1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh
yang
sangat besar. Daradjat (1982: 56) menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang menyakini kebenarannya, yaitu a). Memberikan bimbingan dalam hidup. b). Menolong dan menghadapi kesukaran, c). Menentramkan batin. Dalam realitasnya jalan yang ditunjukkan oleh agama tidak seluruhnya
diikuti
oleh
umat
manusia.
Bahkan
sebagian
besar
mengingkarinya. Pengingkaran terhadap ajaran agama ini tidak hanya terjadi pada masa Jahiliyah saja, tetapi terjadi pula pada zaman modern ini. Proses modernisasi dan industrialisasi telah membawa perubahan pola hidup manusia. Terutama dalam cara berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari yang pada gilirannya perubahan tersebut akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari modernisasi antara lain: adanya perubahan tata nilai dan tata kehidupan yang serba keras, bahkan tradisi nenek moyang yang dikenal beradab telah terkikis oleh budaya baru yang serba modern. Perubahan lain dari mordenisasi itu antara lain adalah sifat induvidualitis, egois, permissif dan konsumeris. Hal ini terjadi karena tuntutan hidup yang semakin tinggi dan semakin banyak yang kurang terpenuhi. Akibatnya persaingan hidup
2
semakin tajam dan penuh ketegangan. Sikap kebersamaan sukar didapatkan, apalagi dalam lingkungan masyarakat yang tidak menjadikan agama sebagai way of life. Rasa keterkaitan antar kelompok, keluarga, sesama tetangga terasa semakin longgar (desintegrasi sosial). Salah satu keprihatinannya adalah munculnya pergaulan bebas di kalangan remaja, longgarnya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya, mudahnya mengakses situssitus atau bacaan porno, dan tuntutan pemenuhan ekonomi ditambah lagi krisis
ekonomi
yang
berkepanjangan,
mengakibatkan
terjadinya
penyelewengan moral yang mengarah kepada perbuatan yang dilarang agama dan norma-norma masyarakat. Hasan (1974: 82), mengatakan, bahwa: “salah satu ciri kehidupan masyarakat modern dewasa ini adalah kegoyahan norma-norma, termasuk norma-norma yang kita pergunakan dalam menilai problema manusia sebagai anggota kebersamaan. Pertanyaan mengapa manusia menjadi demikian problematika dalam abad modern ini, telah menjadi buah pikiran dari sejumlah penulis dari kalangan
ilmu pengetahuan sosial dan
humaniora. Kondisi yang demikian merupakan faktor yang dapat mengganggu keseimbangan jiwa bagi mereka yang tidak kuat mental agamanya. Pada tingkat permulaan mungkin berupa ketegangan (stress), phobia (rasa takut yang tidak beralasan), frustasi, menjadi tuna susila, dan sebagainya. Di sisi lain agama digunakan sebagai pendekatan dalam memberikan terapi melalui bimbingan dan penyuluhan. Karena hanya
3
agamalah yang dapat memuaskan jiwa, yang dapat menghilangkan konflik atau pertentangan, perasaan berdosa dan kekecewaan frustasi). Dalam alQuran surat Yunus ayat 57, Allah berfirman:
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÞóÏú ÌóÇÁóÊúßõãú ãóæúÚöÙóÉñ ãöäú ÑóÈøößõãú æóÔöÝóÇÁñ áöãóÇ Ýöí ÇáÕøõÏõæÑö æóåõÏìð æóÑóÍúãóÉñ áöáúãõÄúãöäöíäó (íæäÓ:57) Artinya: “Hai manusia ! sesungguhnya telah datang kepadanmu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus 57) (Depag, 1996: 315). Tanpa atau dengan penelitian ilmiah, cukup berdasarkan pengalaman
sehari-hari,
dapat
dipastikan
bahwa
setiap
manusia
menginginkan keselamatan, baik dalam hidup sekarang maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi (yang tumbuh dari naluri manusia sendiri), itu tidak boleh dipandang ringan, begitu saja. Jaminan untuk itu mereka menemukan dalam agama. Terutama karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai kebahagiaan yang “terakhir”, yang pencapaiannya mengatasi kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagiaan itu berada di luar batas kekuatan manusia (breaking point). Orang berpendapat bahwa hanya manusia agama (homo religius) yang dapat mencapai titik itu, entah itu manusia yang hidup dalam masyarakat primitif, entah dalam masyarakat modern (Hendropuspito, 1983: 39 – 40). Oleh sebab itu setiap orang, baik yang berstatus sosial tinggi atau berstatus sosial rendah dapat menemui kesukaran dalam berbagai bentuk.
4
Hanya satu mungkin yang sama-sama diinginkan, yaitu ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa ini dibutuhkan bagi setiap orang, baik di desa, maupun di kota, baik kaya maupun miskin. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin
maju masyarakat,
semakin banyak komplikasi hidup yang dialaminya. Banyak persaingan, perlombaan dan pertentangan karena semakin banyak kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi. Akibat semakin sulitnya memenuhi kebutuhan hidup itu, sebagian orang menjadi wanita tuna susila. Di sisi lain, permasalahan ketunasusilaan adalah masalah yang sangat kompleks karena merupakan pelanggaran norma sosial, agama, gangguan ketertiban, kecenderungan
meningkatnya
penyimpangan
seksual
sehingga
tata
kehidupan para tuna susila merendahkan harkat dan martabat bangsa dan negara, serta membahayakan generasi muda sebagai penerus dan pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Departemen Sosial sebagai aparat pemerintah yang mempunyai misi dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial mendasarkan pola kebijaksanaan penanganan melalui pelayanan dalam Panti dan sistem luar Panti. Di antara, pelayanan melalui Panti untuk wanita tuna susila adalah Panti Karya Wanita / PKW dan salah satunya yang berada di Propinsi Jawa Tengah adalah Panti Karya Wanita “Wanodyatma” Kendal. PKW “Wanodyatama” Kendal adalah Panti Rehabilitasi Wanita Tuna Susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental sosial, mengubah sikap dan
5
tingkah laku, pelatihan ketrampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut dari para tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan fisik dan mental ini, bimbingan fisik dan mental yang diberikan oleh Panti Rehabilitasi “Wanodyatama” Kendal di antaranya yang terpenting adalah bimbingan agama, yang tentunya berupa bimbingan dan penyuluhan agama Islam. Bimbingan dan penyuluhan yang merupakan prasarana media dakwah, karena dakwah merupakan pencegahan atau disebut dengan nahi mungkar dalam arti menjaga agar manusia tidak terperosok ke dalam kesalahan atau dosa dan tidak mengalami degradasi kemanusiaan. Artinya nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada dirinya menurun, berkurang dan bahkan hilang, kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia, sebagai disinggung diawal, kenyataan menunjukkan bahwa manusia dalam kehidupannya sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Berdasarkan kenyataan bahwa manusia itu tidak sama dengan yang lainnya, baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuannya, maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa adanya bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi semua persoalannya tanpa adanya bantuan atau pertolongan dari orang lain, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau lembaga sosial atau instansi pemerintah. Menurut Hallen (2002: 17) Bimbingan Penyuluhan Islam adalah proses pemberian bantuan yang terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
6
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an, Al-Hadits sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Melihat teori di atas bahwa al-Qur’an dan al-Hadits bukan saja merupakan landasan hidup manusia dalam bentuk hubungan antara manusia dengan Allah SWT, akan tetapi sebagai landasan kehidupan timbal balik antara sesama manusia dan alam semesta. Hal ini memberikan makna fungsional dan sekaligus membuktikan bahwa Islam tidak hanya memfokuskan pada keselamatan individual saja, namun juga mencakup masalah-masalah sosial demi terciptanya kesejahteraan umat. Melihat permasalahan di atas sebenarnya pembinaan telah dilakukan oleh instansi pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait, tetapi penghuni panti rehabilitasi tersebut kadang terjun lagi sebagi WTS, menikmati kembali pekerjaannya yang nyata-nyata dilarang oleh normanorma agama dan masyarakat berbagai alasan penyebab mereka memilih WTS sebagai profesinya adalah dikarenakan sebagai berikut: a. Gangguan Psikis
:
(balas
dendam,
frustasi,
petualangan,
broken home, hiperseks dll). b. Gangguan ekonomi :
(tekanan ekonomi keluarga krisis moneter dll).
c. Sosial budaya
:
(lingkungan tempat tinggal, pelanggaran norma sosial atau budaya, pelanggaran norma agama dll) (Kartono, 1982: 222).
7
Untuk mengembalikan dan memulihkan kepercayaan diri, harga diri, harkat dan martabat mereka ke arah kehidupan yang layak dan secara normatif sesuai dengan norma ajaran Islam, maka perlu didekati dengan sentuhan nilai-nilai agama Islam. Sejalan dengan ini, maka bimbingan dan penyuluhan Islam sangat berperan dalam rangka mempercepat proses rehabilitasi tersebut. Inti pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Islam adalah penjiwaan agama dalam hidupnya, Ia dibimbing sesuai dengan tingkat dan situasi psikologisnya (Arifin, 1977: 25). Kaitannya dengan hal tersebut, maka perlu kiranya untuk dikaji secara mendalam proses bimbingan dan penyuluhan Islam yang selama ini dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat terhadap wanita tuna susila yang berada di panti rehabilitasi dinas sosial “Wanodyatama” Kendal. Namun, keberhasilan dalam bimbingan dan penyuluhan Islam di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal, apakah mungkin ditentukan oleh faktor pembimbing atau materi bimbingan dan penyuluhan Islam dalam rehabilitasi Siswa Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” Kendal. Sebab,
kedua komponen keberhasilan itu menimbulkan tanggapan bagi masingmasing siswa di panti tersebut. Inilah yang akan dilakukan lebih lanjut dalam penelitian skripsi ini. Karena bimbingan menurut Rachman Natawidjaja yang dikutip oleh Hallen, menyebutkan bahwa, “suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
8
dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial” (Hellen, 2002: 5). 1.2. Perumusan Masalah Permasalahaan yang dikaji dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggapan siswa panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing ? 2. Bagaimana tanggapan siswa panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap materi bimbingan penyuluhan Islam? 1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk
mengetahui
tanggapan
siswa
Panti
Karya
Wanita
Karya
Wanita
“Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing. b. Untuk
mengetahui
tanggapan
siswa
Panti
“Wanodyatama” Kendal terhadap materi bimbingan penyuluhan Islam.
9
2. Manfaat hasil Penelitian a. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai informasi khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang bimbingan dan penyuluhan Islam tentang tanggapan siswa panti Karya wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi bimbingan penyuluhan Islam. b. Diharapkan untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap para pembimbing dalam menghadapi kasus yang serupa seperti yang terjadi di panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal. Hasil penelitian ini juga, dapat dijadikan bahan atau masukan dalam pembuatan kebijakan, khususnya di panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal. 1.4. Tinjauan Pustaka Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang mengambil lokasi di kabupaten Kendal dengan obyek Siswa Rehabilitasi Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal. Untuk menghindari duplikasi penelitian serupa telah dilakukan survei keperpustakaan. Hasil survei menunjukkan, tidak ada buku hasil penelitian atau karya ilmiah tentang “Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal Terhadap Pembimbing Dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam”. Sebagai sebuah fenomena, kajian dan penelitian mengenai bimbingan dan penyuluhan Islam telah banyak dilakukan oleh penulis klasik maupun kontemporer. Hanya saja, sampai saat ini penulis belum pernah mendapat satu karya yang secara khusus (utuh) membahas “Tanggapan
10
Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal Terhadap Pembimbing Dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam”. Penelitian ini tentunya tidak bisa lepas dari tulisan-tulisan atau penelitian yang telah ada. Untuk memperoleh gambaran yang pasti tentang posisi penelitian ini, di antara karya-karya yang sudah ada, berikut ini penulis akan ilustrasikan di antara penelitian yang dianggap relevan, yaitu: “Peranan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Orang Tua Terhadap Anak Remaja dalam Upaya Meningkatkan Sikap Percaya Diri di Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap”, (Khusniyati, 1998). Di dalamnya menjelaskan tentang bimbingan dan penyuluhan agama yang dilakukan Orang Tua kepada anak remajanya yang lebih menekankan pada tinjauan metodologisnya. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa bimbingan dan penyuluhan agama yang diberikan orang tua kepada anak remajanya dinilai lebih efektif dari pada diberikan oleh orang lain, kecuali itu, para anak remaja juga dapat memiliki keinginan lebih maju dan percaya diri. Begitu juga, penelitian yang berjudul: ”Wanita Tuna Susila dengan Kehidupan Masa Depannya” (Penelitian mengenai perubahan profesi bagi penghuni resosialisasi di Mrican Umbulharjo Kota Madya Yogyakarta), (Siti Aminah Hidayah, 2000). Hasil penelitian tersebut menyebutkan, bahwa pemenuhan kebutuhan ekonomi yang tidak cukup disebabkan kondisi ekonomi yang lebih lemah disertai tidak memiliki pendidikan yang lebih untuk mendapatkan yang layak, maka pekerjaan pelacur menjadi pilihan yang pertama. Di sisi lain, keberadaan situasi resosialisasi sangat
11
mendukung untuk mereka tetap bertahan diresosialisasi karena mereka memperoleh fasilitas pemerintah seperti: pendidikan, pemeriksaan kesehatan secara rutin, tempat tinggal yang nyaman, keamanan terjamin dan bebas dari razia, lamanya untuk menjadi penghuni resosialisasi tidak dibatasi, kecuali itu hasil penelitian juga, menyimpulkan bahwa sebagai seorang wanita secara naluriah ingin menjadi wanita idaman yang juga merupakan harapan wanita tuna susila, dengan demikian keinginan untuk merubah dirinya dari pelacur menjadi wanita yang baik masih ada. Selain hasil penelitian tersebut di atas, hasil penelitian saudara: Samsudin,yang berjudul: “Peranan Bimbingan Islam Orang Tua Dalam Mencegah Alkoholisme Remaja di Kecamatan Adiwera Kabupaten Tegal”, dapat disimpulkan bahwa bimbingan Islam merupakan suatu hal yang harus diberikan oleh orang tua anak akan mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan-perbuatan yang negatif. Bimbingan ini diberikan dengan nasehat, pembiasaan, dan keteladanan. Peranan orang tua sangat positif untuk mencegah timbulnya alkoholisme anak pada remaja. Peranan tersebut adalah sebagai pencegah, pemelihara, pembentuk dan penyembuhan atau memperbaiki (Samsudin, 2004). Dari diskripsi di atas, jelas posisi penelitian yang akan penulis lakukan yaitu mengungkap dan menganalisis “Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Terhadap Pembimbing dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam”, merupakan upaya penelitian yang menarik, belum diteliti orang lain.
12
1.5. Kerangka Landasan Teoritik Dalam menentukan keberhasilan bimbingan dan penyuluhan salah satunya adalah dari faktor pembimbing dan materi bimbingan penyuluhan. Adapun yang dimaksud dengan pembimbing adalah seseorang yang karena keahliannya memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan atau masalah-masalah yang mana orang tersebut tidak bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang lain (Farid, 1988: 12). Petugas dalam rehabilitasi telah lama mengenal dan menyadari tentang kepentingan mengadakan hubungan yang erat antara panti dengan program-program rehabilitasi masyarakat. Seorang pembimbing dari instansi rehabilitasi perlu menampilkan kesan yang baik sebelum murid itu meninggalkan panti (Partowisastro,1984: 90). Adapun sikap dari pembimbing terhadap siswa antara lain: 1. Tugas primer dari pembimbing yaitu tanpa mengerti orang lain, bimbingan dan penyuluhan serta penyehatannya akan mudah salah dan akan mudah menimbulkan hasil yang sangat merugikan siswa, 2. Landasan pandangan dari pada pembimbing harus memandang setiap orang yang dihadapi, sebagai manusia yang selalu mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali secara terus menerus, 3. Bahwa pembimbing harus selalu membina serta memelihara sikap ysng sopan santun, konsiderasi tentang keadaan siswa serta selera yang baik, senang atau tidak senang, tingkah laku siswa dipandang sebagai cerminan dari kepribadiannya, 4. pembimbing harus mengusahakan agar siswa merasakan aman, memberikan ketenangan,
13
membentuk suasana tentram, suasana percaya, suasana aman, 5. pembimbing harus dalam kondisi yang baik. Ini berarti bahwa ia harus meninggalkan segala prasangka-prasangkanya. Sedangkan materi bimbingan dan penyuluhan Islam adalah bahan yang digunakan dalam suatu proses bagian bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai keagamaan dalam kebulatan pribadi atau masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat (Imam Sayuti Farid, 1988: 10). Yang termasuk dalam materi bimbingan penyuluhan Islam antara lain: 1). keimanan (aqidah), 2). keIslaman (syari’ah), 3). budi pekerti (akhlakul karimah). 1.6. Metodologi Penelitian a. Jenis dan Metodologi Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003: 4). Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologis.
Sedangkan
spesifikasi
penelitian
yang
digunakan adalah deskriptif yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek
14
penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi & Martini, 1996: 73). Oleh karenanya penelitian ini lebih menitikberatkan pada eksplorasi fenomena yang terdapat pada “Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal Terhadap Pembimbing dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam”. b. Definisi Konseptual Dari definisi konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut: tanggapan adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindra (Poerwodarminta, 1996: 638). Menurut Agus Dharma tanggapan yaitu proses di mana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi tanggapan faktor personal dan faktor situasional. Pembimbing menurut Shertzer & Stone adalah kunci untuk memprakarsai dan mengembangkan interaksi dalam konseling, baik dari sikap, metode pendekatan dan tindakan-tindakan pembimbing dalam mempengaruhi interaksi dalam bimbingan (Gunarsa, 1996: 65). Adapun
ciri-ciri
umum
yang
perlu
dimiliki
seorang
pembimbing ialah: a). menaruh minat yang mendalam terhadap orang lain dan penyabar, b). peka terhadap sikap dan tindakan orang lain, c). memiliki kehidupan emosi yang stabil dan objektif, d). memiliki kemampuan untuk dipercaya orang lain, e). menghargai fakta.
15
Selanjutnya yang berhak menjadi pembimbing bimbingan penyuluhan Islam adalah orang/tim yang: (1). memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai syari’at Islam, (2). mempunyai keahlian di bidang metodologi dan teknik bimbingan penyuluhan Islam (Faqih, 2001: 65).Dari ciri tersebut maka pembimbing dapat mempengaruh perubahan terhadap sikap atau tingkah laku bagi orang yang dibimbing. Materi menurut Sanwar (1985: 73 & 75) yaitu semua bahan atau sumber yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh da’i kepada mad’u dalam kegiatan dakwah untuk menuju kepada tercapainya tujuan dakwah. Bahan dari materi yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam bimbingan adalah: 1. aqidah, 2. syari’ah, 3. ibadah. c. Definisi Operasional Dari definisi di atas dapat diperjelas secara operasional sebagai berikut: 1. Tanggapan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal a. Melihat pembimbing b. Mendengar materi yang disampaikan pembimbing. c. Melaksanakan tata tertib yang ada di panti. 2. Pembimbing materi bimbingan penyuluhan Islam a. Syarat-syarat pembimbing b. Karakteristik pembimbing
16
d. Sumber dan Jenis Data Sumber data penelitian adalah seluruh siswa panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal, yaitu dengan cara mewawancarai siswa panti dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu melalui populasi dan sampel. Jenis data meliputi data primer yang berkaitan langsung dengan tujuan penelitian yang meliputi informasi tentang tanggapan siswa Panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi pada bimbingan penyuluhan Islam. Data sekunder, yaitu data pendukung yang meliputi pengelola Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal, buku-buku, serta komentar pihak yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibahas. e. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang hendak diselidiki. Populasi penelitian ini adalah siswa rehabilitasi yang ada di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal. Sedangkan sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi atau dapat dikatakan objek yang sesungguhnya dari penelitian (Koentjoroningrat, 1989: 9). Jumlah populasi yang ada sebanyak 70 siswi. Menurut Arikunto (1996: 107), apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
17
e. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data-data yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas akan dilakukan dengan jalan penelitian lapangan (Field Research). Field Research, digunakan untuk memperoleh data dari lapangan penelitian. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dari lapangan sebagai berikut: 1. Metode Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian, metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung obyek penelitian yaitu Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal. 2. Metode Wawancara, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewe) untuk mencari informasi dari narasumber (Arikunto, 1992 : 126-127). Dalam hal ini penulis menilai keadaan seseorang, misalnya kepada siswa, pembimbing, dan pengurus panti. Dengan siswa yang berjumlah 70 orang, akan tetapi penulis hanya mewawancari kelayan yang beragama Islam yang berjumlah 68 orang, dan yang beragama non muslim penulis tidak mewawancarai. 3. Metode Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, (1991: 133). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
18
data
tentang
keadaan
yang
ada
di
Panti
Karya
Wanita
“Wanodyatama” Kendal. f. Metode Analisis Data Data
yang
telah
terkumpul
dianalisis
secara
kualitatif.
Pengelompokan dan perbandingan dilakukan untuk memperoleh kejelasan dari fenomena yang ditemukan di lapangan. Dari fenomena tersebut dicari tanggapan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi bimbingan dan penyuluhan Islam, dan implikasinya terhadap pembentukan kepribadian siswa rehabilitasi. disusun
Di samping itu, dari data yang ditemukan di lapangan
secara
deskriptif
sehingga
mampu
memberi
kejelasan
“Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal Terhadap Pembimbing Dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam”. Secara
rinci,
langkah-langkah
analisis
tersebut
adalah:
mentranskripsikan hasil wawancara. mencari pokok-pokok pikiran dari data hasil wawancara dan observasi, membandingkan pokok-pokok pikiran
yang
terdeteksi
untuk
mendapatkan
persamaan
dan
perbedaannya, mencari hubungan antar pokok-pokok pikiran tersebut, mengabstraksikan untuk mendapatkan kerangka pikiran dalam kaitannya dengan permasalahan, mengambil kesimpulan dan mengkaitkannya dengan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
19
2.1. Sistematika Penulisan Untuk
mempermudah
dalam
memahami
gambaran
secara
menyeluruh tentang skripsi ini, maka penulis memberikan sistematika beserta penjelasan secara garis besar sebagai berikut: Bab pertama sebagai bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka landasan teoritik, Metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua berisi dua sub bab, sub bab pertama teori tentang pembimbing meliputi: Pengertian pembimbing, syarat pembimbing, tujuan dan tugas pembimbing, sub dua tentang bimbingan dan penyuluhan Islam meliputi Pengertian bimbingan, pengertian penyuluhan, ruang lingkup bimbingan dan penyuluhan Islam, Sub ketiga tentang: sekilas tentang Tanggapan meliputi: Pengertian tanggapan, dan faktor yang mempengaruhi tanggapan. Bab ketiga memuat tanggapan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi bimbingan dan penyuluhan Islam yang mencakup sub bab pertama tentang gambaran umum Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal yang terdiri dari : historis, dasar dan tujuan, status panti, struktur organisasi,dana panti, sarana dan prasarana panti, keadaan siswa di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal. Sub bab kedua memuat
tanggapan siswa Panti Karya Wanita
20
“Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi bimbingan penyuluhan Islam. Bab keempat berbicara tentang analisis terhadap tanggapan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal terhadap pembimbing dan materi bimbingan dan penyuluhan Islam. Bab kelima penutup berisi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.