BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.
Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang tidak terlepas dari proses transaksi ekonomi di setiap negara. Uang juga dapat dikatakan sebagai indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh seluruh kegiatan ekonomi yakni, produksi, distribusi dan konsumsi berkaitan erat dengan uang. Pemerintah dalam hal ini bank sentral selaku otoritas moneter, seringkali menggunakan instrumen uang dalam melaksanakan kebijakannya dalam bidang ekonomi, khususnya bidang keuangan dan perbankan. Berdasarkan UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti uang beredar atau suku bunga dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Bank Indonesia selaku Bank Sentral memiliki tiga pilar tugas utama yaitu (UU No. 3 tahun 2004 pasal 8): 1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; 2) mengatur dan menjaga sistem pembayaran; 3) mengatur dan
1 Universitas Sumatera Utara
mengawasi bank (telah dialihkan ke OJK(Otoritas Jasa Keuangan)). Dalam melaksanakan tugasnya untuk mengatur dan menjaga sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tugas khusus yaitu mengeluarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia yang meliputi kegiatan mencetak mengedarkan serta mengatur jumlah uang beredar. Bank Indonesia menyadari bahwa sistem pembayaran berperan penting untuk memperlancar aktivitas perekonomian masyarakat dan dunia usaha. Terselenggaranya sistem pembayaran sebagai infrastruktur sistem keuangan merupakan faktor penting untuk mendukung stabilitas keuangan dan moneter. Terdapat tiga jenis besaran moneter di Indonesia, yaitu base money (M0), narrow money (M1), dan broad money (M2). Kemajuan yang cepat dalam teknologi, mengubah kondisi sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi. Transaksi ekonomi sekarang ini tidak hanya difasilitasi dengan uang tunai saja tapi telah merambah dengan menggunakan instrumen non tunai secara elektronik yang lebih efisien dan ekonomis. sebagai hasil dari perkembangan teknologi informasi seperti, Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) seperti kartu kredit, kartu debet, kartu ATM, SKNBI, sistem BI-RTGS dan terakhir mulai muncul e-money. Kehadiran Automatic Teller Machine (ATM) mulai menggantikan peran dari teller bank. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi ATM sekarang ini dapat berfungsi layaknya “toko” (merchant) untuk melakukan pembelian tiket, pulsa, atau layanan pembayaran untuk membayar listrik, air dan lain-lain. Dalam perkembangannya saat ini beberapa layanan tersebut juga sudah dapat dilakukan
2 Universitas Sumatera Utara
melalui mesin Electronic Data Capture (EDC), yang dulu hanya digunakan untuk alat baca kartu di merchant saja. Selain ATM dan EDC, saluran pembayaran yang mulai diminati karena fleksibilitasnya adalah internet dan mobile banking. Nasabah bank atau pemegang kartu dapat melakukan trasanksi perbankan, jual beli barang dengan memanfaatkan jaringan internet atau mobile phone yang mereka miliki. Melihat perkembangan teknologi saat ini, dimana jejaring sosial di dunia maya mulai marak membuka “toko” online. Masyarakat mulai melihat adanya kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi melalui internet karena tidak perlu datang langsung ke toko tersebut. Memang saat ini tidak selalu secara online pembayarannya, namun cukup dengan administrasi pembelian di internet kemudian pembayaran cukup dilakukan melalui transfer di mesin ATM maupun secara
mobile
banking.
Selanjutnya
si
pembeli
mengkonfirmasikan
pembayarannya dan barang pun dikirim. Faktor inilah yang mengindikasikan meningkatnya jumlah kegiatan transaksi transfer melalui kartu ATM atau kartu debet. Mengingat bahwa pada ekuilibrium di pasar uang jumlah money supply sama dengan jumlah permintaan uang, maka perubahan besaran permintaan uang dengan adanya peningkatan pembayaran non-tunai tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan di pasar uang, dan tentunya mempengaruhi besaran money supply. Dengan demikian kebijakan moneter pun perlu mengakomodasi perkembangan pembayaran non-tunai tersebut (Syarifuddin, Hidayat, Tarsidin, 2009: 374).
3 Universitas Sumatera Utara
Pengaruh inovasi dalam alat pembayaran non tunai dapat menyebabkan komplikasi dalam penggunaan target kuantitas dalam pengendalian moneter. Perkembangan alat pembayaran non tunai menggunakan kartu (APMK), seperti ATM dan kartu debet yang menggunakan tabungan sebagai underlying-nya dapat berimplikasi pada konsep perhitungan jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2) (Pramono et, al, 2006: 28). Dimana, M1 yakni uang kartal di luar bank umum ditambah dengan Uang Giral (Demand Deposit-D) dan M2 yakni M1 ditambah dengan uang kuasi (R) yang mana uang kuasi terdiri dari tabungan (Saving Deposit-S) dan deposito (Time Deposit-T). Saat ini terlihat terjadi pergeseran defenisi saving deposit. Penarikan saving deposit dapat dilakukan dengan mudah, terlebih dengan berkembangnya fasilitas ATM. Meskipun masih terdapat pembatasan atas maksimal jumlah penarikan dalam satu hari, namun kebebasan penarikannya hampir menyamai demand deposit (Syarifuddin, Hidayat, Tarsidin, 2009: 375). Oleh karena itu perlu diperhatikan pengklasifikasian tabungan yang menggunakan ATM dan kartu debet sebagai bagian dari M1 dalam kategori uang giral dan bukan lagi bagian dari M2. Demikian juga halnya dengan e-money yang merupakan produk stored value yang sifatnya sangat liquid dan dapat disetarakan dengan uang tunai atau giro (setara M1) (Hidayati et, al, 2006: 42). Pengklasifikasian yang kurang tepat terhadap besaran moneter dapat menimbulkan implikasi kesalahan dalam perumusan dan pelaksaan kebijakan moneter yang menngunakan besaran moneter (M1 dan M2) sebagai indikator moneter maupun operasional target.
4 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Costa dan Grauwe (2001), penggunaan alat pembayaran non tunai secara luas memiliki implikasi pada berkurangnya permintaan uang terhadap uang yang diterbitkan oleh bank sentral, base money, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneter, khususnya pengendalian besaran moneter. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Freidman (1999), perkembangan teknologi informasi akan memberikan implikasi terhadap berkurangnya peran base money dalam transaksi pembayaran. Studi lain yang dilakukan oleh Woodford (2000) memiliki sudut pandang berbeda terhadap implikasi perkembangan alat pembayaran non tunai pada kebijakan moneter. Hasil studinya menunjukkan bahwa sekalipun uang kartal tersubstitusi oleh alat pembayaran non tunai kebijakan moneter tetap akan efektif. Bank sentral dalam hal ini tetap dapat mengontrol kebijakannya melalui tingkat suku bunga jangka pendek. 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh penggunaan
pembayaran non tunai dalam transaksi
masyarakat terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow Money – M1) di Indonesia. 2. Bagaimana pengaruh penggunaan
pembayaran non tunai dalam transaksi
masyarakat terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad Money – M2) di Indonesia.
5 Universitas Sumatera Utara
2.1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah: 1. Untuk mengetahui dampak penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti sempit (Narrow Money – M1). 2. Untuk mengetahui dampak penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti luas (Broad Money – M2). 2.2.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitiann ini dapat diuraikan
sebagai berikut: 1. Bagi Bank Indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia, melalui penelitian ini diharapkan akan mendapatkan gambaran dan informasi mengenai kondisi sistem pembayaran non tunai di Indonesia dan pengaruhnya terhadap jumlah uang beredar. 2. Bagi Kalangan Perbankan sebagai salah satu pihak yang megeluarkan instrumen pembayaran non tunai, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi mengenai perkembangan sistem pembayaran non tunai di Indonesia. 3. Bagi Kalangan Akademisi, penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber referensi atau sebagai alat pembanding dalam penelitian selanjutnya.
6 Universitas Sumatera Utara