tersebut yakni proses perubahan media. Novel yang menggambarkan tema, alur, tokoh, penokohan, setting atau latar dan amanat dengan media kata-kata. Sedangkan film menggunakan media visual atau gambar. Penggambaran tema, alur, tokoh, penokohan, setting atau latar dan amanat dalam film menggunakan gambar, aktor dan aktris dengan akting yang menggunakan dialog dan ekspresi untuk mendukung karakter. Dalam film juga digunakan segala properti pendukung untuk menunjang aktor dan aktris. Dalam pembuatan sebuah film yang diadaptasi dari sebuah novel tidak dipungkiri akan terjadi beberapa perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam kisah cerita yang disampaikan, dalam cara penyajiannya, ataupun keduanya. Hal tersebut tidaklah dapat dihindari, karena di sini terjadi perubahan media, yaitu dari media cetak ke media visual. Alasan ini juga dikemukakan oleh Eneste (1991:66) yakni perbedaan alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan film berdasarkan novel, kemudian waktu putar film yang dibatasi sehingga terjadi perubahan-perubahan bervariasi.
4
Perubahan-perubahan yang biasanya terjadi yakni perubahan karakter tokoh antara novel dengan film tergolong berbeda, perubahan munculnya penciptaan tokoh-tokoh baru pada film yang tidak ada pada novel, kemudian perubahan setting atau latar cerita pada film yang berbeda dengan novel karena permasalahan keterbatasan. Perubahan-perubahan muncul karena novel menggunakan kata-kata yang tidak dibatasi oleh lembar kertas. Kata-kata dibuat dengan seindah mungkin agar pembaca dapat berimajinasi. Novel juga merupakan kerja individu seorang penulis yang mempunyai satu jalan pikiran. Berbeda dengan novel, film menggunakan media audio visual atau gambar sebagai media utamnya. Film merupakan hasil dari kerja tim yang meliputi sutradara, produser dan aktor. Salah satu penulis novel popular di Indonesia adalah Tere Liye. Tere liye merupakan pengarang muda yang karya-karyanya banyak diminati oleh pembaca. Salah satu karya Tere Liye yang terkenal diantaranya Hafalan Surat Delisa yang juga berhasil divisualisasikan ke dalam film dan berhasil menarik jutaan penonton. Salah satu novel Tere Liye yang juga popular adalah Bidadari-Bidadari Surga. Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye yang divisualisasikan menjadi sebuah film oleh sutradara Sony Gaokasak dengan judul yang sama. Novel dan film tersebut mengisahkan perjuangan keluarga dari kampung tertinggal di Lembah Lahambay, mereka berusaha keras agar bisa meneruskan mimpi dan cita-cita. Perjuangan gigih yang dilakukan oleh tokoh bernama Laisa untuk keempat adiknya agar bisa menjadi orang sukses dan berhasil keluar dari ketertinggalan dari daerah asalnya. Bahkan tokoh Laisa rela berkorban berhenti
5
sekolah dan bertahan dengan penyakit mematikan agar keempat adiknya bersekolah. Sutradara film Bidadari-Bidadari Surga Sony Gaokasak memvisualisasikan tokoh utama Laisa pada aktris Nirina Zubir. Nirina Zubir dianggap mewakili penggambaran fisik tokoh Laisa pada novel, yakni dengan karakter pendek, kulit warna hitam. Namun dalam novel karakter Laisa dijelaskan berambut gimbal, gemuk dan sedikit kerdil karena terserang penyakit pada masa kecil. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari segi fisik, namun juga perubahan karakter sifat dari tokoh utama. Sifat tokoh utama Laisa pada novel dijelaskan keras dan tegas kepada adiknya, namun pada film Tokoh utama Laisa yang diperan kan oleh Nirina Zubir tidak tergambar keras dan tegas pada setiap adegannya. Dalam proses ekarnisasi tersebut tidak dipungkiri terjadi perubahan karakter baik dari segi fisik dan sifat pada tokoh dalam film dengan novel karena memang penggunaan media yang berbeda. Pada pembuatan film dibatasi durasi waktu sehingga perlu pertimbangan perubahan khususnya karakter tokoh utama. Perubahan-perubahan karakter tokoh utama itulah yang menjadi salah satu latar belakang peneliti untuk mencoba meneliti novel dan film Bidadari-Bidadari Surga. Walaupun terdapat kesamaan antara novel dan film dalam kisah cerita yang disampaikan, namun novel dan film merupakan dua media yang berbeda, sehingga berbeda pula cara penyajiannya. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan perubahan-perubahan karakter tokoh utama dalam novel dan film Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye.
6
Penelitian sejenis dilakukan oleh Sultanti (2013) dengan judul Ekranisasi dari Novel Tahun 69 Karya Ryu Murakami ke dalam Film 69 Karya Lee Sang-Il. Penelitian tersebut menggunakan teori ekranisasi serta teori struktural dilihat dari unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, tokoh, dan penokohan, setting, serta sudut pandang sebagai pedoman dalam menganalisis. Secara umum penelitian tersebut menganalisis perbedaan dari beberapa peristiwa yang dituturkan dalam novel yang tidak ditunjukkan dalam film. Salah satu perbedaan tersebut ditunjukkan pada tokoh dan penokohan. Gambaran umum tokoh lebih kuat dijelaskan dalam novel dari pada dalam film. Penelitian sejenis dilakukan oleh Amelia (2014) dengan judul Kajian Ekranisasi pada Tokoh dalam Novel dan Film Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka. Penelitian tersebut memfokuskan pada proses ekranisasi gambaran fisik, gambaran watak serta gambaran tingkah laku okoh dalam novel dan film Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka. Hasil dari penelitian tersebut, pertama adalah proses ekranisasi gambaran fisik tokoh dalam novel dan film Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka mengalami penambahan dan perubahan bervariasi karena faktor nilai jual kepada masyarakat. Kedua
proses
ekranisasiwatak mengalami penciutan dan penambahan. Ketiga, proses ekranisasi tingkah laku mengalami penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi karena adat yang digambarkan dalam novel tidak sepenuhnya diapresiasi dalam film sehingga para tokoh masih terkesan modern. Perbedaan yang mendasar dari penelitian yang sudah dikakukan sebelumnya adalah fokus penelitian pada perubahan karakter tokoh utama. peneliti
7
memfokuskan pada perubahan bervariasi yakni perubahan karakter. Perubahan karakter dilakukan dengan metode langsung melalui nama tokoh, penampilan tokoh dan tuturan pengarang, sedangkan metode tidak langsung melalui dialog, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh oleh penutur lain, kualitas mental, nada suara, tekanan, dialaek dan kosa kata, serta tidakan para tokoh. Berdasarkan obeservasi pada novel dan film Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye serta penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya maka diadakan penelitian yang berjudul Ekranisasi Karakter Tokoh Utama pada Novel BidadariBidadari Surga Karya Tere Liye
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini berusaha menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk penggambaran karakter tokoh utama pada novel BidadariBidadari Surga karya Tere Liye? 2. Bagaimana bentuk penggambaran karakter tokoh utama pada Film BidadariBidadari Surga dengan sutradara Sony Gakosak? 3. Bagaimana perubahan karakter tokoh utama antara novel dan Film BidadariBidadari Surga karya Tere Liye?
1.3 Batasan Masalah Tujuan penelitian ini adalah memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya supaya efektif dan efisien, serta mengingat keterbatasan
8
kemampuan peneliti maka peneliti akan memfokuskan masalah-masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini, yakni: 1. Peneliti hanya akan meneliti penggambaran karakter pada novel dan film berjudul Bidadari-Bidadari Surga. 2. Peneliti hanya akan meneliti perubahan karakter antara novel dengan film berjudul Bidadari-Bidadari Surga.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk penggambaran karakter tokoh utama pada novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. 2. Untuk mengetahui bentuk penggambaran karakter tokoh utama pada film Bidadari-Bidadari Surga dengan sutradara Sony Gakosak. 3. Untuk mengetahui perubahan karakter tokoh utama pada novel dan film Bidadari-Bidadari Surga.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat tertulis maupun praktek. 1. Secara tertulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pengembangan ilmu sastra, khususnya studi ekranisasi dalam bidang kajian terhadap proses perubahan novel dengan film Bidadari-Bidadari Surga.
9
2. Secara praktek, bagi peneliti penelitian ini dapat memberikan masukan untuk
dapat mengkaji studi ekranisasi yang lebih baik. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra. Bagi peneliti, penelitian ini juga dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian ekranisasi sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra di Indonesia.
1.6 Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan pengertian maka istilah-istilah penting dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut : 1. Ekranisasi ialah pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke film (ecran dalam bahasa Perancis berarti layar). Pemindahan novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya pelbagai perubahan. Oleh sebab itu dapat dikatakan, ekranisasi ialah perubahan. 2. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Di dalam novel juga terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan. 3. Film adalah tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukan di gedung atau bioskop. Film juga merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, kostum, dan panorama yang indah.